MarvelMeira [END]

By selvimeliana

184K 9.9K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... More

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 03 [Pesona Korea]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 15 [Tempat yang Salah]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 20 [Teror]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
BAB 31 [Go Public]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 35 [Peneror Gila]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 27 [Lay dan Angel]

2.7K 196 38
By selvimeliana

Suara riuh itu menggema di setiap sudut lapangan basket indor yang terbilang luas dan megah ini. Teriakan penuh nada penyemangat saling sahut menyahut dari setiap barisan bangku penonton yang hampir terisi penuh oleh siswa siswi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas.

Seperti biasa di setiap bulannya, akan ada hari di mana setiap kelas free dari pembelajaran dan hanya akan ada kegiatan di luar pembelajaran seperti kebersihan, dan kesehatan. Dan pada hari ini, sekolah mengadakan kegiatan kesehatan yang berpacu pada olahraga. Oleh karena itu hari ini diadakan pertandingan basket dan beberapa pertandingan lain yang wajib di ikuti oleh perwakilan dari kelas masing-masing.

Berbeda dari biasanya, pertandingan basket kali ini tidak di lakukan antar kelas, namun antar organisasi-organisasi yang ada di sekolah ini. Tepatnya pada detik ini, berlangsung pertandingan antara organisasi OSIS dan Dewan Ambalan.

Pertandingan kali ini cukup sengit dengan para pemain yang terlihat lumayan mahir saling adu, dan juga para pendukung yang saling beradu suara memberikan semangat kepada tim yang di dukungnya.

Anggota OSIS khusunya lelaki memang memiliki kharismanya masing-masing, jadi tidak heran jika banyak penonton yang mendukung tim OSIS. Terlebih, pemain basket dari tim OSIS kali ini adalah anggota-anggota yang paling tersorot semenjak organisasi OSIS tahun ini terbentuk. Seperti, Fino sang cassanova OSIS, Rangga sang kutu buku namun terkenal karena ketampanannya walaupun berkaca mata, dan yang terakhir yang paling utama adalah seorang lelaki berkaos basket dengan nomer punggung sembilan puluh enam. Lelaki itu yang paling banyak di sorot oleh mata kaum perempuan.

Pemain dengan nomor punggung sembilan puluh enam tersebut telah menjadi sorotan sejak pertandingan basket di mulai. Lelaki dengan pakawan tinggi dan lumayan bersisi itu bermain dengan sangat cekatan, itu terlihat dari pergerakan tubuhnya yang membuat banyak siswi menjerit dan bersorak meneriaki namanya. Marvel, sang ketua OSIS sekaligus menyandang sebutan prince di sekolah ini selama tiga tahun berturut-turut.

Tidak kalah dengan tim OSIS, tim dari Dewan Ambalan pun memiliki pendukung yang lumayan banyak. Soarakan penuh semangat terdengar menyoraki tim tersebut. Anggotanya tim ini juga bisa di katakan bagus dari dua sisi. Bagus dalam permainan mereka, dan bagus wajah-wajah mereka.

Selain itu, sama seperti anggota OSIS. Anggota Dewan Ambalan ini terkenal oleh teman-temannya maupun adik kelasnya. Terutama yang baru menginjak kelas sepuluh tentu mengenal satu persatu anggota Dewan Ambalan ini, karena dalam seminggu mereka saling bertemu dan berhadapan di ekstra kulikuler pramuka yang wajib di ikuti oleh seluruh kelas sepuluh.

Seperti Marvel, Pradana Dewan Ambalan yang hari ini ikut bertanding basket tersebut juga sama-sama memiliki banyak penggemar yang kebanyakan adik kelasnya. Selain tampan, ia juga terlihat sangat tegas di setiap waktu. Tegas yang tidak membuat mereka ketakutan, namun terkagum-kagum.

Disalah satu kursi penonton yang berada di sebelah kanan. Meira memperhatikan dengan tatapan malas pertandingan yang semakin lama semakin memanas itu. Diantara siswi-siswi yang ada di sekelilingnya, mungkin hanya ia saja yang terlihat tidak tertarik dengan pertandingan ini.

Disaat Meira menatap pergerakan Marvel diatas lapangan, tidak sengaja Marvel ikut menatapnya. Lalu lelaki itu tersenyum kearahnya sambil menggiring bola basket dengan tangannya. Dan seketika pula, teriakan para siswi yang melihat Marvel tersenyum saling menyahut. Hal ini membuat Meira cemberut dan sedikit menggerutu.

Meira tentu sadar, gadis-gadis alay tersebut pasti mengira Marvel tersenyum kearah mereka. Dalam hati Meira, Meira mengatai mereka dengan hal yang tidak-tidak. Dan ketika tanpa sengaja tatapannya bertemu kembali dengan Marvel, Meira memalingkan tatapannya dan bertingkah seperti seseorang yang sedang menguap.

"Mei!"

"Hem."

"Tidur jam berapa sampai ngantuk gitu."

"Tidur jam dua belas."

Angel yang sejak tadi fokus memperhatikan pertandingan, kini menatap kearah Meira dan Qia yang sedang berbincang. "Tumben tidur malem?" tanyanya seketika. "Biasanya lo tidur awal, kan?"

Meira terdiam. Gadis itu berusaha mengingat, dan seketika tersenyum lebar setelah mengingatnya. "Soalnya keasikan sama Marvel, jadi tidurnya kemaleman."

"Jadi gue balik, kak Marvel gak jadi pergi njemput nyokapnya, gitu?" Qia menatap juriga ke ada Meira. Tatapannya curiga, namun juga tajam seperti suaranya.

Melihat perubahan ekspresi Qia, membuat Meira terkekeh lalu tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapih. "Iya." jawaban singkat namun berhasil membuat raut wajah Qia semakin tidak karuan.

Qia terlihat menahan marah sampai wajahnya sedikit memerah. Kedua tangannya juga mengepal, sedangkan giginya sudah bergesekan satu sama lain yang menciptakan sebuah suara kecil namun jelas.

"Kalian ngerjain gue?" tanpa basa basi, Qia langsung bertanya pada poin pentingnya dengan nada kesal yang amat kentara.

Angel yang tidak tahu menahu masalah apa yang sedang kedua sahabatnya bicarakan, hanya menatap bingung kearah Qia yang terlihat kesal, dan Meira yang terlihat menahan tawanya. Dan pada akhirnya Angel bertanya, "Ada masalah apa, sih?"

Lepaslah sudah tawa kecil Meira yang sejak tadi berusaha ia tahan ketika melihat betapa lucunya ekspresi Qia saat itu. "Jadi gini, Ngel." Meira beralih menatap Angel.

"Meira, ih!"

Meira terkekeh sambil menatap Qia kembali, sebelum akhirnya ia menatap Angel karna berniat akan memberitahukan sesuatu. "Jadi, semalem kan Qia ke rumah gue, terus pulangnya dianter sama kak Rizky."

"Kok, bisa?"

Qia mengerucutkan bibirnya, lalu menggerakan tubuhnya untuk kembali menghadap ke lapangan. Gadis itu enggan melihat kedua sahabatnya itu.

Merasa pertanyaannya tidak akan di jawab oleh Qia, Angel memilih kembali menatap Meira. "Kak Rizky tau dari mana kalo Qia ada di rumah elo."

"Marvel." jawab Meira dengan cepat. "Marvel tau kalo kak Rizky ke rumah Qia buat ketemu Qia, tapi Qia nya udah ada di rumah gue duluan. Ya, udah, akhirnya si Marvel bilang sama kak Rizky."

Angel menggangguk, namun tidak membuat Meira berhenti bercerita. "Kita berempat akhirnya duduk-duduk sambil ngobrol di rumah gue. Dan sebelum kak Rizky dateng, si Marvel niatnya entar mau nganter Qia pulang sekalian dia juga pulang. Tapi berhubung udah ada kak Rizky, ya udah si Marvel cari alasan biar kak Rizky aja yang nganter Qia."

Angel yang mendengarnya juga ikut tertawa kecil bersama Meira, membuat raut wajah Qia semakin tidak enak di pandang.

"Temen?" sindir Qia merasa sedang dalam posisi tidak mengenakan. "Kek, gitu temen?" katanya lagi.

Tanpa menjawab justru semakin terkekeh, Meira mengalihkan tatapannya ke lapangan basket. Ia kembali menonton pertandingan disana tanpa memperdulikan gerutuan Qia. Lebih tepatnya, ia memperhatikan Marvel yang masih fokus bermain.

Belum lama juga Meira mulai menikmati pertandingan tersebut, suara peluit berbunyi menggema di lapangan. Suara itu sebagai penanda bahwa babak pertama sudah berakhir dan di lanjut dengan istirahat terlebih dahulu untuk beberapa menit sebelum babak kedua di mulai.

"Kadang gue ingin." Meira yang sudah dalam posisi menyangga dagunya dengan tangan yang bertumpu pada pahanya itu, menjeda kalimatnya yang berhasil menarik perhatian kedua sahabatnya.

Meira menatap Marvel yang berjalan keluar dari lapangan basket. "Disaat sela-sela istirahat kaya gini, gue kasih air minum ke Marvel. Dan dengan begitu, gue berhasil lihat dengan jelas keringat yang berjujuran di wajah dan tubuhnya. Pasti seru."

"Bakalan terjadi, kok."

Meira memalingkan wajahnya kearah Angel. Bukan, bukan Angel yang kali ini ia tatap, tapi seorang lelaki yang duduk tepat di samping Angel.

"Lo ngapain?" Meira menatapnya kesal, berbeda dengan Angel dan Qia yang menatapnya dengan tatapan terkejut.

Lelaki itu tersenyum miring. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, lalu tanggannya bersedekap dada sambil menatap ke depan sana. "Duduk, lah. Lo pikir?"

"Lay, tolong, deh!" Meira bersuara. "Jangan suka tiba-tiba nongol, apalagi tiba-tiba ngilang tanpa kepastian!" lanjutnya sambil menatap Angel yang langsung salah tingkah karena perkataan Meira.

"Gak usah ngawur ngomongnya!" Lay menegas, namun di balas kekehan oleh Meira dan Qia. Membuat Lay memalingkan wajah dari mereka bertiga.

"Kalo ngomong yang beneran dikit, dong, kaya gue!" ada nada sedikit sombong di kalimat tersebut.

"Contoh?" Qia bertanya sambil sesekali melirik Angel yang menunduk.

"Omongan gue tadi. Kalo apa yang di omongin Meira itu bakal terjadi." Lay fokus menatap kedepannya. "Tapi sayang, pemeran pertama ceweknya bukan Meira, tapi cewek lain."

"Maksud lo?"

"Depan kalian."

Meira langsung menatap kedepannya. Ia melihat di pinggir lapangan yang ada di ujung sana, Agatha sedang menyodorkan sebuah botol mineral kearah Marvel sambil tersenyum. Dan yang lebih dari itu, Marvel menerima minum tersenyum dengan tersenyum juga.

"MARVEL!"

"Kamu hancurin keinginan aku gitu aja dengan pemandangan ini."

"Dasar."

•••••

Kedua telapak tangan yang menampung air itu berhasil membasuh wajah putih mulus yang bayangannya terpantul oleh cermin besar panjang yang ada di depan.

Aliran air tadi mulai meluruh di permukaan wajah itu. Menyisakan buliran-buliran air yang masih bertahan di tempatnya. Setelahnya, telapak tangan tadi yang juga terlihat mulus, berpegang pada wastafel di depannya. Sedetik kemudian, kedua kelopak mata yang sejak tadi tertutup rapat, mulai terbuka dengan sempurna memperlihatkan iris matanya yang berwarna coklat.

Senyum lebar itu terlihat kala kulit wajahnya merasakan kesegaran air yang telah membasahinya. Ini sungguh terasa begitu segar, setelah entah berapa lama kulit wajahnya berkeringat karena hawa panas siang ini.

Gadis itu sempat menatap kesekelilingnya yang terasa sepi, dan ternyata benar jika ia seorang diri yang berada di toilet siswi.

Gadis itu mengedikan bahunya. Berpikir jika semua orang mungkin masih asyik menyaksikan beberapa pertandingan lain yang tersisa, itu lah penyebab toilet terlihat sepi dari biasanya.

Tidak ingin berlama-lama sendirian di toilet, gadis itu segera mengambil sebuah tisu di saku kemeja sekolahnya. Ia mengeringkan wajahnya menggunakan tisu tersebut sampai benar-benar kering. Dan setelahnya, ia melangkah pergi meninggalkan toilet yang mulai memberi kesan horor untuknya.

Ting

Menyadari jika ponsel yang sedang ia genggam berbunyi, ia segera menatap layar ponselnya sambil terus berjalan menyusuri lorong yang memisahkan toilet dengan tempat olahraga indor yang ada di sekolah ini.

Meira :
Lo dimana, Ngel?

Me :
Gue habis dari toilet. Ini gue mau nyusul kalian lagi, kok.

Me :
Emangnya kenapa, Mei?

Meira :
Kita semua udah keluar dari sana buat  istirahat

Meira :
Pertandingan tadi udah selesai, jadi lo nyusul kita ke kantin aja.

Me :
Oh, oke

Angel kembali memperhatikan langkahnya setelah mengirimkan balasan terakhir untuk Meira.

Saat itu lah Angel melihat seorang lelaki yang sedang berdiri bersandar pada tembok dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dadanya. Sedangkan tatapannya terlihat menatap lurus kedepannya, hingga lelaki itu mungkin tidak akan menyadari keberadaan Angel.

Angel sedikit menahan napas ketika langkahnya membawa ia semakin dekat dengan lelaki tersebut. Karna yang ia rasakan, ia tak ingin berpapasan dengan lelaki itu, namun ia juga tidak mungkin berputar arah atau memilih jalan lain karena hanya lorong ini yang akan membawanya keluar dari sini.

Suasana semakin parah disaat mata lelaki itu beralih kearahnya. Menatapi dirinya tanpa kedip dan tanpa kata.

Mau tidak mau, Angel memalingkan tatapannya. Bersikap seolah ia tidak melihat siapapun disini.

"Ngel!"

Angel menghentikan langkahnya setelah mendengar suara Lay yang menembus gendang telinganya. Membuat gadis itu memejamkan matanya dan sedikit menggigit bibir bawahnya.

Dengan tidak yakin, Angel sedikit memutar tubuhnya. Dan kini, Angel dan Lay yang masih bersandar di tembok itu saling berhadapan. "Iya, Lay?"

Angel tidak mendapatkan balasan dari Lay. Lelaki itu hanya menegakan tubuhnya, lalu sedikit melangkah menghampiri Angel.

"Kenapa masih di sini, Lay, bukannya yang lain udah pada pergi?" Angel memberanikan diri bertanya, karna ia rasa suasana diantara mereka berdua tidak sedang dalam keadaan bagus setelah beberapa waktu mereka tidak saling bertegur sapa.

"Lo."

Angel menatap Lay bingung.

"Jawabannya, elo."

Kali ini Angel yang terdiam. Gadis itu tidak mengatakan apapun atau melakukan apapun disaat melihat Lay yang berjalan kearah belakangnya. Sebenarnya Angel begitu penasaran, namun Angel tidak lagi berani bertanya kepada Lay.

"Lay!"

Angel sedikit terkejut saat merasakan pergesekan antara kulit lehernya dengan kulit tangan Lay. Dan disaat Angel melirik lewat sudut matanya, Angel melihat Lay yang sedang meraih helaian rambut Angel, mengumpulkannya menjadi satu, lalu mengikatnya dengan sebuah ikat rambut berwarna putih yang entah darimana Lay mendapatkannya.

"Biar lo gak kegerahan kaya tadi."

Masih dengan mengikat rambut Angel, Lay berucap untuk memperjelas maksudnya.

Angel merasa cukup terkejut dengan tindakan dan alasan Lay itu. Hal ini membuat rasa takut tiba-tiba singgah di hatinya. Rasa takut akan hal yang seharusnya tidak terjadi di antara mereka berdua karna mengingat perbedaan mereka yang tidak pernah bisa di satukan sampai kapanpun.

Lay menjauh. Lelaki itu kembali berhadapan dengan Angel yang kini menatapnya dengan tatapan ragu.

"Kenapa lo lakuin ini semua ke gue, Lay?"

"Kenapa juga lo hadir di kehidupan gue?" balas Lay.

•••••

AKU MINTA MAAF BANGET BUAT KALIAN YANG UDAH LAMA NUNGGU KELANJUTAN INI CERITA. BANYAK ALASAN KENAPA BARU KALI INI AKU LANJUTIN NIH CERITA, KARENA FAKTOR SIBUK, JUGA KARENA FAKTOR GAK DAPET IDE BUAT KELANJUTANNYA 😂 MAAF BANGET YA

KALI INI JUGA BELUM ADA ADEGAN SI MARVEL SAMA MEIRA YA, MEREKA BERDUA AKAN ADA DI PART SELANJUTNYA. SELAMAT MENUNGGU LAGI 😁

SEMOGA KITA DI PERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA ❤

BYE 🖐🏻👻

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

550K 26.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
7.6K 432 52
Ini Kisah Tentang Aruna. Si Gadis Cantik yang mengagumi seorang ketua Osis, ketua basket, Gitaris dan sekaligus mostwanted yang Terkenal di sekolah n...
63.4K 2.1K 35
"Maafin aku, Kak Arka," mohon Aurel dengan menyatukan kedua tangannya di dada. "Nggak ada kata maaf, buat lo! Gadis miskin," ucap Arka sambil menarik...
291K 27.2K 54
- Ada cerita tentang mereka. Berpura-pura tak melihat tapi saling peduli. Mengatakan saling tak suka tapi saling melirik cemburu. Shaka dan Ishara...