ENDLESS [✔]

By orchideryfa

25.8K 3.5K 300

Effort, pain, and love ended by pure destiny. Completed ☑️ Started 25/07/2018 Ended 12/05/2020 More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
31
32
33

26

552 81 4
By orchideryfa

“Dia ibuku.”

“Sudah lebih dari 7 tahun ia mengalami gangguan kejiwaan.”

Beliau sudah sekitar hampir 2 tahun berada di tempat rehabilitasi. Tapi sejauh itu, tidak ada kemajuan sama sekali. Justru keadaannya semakin memburuk. Dan 5 tahun terakhir, ayahku memindahkannya kesini.”

“Ya, rumah sakit jiwa. Bukankah kamu tadi bingung ketika aku membawamu kemari?”

Jisoo terngiang beberapa penggal cerita Jaehyun kemarin. Ternyata, bukan hanya dirinya yang menderita dalam sebuah keluarga. Ternyata, sosok itu. Sosok penuh kharisma yang hampir diketahui seluruh masyarakat kampus pada masanya, seseorang yang saat ini sudah menyandang gelar sebagai dokter, ia tidak lebih dari pria rapuh yang selama ini memendam ketakutannya seorang diri.

“Ayahku berselingkuh. Saat itu ibu sedang mengandung adikku, ya. Di usia ku yang sudah menginjak remaja menuju dewasa, ibuku hamil lagi.”

“Ibuku yang baru sehabis pulang mengecek kandungannya seorang diri, mendapati ayah yang pada saat itu sedang bersama perempuan simpanannya tengah memadu kasih di kamar mereka.”

“Ibuku mengalami pre-eklamsia pada kehamilannya, karena mengandung di usia yang sudah lebih dari 40 tahun cukup beresiko.”

Jisoo merasa sesak. Mengingat pria itu menitikkan air matanya karena penderitaan yang dialami ia dan ibunya.

Yah, ibu pingsan. Beliau dilarikan ke rumah sakit dan saat itulah beban berat menderanya.”

“Adik perempuanku, janin yang sudah berusia 7 bulan itu terpaksa harus diangkat bersama dengan rahim ibuku karena beliau mengalami pendarahan hebat.”

“Kau tau, pada saat itu akulah yang membuat keputusan. Rasanya berat, harus memilih di antara dua perempuan yang sangat berharga bagiku.”

“Ayah tidak mau tau. Ia tidak peduli lagi terhadap aku dan ibuku.”

“Dengan berat hati, aku menandatangani surat persetujuan operasi. Ibuku harus selamat. Dengan jalan satu-satunya, aku harus merelakan adik kecilku yang malang.”

Siang itu, Jaehyun terisak. Ia telah menceritakan semuanya, selain dari sahabatnya, Doyoung.

Tapi ternyata belum sampai disitu, ibuku koma. Aku rasanya hampir gila. Padahal saat itu menjelang ujian kelulusan sekolah menengahku.”

“Selama hampir 3 minggu tidak sadarkan diri, ibuku akhirnya bangun. Beliau depresi, dan ayahku enggan menerimanya kembali. Itulah kenapa, sekarang beliau berada di tempat ini.”

“Dan hari ini, perawat yang menjaga ibu menghubungiku bahwa ibu histeris dan terus memanggil namaku. Mungkin dia rindu dengan anak laki-laki satu-satunya yang tampan ini. hehehe.”

Terdengar kurang ajar dan menyebalkan disaat seperti itu, namun Jisoo menyunggingkan senyum samar. Gadis itu menyeka air matanya yang meleleh sejak tadi. Kemudian tangan kurusnya menutup room chat nya yang menampilkan beberapa deret obrolannya dengan Jaehyun.

Itulah kenapa, aku sangat menghargai wanita. Aku sudah kehilangan adikku, dan aku tidak ingin kehilangan ibuku.”

“Dan sekarang, aku tidak ingin kehilanganmu karena kelalaianku lagi, Ji.”

Kata demi kata yang terlontar dari bibir Jaehyun membuat isi kepala Jisoo terasa beku. Sehingga saraf motoriknya berhenti bekerja, membuat Jisoo membatu tanpa pergerakkan sama sekali.

Demi apapun, pria itu berkali lipat jauh lebih menderita darinya. Menyimpan ponselnya di nakas, Jisoo mengusap matanya ketika sang ibu sudah berdiri di pintu kamar miliknya.

“Kau sakit?”

Hana bertanya dengan nada sedikit khawatir. Memperhatikan kedua mata dan ujung hidung Jisoo yang memerah.

“Tidak bu. Hanya saja tadi habis kena debu dari luar makanya hidungku gatal dan mataku perih.” kilah gadis itu lalu tersenyum.

Hana menghela napas lega, “Kalau kau sudah baikan, nanti kita jenguk Yejun ya.”

Jisoo mengangguk lemah, hingga akhirnya sang ibu keluar dari kamarnya dan meninggalkan gadis itu sendiri.

Kejadian beberapa hari yang lalu, cukup membuat Jisoo kehilangan waktu tidurnya. Gadis itu tidak bisa beristirahat dengan nyenyak karena selalu terpikirkan oleh Yejun, ia sangat merasa bersalah dengan bayi mungil itu. Terlebih dengan ayahnya, — Sehun hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun ketika dua hari yang lalu Hana dan Jisoo mengunjungi rumah keluarga Oh.

Untuk sementara ini, Yejun diasuh oleh neneknya, Nyonya Ye Hwa. Tidak terkecuali pamannya yang ceroboh, Sejin.

Awalnya Hana dan Jisoo menolak, mereka bersikeras mempertahankan Yejun agar tetap bersama mereka tanpa harus menggunakan tenaga pengasuh.

Tapi lagi dan lagi, Sehun berdalih bahwa ia akan merindukan putranya jika selalu berada jauh dari Yejun. Ternyata pria itu masih cukup baik hati untuk tidak memberitahukan kepada ibunya dan ibu mertuanya tentang alasan sebenarnya yang membuat pria itu enggan memberikan Yejun kepada Jisoo dan Hana.

Jisoo sedih, namun dilain sisi ia juga bersyukur. Keadaan tak seburuk yang ia kira, walau kadang perasaan lama itu kerap kali muncul ke permukaan. Membuat isi kepalanya berantakan, membuat semua yang ingin ia percayakan kepada pemilik satu nama— Jung Jaehyun menjadi sirna.

Gadis itu hanya perlu meyakinkan perasaannya. Ia butuh Jaehyun, untuk ke depannya gadis itu yakin. Bahwa ia bisa sepenuhnya memberikan hati untuk pria baik hati yang beberapa kali sudah menemaninya di titik terendah hidup gadis itu.

***


Mengulum senyum, Jisoo tidak bisa menahan rasa gemas ketika melihat Yejun tertawa riang di pangkuan Sejin.

“Kak, boleh pinjam lipstikmu?”

Jisoo mengernyit, “Untuk apa?”

“Berikan saja jika kau tidak ingin Yejun menangis.”

Mendengar nama Yejun dibawa-bawa dan dengan embel-embel kata menangis, Jisoo dengan cepat meraih tasnya. Mengeluarkan benda berharga di mata perempuan— yang diminta bocah lelaki tengil di hadapannya saat ini.

Jisoo dan Hana sudah sampai sejak sekitar setengah jam yang lalu. Sehun belum pulang, sementara kedua wanita lanjut usia itu sibuk mengobrol sambil meminum teh di taman belakang halaman rumah keluarga Oh.

“Astaga kau ini...”

Jisoo geram, karena ketika ia mengangkat kepala, matanya menangkap sebuah pemandangan yang membuat kepalanya ingin pecah.

Di depannya, Sejin— dengan wajahnya yang sudah penuh akan coretan dari lisptik milik Jisoo— yang pelakunya adalah Yejun sendiri.

Bayi laki-laki menggemaskan itu susah payah menggenggam dan mengarahkan lipstik milik tantenya ke wajah paman konyolnya.

Pola berantakan itu terlihat semakin abstrak ketika Sejin tidak berhenti berceloteh dan tertawa sendiri— yang membuat Yejun pada akhirnya juga ikut tertawa.

“Pantas saja ibumu selalu marah kepadamu, ternyata kau memang segila ini.” ujar Jisoo dengan tawanya yang mengalir.

Sejin terbatuk ketika Yejun menelusupkan sebatang kecil lipstik yang sudah habis hancur tak berbentuk ke dalam mulut pamannya.

Bersamaan dengan datangnya Sehun, membuat pria dengan wajah penuh coretan berwarna merah muda itu mengerut.

“Kak aku permisi dulu ya mau cuci muka. Titip Yejun bentar.”

Sejin buru-buru memberikan Yejun pada Jisoo dan berjalan cepat ke belakang, memang untuk mencuci muka— sekalian menyelamatkan diri.

“Ya, kau mau kemana?!” teriak Jisoo.

Gadis itu masih belum menyadari kehadiran Sehun yang sekarang justru sedang memperhatikannya dengan terang-terangan.

“Ehm.”

Sehun berdeham, membuat Jisoo menoleh dengan wajah terkejut.

“K—au sudah pulang. Maaf, ini Yejun.”

Jisoo berdiri hendak memberikan Yejun kepada ayahnya, namun ucapan Sehun berikutnya membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

“Biar ia bersamamu dulu, sepertinya dia merindukanmu. Bukankah kau merindukan Yejun juga?”

Jisoo mengangguk kaku, diikuti dengan tawa Yejun yang entah karena apa.

“Setelah aku membawanya pergi waktu itu, malamnya ia demam.”

“Maafkan aku. Semua itu salahku. Karena kelalaianku, Chanyeol sampai harus mengantarkan Yejun padamu.”

Jisoo menunduk. Semakin merasa bersalah ketika ia baru mengetahui bahwa Yejun ternyata sempat sakit.

Sehun tersenyum. Tangan pria itu terulur untuk mengusap puncak kepala putranya yang tampak tenang dalam dekapan Jisoo.

“Kau tidak perlu meminta maaf, harusnya aku yang berkata begitu. Maaf, aku mengganggu waktumu— waktu kalian berdua dengan keberadaan Yejun.”

Jisoo menggeleng, “Dia keponakanku, aku juga memiliki tanggung jawabnya atasnya.”

Sehun tersenyum lagi, “Tapi kau sudah bersamanya. Bukankah keputusanku untuk membawa Yejun sudah benar? Jadi tidak ada lagi yang bisa menghalangi kegiatan dan urusanmu di luar sana.”

Entahlah, ucapan Sehun barusan sebenarnya memiliki maksud seperti apa. Tapi Jisoo merasa tersindir.

“Terimakasih sudah menjaga Yejun.”




——Sehun terduduk di atas ranjangnya. Yejun sudah tertidur pulas tidak jauh darinya. Putranya itu terlalu senang bermain dengan Jisoo hingga tertidur begitu.

“Tapi kau sudah bersamanya. Bukankah keputusanku untuk membawa Yejun sudah benar? Jadi tidak ada lagi yang bisa menghalangi kegiatan dan urusanmu di luar sana.”

“Terimakasih sudah menjaga Yejun.”

Sehun meremat rambutnya kasar. Bukan— bukan kalimat-kalimat sialan itu yang ingin ia katakan. Pria brengsek— umpat Sehun lirih, menujukannya pada dirinya sendiri.

Ia lemah, tidak mampu mengatakan yang sesungguhnya.

“Apa kau tidak bisa melihat dan memikirkan perasaanku kembali?”

“Mari bersama-sama menjaga dan membesarkan Yejun.”

“Brengsek.”

Erang Sehun ketika pria itu sudah berada di dalam kamar mandi di kamarnya. Ia tidak ingin membuat putranya terbangun karena sikap pecundangnya yang hanya mampu mengatakan hal-hal itu dari dalam hati.

Dengan tidak tau dirinya ia meminta Jisoo untuk memikirkan perasaannya kembali setelah apa yang Sehun lakukan pada gadis itu.





















Would you give me a second chance? I know that i don't deserve for it, but you must know that i'm really regret to hurt you in the past.”

—-—— Endless ———

©skyfaa_

Continue Reading

You'll Also Like

98.5K 2.9K 31
"she does not remind me of anything, everything reminds me of her." lando norris x femoc! social media x real life 2023 racing season
71K 2.8K 24
Noah always believed her and Lando were forever, but when he ended things with her to further his racing career it left her heartbroken and alone. I...
199K 7K 96
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
190K 4K 46
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...