My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

827K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

00 || Pernikahan papa

65K 4K 1.9K
By NihaOsh

Sebenarnya ini My Step Brother versi Jeno, tapi takut banyak yang keliru, aku ubah jadi My Bad Sister 💚💚

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga ya? Makasih 😍😍

.
.
.

Shannon Pov.

Aku memandang keluar jendela besar yang terpasang di kamar apartementku, langit disana terlihat mendung di pagi hari, awan hitam mulai bergeser ke arah utara, semoga hujan tetap terjadi, agar aku memiliki alasan untuk tidak datang ke acara pernikahan Papaku.

Ya, Papaku memutuskan untuk menikah lagi hari ini, dengan wanita yang dicintainya. Aku sungguh tidak setuju, namun aku tidak bisa mengutarakan ketidak setujuanku, sebab Papa tidak akan mendengarkanku.

Mama meninggal dunia 3 tahun yang lalu, saat aku masih duduk di kelas 2 SMA, ia meninggal karena serangan jantung, ia terkejut saat mengetahui aku hamil di usia yang masih 17 tahun. Ya, kakak kelasku memperkosaku hingga aku hamil, dan beruntungnya janin itu gugur karena aku yang stress dan hampir gila.

Sehari setelah mama meninggal, papa memukuliku tanpa ampun, ia memarahiku dan mengataiku anak brengsek, aku hampir mati di tangannya jika saja bibi Han tidak melindungiku saat itu. Ya, mungkin karena itu pula janinku gugur di usia 3 minggu.

Aku melanjutkan sekolahku di sekolah lain, lalu setelah lulus aku kuliah di Kyunghee Univercity, tapi aku putus kuliah di semester ke 4 tepatnya 2 bulan yang lalu.

Aku memilih bekerja di Bar sebagai bartender tanpa sepengetahuan Papa. Aku sudah malas kuliah, entahlah, rasanya aku benci dengan semua yang aku lakukan, dan mudah bosan, termasuk bekerja seperti ini.

Papa selalu memukulku setiap ia pulang kerja. Ia bilang, ia benci melihat wajahku, maka dari itu 1 tahun yang lalu aku memilih tinggal di apartement, dan papa setuju, ia justru terlihat senang.

Jung Jaehyun , aku membencinya, dia kakak kelas yang memperkosaku di markas kosong milik gengnya.

Dan karena pemerkosaan itu, aku pikir semua sudah terlanjur, aku kotor dan hina, kenapa tidak kulanjutkan seperti itu bukan? Daripada harus merenung dan menyesali masa lalu. Dan kini, aku menjadi perempuan yang bebas.

"Shan."

Aku tersenyum kecut, lalu menoleh pada Lucas yang baru saja keluar dari toilet apartementku, ia terlihat sudah rapi.

"Gue pergi, ada kelas hari ini," Lanjutnya, dan aku hanya mengangguk.

"Shan, biar gue antar ke gedung pernikahan bokap lo," ujarnya, dan aku menggeleng.

"Lo pergi aja, gue bisa pergi sendiri," sahutku, dan ia mengangguk setuju.

"Okay, kalau butuh apa-apa telpon gue aja," Ucapnya, dan Sebelum pergi, ia mengecup bibirku sejenak.

Lucas adalah sahabatku, kami sudah berbagi kehangatan, aku tidak peduli ia memanfaatkanku, yang pasti aku nyaman bersamanya, dia baik dan selalu ada untukku.

Papa: datang hari ini.

Ini adalah perintah mutlak, tapi aku terlalu malas untuk pergi, dan pada akhirnya aku memilih pergi, dengan sangat berat hati.

**

Kini aku sudah sampai di Gedung A, gedung yang digunakan papa untuk acara pernikahannya dengan wanita- entahlah siapa namanya aku tidak peduli.

Aku sengaja mengenakan gaun hitam tali spageti, dengan panjang gaun satu jengkal di atas lutut, namun aku melapisinya lagi dengan Blazer warna senada yang kusampirkan di bahuku.

Aku tersenyum kecil saat semua mata mengarah padaku, tampaknya acara pernikahan ini dihadiri oleh keluarga besarku, keluarga besar calon istri papa, dan rekan kerja papa saja.

Aku bertatapan dengan Papa yang berdiri di atas altar, tampaknya acara pemberkatan baru saja selesai, dan aku telat menyaksikannya.

Syukurlah.

Aku menghela nafas saat orang di sekelilingku tak lagi memperhatikanku, aku meraih segelas wine yang tersedia di atas meja, lalu meminumanya sedikit dengan elegan.

"Shan"

Aku menoleh dan tersenyum, itu Bibi Yuri, adik perempuan papa.

"Bibi," Lirihku, lalu bibi Yuri memeluku sejenak.

"Apa kabar, sayang? Udah lama kita gak ketemu," tanya Bibi Yuri.

"Aku baik Bi, gimana kabar Bibi?"

"Bibi juga baik. Lihat Sungchan, dia mungguin kamu, pasti dia kangen sama kamu"

Aku menoleh dan tertawa pelan saat melihat Sungchan yang duduk dengan bosan di sofa pojok ruangan, sambil bermain ponsel.

"Nanti aku sapa, Bi."

"Ya, bibi harus ke toilet. Hmm, beri Papa dan mama barumu selamat," saran Bibi Yuri sebelum ia pergi, dan aku hanya tersenyum kecil.

Aku menunggu altar sepi, karena kini beberapa orang tengah berfoto disana. Sampai akhirnya aku melepas blazerku, memperlihatkan Tato yang terpajang di kedua lenganku, lalu aku berjalan ke atas altar.

Aku tersenyum kecil saat papa menatapku dengan tajam.

"Shannon," desis Papa dengan rahang mengeras, lalu aku memeluknya sejenak.

"Akan kutunjukan, segagal apa papa mendidikku," bisikku, tiba-tiba papa mendorong tubuhku dan,

Plak!

Papa menampar pipiku dengan sangat keras, tapi aku sudah terbiasa.

"Pergi, jangan membuatku malu," desisnya.

"Papa sendiri yang minta aku untuk datang, kenapa langsung mengusirku sekarang?"

"Kamu membuatku malu, Shannon. Setidaknya kenakan pakaian yang sopan!" Ujar papa, lalu aku menatap istri baru papa yang kini tengah tersenyum padaku.

"Gak apa-apa, kamu bebas berpakaian, yang penting kamu nyaman. Jangan dengerin papamu," ujar istri baru papa menenangkanku, tapi bagiku itu terlihat lucu, dia sangat terlihat ingin mengambil hatiku dengan bersikap lembut. Menyebalkan.

"Pikirkin aja diri kamu sendiri, apa kamu udah lebih nyaman dari aku? Kayaknya kamu udah males disini karena pengen acara ini cepat selesai, kamu pengen cepat-cepat menikmati harta Papaku."

"Shannon!" Bentak papa, dan aku tertawa pelan.

"Aku kenal wanita ini pah, wanita yang papa pacarin saat mama masih hidup," ujarku berusaha untuk terlihat santai, namun jauh di lubuk hatiku, aku sangat ingin menampar wanita tersebut, yang tega-teganya berpacaran dengan papaku ketika mamaku masih hidup.

"Wanita jalang ini-"

"Cukup!" Bentak Papa menyela perkataanku dengan tatapan tajamnya.

Aku tersenyum getir. "Pah, sebelum papa memikat hati wanita lain, tolong pikat aku biar aku bisa menganggap papa sebagai papaku, tapi Papa malah bersikap kayak gini sama aku," ujarku dengan suara agak gemetar.

Aku menatap wanita itu lagi. "Dan kamu, kamu bisa dibilang wanita matre yang berusah merebut papa dari mamaku!" Ucapku seraya mendorong bahunya dengan telunjukku tak terlalu keras.

"Shan-"

Srett

Ucapan papa terhenti saat seseorang menarik lenganku kasar menuruni altar, aku memandang punggung tegapnya yang terbalut tuxedo hitam, ia terus menarik lenganku hingga ke tempat sepi di luar gedung.

Dia melepaskan lenganku dan menatapku dingin. "Jangan merusak kebahagiaan mereka," gumamnya.

"Mereka gak pantas bahagia, wanita itu, wanita jalang yang tidur sama bokap gue saat nyokap gue masih hidup. Gue gak akan biarin wanita itu hidup bahagia!"

Laki-laki itu menatapku tajam, ia bahkan mendekat padaku, membuatku reflek memundurkan langkah, namun ia mencengkram bahuku dengan kencang.

"Jangan pernah ngatain nyokap gue dengan kata itu, seenggaknya dia mau menikah sama bajingan kayak Bokap lo," desisnya yang membuatku terdiam sejenak, ternyata laki-laki ini anak dari wanita jalang itu, itu tandanya dia saudara tiriku.

Aku tertawa pelan, lalu memegang tangannya yang tengah mencengkram bahuku.

"Hai Saudara tiri, gue harap lo gak terkejut sama ucapan kasar gue, mulut gue susah dikontrol kalau udah dihadapin sama wanita jalang kayak Nyokap lo. Ahk!" Pekikku saat aku merasa ujung kuku tumpulnya menekan kulit di bahuku cukup dalam.

"Lo bahkan terlihat lebih jalang," desis laki-laki itu.

"Jeno!"

Cengkraman itu terlepas dari bahuku, saat wanita jalang itu menghampiri Jeno dengan susah payah, karena gaun sialannya yang luar biasa menyebalkan.

"Maafin anak bunda, dia memang kasar, tapi bunda janji Jeno gak akan kasarin kamu lagi," ujar Wanita itu seraya menggenggam tangan Jeno, anaknya.

"Gak usah minta maaf, emang cewek jalang ini harus dikasarin," ujar Jeno, lalu ia menuntun ibunya untuk kembali memasuki gedung. Aku dapat mendengar Wanita itu memarahi Jeno karena ucapan kasarnya padaku.

Aku tertawa lirih. Aku ini bodoh, aku bahkan tidak menganggap diriku sebagai jalang, tapi nyatanya prilaku-ku seperti jalang.

"Jaehyun, gue bakal nemuin lo dan hancurin hidup lo," gumamku dengan suara gemetar. Mataku tiba-tiba memanas, dadaku bergemuruh hebat.

Aku tidak mengerti dengan diriku yang sekarang, aku sangat suka membuat orang membenciku, tapi aku akan menangis jika orang lain mengatai keburukanku.

Aku sedang tidak baik-baik saja, aku hampir gila. Aku bahkan tidak bisa percaya dengan ucapanku sendiri.

Ma, aku ingin menyusulmu saja. Aku lelah, aku tidak memiliki tujuan hidup lagi- ahk tidak tidak, masih ada satu hal yang belum tercapai, membuat hidup Jaehyun dan pernikahan papaku hancur. Ya, aku harus menyelesaikan itu, baru aku menyusulmu..

**

My Bad Sister!

**

Author Pov.

Ini sudah 3 hari sejak pernikahan Yunho dan Tiffany. Tiffany dan Jeno sudah tinggal bersama Yunho, membuat Shannon yang mengetahui itu geram. Shannon benci dengan kedua orang asing itu.

Dan akhirnya, Shannon pulang ke rumah untuk memastikan kedua orang asing itu tidak melakukan hal yang semena-mena, semua harta ini adalah milik mamanya, sebab mamanya adalah pemilik perusahaan Amy Group, perusahaan property terbesar di asia. Dan Yunho diangkat menjadi Ceo di perusahaan tersebut saat Shannon berusia 3 bulan di dalam kandungan Ailee, mamanya Shannon.

Jadi, menurut Shannon semua harta ini adalah milik Mamanya. Tanpa Ailee, Yunho bukanlah siapa-siapa, ia hanya seorang karyawan biasa yang beruntung dicintai oleh Ailee.

Shannon sudah sampai rumahnya, ia dengan senang memeluk Bibi Han, sebab Bibi Han adalah asisten rumah tangga di rumah ini bahkan sebelum ia lahir.

"Nona Shan, kenapa baru pulang sekarang?" Tanya Bibi Han dengan mata berbinar, membuat hati Shannon menghangat. Wanita setengah baya ini yang kerap mengurusnya saat orang tuanya sibuk bekerja.

"Aku baru sempat bi. Ah ya, maaf tolong siapain kamarku, aku mau tinggal di sini buat beberapa hari."

"Iya, bibi siapin dulu."

"Makasih bi."

Bibi Han tersenyum dan pergi menuju lantai dua. Senyuman Shannon luntur saat melihat Paman Aric dan Paman Yoon tengah menggotong sebuah meja rias besar keluar dari kamar Yunho.

"Kalian ngapain?" Tanya Shannon seraya menghampiri keduanya, dan keluarlah Tiffany dari dalam kamar dengan raut wajah tidak enak.

"Maaf nona, Tuan besar meminta saya untuk memindahkan meja ini ke gudang," sahut Yoon.

Shannon terkejut, ia memandang meja rias itu dengan pandangan sendu, meja rias itu adalah meja rias mewah kesayangan Mamanya, bahkan meja ini tempat terakhir ia melihat mamanya berdandan.

"J-jangan, jangan pindahin ke gudang, pindahin ke kamar aku aja," ujar Shan dengan suara gemetar, ia tidak bisa membiarkan meja rias itu berdebu di dalam gudang.

"Maaf nona, tuan besar nanti marah," sahut Aric, lalu Shannon menatap Tiffany dengan penuh kebencian.

"Lihat, baru 3 hari kamu jadi istri papa, udah kayak gini kelakuan kamu! Gak usah pake pindahin meja mamaku segala," omel Shan.

"Bunda gak minta buat dibelikan meja baru, tapi papa kamu minta pindahin meja itu," sahut Tiffany yang terlihat begitu merasa bersalah.

"Ya itu karena kamu, sekarang apa?" Shannon melihat ke sekeliling ruangan kamar itu yang di tata berbeda dari sebelumnya.

"Bahkan kalian menata ulang semua ini, mamaku yang mengatur sebelumnya, kenapa kamu gak pakai kamar lain aja?"

"Maaf Shan-"

"Tau diri, disini kamu cuma orang asing, gak berhak buat mengacaukan rumah ini!" Ujar Shan yang menyela pertanyaan Tiffany.

"Apa lo gak pernah diajarin sopan santun?" Tanya Jeno yang baru saja keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, ia menghampiri Shan.

"Kalian yang gak punya sopan santun, nyokap lo udah mengacaukan rumah ini, dia pikir dia siapa?!! Lo dan nyokap lo cuma orang asing! Orang miskin yang butuh pegangan buat hidup!" Ujar Shan dengan menggebu-gebu.

Jeno mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya, sementara Tiffany berusaha menenangkan Jeno yang mudah tersulut emosi.

"Lo bisa protes, tapi tetap Papa yang mutusin semuanya-"

"Hah? Papa? Papa siapa? Telinga gue enggak enak denger lo bilang papa sama bokap gue," sela Shan seraya mendorong bahu Jeno.

"Miskin ya miskin aja. Jangan morotin harta Bokap gue, kan nyokap lo udah biasa ngejalang," ujar Shan yang terdengar begitu keterlaluan, hal itu benar-benar membuat Jeno geram.

"Tutup mulut lo," desis Jeno yang membuat Shannon tersenyum remeh.

"Woah, keluarga parasite-"

Srettt

Brugh

Jeno tersentak saat melihat Yunho menarik surai Shannon dan mendorong tubuh Shannon hingga terjatuh, bahkan punggung Shannon sempat menabrak ujung tangga.

"Ngapain kamu disini?" Tanya Yunho yang terlihat geram.

"Jangan rusak tatanan kamar punya mama, cari kamar lain. Jalang itu gak pantes-"

Plak

Yunho memukul kepala Shannon dengan keras, ini adalah pemandangan tak biasa yang Jeno dan Tiffany lihat.

"Jaga bicara kamu Shan, dia ibumu sekarang," desis Yunho yang membuat Shan tersenyum miring.

"Lebih baik gak punya ibu dari pada harus punya ibu jalang."

Lagi, Yunho memukul wajah Shan dengan telapak tangannya, karena ucapan Shan sungguh kasar dan tidak terkontrol. Yunho cukup terkejut dengan perubahan Shan yang pendiam menjadi perempuan urakan seperti ini.

"Cukup Yunho! Anakmu bisa mati!" Ujar Tiffany seraya menarik Yunho untuk menghentikan pemukulan itu.

Jeno memandang Yunho dengan tajam, pria itu kasar pada anaknya sendiri, bagaimana dengan ibunya nanti?

"Lebih baik punya seribu binatang dari pada punya anak kayak kamu!" Balas Yunho dengan telak, membuat Shan menundukan kepalanya, surai panjangnya menghalangi wajahnya yang kini sudah merah padam, darah keluar dari hidung dan sudut bibirnya.

Walaupun Shan sudah terbiasa, hal ini tetap menyakiti hatiny, ia tahu ucapannya salah, namun entah kenapa hanya itu yang bisa ia ucapkan.

"Pergi kamu dari rumah ini," desis Yunho.

"Ini rumah Mama, yang diwariskan buat aku," gumam Shann dengan suara gemetar dan tetap menundukan kepalanya.

Yunho hendak memukul Shan lagi, namun Tiffany menghalangi dan menarik Yunho hingga memasuki kamar.

Para maid disana hanya bisa menunduk dan menahan tangis, mereka kembali melihat nona muda mereka dipukuli seperti setahun lalu, dan itu sangat menyakiti hati mereka.

Mereka tau Nona mudanya salah, namun Tuan besarnya lebih bersalah. Pria itu memang berselingkuh jauh sebelum Ailee meninggal, dan kenakalan Shannon adalah hasil dari pukulan Yunho selama ini.

"Nona, nona," lirih Bibi Han dengan mata berkaca-kaca seraya membantu Shan berdiri.

Shannon tersenyum, "aku gak apa-apa bi. Kamarku udah di siapin?"

"Sudah nona, ayo bibi antar."

"Gak usah, makasih bi," ujar Shannon, lalu ia berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua.

"Kembali bekerja," ujar Shannon mengingatkan para maid, dan mereka pun segera melanjutkan pekerjaan masing-masing.

Sementara Jeno hanya mematung di sana, ia masih terkejut dengan apa yang Yunho lakukan pada anak tunggalnya, terlebih Shannon seorang perempuan.

"Bi, apa hal ini sering terjadi?" Tanya Jeno pada Bibi Han.

"Iya Tuan muda, saya permisi," sahut Bibi Han yang tidak ingin memberi kejelasan lain.

Jeno menghela nafasnya, ia baru sadar hampir telat kuliah pagi ini.

**

Jam menunjukan pukul 7 malam, dan sepanjang hari Shannon hanya terbaring di kasurnya sambil bermain ponsel. Dan dua jam lagi ia harus bekerja, namun ia memutuskan untuk tidak bekerja lagi, ia sudah malas.

Tok tok tok

Shan mendengus sebal, ia malas untuk membuka pintu dan menyahut, maka dari itu ia hanya diam.

Tok tok tok

Tok tok tok

Cklek

Pintu itu terbuka karena Shan lupa menguncinya, memperlihatkan Jeno yang berdiri dengan tatapan dingin seperti biasa.

Shan mengabaikan Jeno, ia bahkan tak berniat bertanya untuk apa Jeno ke kamarnya.

Jeno menghampiri Shan, "setengah jam lagi, Papa minta lo buat turun, makan malam bareng," ujar Jeno yang membuat Shan menoleh, itu sangat tidak mungkin.

"Lo becanda?" Tanya Shannon dengan suara pelan.

"Terserah."

"Eh tunggu," Shan mencegah Jeno yang hendak pergi, membuat Jeno mengerutkan dahinya.

"Obatin punggung gue," ujar Shan yang terlihat terus menahan sakit.

"Gue sibuk."

"Sebentar, gue gak bisa banyak gerak."

"Seenggaknya minta tolong dengan sopan."

Shan memutar bola matanya malas,"lo terlalu kolot, gue bener-bener susah gerak."

Jeno hanya terdiam, membuat Shan mendengus sebal, ia benar-benar kesakitan. Sebab saat Yunho mendorongnya, punggungnya menabrak ujung tangga dengan keras.

"Tolong obatin punggung gue" Pinta Shan yang hanya menambahkan kata tolong di depannya, lalu Jeno menutup pintunya dan semakin mendekat pada Shan.

"Kotak p3knya di laci nakas," ujar Shan seraya menujuk nakas di samping kasurnya.

Jeno mengambil kotak P3K, saat ia berbalik ia mengerutkan dahinya ketika melihat Shan yang hendak membuka kausnya.

"Ngapain dibuka?"

"Ya terus? Lo mau ngobatin apa?" Shan balik bertanya dengan nada malas, posisinya sudah terduduk memunggungi Jeno, bahkan ia juga melepas tanktopnya, tersisa bra hitam yang ia kenakan.

Terpampanglah tubuh Shannon yang terhias beberapa tato, luka memar, dan luka memanjang di punggungnya. Luka itu sedikit mengeluarkan darah yang sudah mengering.

"Apa parah?" Tanya Shan seraya menunduk.

Jeno yang tersadar dari lamunannya pun duduk di belakang Shan.

"Hm" Sahut Jeno dengan gumaman.

"Auh tulang gue bisa patah," keluh Shan dengan suara pelan.

Jeno pun mulai mengobati luka Shan, berulang kali Shan meringis kesakitan, karena ini memang bukan luka memar ringan.

Shan memejamkan matanya ketika rasa perih melanda punggungnya, nampaknya Jeno baru saja meneteskan obat pengering luka di sana.

Tak lama kemudian, Jeno selesai mengobati luka di punggung Shan, Shan pun membalikan tubuhnya hingga berhadapan dengan Jeno, tanpa malu gadis itu memperlihatkan bagian depan tubuhnya yang hanya tertutupi bra pada Jeno.

"Obatin ini sekalian," pinta Shan seraya menunjuk sudut bibirnya.

Tanpa banyak bicara, Jeno melakukannya, mengobati luka di sudut bibir Shan yang terlihat lumayan parah, sebab sudut bibir Shan terlihat agak robek. 

Tiba-tiba Shan menyeringai kecil, membuat Jeno mengerutkan dahinya.

"Lo udah biasa kan liat cewek kayak gini?" Tanya Shan dengan suara pelan.

"Bukan urusan lo," gumam Jeno.

Shan pikir, wajah Jeno cukup tampan, mungki ia bisa menggunakan wajah itu untuk kesenangannya.

Ah, lebih tepatnya menggunakan Jeno untuk menghancurkan pernikan Yunho dan Tiffany. Sampai mati pun, Shan tidak akan setuju harta milik Mamanya yang seharusnya jadi miliknya masih di pegang Papanya, pria brengsek yang selama ini memang mengharapkan kematian mamanya.

Shannon menaruh kedua tangannya di bahu Jeno, Jeno dapat melihat bekas luka Cutting menghiasi pergelangan tangan Shan, dan ia mulai tersadar ketika Shan mendorong tubuhnya hingga terbaring di atas kasur, dan Shan berada di atasnya.

"Lihat, siapa yang jalang? Lo atau nyokap gue? Tanya Jeno dengan tatapan mengejek, membuat Shan tertawa pelan.

"Seenggaknya gue enggak menggoda cowok yang udah punya istri," sahut Shan dengan telak, membuat Jeno mengeraskan rahangnya. Walau ucapan Shan ada benarnya, Jeno tetap tidak terima ibunya diejek seperti itu.

Shan tersenyum remeh seraya menepuk-nepuk dada Jeno, ia pun mengecup bibir Jeno sejenak.

"Dan seenggaknya, gue enggak morotin uang orang lain buat kesenangan diri sendiri," desis Shan, kali ini dengan tatapan tajam.

.
.
.
.
.

Tbc

©My Bad Sister

Next or delete?

Sebenarnya aku mau pakai nama cewek lain juga, tapi di draf udah pakai nama Shan, aku malas gantinya 😭😭

Shannon

**

Jeno

Continue Reading

You'll Also Like

47K 6K 34
Ketika ketiga pentolan Slytherin (tidak) sengaja mencium tiga gadis dari Gryffindor. [Amortentia Universe; Book 1] ©winniedepuh, 2020
495K 37K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
117K 9.8K 79
ketika seorang Oh Sehun si siswa cerdas harus bertanggung jawab atas kesalahan yang di sengaja oleh musuhnya dan Lee Jieun si cantik yang mandiri har...
119K 2.6K 59
⚠️ [Follow first before reading] 🔞🔞🔞 BUDAYAKAN FOLLOW DULU CANTIK, GANTENG ______________________________________________ ───♡ Aleena Vazura Ingg...