1 year after,
Seoul.
"Mint!"
Lee Da Rin dan Im Jissle memeluk sahabatnya yang sudah duduk manis menunggu di cafe.
"Sudah satu tahun.."
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Mint.
"Semuanya berjalan baik-baik saja, ada beberapa hal yang ingin kita bicarakan. Tapi, bagaimana Hongkong?" Tanya Da Rin.
"Hongkong biasa saja. Aku tidak bisa menemukan teman-teman se seru kalian~"
"Kami tersentuh deh~"
"Abonim? Bagaimana?"
"Aku tinggal bersama Bibi Houn, Ayah dan Katharina tinggal di rumah yang berbeda denganku jadi.."
"Oh. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan." Mint mengeluarkan sesuatu dari tas-nya.
"What is this?" Gumam Jissle.
"Baca saja."
"Wh- What?"
"You're coming back to Korea?!" Jissle sumringah melihat formulir pendaftaran masuk SMA Soyun yang Mint berikan padanya.
Mint mengangguk sambil merangkul kedua sahabatnya.
"Aku tidak benar-benar ingin tinggal di Hongkong selama ini."
"Kau menunggu Jimin lulus dari Soyun 'kan?" Tanya Da Rin.
Mint hanya tersenyum, "Ada hal-hal yang aku sesali selama di Korea, aku ingin melupakan semua itu."
"Walaupun.." Mint menyeka matanya yang mulai berair.
"Mint, ada hal yang harus kita bicarakan." Kata Da Rin.
"Tentang apa?"
"Myeong Mae Ji." Jawab Jissle.
"Aku tahu bahwa Ayahnya yang memanipulasi semua itu-"
-"Bukan. Bukan ayahnya." Potong Da Rin.
"Setelah kau pindah, semester dua tahun ini, Myeong Mae pindah karena di hujat habis-habisan."
"Ada apa?" Tanya Mint penuh tanda tanya.
"Yoon Mae Ji, pemilik perusahaan Thunder Music, dalang manipulasi acara-acara survival mulai dari HXH sampai Produce 3 on 3 adalah pamannya."
"Paman? Paman Mae?"
Da Rin mengangguk, "Sejak kecil dia tinggal bersama dengan Yoon Mae Ji yang baik karena ayah kandungnya seringkali melakukan kekerasan kepada ibunya, kepada Myeong Mae sesekali."
"Tetapi, ketika Yoon Mae Ji runtuh, Myeong Mae harus kembali ke neraka yang dibuat oleh ayah kandungnya sendiri."
"Lalu? Kenapa-
-"Myeong Mae mengambil data semua orang yang meminta tolong kepada pamannya, dia menemukan itu dan yah."
"Dia melakukan ini untuk balas dendam karena pamannya masuk penjara?" Tanya Mint.
Jissle mengangguk, "Kecelakaan Jimin itu dilakukan oleh Myeong Mae sendiri, dia membayar Lee Hea dan orangtuanya untuk menghapus dan berpura-pura bahwa CCTV di jalanan itu sedang error."
"Lalu.. Jimin dan teman-temannya tahu?"
"Mereka tahu." Jawab Da Rin.
"Sejak hal itu menyebar, mereka terus-terusan meminta nomormu yang baru tetapi kami tidak bisa memberikan itu."
"Tapi kenapa mereka mengira ayahku melakukan semua ini?" Tanya Mint lagi.
"Dari Myeong Mae. Ayah Myeong Mae juga seorang pengusaha, jadi Myeong Mae mengaku data itu dari perusahaan ayahnya tetapi dia merekayasa nama Han Shin Yu saja karena Ayahmu terkenal."
Mint hanya terdiam dan tidak menanggapi apapun.
"Ergh.. Abonim bagaimana? sehat?" Tanya Jissle mengganti topik.
"Dia yang mengantarku ke cafe. Mungkin sekarang sedang di supermarket atau entah kemana."
"Sejak kontes biolamu, kita belum bertemu. Aku ingin mengucapkan selamat karena kau jadi juara 2 di acara sebesar itu. Terlambat satu tahun tapi rasa banggaku masih tetap." Ujar Da Rin.
"Terimakasih."
"Oh, itu Abonim." Jissle menunjuk Ayah Mint yang turun dari mobil, lalu masuk ke dalam cafe.
"Mint, keluar sebentar." Ujar Shin.
"Sebentar ya." Mint memberi kode kepada temannya lalu keluar mengikuti ayahnya.
"Ada apa, Yah?" Tanya Mint.
"Ayah minta maaf."
"Ya. Ayah, kenapa tiba-tiba?"
"Kau pantas mendapat teman seperti mereka."
"Siapa? Jissle dan Da Rin? Hyujin? Apa maksud Ayah?"
Shin menepuk pelan puncak kepala putri tunggalnya lalu masuk kedalam mobil.
"Han Min Jae.."
Jungkook muncul, diekori dengan 5 orang temannya, mulai dari Kim Seokjin sampai Kim Taehyung.
"K-kalian.."
Yoongi tersenyum kecil lalu memberikan seikat bunga kepada Mint.
"Kami.. Akhirnya tahu apa yang terjadi."
"Maafkan kami."
Mint tersenyum dalam tangisnya ketika melihat 6 pria di depannya menunduk bersamaan.
"J-Jangan. Tak perlu begini."
"Aku tidak apa-apa.."
"Kami sudah bicara dengan Ayahmu barusan." Beritahu Jungkook.
"Kami harusnya mendengarkanmu dulu."
"P-Park Jimin?"
"Park Jimin tidak bisa datang. Dia tidak tahu kau ada di Korea, selama liburan ini ponselnya tidak aktif."
"Dimana rumah Jimin?"
☔️
Mint POV
Aku sangat gugup, sudah setahun sejak terakhir kali aku melihat Jimin di hadapanku. Kini aku berdiri di depan apartemennya, tanpa tahu dia seperti apa sekarang, bagaimana kabarnya, atau apakah dia sudah suka dengan orang lain?
Apakah dia akan senang aku ada disini? Apakah dia memaafkan aku setelah tahu kenyataannya atau tetap..
/tingtong
Aku memberanikan diri memencet bel sebelum pikiranku semakin mengada-ada.
/grak
"Si-
Aku tersenyum sebisa mungkin walau dalam situasi yang sangat canggung, Jimin terdiam sambil membiarkan pintunya terbuka setengah.
"H-hai."
"Mint?."
"I-iya. Ini aku-
Tanpa bicara, Jimin langsung membawaku kedalam pelukannya yang hangat, pelukan yang selalu aku nanti-nantikan.
Pelukan yang bisa menenangkan aku bahkan dalam saat-saat paling sulit sekalipun, dan hanya Jimin yang bisa.
"Kau kembali?"
"Aku.. tinggal di Korea lagi sekarang." Jawabku.
Jimin menciumku tanpa banyak bicara lagi, lalu ia menatapku dalam diam.
"Maafkan aku. Aku tau kata maaf dari mulutku terlalu banyak, tapi-
-"Aku kemari bukan untuk mendengarkanmu meminta maaf terus." Potongku.
"Aku ingin.. mengatakan bahwa aku tidak akan lari lagi, benar-benar tidak akan lari lagi."
Jimin tersenyum, lalu ia mendekapku dengan erat, seperti hari-hari yang lalu.
☔️
Oktober ini, Jimin pergi denganku ke Hongkong untuk bertemu dengan Ayah, dan keluargaku disana, Bibi Houn dan Katharina, ibu tiriku.
Ia duduk manis di kursi taman dengan tak henti-hentinya mengelus lembut rambutku, helai-per-helai.
"Selamat ulang tahun." Ucapku sambil mengecup pipi kanan Park Jimin.
Ia tersenyum, "Terimakasih sudah menemaniku selama 5 tahun."
"Terimakasih kembali karena sudah mewarnai masa SMA ku." Kataku sambil bersandar di bahu Jimin.
"Bukannya masa SMA mu jadi buruk karena aku?" Gumam Jimin.
"Banyak hal terjadi, Park Jimin."
"Tapi aku mensyukurinya karena aku melalui ini semua denganmu."
"Sayang, kenapa kau kembali ke Korea waktu itu?" Tanya Jimin.
"Aku ingin kembali setelah kau lulus." Jawabku.
"Tetapi kita malah kembali seperti ini ya?"
Aku terkikik, "Aku tidak pernah menyesal kembali ke Korea."
"Benar. Kau tidak perlu menyesal. Karena jika kau tak kembali, aku tidak akan punya kesempatan melakukan ini." Ujarnya.
"Melakukan apa?"
Jimin mengecup puncak kepalaku lalu duduk dengan satu kaki ditanah, bertumpu pada lututnya. Lalu ia mengambil kotak kaca yang manis dari saku celana, membukanya dan menunjukkan cincin mewah yang berkilauan.
"Han Min Jae. Will you marry me?"
Aku hanya ternganga, aku tidak tahu harus berkata apa bahkan disaat kebahagiaanku sedang berada di puncak.
Tiba-tiba, Ayahku dan Katharina, Bibi Houn, Jissle, Da Rin, Yoongi, Jungkook, Seokjin, Hoseok, Taehyung, Namjoon, dan tak ketinggalan, Yeon Hyujin muncul dari balik-balik pohon.
"A-apa ini?" Aku menutup mulutku melihat ke sekitar, melihat wajah orang-orang yang penting bagiku sumringah dan bahagia.
"Will you be with me forever?" Tanya Jimin dengan senyum manisnya.
"Yes, i do." Aku berdiri dan menghambur ke dalam pelukan Jimin yang akan kumiliki selamanya.
not longer continued