My Bad Sister || Hold Me Tigh...

Da NihaOsh

827K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... Altro

00 || Pernikahan papa
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

01 || Bartender

23.6K 3.2K 520
Da NihaOsh

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga ya. Terimakasih 😍😍

.
.

Kini Shan sudah bergabung bersama Tiffany, Yunho, dan Jeno di meja makan. Shan hanya memakan makanannya tanpa mengucapkan apapun, dan Tiffany melayaninya dengan baik, tapi Shan tidak peduli.

Ternyata mengajak Shan makan malam bersama adalah keinginan Tiffany, dan Yunho terpaksa mengabulkannya, padahal ia membenci anak tunggalnya tersebut, anak brengsek yang katanya mempermalukan keluarga.

Shan makan hanya sedikit, padahal ia tidak makan apapun sejak pagi, ia hanya minum sesekali tanpa merasa lapar.

"Shan, kenapa makanmu sedikit?" Tanya Tiffany yang berusaha mendekatkan diri pada Shan, namun Shan tidak menyahut.

"Papa tau kamu gak tuli," gumam Yunho yang berusaha untuk sabar.

"Aku gak nafsu makan," sahut Shan.

"Apa masakan bunda kurang enak?"

"Hm." Shan menyahuti perkataan Tiffany sekenanya.

"Maaf, lain kali bunda akan memasak yang lain. Kamu bisa bilang sama bunda mau makan apa."

"Aku mau makan masakan Bibi Han," Sahut Shan yang membuat Yunho memandangnya tajam, namun dengan segera Tiffany tersenyum.

"Iya, khusus buat kamu nanti Bibi Han yang masak, atau nanti bunda minta resep sama Bibi Han biar kamu suka masakannya."

Shan hanya mengangguk malas.

"Gak perlu masakin apapun buat anak itu, dia bisa cari makan sendiri," gumam Yunho, dan Tiffany menggeleng kecil, lalu memandang Shan dengan cemas. Tiffany mengerti dengan sikap Shan yang seperti ini padanya, dan ia harus memaklumi.

Jeno yang sejak tadi diam melirik Shan sejenak, lalu melanjutkan makannya.

**

Shan mendengus kecil ketika ponselnya terus berdering, ia pun meraihnya dan menjawab panggilan dari Sena.

"Iya Sen?"

"Lo telat satu jam!"

"Gue mau berenti aja, cape."

"Ya ampun, baru 3 hari lo kerja, Shan! Jangan bikin gue malu. Kalau mau berenti ya baik-baik."

Shan terdiam seraya memandang kuku-kuku jarinya.

"Shan, disini kerjanya lumayan enak, gajinya juga lumayan. Mau cari kerja dimana lagi? Mending lo datang sekarang," ujar Sena dengan nada melunak.

"Susah dapetin kerja, terlebih lo punya tato permanent," lanjut Sena.

Shan menghela nafasnya. "Okay gue dateng, tapi bilang pak Jung jangan marahin gue."

"Pasti dimarahinlah. Cepet ya."

Pip

Shan beranjak dari kasurnya, ia segera bersiap untuk pergi bekerja hingga pagi menjelang.

**

Jam menunjukan pukul 3 dini hari, Shan masih setia melayani para pelanggan yang mengajaknya mengobrol sambil minum, minuman yang ia racik sendiri.

"Shan, lo tahu? Banyak yang mau nyewa lo disini, mereka berani bayar lebih. Apa lo benar-benar enggak tertarik?" Tanya Brian, anak pemilik Club tempat Shan bekerja, usia Brian sama dengan Shan, membuat keduanya gampang mengakrabkan diri walau baru 3 hari kenal.

"Enggak, gaji ini udah cukup buat gue," sahut Shan seraya merapikan botol-botol yang sudah kosong, memasukannya kedalam kardus.

"Kalau gue yang nyewa lo gimana? Lo mau?" Tanya Brian seraya tersenyum tipis.

"Berani bayar berapa?" Tanya Shan menantang.

"Lo maunya berapa?"

"Semua, semua harta yang lo punya," sahut Shan seraya tersenyum tipis, membuat Brian tertawa pelan.

"Serius Shan, gue bisa bayar lo berapapun, tapi kalau semua harta gue itu gak masuk akal."

"Gue becanda, gue gak jual diri," sahut Shan, ia tidak menjual diri, tapi terkadang ia membiarkam tubuhnya dijamah laki-laki lain tanpa bayaran, hanya untuk kesenangan.

Tuk tuk

Shan dan Brian menoleh pada laki-laki yang mengetukan jemarinya di atas meja bar. Shan mengerutkan dahinya mendapati Jeno disana.

"Gue pergi dulu," bisik Brian, lalu ia pergi meninggalkan Shan dan Jeno.

"Kasih gue minuman terbaik yang pernah lo bikin," pinta Jeno, tanpa menyahut pun Shan segera membuatkannya untuk Jeno. Shan yakin Jeno sudah agak mabuk, terlihat dari matanya yang memerah.

Setelah minumannya jadi, Shan menaruh minuman itu di depan Jeno.

"Udah gue duga, lo bukan anak cowok yang suka berkutat sama buku pelajaran tanpa senang-senang," ujar Shan seraya tersenyum tipis.

Jeno meminum minuman itu sampai habis, dan Shan hanya diam memandang wajah Jeno yang terlihat menikmati minumannya.

"Temen gue ada yang mau sama lo," ujar Jeno seraya tersenyum mengejek, membuat senyuman Shan luntur dan berubah menjadi dingin.

"Apa 50 juta cukup? Ah enggak, 5 Juta. Cewek kayak lo gak pantes dihargain semahal itu," ujar Jeno seraya tertawa pelan, Jeno benar-benar telah mabuk.

"Bilang sama temen lo, kalau miskin jangan coba-coba nawar gue," gumam Shan.

"Dia juga tau mana yang harus dibayar murah dan mahal, jangan sok jual mahal, Shan."

"Mau semurah apapun gue di mata lo, duit lo gak akan cukup buat nyewa gue," desis Shan seraya tersenyum remeh.

"Jen, lo cuma cowok miskin yang butuh hiburan, tapi tetep keliatan miskin walaupun lo nongkrong di tempat mahal kayak gini. Jadi jangan ngomongin soal nyewa gue yang gak cukup buat dompet lo, okay?" Shan menepuk-nepuk bahu Jeno.

Jeno menunduk, ia benar-benar mabuk, mungkin ia tak mendengarkan ucapan Shan.

"Hey, dimana Sena?" Tanya seorang laki-laki lain yang datang menghampiri Shan, kebetulan Sena baru saja kembali dari toilet, dan menghampiri Shan.

"Apa lo mau pulang sekarang?" Tanya Sena seraya memberikan korek pada laki-laki itu untuk menyulut rokoknya.

"Iya, sebentar lagi," sahut laki-laki itu seraya duduk di kursi, tepatnya di samping Jeno yang sudah terlelap.

"Kalau begitu bawa Jeno pulang sama lo, dia abis diputusin ceweknya," ujar Sena seraya tertawa pelan, membuat Shan mengerutkan dahinya.

"Lo kenal Jeno?" Tanya Shan pada Sena.

"Iya, Jeno temen SMA gue. Oh ya Shan, kenalin ini Hyunjin, temen SMA gue juga. Gue, Jeno, dan Hyunjin sahabatan," ujar Sena, lalu Shan menjabat tangan Hyunjin yang sudah terulur.

"Shannon," ujar Shan, lalu ia melepaskan tangan Hyunjin, membuat Hyunjin tersenyum kecil.

"Jadi, dari mana lo kenal Jeno?" Tanya Sena.

"Barusan, dia mabuk dan banyak omong," sahut Shan seraya melirik Jeno.

"Dia abis diputusin pacarnya, makanya kayak gitu, sebenarnya dia jarang dateng ke Bar," ujar Sena, dan Shan hanya mengangguk kecil.

"Tatto lo asli?" Tanya Hyunjin yang terlihat tertarik dengan Tatto yang Shan miliki, mengingat seragam yang Shan gunakan berupa kaos lengan pendek.

"Ya, permanent," sahut Shan seraya tersenyum kecil.

"Wow! Nyali lo gede juga, gue mau pasang tato juga. Menurut lo, dimana letak yang bagus?" celetuk Hyunjin yang membuat Sena berdecak sebal.

Shan meneliti tubuh Hyunjin, lalu ia melihat lengan Hyunjin yang terdapat urat-urat yang tercetak jelas di sana.

"Lengan lo, menurut gue di sana bagus," sahut Shan seraya menunjuk lengannya Hyunjin, mengingat Hyunjin mengenakan kaus pendek juga saat ini, dengan jaket kulit yang sengaja di sampirkan di bahu kanannya.

"Jangan coba-coba Jin, bisa abis sama bokap lo." Sena mengingatkan, dan Hyunjin hanya tertawa pelan.

Shan melepas apronnya, "gue ke toilet dulu," ujar Shan, dan Sena menganggukkan kepalanya.

Shan berjalan menuju toilet yang lebih dekat, ia baru saja hendak memasuki toilet wanita, namun seseorang menariknya dan membenturkan punggungnya ke dinding, membuat Shan meringis.

Shan mengangkat wajahnya, hingga matanya bertemu tatap dengan mata tajam laki-laki yang ia cari selama ini.

"Jaehyun," lirih Shan yang nampak terkejut dalam diam, membuat laki-laki yang ia panggil Jaehyun itu menyeringai tipis.

"Lo, terlihat beda," gumam Jaehyun.

Shan mengubah ekspresi wajahnya menjadi angkuh, kemudian ia tersenyum kecil dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo terlihat sama aja, sama-sama terlihat brengsek," sahut Shan dengan telak, membuat Jaehyun tertawa pelan, terlihat begitu tampan dengan wajah yang terlihat lebih dewasa dari 3 tahun yang lalu.

Jaehyun mendekatkan wajahnya pada wajah Shan, ia menatap mata indah Shan dengan intens.

"Gue senang kita ketemu lagi," bisik Jaehyun.

"Ya, sama," sahut Shan yang berusaha mengontrol emosinya, ia tidak mau terlihat lemah di hadapan Jaehyun.

"Jadi, berapa untuk semalam?" Tanya Jaehyun dengan bisikan, bahkan bibirnya menyentuh daun telinga Shan dan menghembuskan nafasnya di sana.

Shan mengepalkan kedua tangannya di kedu sisi tubuhnya, ia tidak pernah semarah ini jika seseorang menawarkan tubuhnya, tapi emosinya memuncak ketika itu Jaehyun, pria yang telah menghancurkan hidupnya.

"Dengar Jae, lo gak bisa beli gue walau lo ngeluarin semua uang yang lo punya," bisik Shan seraya meremat jaket yang Jaehyun kenakan.

"Lo, gak akan pernah bisa nyentuh gue lagi," desis Shan, lalu ia mendorong keras tubuh Jaehyun, lalu memasuki toilet wanita.

Shan berdiri di depan wastafel dengan kedua tangan yang gemetar, ia mengusap wajahnya dan berusaha menenangkan diri. Ia kira, kembali bertemu dengan Jaehyun akan membuatnya lebih tenang dan bisa membalaskan dendam, namun nyatanya tidak, ada ketakutan di dalam dirinya ketika menatap mata tajam Jaehyun.

"J-jung Jaehyun bajingan," desis Shan dengan suara gemetar.

.
.
.
.
Tbc

Next?

Continua a leggere

Ti piacerà anche

558K 73.9K 33
[END] "Entah kenapa Orang-Orang selalu larang gue buat deket sama Hyunjin" "Gue gak tau, kapan waktunya dia tersenyum. Karena setiap harinya gue bias...
175K 1.9K 1
SEASON 2 Setelah kejadian itu, hidup Hyunjin berubah drastis. Semua impian dan cita-citanya hanyalah angan-angannya saja. Rasa bersalah dan rasa benc...
213K 22.8K 74
Bella tidak pernah berencana menikah dalam kehidupannya setelah perceraian kedua orangtuanya. Baginya hubungan romantisme adalah lelucon paling lucu...
26.8K 3.8K 41
"ʟᴏᴠᴇ ᴏʀ ʙʟᴏᴏᴅ? ɪ'ʟʟ ɢɪᴠᴇ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ʏᴏᴜ ɴᴇᴇᴅ ʙᴜᴛ,ʏᴏᴜ ꜱʜᴏᴜʟᴅ ʙᴇ ᴍɪɴᴇ ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ʟᴇᴛ ᴍᴇ ɪɴ ʏᴏᴜʀ ᴡᴏʀʟᴅ"