Ok jadi karena kalian di update-an yang kemaren banyak komen ngegantung terus reaction kalian banyak banget, jadi gue ngasih bonus update nih...
Makasih buat kalian yang sangat mensupport dan voment kalian juga nambah semangat aku nulis tauk. Kemarin bagian 41 banyak yang komen, yaudah gue update deh...
Seneng nggak?
#####
Rena pun duduk tepat di sebelah Gerald. Karena Gerald tadi datang lambat sehingga tidak ada orang di sampingnya.
"Hello... Rena." Sapa Rena manis. Bahkan Gerald pun melihat liontin kalung yang ia berikan masih bertengger di leher Rena
Astaga Gerald sangat terkejut. Entah bereaksi apa. Senang karena orang yang ia rindukan berada di sampingnya dan sedih ketika orang itu tidak mengingatnya.
"Ren, Ga usah ngomong bahasa sini. Gue juga dari Indo." ucap Dito.
"Oh... iya... Ini juga dari indo?" tanya Rena menunjuk Gerald.
Dito menghela napas, merasa iba pada Gerald.
"Iya gue dari Indo. Gue Gerald." ucap Gerald.
"Hai.. salken. Gue kira lo mahasiswa kiriman juga." ucap Rena memberi kesan pertama pada Gerald.
Gerald hanya tersenyum menanggapi.
*
sebelum pulang kembali ke apartemennya, Rena mengelilingi kampus dulu. Ia cukup senang dengan lingkungannya. Walaupun ia belum memiliki teman dekat, namun tak apa.
Dan tanpa Rena sadari, Gerald terus menerus mengikutinya.
Rena pun duduk di belakang bangunan kampus itu. Sambil menatap langit biru.
Tak lama Gerald menghampirinya.
"Eh Gerald." ucap Rena kaget.
"Ngapain lo sendirian disini?" tanya Gerald.
"Karena gue nggak punya temen. Dan gue belum pengen pulang." ucap Rena.
"Apart lo dimana?" tanya Gerald.
"Itu, apart yang nggak jauh dari sini." uap Rena.
Betapa kagetnya Gerald ternyata ia satu apartemen dengan Rena. Pantas saja ia terus menerus mencium parfum Rena.
"Lo dimana?" tanya Rena.
"Se-apart ama lo." ucap Gerald.
"Yaudah pulang bareng ayok." ajak Rena yang langsung berdiri lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Gerald berdiri karena mereka duduk di tanah sedari tadi.
Gerald pun menerima uluran tangan Rena. Astaga... Betapa rindunya ia genggaman tangan yang satu ini.
*
Pada saat menyusuri jalanan tak ada yang saling bicara, Rena terlalu sibuk memandang keunikan kota. Sedangkan Gerald sudah sangat kacau.
Namun tiba-tiba Rena membuka suara.
"Gue mau ke supermarket dulu. Kalo mau duluan silahkan aja." ucap Rena.
"Nggak. Gue ikut lo aja." Ucap Gerald.
"Ok."
Mereka pun memasuki supermarket tersebut. Dahulu ketika mereka tinggal bersama, mereka sering berbelanja bersama. Saling memanggil Babi dan Babu.
Namun apa yang dilihatnya sekarang merupakan orang asing. Yah, pembawaannya masih sama, sayang ia lupa siapa dirinya.
"Ger, gimana kalo misal kita makan pizza dulu... gue yang traktir..." ucap Rena.
"Boleh." ucap Gerald, astaga.. ia bahkan masih penuh dengan kejutan.
*
"Enak yah pizza nya. Ini juga sebagai ucapan terima kasih karena lo udah mau nemenin gue tadi." ucap Rena.
"Santai aja Ren." ucap Gerald.
"Tau nggak sih Ger, gue pernah koma dan gue lupa total orang-orang di sekitar gue." ucap Rena mulai bercerita.
'Ya allah gue yang tiep hari datang ngeliat lo.' -batin Gerald
"Oh ya? trus lo ngerasain apa?" tanya Gerald
"Pas bangun gue liat banyak banget hadiah.. tapi dibilangnya dari---aawww." ucapan Rena terhenti lantaran ia merasakan sakit dibagian kepalanya.
"Ren lo gapapa?" tanya Gerald panik.
"Ini, tiba-tiba kepala gue sakit. Gue... gak bisa nginget namanya. Yang gue tau dia ngasih kalung ini." ucap Rena.
Gerald hanya menghela nafas pasrah.
*
Dan lagi-lagi Gerald dibuat terkejut karena ruangan mereka bersebelahan.
"Loh jadi lo tetangga sebelah gue? Oalah.. gue jadi nggak kesusahan nih." ucap Rena.
"Iya, kalau gitu gue masuk dulu." ucap Gerald.
Rena pun hanya mengangguk lalu masuk ke dalam apartemennya.
*
Ketika Rena sedang makan malam, kepalanya pusing lagi. Astaga, syukurnya ia selalu membawa obat. Pereda pusingnya.
"Kok gue pusing terus yah akhir akhir ini?" gumam Rena.
Usai makan ia langsung membaringkan badannya.
*
Keesokan paginya, Gerald berangkat sepagi mungkin agar ia dan Rena tidak bersama-sama. Ia ingin menenangkan diri dulu untuk beberapa hari kedepan.
Dan ketika Rena ingin ke kampus, ia harus berangkat sendiri. Ia tidak ingin mengacaukan pagi Gerald bila memaksa agar berangkat bersama.
Ketika Rena masuk ke dalam kelas, ia melihat Gerald bersama seorang gadis yang entah siapa namanya.
Lalu ia menuju tempat kosong di samping Dito karena ia belum lancar bahasa Jerman jadi ia butuh bantuan.
"Hai Dit..." sapa Rena ramah.
"Hai... Re." sapa Dito ragu.
Rena pun memperbaiki posisi duduknya lalu melihat ke arah Gerald.
"Dit, itu pacarnya si Gerald?" tanya Rena ke Dito.
Dito cukup tersentak, ternyata Rena benar-benar lupa tentang Gerald.
"Eng..Enggak kok. Dia itu anak Indo juga. Mereka temenan aja." ucap Dito.
Rena hanya mengangguk-ngangguk.
*
Ketika jam usai, ia duduk sebentar di taman. Sambil kembali menatap langit. Ia merasa cukup kesepian. Dari kampusnya di Indonesia dulu hingga ke Jerman rasanya ia tidak memiliki teman dekat.
Gerald dan Diva berjalan beriringan. Rena hanya bisa menatap. Ia menganggap, sepertinya Gerald menyukai Diva. Gerald menyadari ada yang menatapnya lalu matanya bertemu dengan mata Rena. Namun Rena segera berpaling.
"Gue nggak mau ngeganggu orang lagi PDKT." gumam Rena.
Tak lama ada seseorang yang duduk di sampingnya. Karena itu ia menoleh.
"Hai... lo Rena kan? Gue Feli, temen sekelas lo juga. Dari Indo." ucap Feli ramah.
"Oh.. iya gue pernah ngeliat lo dikelas. Dan... di depan apart Gerald." ucap Rena.
Feli pun mengangguk.
"Lo kenapa sendirian?' tanya Feli.
"Gue... belum punya temen." ucap Rena sedih.
"Gue bersedia kok, soalnya gue udah jarang bareng Diva. Divanya sibuk ama Gerald." ucap Feli.
"Oh cewek yang tadi jalan sama Gerald itu... namanya Diva..." gumam Rena.
"Tenang. Itu nggak sesuai realita. Si Diva aja yang nempel terus. Padah Gerald udah suka sama orang." ucap Feli.
"Wah.. beruntung orang yang jadi gebetannya Gerald. Bisa naklukin cowo cuek." ucap Rena.
'Sumpah... padahal dia ngomongin diri sendiri' -batin Feli
"Kalo kerjain tugas gue ke rumah lo yah... soalnya Gerald kan cowok. Sungkan aja gitu." ucap Feli.
"Boleh banget kok...aduhhhh..." rintih Rena.
"Lo.. lo kenapa Ren?" tanya Feli panik.
"Boleh lo ambilin gue obat di restleting depan tas nggak." pinta Rena yang sekarang merasakan sakit luar biasa di kepalanya.
"Ini obatnya. Sama air." ucap Feli mengambil semua yang ia rasa dibutuhkan.
Rena pun menelan obat tersebut. Ia mencoba menetralkan pernapasannya.
"Kalo lo masih sakit, gue temenin ke rumah sakit yah." ucap Feli khawatir.
"Nggak... udah mendingan. Ini udah biasa." ucap Rena.
"Yaudah. Malam ini gue nginep di apart lo. Tapi kita ke apart gue dulu ngambil baju gue. Biar ntar malem kerjain tugasnya bareng." ucap Feli.
"Terus Diva?" tanya Rena.
"Dia juga biasa nggak pulang. Dia cukup hits disini." ucap Feli.
Rena hanya mengangguk.
*
Sesampainya mereka di depan pintu apart Rena, kebetulan Gerald sedang membuka pintu entah ingin kemana. Lalu ia terhenti ketika melihat Rena berjalan dibantu oleh Feli.
"Fel dia kenapa lagi?" tanya Gerald yang langsung panik juga.
"Kepalanya tiba-tiba sakit." ucap Feli.
Sakit dikepalanya tak kunjung hilang. Tiba-tiba selintas memori teringat, memori dimana ia saling memanggil nama babi dan babu.
"Astagah...." rintih Rena.
"Ren lo..lo tenang dulu. Baring..baring." ucap Gerald.
"Ger.... gue inget gue pernah ditinggal di rumah orang, dan.... gue gak tau dia siapa." ucap Rena
Lalu ia langsung tak sadarkan diri.
#####
Hai gesss sumpah gasabar update.
VOMENT.
Makasih
thanks
gomawo
arigatou