Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOL...

By hanwistereia

32.1K 5.2K 1.9K

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini... More

00 : prolog
01 : new page
02 : another side
03 : as if it's
04 : inner
06 : Jongho
07 : play date
08 : all day long
09 : move on? system not found
10 : don't die
11 : I like him
12 : focus
13 : lunch
14 : thinking out loud
15 : day and night
16 : pleasure
17 : like always
18 : conversation
19 : followed
20 : boy-space-friend
21 : reason
22 : let it all go
23 : sweet talking
24 : attached
25 : Cause I'm Envy
26 : coming home
27 : from home
28 : for home
29 : hands on me
30 : next to you
31 : meet up
32 : sick
33 : almost ended
34 : just a dream
35 : how it's ended
36 : summer break
37 : affirmation
38 : another page
39 : roommate
40 : bothered
41 : daily of college
42 : dating on the festival
43 : dating on the festival (2)
44 : two is better than one
45 : confident
46 : under control
47 : who's knows?
48 : he knows
49 : tossed around
50 : the bitter part of life

05 : mood

767 126 11
By hanwistereia

Scroll scroll scroll... berhenti, tatap.

Scroll scroll scroll lagi... kembali, berhenti, tatap lagi.

Sambil bertopang dagu dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang pena sambil jari telunjuknya aktif bergerak menggeser atau menekan layar ponselnya di atas meja. Bersisian dengan buku catatan yang berisi materi perkuliahan.

Cara jitu bermain ponsel—kemungkinan—tanpa terciduk. Main ponsel sambil pegang alat tulis dan ponselnya ditaruh di meja, jadi kalau ada dosen yang kadang iseng gabut banget keliling kelas, bisa dengan mudah disembunyikan dengan menindihnya pakai catatan dan langsung nulis materi lagi.

Tapi lupakan itu, serius lupakan! Karena daritadi pergerakan Beomgyu berhenti tiap kali berada di ruang obrolan dengan satu temannya. Teman yang—kata Jeongin—harus lebih sering dihubungi lagi. Iya, Kang Taehyun.

Telunjuk Beomgyu membuka ruang obrolan dengan si doi—eh, teman dekatnya itu maksudnya.

Itu chat mereka semalam. Ya udah gitu aja. Gak ada yang spesial sebenarnya dan dibilang Beomgyu juga kalau dia biasanya emang chat-an sama Taehyun. Makanya Beomgyu bingung, harus lebih intensif gimana? Dan kenapa pula harus Taehyun? Kenapa gak Daehwi? Kenapa gak Ryujin? Kenapa gak Jeongin apalagi Jiheon?

Kakaknya Beomgyu saja dia hubungi seminggu sekali kalau dia ingat, kalau lupa bisa sampai sebulan sekali atau bahkan kalau mau kuis atau ujian aja baru Beomgyu hubungin buat minta duit jajan tambahan. Mental support sih alibinya, padahal emang mau malak aja.

Akhirnya karena kadung kebuka, Beomgyu jadi baca ulang chat-nya sama Taehyun. Lucu juga sih. Kebanyakan Beomgyu yang bacot tapi kalau semakin ditelusuri pasti selalu Taehyun yang nanya kabar lebih dulu. Temennya itu juga suka ngingetin atau nyuruh-nyuruh—

"Kamu yang pake baju biru, lagi ngapain?"

Deg Langsung saja Beomgyu matikan ponselnya dan sembunyiin di bawah buku catatan.

Enggak, bukan dia yang barusan ditegur bapak dosen terhormat, tapi karena dia lagi melakukan perbuatan tercela jadi ikutan gugup. Takut ikutan diciduk kan gak lucu, kayak anak SMA aja dimarahin dosen karena main ponsel.

"Daritadi saya perhatikan kamu main ponsel terus. Kalau kamu merasa udah pintar dan gak perlu dengerin perkuliahan saya, silahkan keluar sekarang." kata dosen itu bikin suasana kelas mendadak mencekam.

"Iya pak, maaf."

"Iya berarti kamu keluar?"

Si mahasiswa kena tegur itu malah bingung.

"Lama, cepet keluar sekarang atau kamu saya kasih D?"

Buset, ancamannya. Kalau udah kayak gitu mau gak mau dia keluar kelas.

Beomgyu merinding, lebih karena dia masih nyembunyiin ponselnya di bawah buku.

"Ya udah, kita kembali ke materi lagi." dosen itu berbalik ke layar presentasi.

Buru-buru Beomgyu matiin ponsel dan masukin ke tasnya. Berasa final destination, jantungnya dugeman cuman demi nyimpan ponsel. Kemudian balik ke materi perkuliahan.


❏❏❏


"Kalian mau ke kantin?"

Bukan Beomgyu, pula Jeongin atau Jiheon yang buru-buru balik ke asrama mau bawa laptop. Iya, Jiheon juga asrama karena mahasiswi beasiswa jadinya wajib asrama.

Itu Junseo yang nanya ke gerombolan tiga orang dan ada Wonjin di dalamnya, tapi karena Beomgyu dan Jeongin kebetulan posisinya dekat mereka jadi spontan ikut menoleh.

"Iya, kenapa?" jawab mereka.

"Barenglah, kuy." kata Junseo tapi yang dideketin malah Jeongin, kan kampret.

Kampret bagi Beomgyu karena secara gak langsung jadi jalan bareng Wonjin.

Nggak, nggak. Beomgyu beneran mau move on perasaannya dari Minkyu. Tapi kalau ingat perkataan Wonjin ke dia tuh jadi... agak... gimana... gitu...

Sadar sih, gak seharusnya Beomgyu sebel atau punya perasaan jelek lainnya ke Wonjin, tapi kalau ingat Jiheon pernah ngasih info....

"Gue tanya golongan Somi, katanya Wonjin gak pacaran sama siapa-siapa kok,"

"Ah, paling dia back street kali."

"Enggak, sumpah, Jeongin meragukan kemampuan intel cewek ya? Gak boleh! FBI sama CIA aja kalah tauk!"

Waktu itu Beomgyu cuman bisa nyimak sambil nyedot susu pisangnya.

Harusnya Beomgyu tenang dong setelah dapat info itu? Tapi dia malah—ugh, yah, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Pokoknya gak enak!

"Gyu, muka lo kenapa tegang banget? Bete ya? Atau kebelet berak?" tanya Junseo iseng doang sebenarnya.

Melihat sahabatnya kayaknya emang lagi unmood alias malas ngomong apalagi nyari alasan, dibanding Junseo malah kena sewot, mending Jeongin yang jawab sambil narik Junseo agak ngejauh dari Beomgyu. "Lemes dia belum sarapan, cuk."

"Oalah, pantes." Junseo manggut-manggut. Mana tahu dia kalau Beomgyu yang agak di belakangnya malah tambah cemberut.


❏❏❏


Cuman gara-gara jalan bareng Wonjin ke kantin, mood Beomgyu rasanya udah kayak proposal diinjak-injak dosen. Padahal bahkan mereka gak saling lirik apalagi ngobrol sama sekali. Gimana kalau ketemu Minkyu?

Rasanya kayak mau presentasi tapi file-nya gak bisa dibuka. Panik-panik ajaib!

Sebenarnya gak persis ketemu, tepatnya ketika Beomgyu dan Jeongin mau pergi dari kantin duluan, mereka—Beomgyu duluan sih—melihat Minkyu jalan sama gerombolan temannya dari jauh.

Mampus, siaga darurat.

Jeongin kaget ketika lengannya diremas kuat sama Beomgyu. "Lo kenap—" belum Jeongin selesai ngomong, badannya udah ditarik agak menjauh dari keramaian. Dari gerakannya menunjukkan kalau mereka menghindari sesuatu, apalagi Beomgyu berjalan sambil mepet ke Jeongin.

Jelas Beomgyu lagi menghindar, dia bahkan jalannya gak lihat depan, malah lihat saluran air di sampingnya.

Meski penasaran, Jeongin biarin aja. Dia lebih milih jalan kayak biasa sambil diam-diam lirik sekeliling. Apa atau siapa sih yang bikin Beomgyu ngumpet kayak gini?

Oh, Jeongin paham.

"Gak usah dilihat, gue gak mau disapa." kata Beomgyu, kalau kayak gini baru peka dia kalau Jeongin ngeh.

"Iye, iye, kagak." Jeongin ikutan lihat ke arah lain. Jarak mereka sama Minkyu dan kawan-kawan gak jauh-jauh amat, tapi kebetulan sekitaran mereka ramai sama mahasiswa lain yang lagi istirahat juga, jadinya sudut pandang ke mereka agak ketutupan.

Persis ketika Minkyu memasuki kantin, langkah Beomgyu melambat dan dia menoleh ke belakang sebentar.

"Katanya jangan dilihat." Jeongin narik temennya supaya jalan lagi.

"Ng-nggak, cuman mastiin aja dia ngelihat ke sini atau kagak kok."

Jeongin natap temannya itu. Mungkin gak ditunjukkan dengan jelas, tapi Jeongin sadar karena mereka sudah saling kenal dalam nyaris separuh hidupnya. Tahu dia kalau Beomgyu masih meninggalkan sebagian perasaannya di 'sana', di belakang mereka.

Benar kata Beomgyu, bicara 'move on' itu memang gampang, praktiknya yang sulit.


❏❏❏


Sumpah demi Toto di rumahnya, Beomgyu gak bete. Dia gak bete sama sekali.

Beomgyu gak merasa kalau ketidak semangatannya hari ini bukan karena unmood. Gak tahu secara pasti. Dia cuman merasa ada sesuatu perasaan mengganjal dan sesak di dadanya bikin dia malas berekspresi banyak hari ini. Padahal Beomgyu itu identik dengan kebacotannya sampai bikin panas kuping dan sakit mata karena petakilan, tapi hari ini dia lebih banyak diam sambil main ponsel.

Mungkin Beomgyu tahu kenapa, tapi otaknya men-denial secara keseluruhan. Efeknya? Perasaannya yang tertekan sekarang.

Hidup susah, kuliah susah, percintaan juga susah. Cih, jjinca.

Selepas kelas terakhir pun, Beomgyu langsung jalan pulang ke asrama. Biasanya nongkrong dulu sama Jeongin-Jiheon, tapi hari ini dia males. Bahkan meski pun Jiheon juga asrama kayak dia, tapi cewek itu milih main dulu sekadar ngobrol doang sama yang lain. Akhirnya Beomgyu jalan sendiri sambil setengah melamun.

Dibanding kesurupan beneran, mending Beomgyu jalan sambil main ponselnya. Diambilnya dari saku jaketnya.

Pas sekali, ada chat dari Taehyun. Itu sambungan dari chat mereka terakhir sih.

Benar-benar, kebetulan sekali. Mungkin makan malam bareng Taehyun sekalian jalan-jalan keluar bakal menghilangkan perasaan sesak dalam dirinya. Minimal sejenak, Beomgyu bisa melupakannya dengan cara mengalihkan.

Tapi dia punya tugas yang harus dikumpulin besok, ditambah juga bakal ada kuis. Apa—

Bruk

"Eh—sorry!"

Terlalu larut dalam lamun, bikin Beomgyu gak sadar ada seseorang yang baru keluar dari koperasi dan Beomgyu masih saja lempeng jalan. Meski gak sampai jatuh, tapi tetap saja kaget dan bikin Beomgyu mundur karena oleng.

Tapi tubuh Beomgyu langsung ditahan lengannya sama yang nabrak dia. "Maaf dek, lo gak pa-pa?" begitu sadar, itu ternyata kakak lesung pipi tetangganya.

Beomgyu mengerjap. "O-oh, iya, gak pa-pa kak. Sorry, agak ngelamun, hehe."

Kakak itu senyum, agak menyingkir dari pintu koperasi, dan karena masih megangin Beomgyu dirinya jadi kebawa. "Kelihatan kok."

Beomgyu meringis malu. Mau pamit pergi, tapi si Jongho ngomong lagi. "A bad day, isn't it?"

Well, mau Beomgyu iya-in tapi daritadi kerjaannya main ponsel mulu di kelas sama manyun sih.....

"Hahaha," akhirnya dia cuman ketawa pendek. "ya gitu deh, duluan kak." mending dia pamit.

"Eh, tunggu," dia nahan lengan Beomgyu lagi. Belum sempat ditanya, tiba-tiba dia ngulurin es krim ke Beomgyu. "nih, biar gak bengong-bengong amat pas jalan."

"Eh, gak usah kak."

"Ambil aja, sekalian ucapan terima kasih buat sapunya. Belum dibalikin sih tapi, nanti malam gue kasih. Lo di asrama kan hari ini?"

"I-ya, kak."

"Ya udah, nih, terima aja." dia narik tangan Beomgyu dan naruh es krimnya di telapak tangan.

Beomgyu masih bengong lihat es krim di tangannya, perlahan natap lagi si kakak yang sekarang senyum lagi dan terus.

Senyum terus sampai ambyar.

Well.... "Ma-ka-sih?"

Gak tahu alasan pastinya apa yang bikin si Jongho ketawa pas dia lihat Beomgyu. Dia cuman ngusap pelan pundak Beomgyu terus pergi. "Iya, sama-sama."

Ya udah, gitu aja. Nothing special, sebenarnya.

Beomgyu natap lagi es krim di tangannya. Es krim rasa lemon yang pasti bakal bikin siapa pun segar kembali pas makan apalagi cuaca hari ini cukup hangat.

Dan itu bukan karena asam di lemon yang bikin demikian. Justru rasa manis dari pemanis dengan perasa lemon yang terasa seperti lemon sungguhan terbaca oleh otak ketika Beomgyu menggigitnya kecil di ujung.

Segar, benar. Membuat pikiran Beomgyu sedikit terbuka dan kemudian dia pun mengiyakan ajakan Taehyun untuk makan di luar.


❏❏❏


Beomgyu sebenarnya malas nyapa, tapi kalau dia gak nyapa bakal kelihatan 'bukan dirinya'.

"Taehyun, hei!"

Sang empu nama menoleh, bersandar pada tiang pembatas halte bus. Senyumnya menyapa. "Hei,"

"Lama nunggu?"

"Enggak, baru nyampe." Taehyun memperhatikan. "Tumben sendiri. Lagi gak bareng Jeongin?"

"Iya, dia pulang duluan. Atau mau diajakin seka—"

"Gak usah," kata Taehyun dengan nada tenang.

"Ya udah, ayo," mereka pun berjalan meninggalkan tempat pertemuan. "Mau makan apa?"

"Lo mau makan apa?" Taehyun malah balik bertanya.

"Ish, jangan malah balik nanya dong." Beomgyu mencebik bibirnya.

"Serius, lo mau makan apa? Gak kepengen sesuatu yang spesifik gitu?"

"Emang kenapa? Mau lo traktir?" Beomgyu menaik-turunkan alisnya, bercanda.

"Lo mau?"

"Kaga, ih, bercanda!"

"Yah, tapi gue serius,"

Beomgyu mendekat dan merangkul lengan Taehyun. "Gue lagi gak kepengen sesuatu, yang penting makanan yang gak banyak tomat sama seledrinya aja udah seneng."

"Ramen."

"Ahelah, kagak mi juga kali! Di asrama juga punya itu!"

Taehyun malah tergelak.


❏❏❏


Akhirnya, Beomgyu dan Taehyun memutuskan makan ayam goreng.

Setelah dipikir, kayaknya Beomgyu cukup sering makan ayam, tapi dia benar-benar lagi gak kepengen makan sesuatu. Akhirnya ngikut aja makan apa pun.

"Mau mampir ke tempat gue dulu gak?" tawar Taehyun selepas keluar dari restoran ayam.

Beomgyu menggeleng. "Enggak, gue mau ngerjain tugas buat besok."

Taehyun nampak agak terkejut. "Tahu gitu lo gak usah nge-iyain ajakan gue. Jadinya kan lo bolak-balik."

"Gak pa-pa, gue juga lagi pengen keluar. Bosen sama makanan kantin." katanya setengah berbohong, memang makanan kantin agak membosankan.

"Ya udah, gue temenin jalan."

"Gak usah weh, nanti lo balik ke kosan muter jalannya. Capek."

"Fasilitas banyak, ada taksi sama bus, gak usah repot. Buruan, tar kemalaman."

"Dih, kok jadi lu yang sewot." Beomgyu manyun, tapi gak sungguhan karena marah.

Senang juga menghabiskan perjalanan sama Taehyun. Seenggaknya, Beomgyu jadi punya teman mengobrol karena mungkin kalau sendiri dia bakal balik melamun lagi.

Mereka terlalu asik mengobrol. Lima belas menit perjalanan, gak begitu sadar kalau Beomgyu bahkan sudah gak jauh dari asramanya.

"Sampai sini aja, kalau sampai ke asrama, nanti jauh lagi ke jalan gedenya." kata Beomgyu menghadap Taehyun.

Taehyun nampak bakal membantah lagi, tapi kemudian dia memilih menurut. "Oke, makasih buat hari ini."

"Hahaha, apa sih? Harusnya gue yang bilang gitu. Makasih Taehyun!"

"Iya iya, udah sana pergi lo."

"Idih, kok jadi ngusir?" pekik Beomgyu tak terima dan langsung berbalik badan pergi, tapi baru beberapa langkah dia berbalik lagi.

Beomgyu kira Taehyun bakal langsung pergi, tapi cowok itu masih berdiri di tempat yang sama. "Kenapa?" tanya Taehyun dari jauh.

"Pulang lo!" seru Beomgyu.

"Kok jadi lo yang ngusir?"

"Ish, pulang lo, kalau kelamaan nanti kangen gue. Berat! Biar Jaemin NCT Dream aja yang kangen!" serunya, kalau kata Jeongin pasti bilang; gak jelas lo bangsat.

Tapi Taehyun kelihatan ketawa dari jauh. Mulutnya kelihatan ngomong sesuatu tapi Beomgyu gak dengar. Mau nanya tapi dia males, jadi dia hanya melambai untuk terakhir kali dan berbalik ke arah asramanya.

Mungkin bagi seseorang, itu cuman candaan yang bisa jadi lucu atau enggak sama sekali. Tapi bagi seseorang yang lain, itu adalah sebuah keseriusan dan benar adanya.


###

[25 April 2020]

greget sendiri aku ini soobin-beomgyu kapan mit ap dengan benar dan tidak hanya baik ._.

Continue Reading

You'll Also Like

48.4K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
75K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
824K 87.1K 58
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
55.9K 4.1K 27
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.