SEPTIHAN

Autorstwa PoppiPertiwi

54.6M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... Więcej

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
10. DIA TIDAK CINTA KAMU
11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
20. FEELING + MNG
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

33. HIS CHARACTER

988K 80.6K 131K
Autorstwa PoppiPertiwi

33. HIS CHARACTER

Mana yang on sekarang dan baca Septihan? Sebut nama dan username kalian yaa❤❤

Siap Mengisi Semua Paragraf dengan komentar kalian?

Kamu harus tau. Bahwa tiap saat. Tak ada celah untuk berpikir pergi darimu. Karena ketika aku menaruh hati. Aku sudah tertambat. Hatiku sudah bertuan.” — Septihan Spin Off Novel Galaksi

Di tribune atas ketujuh murid laki-laki itu sedang duduk. Di bagian atas ada Galaksi, Jordan dan Guntur sementara di bagian bawah satu tingkat ada Septian, Bams, Oji dan Nyong. Septian menenangkan dirinya. Sudah sejak tadi ia diam dengan lengan memerah dan juga licin akibat kepanasan juga keringat yang sampai membasahi semua baju basketnya.

“500 ribu anjir jualan ale-ale doang. Gak nyangka gue,” ujar Guntur menghitung uang bersama Bams. Setelah menaruh bekas-bekas dus dan melipatnya. Mereka duduk bersender di tribune lapangan.

“Coba aja kita jualan teajus. Makin mantep baliknya,” ujar Guntur lagi.

“Lo yang kerja gue yang duduk,” ucap Bams dengan kurang ajarnya.

“Enak di lu gak enak di gue!” balas Guntur membuat Bams terkekeh.

“Bentar lagi kayanya gue kaya nih,” ucapnya lagi jumawa. “Ngalahin Asep.” Guntur cengar-cengir.

“Pesimis gue dengernya,” ujar Galaksi pada Guntur.

“Sampe tujuh turunan juga lo gak bakal ngalahin Asep Tur,” ujar Jordan.

“Bangun jangan mimpi mulu lo,” ujar Nyong.

Bams merebut uangnya. “Uang iuran kita nih di Ravispa. Buat nambah modal. Kita masih ada banyak acara besar,” ucap Bams lagi. “Harus hemat.” Ia lalu memberikannya pada Septian yang sejak tadi duduk di tribune.

“Buat party lah kan Asep menang nih,” balas Guntur. “Sebagai perayaan.”

“Bisikan setan emang lo Tur,” ucap Bams.

“Sebelas dua belas lo sama setannya.”

“Janganlah mending ditabung. Nanti aja kalau ada acara Ravispa. dibarengan,” ucap Bams lagi.

“Yang bendahara Asep. Yang pelit elu Bams,” ujar Guntur.

“Gue kalau jadi cewek gue mau jadi pacarnya Asep. Biar idup gue terjamin,” ucap Guntur. “Atau ngegaet anaknyalah nanti kalau cewek. Biar jadi salah satu pewaris.”

“Gak bakal gue lewatin pembagian harta warisannya. Gue bakal hadir setiap rapat pembagian harta,” ucap Guntur lagi sambil tertawa-tawa.

Jordan tertawa kencang karenanya. “Gue juga. Gak bakal gue lewatin. Harus hadir paling awal dan paling depan.”

“Bisa gak lo semua jangan nilai Asep dari duitnya doang? Emang tujuan lo temenan bareng Asep kaya gitu?” tegur Galaksi.

“Gak lah Lak. Kita sering bercanda gitu. Jangan baper,” ujar Jordan.

“Kita bercanda Sep. Jangan anggap serius ye,” ujar Guntur. “Hubungan lo sama Jihan aja yang lo anggap serius. Oke bre?” tanya Guntur.

“Udah jangan diganggu. Gak liat apa lo dia ngos-ngosan gitu? Kasi dia napas dulu,” ujar Oji memperhatikan Septian.

“Kalau Asep punya adek cewek udah dari dulu tuh gue jampi-jampi,” Jordan terkekeh geli karenanya.

“Nyebut Bang,” ucap Galaksi geleng-geleng kepala sambil terkekeh.

Astagfirullah bercanda Om,” balas Jordan.

“Hidup tuh harus bercanda. Karena normal is boring,” kata Jordan lagi.

“Tadi gue liat Jihan,” Nyong membuka permbicaraan lagi. “Si Kaskus itu masih ngejar-ngejar Jihan Sep?” tanya Nyong.

“Marcus goblok bukan kaskues!” ujar Oji.

Nyong terkekeh geli. “Iya itulah namanya. Biar gampang gue ingetnya.”

“Nama bagus-bagus gitu Nyong lo rubah jadi kaskues. Bener-bener gak ada adabnya lo,” ujar Guntur.

“Au nama bule gitu lo bikin lokal. Kasian Marcus,” ujar Jordan. “Gak sekalian lo ganti namanya jadi Jono, Joni, Tarno?” ujar Jordan lagi.

Mang Tarno tukang bersih-bersih di sekolah langsung menoleh pada Jordan. Ia baru saja hendak pergi setelah mengambil alat pel dan ember dekat lapangan indoor.

“EH MANG!” Jordan menyapanya sok asik. Cowok itu cengengesan. “Maaf Mang! Udah kelar belum tugasnya? Mau dibantu temen-temen saya gak Mang? Tenaga temen-temen saya masih kuat-kuat nih Mang. Ngepel bisa, ngangkat bangku bisa, masang ring bisa. Sampe ke kebun-kebunnya juga bisa dibersihin Mang!” ujar Jordan menawari teman-temannya.

“Gak boleh gitu lo sama yang lebih tua,” ujar Guntur tumben otaknya berjalan dengan baik.

“Kalian ngapain masih di sini?” tanya Pak Nurdin.

“Mencari keadilanlah Pak!” sahut Guntur semangat. “Iya lagi duduklah Pak. Masa lagi nyuci?”

“Mau gabung gak Pak?” tawar Guntur. “Jarang-jarang loh duduk sama ketua Ravispa Pak,” goda Guntur.

“Ngapain duduk sama kalian? Gak level,” balas Pak Nurdin bercanda.

Jordan tertawa ngakak karenanya. “Dih Bapak. Tuh Pak dicari sama Bu Dayu,” ujar Jordan cepu.

Galaksi menyenggol lengan cowok itu agar diam. “Diamuk Bu Dayu lo entar,” bisik Galaksi.

“Ngapain Bu Dayu cari saya?” tanya Pak Nurdin tidak peka.

“Biasa Pak. Darah muda. Darahnya para remaja,”ujar Jordan.

Guntur tertawa. “Emang Bu Dayu masih remaja?” tanyanya.

“Kalian ini ngomongin apa sih?” Pak Nurdin terlihat bingung.

Sementara kubu Galaksi hanya tertawa-tawa mendengarnya kecuali Septian. Septian menatap ke arah bawah. Keringatnya menetes ke bawah. Panas di dalam hatinya jauh lebih besar daripada panas di tubuhnya.

“Pak kalau misalnya nih. Ada pilihan. Bapak pilih gadis apa janda?” tanya Oji penasaran.

“Ngapain kamu nanya-nanya kaya gitu?” tanya Pak Nurdin aneh.

“Jawab aja pak.”

“Gadis lah,” balas Pak Nurdin.

Galaksi, Jordan, Guntur, Oji, Bams, dan Nyong serempak langsung tertawa tertahan. Keenam cowok itu membuat Pak Nurdin bingung akan sikapnya. Padahal niat awalnya kemari hanya ingin berbicara pada Septian.

“Bapak kalau disukai sama salah satu guru sini mau nerima gak Pak?” tanya Jordan iseng.

“Ya maulah masa enggak? Kan cuman suka,” ujar Pak Nurdin.

“Hm... gitu ya Pak?” Jordan mengangguk-anggukan kepalanya. “Kalau Bu—”

“JORDAN!!” Bu Dayu tiba-tiba datang dari bawah lapangan membuat Jordan membulatkan matanya. “Ngapain kalian semua masih di sini? Gak pulang kalian?!” Bu Dayu mengalihkan pembiacaraan sambil berjalan ke atas tribune lewat tangga.

“Eh itu Bu... anu... ini mau pulang. Iya-iya ini mau pulang Bu. Mau party kita ya gak?” tanya Jordan meminta bantuan teman-temannya namun tak ada yang mau menjawab untuk membantunya.

Temen-temen anjing, batin Jordan tidak terima.

“OH IYA BU! IYA BANGET! Ini mau pulang!” akhirnya Guntur membantu. “Kita kan prend, ya gak Dan?” ujar Guntur cengengesan.

“Kalian itu cengengesan mulu. Pantes gak punya pacar!” sahut Bu Dayu menohok.

“Ih Ibu kok pacaran sih? Langsung nikah aja,” ujar Nyong menyeringai menatap Bu Dayu lalu Pak Nurdin.

“Ibu kok gitu sih jadi guru? Sangat mengajarkan yang tidak baik untuk anak didiknya,” balas Oji mendadak alim.

“Kok bisa-bisanya ya Ibu lulus jadi guru?” tanya Oji lagi.

“DIAM KAMU OJI!” Oji tersentak karena Bu Dayu tampak memarahinya. Matanya berkerjap-kerjap bingung.

“Canda Bu. Selow Bu selow.”

“Jangan marah-marah mulu Bu. Nanti cantiknya ilang,” ujar Galaksi.

“Kalian itu suka banget godain Bu Dayu,” ujar Pak Nurdin angkat bicara membuat Bu Dayu langsung menoleh padanya.

“EAAA,” celetuk Guntur lalu terkekeh.

“Ada yang berbunga-bunga tapi bukan kebun,” ujar Guntur.

“Ada yang seneng nih dibela,” ujar Jordan sangat lancar.

“Eh-eh kalian mau ke mana?” tanya Bu Dayu ketika semuanya beranjak berdiri untuk pergi.

“Kaburlah Bu. Enggak enak jadi obat nyamuk,” balas Guntur penuh makna.

“Dadah Ibu. Muach,” balas Jordan membuat Bu Dayu langsung emosi di tempatnya.

“FIGHTING BU! FIGHTING!!!” ujar Guntur ketika ketujuh cowok itu lari dari tribune ke lorong sekolah.

“JANGAN BIARKAN IBU ITA NGALAHIN IBU!” ujar Jordan menyebut salah satu saingan Bu Dayu. Guru mata pelajaran lain juga mengajar cheers. “AYO BU SAYA DUKUNG IBU SEPENUHNYA! IBU PASTI BISA!”

“PAK DAUN MUDA EMANG SEGER PAK. TAPI YANG TUA LEBIH PENGALAMAN!!” ujar Guntur.

“GUNTURRR!!” teriak Bu Dayu murka.

“Udahlah Bu. Anak-anak kan cuman bercanda,” ujar Pak Nurdin.

“Tapi mereka emang harus dikasih tau biar gak kurang ajar kaya gitu!” ujar Bu Dayu.

“Saya pernah muda Bu. Saya ngerti maksud pembicaraan mereka tadi. Saya juga gak keberatan,” ujar Pak Nurdin kalem.

Bu Dayu diam. Baper sampai ke tulang-tulang.

****

“Menang lo Bang?” tanya Bedul yang sejak tadi diam di warjok tidak ikut menonton. Beberapa ada yang menonton sebentar lalu balik ke Warjok lagi. Entah untuk makan, minum es atau merokok.

“Menanglah Asep kan gak perlu diraguin. Selalu bisa apa aja dia,” ujar Jordan membalas.

“Murid penyumbang piala terbanyak setelah Kejora,” ujar Galaksi.

“Kejora terus,” ujar Guntur tertawa.

“Iyalah cewek gue itu jangan ada yang berani deketin,” ancam Galaksi.

“Mantan,” ujar Jordan mengoreksi. “Masih aja cewek gue cewek gue.”

“Orang gue gak pernah mau putus,” alibi Galaksi.

“Tapi dianya mau,” balas Jordan.

“Gue juga deketin Kejora mikir-mikir kali Lak,” ujar Oji. “Bisa digantung di atas pohon gue kalau sampe berani PDKT-in Kejora,” ujar Oji.

“Emang dasar mental tempe,” ujar Jordan pada Oji.

“Gal pas lo putus sama Kejora gimana rasanya?” tanya Septian tiba-tiba. Semua orang menoleh kaget. Guntur yang sedang minum es marimas pun tersedak karenanya.

“Bangsat kaget gue,” ujar Guntur mengelap mulutnya yang belepotan.

“Sedihlah soalnya gue ada rasa sama dia dalem banget,” ujar Galaksi. “Gak enak rasanya pas lo lagi cinta-cintanya tapi diputusin,” ujar Galaksi lagi.

“Lu yang berulah goblok!” ujar Jordan.

“Iya gue juga yang salah. Tapi sekarang kan gue udah sadar,” ujar Galaksi.

“Walaupun lo udah sadar. Mana mau Kejora sama lo lagi,” ujar Jordan lewat begitu saja.

“Lo jangan gitulah Dan. Semangatin gue!” hardik Galaksi.

“SIAP! SEMANGAT BOS!” balas Jordan langsung mengambil sikap siap grak.

“Emang dasar mental kacung,” balas Oji pada Jordan.

“Kenapa lo nanya-nanya gitu?” tanya Galaksi menepuk bahu belakang Septian.

“Gak pa-pa.” Septian kembali sibuk dengan isi kepalanya.

“Makan-makan dulu ayo woi Asep nraktir hadiah menang tanding basket!” Jordan mengumumkannya membuat teman-temannya langsung bersorak senang lalu memanggil-manggil nama Bu Gendut dengan berebut untuk dibuatkan mie. Membeli kerupuk, es dan juga nasi bungkus. Oji, Bams dan Nyong yang paling semangat berdesak-desakan.

“Gue dulu pokoknya! Bu Gendut! Guntur duluan mienya ya pesen 1 pake telor pake cabe 4!” ujar cowok itu lagi.

“Banyak amat tuh cabe. Lo punya maag Tur!” ujar Oji.

“Bu Gendut Bams duluan mie satu ya yang kuah!” ujar Bams.

“Bu Gendut Jordan satu mienya yang kuah sama nasi bungkus tiga ya!” ujar Jordan.

“Banyak amat lo beli nasi?« ujar Oji.

“Laper gue,” ujar Jordan.

“Emang dasar perut kuli,” ujar Nyong.

“Bu Gendut di belakang juga nih es teajus 5 ya!” ujar Bedul pada Bu Gendut. Es tersebut akan dibagi oleh teman-temannya.

“Gue juga deh nasi bungkus 2 Bu,” ujar Bams pada Bu Gendut lalu mengambil sendok dan dua nasi bungkus sambil menunggu Bu Gendut yang sedang membuatkan mie rebus untuk mereka.

“Beneran lo mau bayar?” tanya Galaksi pada Septian.

“Iya,” ujar Septian nurut. “Lagian uang gue juga gak habis nraktir mie, es sama nasi bungkus doang Gal,” ujar Septian biasa saja.

“Jangan sering-sering gitu lo. Boleh nraktir tapi jangan keseringan. Takutnya pada gituin lo terus. Nanti lo dimanfaatin sama orang lain gimana?” ujar Galaksi.

“Uang gue banyak. Gue bingung harus pake apa. Gue kan sambil kerja. Semua uang yang gue dapetin gue tabung. Jarang gue pake. Asuransi juga gue rutin bayar,” ujar Septian.

Septian juga salah satu donatur di dua rumah panti asuhan.

“Apa arti uang Gal kalau di rumah gue gak pernah bisa ngerasa serame ini?” ujar Septian.

****

INTI RAVISPA (9)

Guntur Gutama: Gue kesel masa Mona bilang lagi deket sama anak SMA sebelah

Guntur Gutama: Kurang setia apa gue sama dia?

Jordan Aditama: Bah Mona sama anak SMA Kencana?

Jordan Aditama: Masa lu kalah Tur sama anak SMA sebelah? Di mana harga diri lo sebagai cowok tercakep SMA Ganesha?

Guntur Gutama: Mana gue tau

Oji Anuraga: Mana gue tau arti lainnya pasti lo lagi cemburu

Guntur Gutama: Lo tau anjing Ji?

Oji Anuraga: Tau

Guntur Gutama: Nah itu lu

Oji Anuraga: Wakakaka sensi amat lu gue SS ke Mona nih

Nyong Bakarbessy: Nih Ji gue SS in tinggal kita cepuin ke Mona

Guntur Gutama: Bangsat temen temen dakjal

Jordan Aditama: Tur Tur jaga bahasa. Jaga iman

Guntur Gutama: Kesel gue. Kurang apa gue ke Mona? Perhatian? Gue kasi. Pinjem duit? Ambil aja. Nganterin jalan sama nonton terus? Selalu gue jemput

Jordan Aditama: Agama lo yang beda sama dia

Guntur Gutama: Yaelah jangan diingetin lah

Guntur Gutama: Kenapa juga gue sukanya Mona? Kenapa gak orang lain

Bams Adnyana: Karena lo sering ketemu dia

Guntur Gutama: Iya juga sih. Nanti mau cari cewek yang siap sedia sama gue ajalah

Bams Adnyana: Banyak Tur. Jangan suka putus asa gitu. Kalau kata Oji. Cewek banyak di dunia ini

Guntur Gutama: Yang mau sama gue yang gak ada

Bams Adnyana: Lu kalau di samping gue. Gue tampol lu Tur

Oji Anuraga: Hahaha ngegas banget lu Bams

Jordan Aditama: Santuy Bams skuy livinggg

Galaksi Aldebaran: Mona itu suka sama lu Tur. Tapi dia gak bisa karena perbedaan yang lo pada punya. Dia juga gak mau nyalahin takdir. Idup di keluarga dia itu keras. Kalau ketauan pacaran beda agama lo bisa bayangin gak dia diapain sama orangtuanya?

Jordan Aditama: Bener tuh. Bapaknya kan Galak. Pernah nyamperin ke Warjok pas kita lagi ngumpul

Guntur Gutama: Kapan kok gue gak tau?

Jordan Aditama: Lo gak ada pas itu gak masuk

Galaksi Aldebaran: Mona kan anak cewek. Udah kita anggep adik cewek juga. Apalagi anak satu-satunya. Pastinya gak dibolehin lah sama lu Tur

Jordan Aditama: Udah udah relain aja Mona sama gue

Bams Adnyana: Hati hati lo kalau ngomong ntar beneran sama lo

Jordan Aditama: Gak lah amit amit

Guntur Gutama: Dan ayo ntar anterin gue refreshing. Cari cewek

Jordan Aditama: Skuy bangettt. Langsung jemput aja ke rumah

Guntur Gutama: Pokoknya gue mau yang kalem sama cantik. Lebih cantik dari Mona

Galaksi Aldebaran: Apa gunanya cantik tapi sifatnya jelek

Galaksi Aldebaran: Kan sama aja. Mending cari yang biasa biasa aja. Yang mau sama lu. Kalau lu cari yang biasa biasa aja orangnya juga gak bakal selingkuh dari lu

Jordan Aditama: Yang ada Guntur yang nyelingkuhin

Guntur Gutama: Gue kalau pacaran gak pernah mendua. Gak kaya lu Bos. Sorry sorry aja

Jordan Aditama: Nusuk ampe ke ati Tur

Galaksi Aldebaran: Itu buat lu goblok Dan

Jordan Aditama: Buat elu juga Lak

Jordan Aditama: Iya dulu sih gue pernah gitu. Bukan pacaran juga. Dia yang gak mau. Jadi bebas kan?

Guntur Gutama: Paling banyak list mantannya di Ravispa pasti lu Dan

Jordan Aditama: Iya gue akuin mantan gue banyak. Gue cuman belum nemu yang cocok sama gue

Oji Anuraga: Ada tuh Lala

Jordan Aditama: Jangan bahas Lala lah sekarang udah beda

Oji Anuraga: Halah di hp lo juga banyak fotonya Lala. Munafik lu Dan

Jordan Aditama: Masih sayang cuman buat jadi pacar lagi kayanya kaga

Nyong Bakarbessy: Cinta lama gak kelar kelar

Septian Aidan: Gal lo sibuk?

Galaksi Aldebaran: Kaga kenapa emang

Guntur Gutama: Gue juga gak sibuk Sep kenapa?

Jordan Aditama: Asep nanyanya Galak bukan lu Tur

Septian Aidan: Bales PC gue Gal

Guntur Gutama: Nih grup cuman Asep doang akunnya dua

Guntur Gutama: Akun BO

Nyong Bakarbessy: Mulut lu tur tur. Gak pernah didoain tuh mulut

Guntur Gutama: Bercanda ya bercanda jangan baperan

Jordan Aditama: Kita kan ngetik bukan ngomong lu gimana sih Bams

Bams Adnyana: Oh iya juga jir

Guntur Gutama: Lu pada kenal si Katty gak?

Jordan Aditama: Oh adik kelas? Kenal lah masa kaga

Guntur Gutama: Cakep ye

Jordan Aditama: Iya lah turunan bule. Ngomong aja bahasa gado gado

Jordan Aditama: Gue ada nih kontaknya lo mau?

Guntur Gutama: Anjing lo bener bener bandar cewek Dan. Berapa cewek yang udah lo chat?

Jordan Aditama: Ratusan mungkin?

Bams Adnyana: Dosa lu baperin anak orang mulu. Gak kasian apa?

Jordan Aditama: Lah gue kan cuman bales. Baik ke mereka. Mereka aja yang terbawa perasaan ke gue

Bams Adnyana: Karma lu jatuh ke anak cewek lu nanti Dan

Jordan Aditama: WOI GAK SUKA BAWA BAWA KARMA

Guntur Gutama: Malaikat sama setan pasti bingung mau nyatet lu di mana Dan

Oji Anuraga: Itu si Wenda cewek Ravispa juga baper sama lo kan Dan?

Jordan Aditama: Iya tapi gue jagain dia. Gue kan abangnya

Bams Adnyana: Abang abangan

Galaksi Aldebaran: Abang ketemu gede. Adik ketemu gede

Jordan Aditama: Gak di grup Ravispa gak di grup Inti gak di grup kelas. Gue mulu yang kena bully. GUE TAU LU SEMUA DENDAM KAN SAMA GUE??

Jordan left the chat

Guntur Gutama: Wkakaka gue yang sebel dia yang left

Galaksi Aldebaran Invited Jordan Aditama to the group

Jordan Aditama Joined the chat

Jordan Aditama: Kok gak ada yang PC gue anjing?

Read 6

Jordan Aditama: DI READ DOANG ANJ? Resign ajalah gue jadi wakil Galak kalau kaya gini ceritanya

Galaksi Aldebaran: Gue gebukin lu Dan kalau deket

****

“Gimana? Enakan sama aku apa sama Marcus?” ujar Septian membuat Jihan terkejut.

Jihan tidak tahu apa yang ada di pikiran Septian ketika melihatnya dengan Marcus tadi. Jihan seperti perempuan yang kepergok selingkuh di belakang pacarnya. Apalagi hubungan mereka kurang baik hari-hari kemarin. Di dalam mobil yang dingin. Jihan melirik takut-takut pada Septian yang menampakan wajah menyeramkan. Rahangnya mengeras sejak tadi.

“Kamu pilih aku atau Marcus?” tanya Septian lagi.

“Kamu ngomong apa sih??” Jihan menahan diri.

“Jadi itu alasan kamu nggak mau ketemu sama aku dulu? Biar bisa kaya tadi sama Marcus?” tanya Septian.

“Pegang-pegangan?” Septian tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya.

Jihan merundukan kepalanya. “Aku gak kaya gitu...”

Septian mengangkat aslinya. Baru kali ini Jihan takut sekaligus gemas ingin memeluknya.

“Ada banyak masalah yang harus kita lurusin,” kata Jihan.

Septian diam dengan muka tanpa ekspresi menatap Jihan di sampingnya. Jihan masih merunduk. Kedua tangannya bertautan. Kuku perempuan itu terdengar beradu pelan seolah mengatasi rasa gugupnya berhadapan dengan Septian. Tatapan Septian seolah bisa menembus Jihan di tempatnya.

“Apa kamu takut sama aku?” tanya Septian.

Jihan masih tetap merunduk tidak menjawab. Jihan tahu keadaan di luar masih sangat gelap. Jihan hanya sempat meliriknya sebentar sebelum Jihan buru-buru menatap tangan yang ada di pangkuannya lagi.

“Aku gak ngegodain Marcus tadi kalau itu yang lagi kamu pikirin,” kata Jihan. “Aku gak tau kalau dia bakal kaya gitu.”

“Tapi kamu bisa nolak dia kan?” balas Septian semakin membuat Jihan semakin menundukan kepalanya dalam-dalam.

“Aku minta maaf Septian,” jawab Jihan.

Septian memejamkan matanya sebentar. Kedua tangannya yang memegang kendali mobil sejak tadi semakin mengetat kuat-kuat. Septian harus menekan ego miliknya sekurang-kurangnya agar Jihan tidak merasa takut.

“Aku gak bisa nolak dia. Dia kuat banget. Aku minta maaf,” kata Jihan.

“Aku pikir kalau kita ngejauh. Bakal buat kita saling dewasa. Aku gak pernah mau kamu ngejauhin aku karena Marcus. Aku sama Marcus gak ada apa-apa.” Jihan merasa seperti pasokan udara di sekitarnya menghilang. “Tapi kenapa kamu gak berusaha buat aku?”

Perempuan dengan segala kerumitannya.

“Kamu mau aku menjauh kan? Aku udah ngejauh,” kata Septian penuh kesabaran. “Aku ngelakuin apa yang kamu mau. Coba bayangin kalau kamu sedang marah dan aku tetep ngotot untuk baikan. Parahnya mungkin bisa buat kita gak sama-sama lagi. Gak bagus juga kan?”

Jihan tidak terpikir Septian akan melakukan hal seperti itu untuknya. Yang Jihan inginkan awalnya adalah Septian berusaha untuknya bagaimana pun keadaannya.

“Jadi kamu mau aku perjuangin kamu?” tanya Septian namun Jihan memalikan wajah, merasa malu.

Bayang-bayang ketika Mauren dan Septian berciuman tadi dekat loker menguras isi kepalanya. Jihan tidak tahu bahwa Septian akan menggunakan kerenggangan mereka untuk melakukan hal sekeji itu dengan Mauren.

Jihan jadi bertanya-tanya. Apa Septian dulu pernah melakukannya dengan Mauren sehingga terlihat biasa saja untuknya?

“Iya,” jawab Jihan pada akhirnya. “Tapi aku salah maksud. Yah lagipula siapa juga aku kan? Aku gak penting-penting banget digituin sama kamu. Akunya aja yang berharap terus.”

Mereka akhirnya terdiam lama. Jihan merasa Septian sedang menatapnya. Namun Jihan masih saja memalingkan wajah ke kaca jendela mobil.

“Maaf,” Septian menarik lengan Jihan hingga Jihan menoleh. Meskipun kaku dan dingin namun Septian tetap menunjukan perhatiannya pada Jihan. Jihan memalingkan wajah dan kembali menatap kaca jendela. Sepertinya kaca jendela mobil lebih menarik minatnya ketimbang Septian.

“Aku belum bisa maafin kamu.”

“Kenapa?”

“Aku liat kamu ngapain tadi sama Mauren.”

Septian terdiam kaku di sebelahnya. Bahkan tangannya perlahan-lahan lepas dari lengan Jihan. Sesuatu di dalam diri Jihan seperti kehilangan setelah Septian melakukannya.

“Aku mau kembaliin jaket yang kamu kasih. Aku gak mau pakenya.” Jihan meraih tas belanja bermerk mahal yang sempat ia taruh di kursi belakang tadi.

“Mending kamu jual lagi aja. Labelnya juga belum aku buka.” Jihan mengulurkan tangan namun Septian hanya memandangnya dengan tatapan kosong.

“Apa kamu selalu kekanakan kaya gini?” tanya Septian. Merasa kesal karena pemberiannya dikembalikan.

“Atau kamu bisa kasih Mauren. Anggep aja sebagai hadiah karena kamu ciuman sama dia tadi,” tambah Jihan membuat kerutan di kening Septian renggang. Terkejut namun tiba-tiba saja tatapan Septian berubah marah karenanya.

“Kamu,” Septian terdiam sebentar. “—Apa?”

“Aku liat kamu sama dia ciuman tadi di loker!” ujar Jihan.

“Kamu kekanakan banget sih?”

“Iya aku emang kekanakan! Terus apa masalahnya? Kamu gak suka kalau aku kekanakan kaya gini? Waktu itu Thalita, Dara, sekarang Mauren besok-besok siapa lagi yang mau kamu gituin?!”

“Keluar,” ujar Septian dingin membuat Jihan terkejut.

“Aku bilang keluar!” bentak Septian membuat Jihan menjauhkan tubuhnya ke pintu.

“Tapi ini di jalan besar...,” balas Jihan.

“Aku bilang keluar Jihan!” bentak Septian lagi yang sudah kepalang emosi.

Jihan menatap tidak percaya pada Septian. Ia lalu buru-buru mengambil tasnya. Perasaan sedih menguasai hatinya. Setelah menutup pintu. Mobil milik Septian melaju pergi. Meninggalkannya di pinggir jalan seorang diri. Septian bahkan tidak mau repot-repot menoleh padanya. Rahangnya tetap mengeras seperti menahan kesal.

Jihan mengusap kedua lengannya yang kedinginan. Jalanan begitu sepi. Ada banyak pohon besar di depannya. Tiba-tiba saja Jihan ingin menangis namun Jihan tidak akan menangis di sini. Apalagi di jalanan.

Menyusuri jalanan Jihan mencoba menyebrang. Ia berjalan ke depan dengan hati yang mengambang. Jihan tidak tahu bahwa Septian tega memperlakukannya seperti ini. Dalam hubungan mereka baru kali ini mereka bertengkar hebat seperti ini. Jihan memperhatikan ponselnya. Sebentar lagi akan mati karena sejak tadi yang dilakukannya adalah memvideokan Septian saat cowok itu lomba basket.

Jihan kembali merogoh tasnya. Dompetnya ada namun kalau Jihan menggunakan uangnya sekarang. Besok ia ke sekolah pakai apa?

Jihan tidak tahu ia sedang berada di jalan apa sekarang. Sejak tadi yang dilakukan Septian adalah berputar-putar di jalanan yang bahkan Jihan belum kenal dan sekarang ia tidak bisa menggunakan maps karena ponselnya lowbet.

Kenapa Septian tega menurunkannya di tempat mengerikan seperti ini?

****

Berkali-kali Septian memukul stir mobilnya. Pegangan di kemudinya semakin mengerat. Laju mobilnya semakin kencang. Septian memacu mobilnya dengan sangat gila di jalanan. Pikirannya terus saja menyebut nama Jihan membuat Septian merasa sangat bersalah meninggalkan Jihan di jalanan tadi.

Menoleh ke kanan Septian tidak menemukan Jihan di tempat tadi. Ia melajukan mobilnya ke depan. Terus ke depan sampai menemukan tikungan ke kanan. Septian mengikutinya. Ada jalan lurus ke depan.

Namun saat itulah ia melihat Jihan. Sedang duduk di sebuah tempat kecil di depan gedung tua. Tatapannya mengarah ke depan dengan gamang. Buru-buru Septian membuka pintu mobil lalu menghampirinya.

“Jihan,” panggil Septian membuat Jihan menoleh.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Jihan namun Septian tak membalasnya. Septian tidak mungkin salah lihat kalau dahi Jihan sedang berdarah saat ini.

Septian menyentuh keningnya. “Ini kenapa berdarah?” Jihan meringis karenanya. Ia menyentak tangan Septian yang sempat memegang dahinya. Tidak mau dipegang.

“Tas kamu mana?” tanya Septian lagi.

“Kecopetan,” Jihan melirih. Septian terkejut. Tidak menduga hal tersebut akan terjadi. Septian tahu Jihan ceroboh, lugu dan lemah tapi kecopetan? Septian bahkan sudah bersumpah di jalan kalau sampai Jihan kenapa-napa akibat ulahnya menurunkan Jihan tadi di jalanan. Ia akan menghukum dirinya sendiri.

“Kecopetan?”

Jihan tidak membalas. Ia hanya merundukan kepalanya. Tidak mau menatap Septian. Lalu tiba-tiba suara pukulan dari tangan Septian terdengar membuat Jihan menoleh kaget. Septian baru saja memukulkan tangannya pada kayu penyangga di sebelahnya dengan sangat keras.

“Anjing!” maki Septian semakin kasar memukulkan tangannya pada kayu di depannya.

“Septian!” panggil Jihan ketakutan.

Pikiran Septian sangat liar. Terpecah ke sana kemari. Bagaimana kalau tadi ternyata Jihan bukan kecopetan tapi ditabrak orang? Atau yang lebih parah malah diperoksa? Membayangkannya saja membuat Septian mau gila rasanya.

“Septian udah!” Jihan menarik tangannya. “Udah!” ujar Jihan dengan gemetar.

Jihan memandang tangan Septian yang berdarah. Rasanya pasti sangat sakit. Jihan menarik tangan Septian agar tidak melukai dirinya sendiri lagi.

“Kenapa? Kamu takut?” tanya Septian sarkas pada Jihan.

“Masuk mobil,” suruh Septian. Jihan tidak menolak. Ia masuk ke dalam mobil. Mulutnya tertutup rapat-rapat. Dalam ia memperhatikan Septian yang tampak kesal karena Jihan kecopetan lalu Septian masuk ke dalam mobilnya.

“Aku gak pa-pa sekarang. Jangan kaya gitu lagi ya?” pinta Jihan.

Septian menoleh padanya. Menyadari tatapan Jihan yang sangat ketakutan di sebelahnya. Seketika membuat Septian jadi merasa bersalah.

****

Setelah tiba di rumah Septian. Jihan mengobati tangan Septian. Tadi sewaktu di mobil Jihan hanya mengelap darah miliknya dengan tissue yang ada di dashboard. Dengan telaten Jihan mengobatinya namun Septian sama sekali tidak meringis atau mengeluh sakitnya. Septian tetap diam memperhatikan Jihan dalam-dalam. Seolah waktu hanya terhenti untuk mereka. Perasaan bersalah berhasil menyusup ke dalam hati Septian dengan sangat kuat saat melihat luka di dahi Jihan.

“Jangan menyalahkan diri kamu sendiri,” ujar Jihan setelah selesai mengikat perbannya.

“Bukan salah kamu.”

“Kenapa kamu diem aja?” tanya Jihan pada Septian namun Septian tetap bungkam. Sambil terus menatapnya membuat Jihan jadi salah tingkah.

“Aku pulang sendiri aja habis ini. Kamu gak usah khawatir. Aku bisa jaga diri,” kata Jihan.

“Jaga diri? Emangnya kamu bisa?” tanya Septian.

Jihan merasa nyalinya menciut saat itu juga. Septian sedang sangat serius memandangnya dan hawa sekitar mendadak jadi sangat tidak bersahabat padanya.

“Aku ninggalin kamu tadi karena enggak mau emosi di depan kamu. Aku trauma Jihan. Aku takut alam bawah sadar aku ngelakuin hal yang enggak-enggak ke kamu. Aku enggak mau nyakitin kamu,” ujar Septian jujur. Cowok itu mengusap rambut Jihan.

“Kamu enggak bakal nyakitin aku.” Jihan tersenyum padanya.

“Dari mana kamu tau?”

“Karena itu emang bukan kamu.” Jihan mengelus perban di tangan Septian.

“Jadi jangan nyalahin diri sendiri.”

“Aku gak ngapa-ngapain sama Mauren tadi,” ucap Septian membuat raut wajah Jihan berubah sangat cepat. Mendadak jantung Jihan jadi berdebar kencang mendengarnya. Rasanya masih sakit dan bahkan ia tidak ingin mendengar lanjutan yang akan Septian katakan padanya saat ini.

“Tadi dia cuman nyemangatin,” Septian berkata jujur.

“Hubunganku sama Mauren gak sejauh yang kamu kira. Pertama kali aku ngerasain ciuman itu sama kamu. Dan cuman sama kamu,” tegas Septian lagi.

Perut Jihan merasa seolah tertekan ke dalam. Jihan merasa panas hanya karena kata-kata tersebut. Seolah ada banyak kupu-kupu yang terbang di dalam sana.

“Kamu ngomong apa sih,” Jihan menatapnya malu-malu.

“Kenapa kamu malu-malu gitu? Bukannya biasa juga malu-maluin?” jawab Septian membuat Jihan melebarkan matanya.

“Enak aja! Aku gak malu-maluin tau!”

“Jangan cemberut. Kamu jelek kalau cemberut,” goda Septian membuat Jihan tersenyum sekaligus tersipu. Ingin marah namun ia urungkan niat tersebut.

“Kenapa bisa kecopetan?” tanya Septian.

“Gak tau tiba-tiba aja mereka dateng naik motor. Tasku diambil. Untungnya hapeku di kantong tapi hapenya mati. Dompet aku di dalem tas. Aku sempet rebutan sama yang dibonceng tapi pas dia mukul sesuatu ke mukaku. Dahi aku jadi berdarah trus mereka pergi gitu aja naik motor,” ujar Jihan menceritakan.

“Jangan nyalahin diri sendiri. Di Jakarta kan emang banyak copet.”

“Yaudah nanti aku beliin tas ya,” ujar Septian kalem.

“Kenapa kamu gak langsung pergi?”

“Iya aku masih kaget. Aku udah putus harapan. Enggak ada siapa-siapa di sana yang bisa dimintain tolong. Bahkan pas kejadian juga gak ada yang liat. Aku duduk di sana. Aku pikir kamu udah pulang jadi gak mungkin balik. Mau nelpon cuman batre hapeku habis.” Cerita Jihan membuat Septian mendekatinya. Perasaan bersalah masih sangat dalam dirinya.

“Mereka pasti udah liatin aku keluar dari mobil kamu,” kata Jihan.

“Mereka salah target mungkin. Mereka pikir aku sekaya kamu karena turun dari mobil bagus kamu,” kata Jihan lagi. “Lagian di dompet aku cuman ada uang sedikit aja kok.”

“Ini bukan masalah seberapa banyak uang atau barang kamu yang hilang. Ini tentang kamu. Kalau sampe kamu diapa-apain lebih dari ini sama mereka aku gak—”

“Aku gak kenapa-napa,” Jihan memotong. “Nih liat. Liat baik-baik. Aku gak kenapa-napa kan?” Jihan memperlihatkan kedua tangannya lalu membiarkan Septian menatap seluruh wajahnya.

“Tetep aja—”

“Sejak kapan sih kamu mulai cerewet kaya gini?” tanya Jihan pada Septian.

Namun bukannya menjawab Jihan. Septian mendekatkan dirinya. Awalnya merangkul Jihan dari belakang namun salah satu tangannya yang lain akhirnya merangkul Jihan dari depan. Posisi seperti ini membuat Septian sedang memeluk Jihan.

Sementara Jihan dapat merasakan detak jantungnya sendiri yang mendadak berpacu lebih cepat. Jihan selalu suka aroma parfume milik Septian yang bercampur keringat cowok ini.

Beberapa bulan lalu Jihan mengenal Septian sebagai laki-laki kaku, kutu buku dan juga dingin kepada semua orang. Namun kali ini Jihan seperti melihat orang yang sama namun bedanya hanya dengan perlakuan yang berbeda. Jihan sudah pernah bilang kan kalau Septian termasuk tipe cowok yang lebih suka menunjukan aksinya ketimbang kata-kata?

“Kita baikan aja gimana? Mau ya?” ajak Septian.

“Ih! Kamu kaya anak kecil deh,” balas Jihan terkikik.

“Yaudah ulang,” balas Septian. “Nggak mau maafin aku?”

“Hmm...” Jihan tampak berpikir. Tingkahnya yang sedang menunjuk dagunya dengan satu jari seperti berpura-pura berpikir membuat Septian gemas. “Nanti aja deh.”

“Kenapa?”

“Nanti ajalah kalau sekarang keenakan di kamunya.”

Septian menatapnya dengan tampang lesu. “Mau pulang sekarang?”

Jihan mengangguk. Mengambil ponselnya yang ada di atas meja sebelah sofa.

“Jihan,” Septian memanggil dengan ragu.

“Setelah tau aku gimana. Kamu bakal ninggalin aku?” tanya Septian.

****

“Tumben nyuruh gue dateng ke rumah lo,” kata Galaksi pada Septian.

“Gue dikasi makanan gak nih? Apa mobil baru lo aja?” ujar Galaksi ngelunjak.

Temannya tersebut langsung saja masuk ke dalam perpustakaan besar di rumah Septian. Perpustakaan yang bisa ditempati oleh banyak sekali pundak-pundak dan rak-rak lemari. Bukunya dari atas sampai bawah. Penuh. Tidak ada bagian yang tampak kosong.

“Gue kira lo di ruang billiard. Taunya di perpus. Emang dasar kutu buku,” ejek Galaksi bercanda.

“Ajaklah Jihan kemana gitu. Jangan ngerecokin gue mulu!” protes Galaksi pada Septian.

“Yeeeee! Diajakin ngomong malah diem aja.” Galaksi duduk di sofa ruangan tersebut. Kakinya naik ke atas meja. Benar-benar tidak tahu sopan santun. Tapi kalau di rumah orang yang tidak ia kenal juga mana mungkin Galaksi bersikap seperti ini.

“Ada apa?” Galaksi bertanya. “Pasti ada hal yang seriud kalau lo sampe manggil gue ke sini.”

Galaksi mungkin bukan hanya temannya. Septian mungkin punya banyak orang yang bersedia untuk ia ceritakan panjang lebar bagaimana kejadian tadi namun Septian pasti akan memilih Galaksi. Pilihan yang sudah tepat dan akurat. Lagipula Septian tidak mau buang-buang waktu untuk bercerita sebanyak itu pada orang lain yang tidak mengerti masalahnya.

“Lo tau,” balas Septian.

“Buset dikira gue cenayang apa kaya lo?” balas Galaksi.

Septian menatapnya tajam membuat Galaksi terkekeh karenanya.

“Duduk aja dulu di sana. Jangan banyak omong,” balas Septian.

Galaksi menuruti apa yang dikatakan Septian padanya.

“Gue yang jadi Bos kenapa malah gue yang diperintah ya?” gumam Galaksi pada dirinya sendiri.

Septian duduk di depannya. Galaksi menatapnya namun Galaksi tahu ada hal yang sangat penting sehingga Septian memintanya untuk datang kemari.

“Lo gak ngundang si ember ke sini?” tanya Galaksi.

“Siapa?”

“Siapa lagi. Temen lu lah si Jordan,” balas Galaksi.

“Temen lo juga,” balas Septian datar.

“Ya udah berarti temen lu dan gue,” balas Galaksi tidak mau kalah.

“Padahal gue lagi enak-enaknya hampir ke alam mimpi eh tau-taunya lo nelponin gue.” Galaksi membuat Septian menaikan sebelah alisnya.

“Biasanya juga jam segini lo masih kelayapan Gal,” ucap Septian membuat Galaksi cengengesan.

“Iya sih,“ balas Galaksi. “Gue gak bisa tidur kalau di bawah jam dua belas.”

“Gue numpang nginep di rumah lo ya Sep?” tanya Galaksi.

“Enggak,” balas Septian cepat.

Bukannya marah. Galaksi malah tertawa kencang. Tawanya menggelegar di seluruh ruangan.

“Galak banget kaya nama gue,” balas Galaksi masih dengan sisa tawanya.

“Emang kenapa gak boleh? Mau telponan ya sama ayang bebeb Jihan?” Galaksi menggodanya namun Septian tetap memasang tampang datar padanya.

“Fokus Gal,” suruh Septian membuat langsung Galaksi menegapkan badannya.

“Iya-iya fokus! Eh tunggu bentar. Harusnya kan gue yang bilang gitu! Gue kan Bos nya!”

“Terserah lo.”

“Fokus Sep!” perintah Galaksi pada Septian.

“Bos goblok,” maki Septian kesal namun tak urung membuat Galaksi tertawa karenanya.

“Serem amat. Ada apa nih?” ujar Galaksi mulai serius.

Septian mulai bercerita. Bukan bercerita tentang Jihan saja tapi tentang Kakek dan Neneknya. Galaksi menyimak dengan saksama. Ia menelan ludah beberapa kali. Septian dapat melihatnya. Ia bisa mengerti apa yang akan Galaksi katakan padanya nanti tapi apakah Septian sanggup mendengarnya?

“Lo serius?” tanya Galaksi bertanya setelah Septian selesai bercerita.

“Tapi dia sayang banget sama lo Sep. Dia cewek yang tulus sama lo. Lo cuekin aja dia masih tetep ngejar lo. Dia gak pernah liat duit lo. Lo gak akan nemu yang kaya dia lagi di belahan dunia manapun. Lo yakin bakal kaya gitu?”

Septian tampak termenung sebentar. “Gue juga gak tau.”

“Yang tegaslah lo jadi cowok! Lemah amat,” ketus Galaksi.

“Saat hari itu tiba. Gue minta tolong. Tolong dampingin dia Gal,” ujar Septian.

*****

AN:  Halooo mana nih yang udah nunggu-nunggu updatean Septihan dari waktu itu?

Siapa yang penasaran sama apa yang dibilang Septian ke Galaksi?

SPAM NEXT TERUS (Biar kalian selalu inget dan gak sider. Gak susah kok aku cuman mau kalian biar gak jadi silent riders dengan cara kaya gini)

SPAM SEPTIHAN JUGA (Biar kalian selalu hafal sama mereka)

Gantung ya?

1 KATA BUAT INTI RAVISPA

1 KATA BUAT SEPTIAN

1 KATA BUAT JIHAN

Choose your fighter: Septian Aidan Nugroho atau Marcus Akbar Firmansyah?

TIM HAPPY ENDING, MENGGANTUNG atau SAD ENDING?

Follow Shopee: Poppipertiwi_ atau Poppipertiwinovel yaaa

OH IYA YANG BELUM ADD LINE@ GALAKSI ALDEBARAN ADD @bdz5193b YAA NANTI AKAN DIBALAS OTOMATIS <3

FOLLOW INSTAGRAM:

POPPIPERTIWI
POPPIPERTIWII
POPPIPERTIWISTORY
WATTPADPI

GALAKSIMOVIE (Jangan lupa follow akun ini yaa untuk info-info selengkapnya)

SEPTIANAIDAN
JIHANHALANA
RAVISPA

GALAKSIALDEBARANNN
JORDANADITAMA
BAMSADNYANA
GUNTURGUTAMAA
OJIANURAGARS
NYONGBRAY

FOLLOW IG BARU OJI: OJIANURAGARS & GALAKSIALDEBARANNN

Follow Twitter:

@PoppiPertiwi_
Septianaidan
Jihanhalana

Wajib Subscribe Youtube: Poppipertiwi (Ada dua channelnya)

Order novel Galaksi di shopee: Melvanamediastore, Order novel Mozachiko di shopee: Tokotmindo / bisa kalian dapatkan di seluruh Gramedia Indonesia. Jadi buat yang tanya-tanya dimohon untuk baca AN sampai bawah yaa

****

HAI TEMEN-TEMEN! Aku akan membuka sesi Q&A untuk ALL Member RPPI yang ada di cerita Septihan. Boleh tanya apapun. Boleh gombal juga. Contoh: Bang kapan cerita Galang? Mon kapan suka sama Guntur? Apa Jordan suka sama Kejora? Septian sayang banget sama Jihan? Jadi buat kalian apa sih pertanyaan yang akan kalian tanyain sama mereka? (Akan dijawab random di part khusus sebelah sekalian pengumuman Trailer story Septihan) Please komen di paragraf bawah ini yaaa

1. Untuk Septian apa pertanyaan dari kalian?

2. Untuk Jihan apa pertanyaan dari kalian?

3. Untuk Galaksi apa pertanyaan dari kalian?

4. Untuk Jordan apa pertanyaan dari kalian?

5. Untuk Bams apa pertanyaan dari kalian?

6. Untuk Guntur apa pertanyaan dari kalian?

7. Untuk Oji apa pertanyaan dari kalian?

8. Untuk Nyong apa pertanyaan dari kalian?

9. Untuk Galang apa pertanyaan dari kalian?

10. Untuk Thalita apa pertanyaan dari kalian?

11. Untuk Marcus apa pertanyaan dari kalian?

12. Untuk Mauren apa pertanyaan dari kalian?

13. Atau ada pertanyaan untuk yang lain atau random?

Salam sayang, Poppi Pertiwi. Jodohnya Lucas, Jaemin, Teyong NCT

Mau Next lagi kapan? :D

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

463K 50.3K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
GEOGRA Autorstwa Ice

Dla nastolatków

2.4M 99.3K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
3.1M 152K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
794K 11K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+