Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.5M 1.6M 368K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Feeling
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] A Chance
[REVISI] QuΓ­tatelo
[REVISI] Beginning
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Apologize
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] Akhirnya bertemu

297K 18.9K 3.4K
By niqceye_

*****
Jangan lupa tekan vote💙

*****
Ternyata, sudah chapter 50. Big thanks untuk supportnya gais❤️

*****
Siap? Atur posisi dulu, yang enak. Udah? Happy reading❤️💛💚💙

******

Jennie termenung di kamarnya, mengingat besok hari perceraiannya. Dan, semuanya berakhir, memang ya sesuatu ya awalnya dipaksakan, pasti berakhir dengan cara yang tidak baik seperti ini.

Pernikahan yang awalnya Reygan tidak inginkan, dan bahkan perjanjian itu memang menyatakan setahun pernikahan mereka.

Dan, minggu depan tepat setahun.

Jennie menatap bandul kalung yang menggantung dilehernya, lalu melepasnya, bandul kalung itu, cincin pernikahannya. 

Ditatapnya lamat-lamat cincin itu, suara Reygan yang berat dan lantang saat mengikat janji dihadapan Tuhan dan agama, serasa bergema di telinganya.

Lalu berbagai ujian pernikahannya datang, menghantui, mengganggu dan membelenggu mereka. Satu per satu masalah bisa dihadapi, atau bahkan dihindari.

Tapi, untuk masalah kemarin terasa berbeda dan terasa lebih berat. Bukan hanya Reygan yang salah, tapi Jennie juga, seharusnya tidak membawa laki-laki masuk dalam rumah, jadi dia tidak bisa menyalahkan Reygan sepenuhnya.

Tapi, Reygan tidak ingin mendengar penjelasannya dulu, menuduhnya begitu saja, menamparnya, dan akhirnya terlontar kata perceraian diantara mereka.

Semuanya berakhir, semua kenangan indah, telah Jennie lewati bersama Reygan. Pahit asam manisnya cinta, telah Jennie rasakan bersama laki-laki itu.

Laki-laki yang memberi warna baru dalam kehidupannya, dan kini mereka akan berpisah.

*****
Tangan kekar laki-laki itu, memegang foto kecil seukuran polaroid itu, menangisi kebodohannya, mengutuk keegoisannya.

Reygan duduk di sofa kamar, memutar-mutar cincin pernikahan mereka ditangannya, mengingat dengan baik perjalanan mereka untuk sampai saat ini tidak mudah, kehadirannya makhluk kecil yang mereka tunggu sudah ada, namun keadaan, seakan tega memisahkan mereka.

Andai waktu bisa diputar ulang kembali, Reygan akan memeluk perempuan itu, dan menghilangkan Tama dari dunia ini karena berani menyentuh milik Reygan.

Reygan pasti akan memeluk, melindungi dan tidak akan mungkin menolak keadaan perempuan itu, apapun yang terjadi. Sekalipun, sudah dijamah oleh laki-laki lain.

Reygan tidak akan sekeji itu untuk meninggalkan Jennie begitu saja, tapi sikapnya bertolak belakang dengan hatinya, dia dengan tega menceraikan perempuan itu.

Disaat masalah pelik yang dihadapi Jennie.

"Is it too late now to say sorry?"

*****

Reygan menatap Gavin yang masih saja betah, berlama-lama dirumahnya. Dan, beruntungnya adalah Reygan jadi mengingat makan, tidur dan beraktifitas.

"Gan, lo pasrah gitu besok sidang?"

Reygan mengangguk. "Gue sering bikin Jennie sedih, mungkin melepaskan dia adalah yang terbaik."

"Tau dari mana itu yang terbaik? Dimana-mana yang terbaik itu, mempertahankan daripada melepaskan. Usaha Gan! Usaha dong. Susul kerumahnya."

Reygan terdiam dan menunduk. "Dia nggak akan kehilangan gue Vin, karena gue orang jahat, dia layak dapetin yang lebih baik dari gue."

"Gan, itu menurut lo. Bisa aja kan, menurut dia beda dari itu?"

Reygan menegak minuman soda berkaleng itu, lalu diam lagi. "Gue bakal kehilangan dia banget Vin, warna dihidup gue pergi."

"Makanya usaha Gan, biar nggak pergi gimana caranya! Jangan pasrah dong."

Reygan terkekeh miris. "Seenggaknya gue bisa lihat dia dari jauh, lihat perkembangan anak gue, itu udah cukup kok."

Tok tok tok

Gavin yang sedang berselonjor di sofa, sambil menonton TV mendongak. "Gan, tamu tuh mau apa coba, rumah berantakan gini. Kalo masuk suruh duduk mana?"

"Diemin aja, biar dikira nggak ada orang."

Gavin menatap Reygan cengo, apa-apaan sih dia. "Gelo maneh! Gue buka dulu, siapa tau Tante Sera sama Om Prayoga kan?"

"Serah lo."

Gavin melangkah kedepan, membuka pintu dan terkejut melihat laki-laki berusia lebih muda darinya. "Maaf, dek cari siapa ya?"

"Reygan ada nggak? Gue mau ngomong penting. Suruh dia keluar."

Gavin mengernyitkan dahinya. "Eh, sopan dong, gue lebih tua dari lo. Dasar bocah."

"Ada nggak? Ini penting, soal Jennie."

Gavin terdiam. "Bentar gue panggil, lo duduk situ tuh, di dalem berantakan." katanya sambil menunjuk kursi kayu depan rumah.

"Gan? Diluar ada yang mau ngomong sama lo. Soal Jennie katanya."

Reygan mendongak. "Siapa?"

"Nggak tau gue, seumuran Jennie kayaknya."

Reygan langsung sedikit berlari kedepan, diikuti Gavin di belakangnya, mata Reygan menemukan Ardan duduk di kursi kayu, sambil menatap lurus kedepan.

"Ada apa?"

Ardan mendongak. "Besok lo sidang kan?"

"Iya. Kenapa emang?"

Ardan menatap serius Reygan. "Besok abis sidang perceraian Jennie pindah ke Milan, Italia. Berarti besok pertemuan terakhir kalian. Dan, malam ini gue mau lo temuin dia, bicarakan semua baik-baik."

Tubuh Reygan menegang. Milan?

"Gue nggak tau apa Jennie masih mau ketemu sama lo apa nggak, tapi gue cuman mau masalah kalian clear, karena gue juga andil disini."

Reygan masih belum sanggup berkata-kata.

"Kemarin malam gue dari rumah Jennie, langsung kesini tapi nggak ada orang, jadi gue kesini lagi. Ini bukan demi lo, tapi demi Jennie perempuan yang gue sayang."

Kemarin Reygan ada dirumah, tapi hanya diam tanpa berbicara, bahkan tidak menyalakan lampu rumah, dan mengabaikan siapapun yang datang kerumahnya.

Untung, ada Gavin dirumahnya.

Ardan bangkit berdiri, lalu pergi begitu saja dengan motor merahnya.

Meninggalkan Reygan dan Gavin yang terdiam mematung.

"Gue mau kerumah Jennie sekarang!"

*****

Jennie menyilangkan sendoknya dan menegak air putih, lalu beralih ke buah yang sudah dipotong Mamanya.

"Minum susunya sekarang atau nanti aja mau tidur?"

Jennie mendongak menatap Risa. "Nanti deh Ma, bikin sendiri aja."

Jordi menatap Jennie lekat. "Besok sidang perceraian kamu? Sudah yakin dengan keputusan kamu?"

"Yakin Pa. Yakin seratus persen."

Jordi mengangguk. "Di Milan baik-baik ya, jaga cucu Papa, nanti sebulan sekali Papa dan Mama bakal berkunjung ke sana."

"Iya Papa."

Ketiganya menatap satpam rumah yang datang tergopoh-gopoh. "Maaf Pak, didepan ada Mas Reygan ingin bertemu Mbak Jennie."

Jennie terdiam.

Jordi langsung berdiri, diikuti satpam itu kedepan rumah, dan benar saja sudah ada Reygan yang berdiri disana. "Mau apa kamu?"

"Papa ijinkan saya ketemu sama Jennie."

Jordi berdecih. "Mau kamu apakan lagi? Tampar?" Katanya sinis.

Reygan menggeleng, lalu berlutut didepan Jordi. "Reygan minta maaf Pa, Reygan salah. Ijinin Reygan ketemu Jennie Pa."

Jordi menggeleng tegas. "Tidak akan."

"Papa."

Jordi dan Reygan menoleh ke arah pintu utama rumah, disana ada Jennie berdiri disusul Risa di belakangnya.

"Kasih waktu Jennie sama Reygan bicara Pa, sebelum besok kita udah bukan siapa-siapa."

Perkataan Jennie membuat Reygan menunduk, lalu menatap perempuan itu.

Jordi menggeleng lagi. "Jennie, masuk sayang, nurut sama Papa."

"Nggak Pa, Jennie juga ada yang mau diomongin sama...dia."

Risa mengelus lengan suaminya, memberi isyarat untuk memperbolehkan mereka berdua. Jordi menghela nafasnya. "Baik. Papa ijinkan."

*****

Belum sempat Jennie berjalan ke arah Reygan yang beberapa langkah jauh darinya, namun Reygan lebih dulu berlari menubruk Jennie, memeluk perempuan itu sangat erat. "Maaf."

Hening mengisi keduanya, Jennie membiarkan Reygan memeluknya erat. Reygan masih memeluknya.

Saat pelukan itu terlepas, bisa Jennie lihat mata Reygan yang memerah dan ada kantung mata yang menghitam. "Aku minta maaf, nggak seharusnya aku---"

"Boleh aku yang ngomong sebentar?"

Reygan sontak terdiam, lalu mengangguk perlahan. "Silahkan." katanya

Jennie duduk di ayunan kayu, ayunan yang sama dengan yang di duduki Ardan kemarin. Diikuti Reygan disebelahnya, yang berulangkali mencuri pandang ke arahnya.

Reygan menatap Jennie, memakai terusan berwarna pink muda sampai atas lutut, membuat perutnya yang sudah mulai membuncit sedikit terlihat. Aroma tubuh Jennie, tercium ke hidung Reygan, membuat rasa rindu Reygan semakin menguap, ingin memeluk perempuan itu.

"Hari itu, semua kejadian itu, terjadi sangat cepat dalam satu hari. Aku diseret paksa sama Tama, di perkosa. Setelah sebelumnya aku dilecehkan sama dia. Memang, aku nggak ngomong sama kamu. Aku di perkosa dalam keadaan sedang hamil."

Reygan menunduk, tidak ingin menyela sedikitpun pembicaraan perempuan itu.

"Disana ada Ardan, dia yang nolong aku dari laki-laki bejat itu, kalo nggak ada Ardan aku nggak tau gimana nasib aku dan anak aku. Ardan bawa aku pulang, takut-takut aku kenapa-napa dirumah sendirian."

Jennie menyeka air matanya. Lalu, menarik nafasnya dan kembali berbicara.

"Dan, pelukan itu. Ardan menguatkan aku, karena aku ketakutan, takut kalo kamu nggak akan nerima aku dalam keadaan di jamah laki-laki lain, selain suami ku sendiri. Kamu tau Tama suka sama aku, kamu marah besar ke aku."

"Apalagi kamu tau, kalo Tama memperkosa dan melecehkan aku, aku takut kamu nggak bisa nerima aku. Dan, lagi-lagi Ardan bilang ke aku, semuanya bakal baik-baik saja, dan dia peluk aku waktu itu."

"Pelukan itu nggak ada artinya, cuman pelukan biasa. Dan, kamu datang langsung menuduh, dan semuanya terjadi begitu aja. Tanpa bisa aku cerna."

Jennie menatap lurus kedepan, "Aku nggak pernah tidur sama Ardan, aku nggak selingkuh, aku hamil anak kamu, dan aku ..... bukan perempuan murahan."

Reygan langsung memeluk Jennie, saat perempuan itu menangis hebat sampai sesenggukan. "Maaf, maaf."

Jennie meremas hoodie milik Reygan, dan menangis disana. Di pelukan Reygan.

"Aku mau bicara. Boleh?" kata Reygan lembut, membuat Jennie melepaskan diri dari pelukan Reygan.

Jennie menunduk, menatap kakinya yang memakai sandal rumahan.

"Aku tau, aku salah. Aku brengsek banget, aku egois, aku gegabah. Dan, tanpa berpikir panjang langsung ingin menceraikan kamu."

Reygan menggenggam tangan Jennie, mengecup punggung tangan perempuan itu. Lama sekali. "Aku gegabah, tanpa mencari tau, tanpa bertanya. Maaf karena aku nggak pernah ada buat kamu disaat kamu benar-benar butuh aku."

Jennie menatap Reygan lekat. "Tapi, semuanya udah terlambat Gan, semuanya udah selesai."

Reygan menggeleng. "Nggak, semuanya nggak akan pernah selesai. Aku tau kedengarannya basi, tapi kenyataannya adalah aku nyesel. Aku menyesal."

"Penyesalan kamu, nggak akan merubah apapun. Kamu yang minta aku pergi, kamu yang minta kita cerai. Untuk apa kamu menyesal?"

Reygan menggenggam tangan Jennie lebih erat, jantungnya berdegup kencang. "Aku tau aku terlalu childish. Aku mohon, kasih aku... kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

Jennie menggeleng. "Kesempatan berapa kali lagi yang mau kamu sia-siakan?"

"Kali ini aku serius."

Jennie melepaskan genggaman tangan Reygan. "Aku memang nggak minta kamu selalu di dekatku, tapi bisa nggak percaya sama aku? Katanya kamu bakal percaya aku? Mana buktinya? Nggak ada."

Reygan menunduk lagi.

"Gan, semuanya udah selesai cukup sampai disini. Kedepannya kita bakal masing-masing. Kita akan jalan di jalan kita masing-masing."

Reygan menggeleng, air matanya menetes. "Enggak, tolong, tolong Jen."

Jennie membuka kalungnya, memberikannya pada Reygan. "Aku kembalikan. Terimakasih buat semuanya."

Reygan menatap nanar ke arah kalung, berbandul cincin pernikahan mereka, lalu menatap Jennie. "Aku nyesel, aku nyesel. Kita jangan cerai ya?"

"Enggak."

Reygan menunduk, lalu menatap Jennie. "Boleh aku elus dia?"

Belum sempat Jennie menjawab, tangan kekar Reygan telah mendarat di perutnya, mengelus perut Jennie, sambil berlutut di depan ayunan. Ada gurat senyum tipis di wajah laki-laki itu.

"Jangan pergi. Jangan, ke Milan."

Jennie diam, menatap Reygan yang masih berlutut didepannya dengan tangan diperut Jennie. "Nggak. Semuanya udah terencana, jauh-jauh sebelum kamu menyesal."

"Aku harus apa supaya kita nggak jadi cerai, dan kamu tetap disini?"

Jennie menggeleng. "Jangan cari aku di sana, aku butuh waktu melupakan semuanya. Termasuk kamu."

"Jen, ini belum terlambat. Kita masih bisa membatalkan sidang perceraian kita."

Jennie berdiri. Membuat Reygan sedikit oleng, namun bisa berdiri mengikuti Jennie. "Kita udah selesai. Cukup."

Jennie berjalan ke arah rumah, mengabaikan Reygan yang menatapnya penuh luka. Tiba-tiba, Reygan memeluknya, menangis disana. "Aku nggak mau kita cerai. Nggak mau."

Jennie berbalik. "Kamu yang minta aku pergi seenaknya, dan jangan pernah minta aku kembali saat kamu udah menyesal."

Reygan menunduk, saat Jennie perlahan melepaskan pelukannya.

"Sampai bertemu besok di persidangan."

*****
Gimana, cerai jangan?

*****
Lanjut kapan maunya?

****
Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini

See u next chapter ❤️
*****

Continue Reading

You'll Also Like

19.2M 1.4M 48
Cerita ini tentang kehidupan pernikahan Reynand Malik Narendra Presiden Mahasiswa Liberty University dan Isabella Putri Ayunda seorang mahasiswa desi...
73.5K 2.5K 60
Scarla Cathlyn Vienessa gadis berparas cantik, susah pindah hati, dan memiliki sifat humoris. Yang baru saja patah hati karena seorang Alvierro Calvi...
159K 4.6K 40
Apa yang akan terjadi jika cowok cuek ketemu sama cewek cuek ? # 29 - cuek 09.08.18 #675 - fiksiremaja 20.08.18
2.3M 29.2K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...