AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]

By Merynft

38.5K 3.9K 985

- Akibat terlalu pandai mendebet rasa tanpa mengkredit gengsi - Bagi Keandra, Kirana adalah poros dunianya. I... More

PROLOG
bagian 1 | imah vs nduk singa
bagian 2 | hadiah dari pak tua
bagian 3 | tragedi ruwat
bagian 4 | serumah sama singa
bagian 5 | ruwat season II
bagian 6 | the meaning of Imah
bagian 7 | dalam misi meluluhkan hati imah
bagian 8 | mas keandra?
bagian 10 | uas alias ujian anak sholeh
bagian 11 | si cakep yang tidak diharapkan
bagian 12 | amukan singa betina
bagian 13 | juara di hati imah
bagian 14 | poros dunia imah
15 | WARI(OR) GARUDA NATION
16 | KEMBALINYA SANG LEADER
17 | SIR QUITE
18 | CINTA DI MATA WANITA
19 | ASPAL 201 METER
20 | A HEART
21 | P E R F E C T
22 | THE GUEST STAR
23 | SELINGAN
24 | BOYFRIEND
25 | I AM YOURS
26 | START UP
CHIT CHAT (1)
CHIT CHAT (2)
27 | ULANG TAHUN IMAH💙
28 | (MENIK)MATI
29 | RUMAH TAK BERTUAN
30 | (TANPA) KAMU
31 | (HAMPIR) TAK BERNYAWA
32 | BERPAYUNG JANJI
33 | A BEAUTIFUL MISTAKE
34 | TITIK TEMU
35 | SEBUAH RASA
bagian 36 | berhenti berotasi
bagian 37 | mari kita usahakan perasaan itu
bagian 38 | restu semesta
EPILOG
UNTUK READERS AKUNTAN(GENG)SI
APA INI, HAYO?

bagian 9 | ngedate

826 109 26
By Merynft

Mulmed : Bininya Keandra

"Jika kamu adalah koordinat kartesius, maka tempatmu adalah titik nol. Seberapa jauh aku pergi, padamu aku kembali."

***

"KELUAR DARI KELAS, IMAH!!"

Gelegar suara tersebut sudah biasa terdengar di seantero sekolah. Dari ruang kelas pojok kiri di lantai dua, sebuah spidol terlempar dari dalam kelas. Disusul dengan Keandra yang keluar dengan langkah terbirit-birit. Belum sempat ia berbalik, sebuah kursi justru menyusulnya akibat tendangan dari dalam kelas. Tak ada pilihan selain menahan agar kursi tersebut tidak berbenturan dengan pagar pembatas. Pintu kelas lantas bedebam karena ditutup keras oleh Kirana.

"Gue cekik sampe lo berani masuk kelas dan gangguin anak lain!" pekik Kirana dari balik pintu. "Sekali lagi ada yang ribut, gue usir dari kelas kayak Keandra!" lanjutnya.

"Gue tim lo kok, Ki."

"Gue juga."

"Aktivitas favorit gue tuh ya nyatet gini."

"Yuk, lanjut nyatet aja. Keandra mah buang aja dari kelas. Modelan orang utan gitu kenapa juga bisa masuk kelas A, sih."

"Bener, menjijikkan."

Kirana mengangguk mendengar teman-temannya berujar demikian. Kalimat-kalimat terakhir itu merupakan ujaran dari Reno dan Aldo. Namun, ia menyetujui kalimat penghianat itu. Ia lantas membuka kembali spidol yang sempat dibuat melempar Keandra.

Mata pelajaran Akuntansi Pemerintah selalu menjadi menyebalkan ketika harus terus-terusan mencatat. Ratu berulang kali menguap menyadari topik yang ditulisnya tak menarik sedikit pun. Kepalanya justru kian pening melihat sistem yang ditulis.

"Habis ini beli es coklat depan gerbang yuk, Ul." Ratu memijit pelipis dengan tangan kirinya.

Aulia yang duduk di sampingnya mengangguk setuju. "Si Kirana dibawain apa ya biar nggak meleduk?"

Ratu ikut berpikir. "Teh poci sama cimol Mang Edin?"

Kirana yang mendengar ocehan Ratu dan Aulia lantas menoleh. Ia mengedarkan tatapannya ke segala penjuru dengan begitu tajam, membunuh. Begitu bertemu pandang dengannya, dua orang itu tampak menutup mulutnya rapat-rapat. Kirana sudah hendak melemparkan petuahnya, tapi daun pintu yang dibuka lantas mengalihkan perhatian.

"Kok Keandra nggak ada, Kirana?" tanya Bu Lina yang baru saja menampakkan diri.

Kirana meringis. "Dia tadi provokasi anak kelas buat nggak nyatet, Bu. Jadi, saya suruh buat keluar kelas. Ganggu banget soalnya.

Bu Lina mengangguk paham. "Pantesan tadi saya lihat dia di kantin, lagi dapet nge-date sama anak jurusan sebelah, makanya dia kegirangan gitu meskipun diusir dari kelas." Bu Lina melempar pandangannya secara bergantian pada papan tulis dan deretan anak kelas 12 Akuntansi 1, lantas melanjutkan ucapannya. "Ya sudah, kalian lanjutkan mencatat, ya."

"Keandra nggak dihukum, Bu?" tanya Kirana sebelum Bu Lina membalikkan badan.

Sebelah alis Bu Lina terangkat. "Ada usulan hukuman?"

"Lari puter lapangan 10 kali, Bu," sahut Kirana tanpa pertimbangan.

Aldo menyahut, "50 kali, Bu."

"Oke, 25 putaran, ya?"

***

KEANDRA menginjakkan kaki di kantin jurusan OTKP (Otorisasi dan Tata Kelola Perkantoran). Konon, jurusan ini bertebaran perempuan cantik nan anggun. Keandra menyetujui hal tersebut karena fakta yang di hadapannya mengatakan demikian. Ia lantas lebih dulu memesan seporsi batagor dan es teh, lantas membawanya pada bangku paling pojok.

"Ndra, sendirian aja?" tanya Tania, siswi kelas 12 OTKP 2.

Keandra mengangguk miris. "Gue diusir dari kelas."

Tawa Tania meledak seketika. "Lo, kan, ketua kelas, Ndra! Masa iya ketua kelas diusir dari kelasnya sendiri?"

"Artinya lo setuju kalo bilang anak kelas gue itu penghianat semua, kan?" Ujaran itu dibalas endikan bahu oleh Tania, membuat raut Keandra kian menjadi kecut. "Padahal gue lagi butuh pembelaan."

Keandra menikmati pemandangan perempuan cantik di hadapannya itu. Ia mengenal Tania karena sekelompok saat MPLS dahulu. Namun, mengingat popularitasnya yang kian melejit, Keandra tak heran jika Tania akan terus mengenalnya.

"Btw, gue merasa sangat terhormat sekaligus terharu deh bisa ngobrol langsung sama primadonanya OTKP," lanjut Keandra.

Tania tak dapat menyembunyikan semburat merah begitu mendengar pernyataan dari Keandra. Ia buru-buru mengalihkan pandangan ke arah lain. Meski begitu ia tak dapat menapik fakta mengenai dirinya.

"Btw, lo jarang banget bales chat gue. Udah kayak nge-chat seleb deh gue," cibir Tania.

Keandra hanya tertawa pelan. Tangannya kembali mengaduk potongan batagor sebelum menyuapnya ke dalam mulut. Ia mengunyahnya perlahan sembari mendengarkan cerita dari Tania. Sampai potongan batagor itu habis, dan ia meneguk es teh pesanannya, barulah Keandra beranjak berdiri.

"Gue balik ke kelas dulu ya, Tan." Baru saja Keandra hendak melangkahkan kaki, tapi sebelah pergelangan tangannya dicekal oleh gadis cantik di hadapannya itu.

"Gue denger-denger cewek di sekolah ini lo tolak semua, gue harap, gue bukan salah satunya, Ndra."

Tania memejamkan kelopaknya, menahan debaran jantung yang berpacu tak terkendali. Ia tak peduli riuh kantin yang mendengar pernyataannya itu. Ia sudah sangat lama menunggu Keandra, tapi tak ada pergerakan. Justru desas-desus kencang di telinganya adalah perihal gadis Akuntansi menyebalkan bernama Kirana.

"Sorry, gue nggak bisa, Tan." Keandra melepaskan cekalan Tania secara perlahan. "Udah ada orang yang gue tunggu, dan itu bukan lo."

"Keandra?! Belum selesai juga nge-date nya dari tadi?" Lengkingan suara Bu Lina terdengar hingga semua penghuni kantin. Ia berkacak pinggang. "Lari 25 putaran sekarang juga!"

Keandra hendak protes. "Ini saya baru mau balik, Bu."

"Oke, 30 putaran!"

"10 putaran aja ya, Bu. Bisa jadi kerangka doang Bu kalo larinya kebanyakan," protes Keandra, lagi.

"Oke, 35 putaran."

Tak ada pembelaan yang hendak dilayangkan Keandra begitu mendengar ucapan final tersebut. Ia memulainya dengan membelah keramaian di kantin. Mengabaikan desas-desus kebrengsekannya karena menolak pesona si cantik Tania.

Keandra sudah memasuki putaran ke sepuluh. Teriakan Aldo dan Reno memenuhi indra pendengarannya. Dua temannya itu bahkan sampai membuatkan yel-yel khusus untuk mewarnai setiap putarannya. Ia lantas beralih duduk di tepian lapangan untuk beberapa saat.

"Keandra, ayo dilanjutkan!" Suara Bu Lina memekik dan diakhiri peluit panjang.

Istirahat salat Ashar hari itu dihabiskan Keandra untuk menyelesaikan putaran lari. Ia lantas merebahkan diri di tengah lapangan basket, lengkap dengan anggota tubuhnya yang direntangkan. Kelopak matanya menutup. Membiarkan napas menyusup dari mulut dan hidungnya. Kucuran keringat bahkan ikut membasahi tiap helai rambutnya.

Sebuah benda jatuh di permukaan wajah Keandra. Ia mengenali bahan kain tersebut yang cenderung tebal. Setelah itu hanya terdengar langkah kaki yang menjauh. Keandra menarik benda tersebut dari permukaan wajahnya sembari duduk. Rupanya sebuah handuk kecil dengan dua botol air mineral di sebelah kepalanya tadi. Ia beralih menatap punggung yang menjauh itu.

"Thanks, Darling!"

Keandra lekas berdiri dan mengambil dua botol air mineral yang ada. Ia menggantungkan handuk itu di bahu sebelah kanannya. Ia lantas berlarian kecil mengejar langkah Kirana hingga menyejajarinya.

"Ngapain sih ngikutin gue? Mau masuk ke kamar mandi cewek juga?" tanya Kirana begitu keduanya berada di ambang pintu kamar mandi.

Hanya gelengan sebagai jawaban Keandra. "Gue tunggu di sini deh."

Koridor di area kamar mandi tampak sepi. Apalagi ini sudah memasuki jam akhir kegiatan belajar. Keandra mendudukkan diri di kursi panjang yang tak jauh dari kamar mandi. Ia lantas membuka salah satu botol air mineral, meneguknya perlahan.

Kirana yang baru saja keluar dari kamar mandi lantas mendudukkan diri di samping Keandra. Ia mengambil alih handuk yang menggantung di bahu lelaki itu. Kirana membiarkan Keandra fokus pada tegukan minumannya, sedangkan ia memutuskan untuk menyeka keringat yang mengucur di sudut dahi lelaki itu, sembari sesekali meniupnya.

"Gimana nge-date nya?"

"Siapa?" Keandra balik bertanya karena tak paham dengan pertanyaan sebelumnya.

"Tania." Kirana menjeda sesaat, berganti meniup dahi Keandra beberapa kali sebelum melanjutkan sekaannya. "Udah jadian?"

"Kenapa nanya?"

"Nggak boleh nanya?" tanya Kirana, lagi.

Cup.

Keandra melayangkan kecupan itu di sepersekian detik, bahkan tanpa pertimbangan matang. Manik matanya jatuh pada tatapan Kirana yang terkunci di hadapannya. Keandra tak menawarkan persetujuan sebelum melumat bibir mungil di hadapannya.

"Ini sekolah, Keandra." Susah payah Kirana mengucapkannya dan terbebas dari serangan dadakan itu.

"Jadi, kalo di luar sekolah boleh?"

Refleks, Kirana melempar handuk yang dibawanya tepat ke wajah Keandra. Ia memilih untuk tak menjawab pertanyaan bodoh itu. Bahkan, Kirana segera bangkit dan melangkah tergesa untuk melarikan diri dari Keandra. Lagipula bel pulang sudah terdengar sejak tadi. Ia ingin segera pulang dan mengumpulkan kekuatan untuk memusnahkan Keandra dari dunia ini.

"Gue nggak mungkin nerima dia karena dia bukan lo."

Ucapan Keandra itu berhasil membuat Kirana berhenti sesaat, membiarkan hatinya menghangat. Hanya sesaat.

"Lo berhak punya hubungan sama siapa pun itu, Ndra. Jangan jadiin gue sebagai pertimbangan atas perasaan lo ke mereka," sambung Kirana sebelum melanjutkan langkah.

***

Continue Reading

You'll Also Like

951K 54.4K 53
BELUM DIREVISI. "Suutttt Caa," bisik Caca. "Hem?" jawab Eca. "Sttt Caa," "Apwaa?" Eca yang masih mengunyah, menengok ke samping. "Ini namanya ikan ke...
2.3M 75.8K 15
(full story of Uppsss!!!) Bagiku dia adalah masa lalu. Bukan sebuah kesalahan, hanya kenyataan yang harus aku lupakan. Sama seperti statusnya buatku...
22.5K 4.2K 64
[Follow emak dulu, baru lanjut baca] _________________________________________ "Megiska cantik, kali ini gue nggak bohong, lo emang cantik kalau dili...
356K 24.3K 57
"Maaf ...." "Berhenti merasa bersalah karena hal-hal yang sebenarnya di luar kuasa kamu!" Niat hati ingin rehat dari aktifitas yang melelahkan sebagi...