AKUNTAN(geng)SI [COMPLETED]

By Merynft

38.5K 3.9K 985

- Akibat terlalu pandai mendebet rasa tanpa mengkredit gengsi - Bagi Keandra, Kirana adalah poros dunianya. I... More

PROLOG
bagian 1 | imah vs nduk singa
bagian 2 | hadiah dari pak tua
bagian 3 | tragedi ruwat
bagian 4 | serumah sama singa
bagian 5 | ruwat season II
bagian 7 | dalam misi meluluhkan hati imah
bagian 8 | mas keandra?
bagian 9 | ngedate
bagian 10 | uas alias ujian anak sholeh
bagian 11 | si cakep yang tidak diharapkan
bagian 12 | amukan singa betina
bagian 13 | juara di hati imah
bagian 14 | poros dunia imah
15 | WARI(OR) GARUDA NATION
16 | KEMBALINYA SANG LEADER
17 | SIR QUITE
18 | CINTA DI MATA WANITA
19 | ASPAL 201 METER
20 | A HEART
21 | P E R F E C T
22 | THE GUEST STAR
23 | SELINGAN
24 | BOYFRIEND
25 | I AM YOURS
26 | START UP
CHIT CHAT (1)
CHIT CHAT (2)
27 | ULANG TAHUN IMAH💙
28 | (MENIK)MATI
29 | RUMAH TAK BERTUAN
30 | (TANPA) KAMU
31 | (HAMPIR) TAK BERNYAWA
32 | BERPAYUNG JANJI
33 | A BEAUTIFUL MISTAKE
34 | TITIK TEMU
35 | SEBUAH RASA
bagian 36 | berhenti berotasi
bagian 37 | mari kita usahakan perasaan itu
bagian 38 | restu semesta
EPILOG
UNTUK READERS AKUNTAN(GENG)SI
APA INI, HAYO?

bagian 6 | the meaning of Imah

969 110 30
By Merynft

Mulmed : Keandra Alkarim Diningrat

"Jangan khawatir untuk menjadi berharga, karena kamu adalah satu-satunya."

***

LAMPU-lampu di sepanjang sirkuit menyala. Memantulkan cahaya kuning. Sebagian besar sudut di sirkuit tampak sepi tak berpenghuni. Satu-satunya titik yang ramai hanya pada segerombol geng motor dengan aneka kombinasi jaket yang dikenakan. Mungkin ada lima hingga tujuh warna berbeda.

"Beneran nih Kalion mau balapan sama Kirana?" tanya Kiki untuk memastikan, lantas melempar tatapannya pada Kalion yang ada di sebelah kanannya.

"Heh, Kaleng Sarden! Emang lo nggak ngerasa cupu udah ngajakin balap cewek?" Pertanyaan itu dilemparkan Kirana sedetik kemudian pada ketua geng motor The Boys.

Kalion hanya mengedikkan bahu, lantas bangkit dari duduknya. "Gue sih yakin lo bakal kalah, dan kalo gitu kan lo lebih gampang buat jadi pacar gue."

"Dih, sinting. Sampai kapan pun gue nggak sudi jadi pacar lo, apalagi buat balapan kayak gini." Kirana menyahuti dengan napas terengah. Letupan emosi membumbung di dalam dadanya. Ia mati-matian menahan kedua tangannya untuk tidak melempar sepatu yang dikenakan ke puncak kepala Kalion.

Aulia yang masih dalam posisi merangkul Kirana lantas mengusap bahu ketua geng itu secara perlahan. Tak sedikit kata "sabar" digumamkannya agar Kirana tak meledak. Apalagi atmosfer di sekitar menjadi begitu canggung. Tampaknya kedua pihak itu sama-sama tak mau mengalah.

Tepuk tangan dari Kiki mulai mencairkan suasana. "Udah-udah, Kalion jangan paksa Kirana karena lo udah tau jawabannya gimana. Jadi, malem ini kita asik-asikan aja. Balapan bisa diwakili per anggota geng motor, tanpa embel-embel urusan pribadi."

"The Boys versus Tiger, gimana?" Kiev yang merupakan ketua geng motor Tiger lantas menawarkan diri.

Kalion yang sudah mengaitkan helm di lengan lantas mengangguk menyetujui. Tidak buruk juga untuk tanding balap dengan geng Tiger. Apalagi posisinya sudah kepalang berdiri sejak adu argumen dengan Kirana tadi.

Ketua geng Tiger pun beranjak dari posisinya. Ia melangkah berdampingan dengan Kalion menuju garis start, tepat di mana motor mereka disiapkan. Ia tak begitu mengenal Kalion, hanya sering mendengar desas-desus hilangnya ketua geng itu selama dua tahun kemarin.

"Gue Kiev, anak Bina Bangsa," ujar Kiev begitu keduanya sudah menunggangi motor masing-masing. Bahkan kini ia mengulurkan tangan.

Kalion tak menoleh sama sekali. Bahkan ia tak ingin repot untuk membalas uluran tangan itu. Sebelah alisnya berkerut heran. Menurutnya, ini hanyalah basa-basi yang sangat membuang waktu.

"Lo udah pasti tahu siapa gue," sahut Kalion sembari mengenakan helm, kemudian memasang pengait di bagian bawah.

Uluran tangan Kiev yang hanya disambut angin lantas ditariknya kembali. Ia menahan gejolak di dada yang ingin memaki sekaligus melempar helm yang masih ada di lengan. Namun, tanpa membuang waktu lebih banyak lagi, ia lekas mengenakan helm.

Tatapan Kiev terlempar ke depan, lantas berujar, "Gue pikir tadinya Kirana bakal rugi udah nolak lo mentah-mentah, tapi begitu tahu kalo lo minus attitude, gue jadi paham dan sangat mendukung pilihannya itu."

***

KEANDRA melepaskan celemek yang melekat. Lewat sudut mata, ia melirik pada jam dinding yang tak jauh dari posisinya. Ternyata sudah hampir menunjukkan pukul 22.50 WIB. Beberapa kursi yang disediakan di kafenya tampak sudah kosong. Hanya ada beberapa pasang manusia yang berkutat dengan laptop, sisanya sedang mengobrol ringan dengan pasangannya.

Sejak maghrib tadi, Keandra sudah undur diri dari rumah Aldo. Apalagi ia mendapat info dari Sandi bahwa kafe sedang ramai, dan Refa sedang izin. Keandra pun memutuskan untuk turut menyumbangkan tenaga di kafenya.

"Di atas masih rame, Lang?" tanya Keandra begitu melihat Gilang yang membawa sebuah nampan berisi beberapa gelas minuman ke arah tangga.

Gilang mengangguk terburu-buru. "Iya, nih, Mas. Kayaknya lagi ada yang ulang tahun deh."

Keandra membalasnya dengan anggukan pula. Ia memang mendesain kafe ini menjadi tiga bagian, di mana ada lantai satu untuk mengobrol ringan, lantai dua khusus untuk reservasi meeting dan kegiatan yang bersifat ramai, sedangkan lantai tiga adalah rooftop. Ruangan yang paling gencar dipromosikan adalah lantai dua karena biasanya ditempati oleh para petinggi perusahaan yang sedang mengadakan acara.

Ingatan Keandra kembali pada jarum jam yang hampir menuju tengah malam. Ia lantas merogoh ponsel yang ada di saku baju. Tampak sebuah pesan belum terbaca yang dikirimkan oleh Kirana sejak dua jam yang lalu. Sebelum memutuskan untuk membalas, Keandra lebih dulu mendudukkan diri di kursi kasir.

Kirana

[Gue besok balik ke basecamp dulu. Lo jemput di sana aja.]

[Btw, pada ngajakin minum-minum nih :((]

[Gue boleh aja kan ya?]

Keandra

[Boleh]

[Minum air putih]

Pesan yang sudah dikirimkan dua jam yang lalu, sudah pasti persetujuannya pun kadaluarsa. Keandra lantas menekan ikon telepon yang ada di sebelah kanan atas. Terdengar sebuah dering yang menunjukkan bahwa teleponnya tersambung. Beberapa detik berlalu dan sambungan teleponnya tak kunjung diangkat.

"Angkat dong, Ki." Keandra menyugar rambutnya dengan perasaan gundah gulana. "Lo kalo beneran minum bisa-bisa habis sama cowok-cowok sialan itu," ujarnya begitu kesal.

Keandra mengulang aktivitasnya hingga beberapa kali. Ia juga mengirimkan pesan beruntun agar Kirana segera mengangkat teleponnya. Sampai pada panggilan ke sepuluhnya, Keandra meremat buku jemarinya hingga memutih. Rasa paniknya menjalar hingga ke ubun-ubun.

"Halo ...?"

Sambungan telepon itu diangkat juga akhirnya. Namun, Keandra yakin jika yang berucap dari seberang itu adalah laki-laki. Keandra mencoba mendengarkannya dengan lebih seksama, terutama ketika mendengar beberapa dialog tak terstruktur.

"Halo ... ini siapa ya?" Benar, itu adalah suara cowok.

"Kirana, lo beneran minum?" tanya Keandra kemudian. Ia berusaha mengacuhkan fakta bahwa manusia yang mengangkat panggilan teleponnya itu bukan Kirana.

"Bang Kiki, balikin hape gue!" teriak Kirana dari seberang.

Beberapa suara gemerisik terdengar kemudian. Keandra menebak bahwa sedang terjadi drama perebutan ponsel di sana. Ia lantas menekan tombol merah untuk memutus sambungan telepon. Dadanya berdenyut tak karuan. Ia merasa udara di sekitar begitu menghimpit. Membawanya pada rasa sakit yang menjalar dan tak berbentuk.

"Udah gila sih lo, Ki," gumam Keandra setelah meletakkan ponselnya pada meja kasir.

Tak berselang lama, sebuah panggilan dari Kirana terlihat. Keandra hanya melihatnya beberapa saat. Bahkan ia membiarkan panggilan itu berlangsung tanpa berniat mengangkatnya. Pada hitungan kelima, panggilan itu terhenti, berganti dengan chat beruntun.

Kirana

[Gue nggak minum. Demi Tuhan, Keandra.]

[Lo juga tahu sendiri gue gimana.]

[Sorry tadi hapenya dibawa sama Bang Kiki, ketua perhimpunan]

[Besok gue balik.]

[Estimasi sampe basecamp sekitar jam 10.00]

[Sorry udah bikin lo panik dan makasih udah khawatirin gue, Keandra.]

***

KIRANA mendudukkan diri di tepian kasur. Rentetan pesan yang dikirimkannya bahkan tak dibaca oleh Keandra, panggilan teleponnya pun tak terjawab semua. Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut, membawa puing-puing pening tak berkesudahan. Ia memutuskan untuk merebahkan diri di samping Ratu yang sudah terlelap.

"Lo kenapa dah, Ki?" tanya Ratu tanpa membuka kelopak mata.

Kirana membuang napasnya yang begitu berat. "Keandra kayaknya marah deh, tadi pas dia telepon tuh hape gue pas lagi dipegang sama Bang Kiki dan malah diangkat. Lo tahu kan, chat terakhir gue tuh bekas dare dari Kenya. Jadinya, Keandra mikir macem-macem."

Kelopak mata Ratu terbuka di seper sekian detik. Bahkan ia mengubah posisi tidurnya jadi menghadap pada Kirana. Rasa penasaran sekaligus spekulasinya menjadi melejit.

"Kan, lo sama Keandra pasti ada hubungan apa-apa. Ngaku, deh, lo udah jadian, kan, sama Keandra?!"

Kirana menggeleng keras. "Gue sama dia tuh nggak ada apa-apa. Lo kayak amnesia aja posesifnya Keandra gimana. Dari dulu kan dia emang kayak gitu, Ra. Dia juga udah sering bilang kalo kita ini kayak saudara kembar beda orang tua."

Ratu mendesah kecewa. Lagi-lagi spekulasinya disadarkan oleh realita bahwa keduanya memang sudah sedekat itu sejak dahulu. Ratu kembali memposisikan dirinya untuk berbaring menghadap langit-langit atap.

"Gue jadi inget pas dulu kita baru masuk SMP. Lo sama Keandra beneran kayak perangko sekaligus musuh bebuyutan. Nempel banget tapi nggak akur. Satu sekolah bahkan tahunya kalian itu pacaran," ujar Ratu dengan mata berbinar. Ia lantas menjatuhkan arah pandangnya pada Kirana yang juga menatapnya. "Eh, ternyata malah terjebak di hubungan kakak-adik."

Kirana tak dapat menahan tangannya untuk tidak memukulkan guling kepada Ratu. Ia bahkan membiarkan Ratu berulangkali mendesis kesakitan meski diselingi tawa. Ia diam-diam merindukan masa itu. Masa di mana ia sangat menyukai Keandra dengan segala tingkah pedulinya.

"Fun fact-nya lagi, Ki. Anak seangkatan kita tuh nggak ada yang berani deketin Keandra karena tahu lo pawangnya. Kita semua tahu lah gimana beringasnya elo," ujar Ratu yang diakhiri tawa, lagi.

Kirana ikut tertawa mendengarnya. "Oh, bener juga, gue baru sadar sekarang deh, kenapa mantannya Keandra rata-rata itu kakak kelas."

"Btw, lo besok jadi balik sama Kalion, sesuai dare dari Adil tadi?"

"Jadi, kok. Toh, cuma sampai basecamp aja. Keandra nggak mungkin lihat itu, kan?"

Ratu mengernyitkan dahi. "Kenapa semua pertimbangan di hidup lo selalu ada Keandra, sih? Emang dia seberharga itu?"

"Yailah, Ra. Di hidup manusia sebatang kara kayak gue, mah, manusia modelan Keandra juga udah berharga banget." Helaan napas Kirana terdengar. "Cuma gue yang nggak ada artinya buat dia, Ra. Kasian banget ya, gue ...."

***

Continue Reading

You'll Also Like

117K 9.8K 34
(PART MASIH LENGKAP) Amazing cover by @kamubiru Tak ada kata balikan sama mantan di dalam kamus Uyaina, kalau sudah putus ya putus saja. Sepanjang s...
126K 3.9K 32
Ini tentang perjuangan Shila, seorang remaja SMA yang hidup di panti asuhan. Ia harus berjuang untuk masa depannya yang ingin melanjutkan pendidikan...
5.6K 1.4K 38
Sagara, seorang mahasiswa semester lima jurusan teknik informatika. Dia memiliki otak yang cerdas dan termasuk pemuda yang tampan, bahkan kaya raya...
29.6M 1.3M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...