Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.2M 1.6M 367K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Feeling
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] A Chance
[REVISI] QuΓ­tatelo
[REVISI] Beginning
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Akhirnya bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] Apologize

275K 16.9K 2.7K
By niqceye_

                                   ******

Jordi menghela nafasnya, melihat putri bungsunya melamun di kamarnya, pukul lima pagi tadi, Jordi dan Risa mengambil penerbangan paling pagi dari Palangkaraya karena mendengar kabar tentang pernikahan putri bungsunya itu.

"Ma, kita harus lepaskan Jennie dari laki-laki sialan itu. Nggak ada habisnya, menyakiti anak kita."

Risa mengangguk pelan. Kecewa dengan Reygan yang tidak mendengar penjelasan anaknya dulu. Belum lagi, Reygan tidak tau bahwa Jennie menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan oleh kakak dari temannya. "Iya Pa, Mama juga kasian sama dia. Biar bagaimanapun, kita juga kan yang menjodohkan mereka."

"Masalah kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, Papa sudah serahkan sama Eric dan Satria dibantu oleh tangan kanan Papa, Dion."

Risa mengangguk lagi. "Jadi, Jennie cerai Pa? Mama sih, setuju."

"Jennie juga sudah setuju, bahkan Reygan duluan yang bilang mau cerai. Jadi, kita ikuti saja, maunya anak sialan itu."

Anya dan Eric telah menceritakan semuanya, bahkan Jordi langsung menyuruh Eric membuat laporan di polisi untuk kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap anaknya.

Untuk kasus perceraian, Jordi memutuskan untuk mengurus ini dengan Prayoga, Ayah Reygan yang entah sudah tau atau belum kabar ini.

Risa mengelus lengan suaminya. "Gimana kalau setelah semuanya beres, atau mungkin setelah Jennie perlahan bisa menerima keadaan. Kita bawa dia pergi dari sini?"

"Iya, itu juga ada di pikiran Papa. Kita bawa dia ke tempat yang baru, dimana dia bisa memulai semuanya, memulai lembaran baru. Tapi, apa dia setuju?"

Risa menatap suaminya. "Iya, kita tanya dulu. Jangan gegabah seperti perjodohan ini, dia berhak berpendapat, atau bahkan menolak."

"Nanti kita bicarakan setelah Papa pulang. Sekarang, Papa ke kantor dulu ya Ma, Mama jaga Jennie dirumah, pastikan dia baik-baik saja."

Risa tersenyum. "Iya Pa. Papa hati-hati."

Jordi mengecup kening istrinya, dan pergi dari sana, diikuti sopir pribadinya.

*****

"Udah? Atau mau lagi?"

Tama menggeleng sambil menatap Fannesa. "Udah Nes, kenyang."

Setelah kejadian kemarin, Tama dibawa kerumah sakit oleh Kris, tulang hidungnya patah, kepalanya harus diperban mengingat banyak benturan dialaminya, dan kini dia sedang menunggu hasil CT scan terhadap kepalanya.

Bahkan, Kris belum menemuinya setelah kejadian itu, Tama tau pasti Kris kecewa dan marah terhadapnya.

Fannesa menggenggam tangan Tama. "Udah, nggak usah dipikirin. Kris nanti pasti datang kok."

Tama terdiam. "Jennie... apa kabarnya?"

"Aku nggak tau, belum ketemu. Nanti mungkin bisa kamu tanya sama Kris."

Suara jeritan Jennie, suara tangisannya, matanya yang berlinang, dan tatapan memohonnya membuat Tama pusing, rasa bersalah menghimpit didadanya, membuat sesak dan sakit bersamaan.

Keduanya tersentak, kala ada yang membuka pintu. Tama tersenyum, melihat adiknya datang, bersama Una. Namun, berbeda dengan Tama, Kris berjalan tanpa ekspresi dan langsung melemparkan map ke wajah Tama, yang membuat Tama terkejut.

Una memegang tangan Kris. "Yang sopan, dia Abang kamu."

Kris berdecih. "Dia bukan Abang aku, dia tukang cabul. Najis." sarkasnya.

Fannesa mengambil map itu, dan terbelalak saat membacanya. "Tama dilaporin ke polisi sama Papanya Jennie?"

"Ya bacalah, bisa baca kan?" kata Kris acuh, seperti sudah terlalu kecewa.

Tama menatap Kris, baru kali ini Kris semarah ini padanya, bahkan tatapannya seperti sudah membenci sekali. Dia tidak terkejut, dilaporkan polisi seperti ini. Dia sudah memperkirakan hal ini.

"Gue cuti kuliah sementara, gue dicaci maki dikampus, karena punya Abang tolol kaya lo. Otak lo isinya apa sih? Bisa kaya gitu ke Jennie? Nggak ngotak lo?"

Tama terdiam.

"Gara-gara perbuatan lo, perusahaan lo kena imbasnya, karir gue dikampus juga kena, dan lo dilaporin ke polisi. Udah puas lo, lihat semuanya hancur karena nafsu lo? HAH?!"

Tama menatap Kris. "Abang minta maaf."

"Maaf lo, nggak se ajaib itu, bisa mengembalikan semuanya. Maaf lo nggak bikin keadaan baik-baik aja."

"Gue kerja ditempat bokapnya Una, mulai karir dari bawah. Dan, untuk kasus lo, jangan harap gue bisa bantu. Gue nggak mau, mau lo masuk penjara sekalipun. Gue nggak perduli."

Fannesa berdiri. "Dia tetep Abang kamu Kris, kamu nggak boleh kaya gitu."

"Emang bener kan Kak? Kakak kaya gini, karena kakak seneng Jennie udah rusak karena Bang Tama kan?"

Fannesa terdiam. "Kakak nggak sejahat itu Kris." katanya sambil menggeleng pelan.

"Kakak sama Abang sama aja, sama-sama obsesi. Kakak pikir kakak suci? Kakak rela jadi pelakor, godain suami Jennie, demi balikan sama dia. Kakak pikir aku nggak tau?"

Fannesa masih diam.

"Kakak cium Reygan, kakak godain dia. Bahkan, rela jadi yang kedua, iya kan Kak? Aku pikir kakak baik, ternyata, kakak munafik. Kakak sok suci."

Fannesa meneteskan air matanya, demi apapun perkataan Kris, membuat hatinya sakit.

"Kalian sama aja, sama-sama obsesi. Sekarang, gue nggak mau berurusan sama kalian lagi, mau Bang Tama dipenjara, sampai membusuk sekalipun, Kris nggak perduli. Bang Tama urus sendiri."

Una memegang lengan Kris, membuat Kris menoleh. "Jangan kaya gitu, Kak Fannesa bener, dia masih Abang kamu."

"Kris butuh waktu, jangan temuin dulu, sebelumnya Kris udah bilang kan Bang, buat berhenti suka sama Jennie. Tapi apa? Bang Tama nggak mau dengerin."

Tama menatap adiknya. "Abang harus apa, biar kamu nggak marah sama Abang?"

"Nggak ada. Kita masing-masing aja. Jangan lupa penuhi panggilan polisi, ini balasan buat Bang Tama."

Kris menggandeng tangan Una, dan pergi dari sana, emosinya membuncah membuat kepalanya ingin pecah.

*****

Jordi dan Risa duduk dihadapan Prayoga dan Sera yang heran, kenapa Jordi datang kerumahnya. Tanpa ekspresi.

"Duduk dulu. Mau minum apa?"

Jordi menggeleng. "Nggak usah. Kami juga kesini mau ngomong sesuatu yang penting."

"Oh begitu. Yasudah. Silahkan."

Jordi menatap serius Prayoga dan Sera. "Reygan dan Jennie akan bercerai. Reygan sendiri yang bilang akan menceraikan anak saya."

Prayoga dan Sera, terkejut. "Hah? Tapi, Reygan belum ada bilang apa-apa sama kami."

"Kami nggak tau. Intinya, dia juga sudah mengusir anak saya, bahkan Jennie sudah ada di rumah kami."

Prayoga memijat pelipisnya, sementara Sera terkejut, dan tak bisa berkata-kata.

"Saya mau laki-laki itu, menemui saya, saya menikahkan anak saya dengan dia dengan cara baik-baik. Jadi, dia harus mengembalikan anak saya, dengan cara yang baik-baik juga. Suruh anak itu, menemui saya secara gentle."

Prayoga menghela nafasnya. "Bahkan kami nggak tau apa-apa Jor."

"Kami tidak ingin tahu. Yang kami ingin, dia datang menemui saya, saya tidak terima anak saya diusir, dan diperlakukan seperti ini. Itu saja."

Prayoga mengangguk pelan. "Baiklah."

"Kali ini saya serius, mereka harus bercerai. Reygan sendiri yang minta."

"Jordi, apa nggak bisa diomongin baik-baik?"

Jordi beralih menatap Sera. "Baik-baik katamu? Anak saya diusir, dengan cara diseret. Kamu pikir, bisa dibicarakan baik-baik?"

Risa mengelus lengan suaminya. "Tenang Pa, tenang. Sera, maaf ini sudah keterlaluan. Kami ingin Reygan menemui kami, itu saja."

Jordi langsung berdiri. "Kami pulang." Risa berdiri, mengikuti suaminya melangkah keluar, meninggalkan Prayoga dan Sera yang berdiri, menelan kekecewaan.

*****

Kris menghembuskan nafasnya, dia dan Una sudah berdiri didepan rumah Jennie, dulu Kris sempat kesini, saat akan melakukan pdkt dengan perempuan itu.

"Siap? Kita masuk sekarang. Kayaknya, lagi sepi deh."

Kris celingak-celinguk. "Emang dari luar keliatan sepi kok rumahnya, kita masuk aja dulu."

Tok tok tok

Jennie yang masih duduk di kamar, tersentak ketika ada suara ketukan pintu. Sepertinya, Papa dan Mama belum pulang.

Kaki Jennie melangkah kedepan, dan terkejut saat melihat Kris dan Una ada didepan rumahnya. "Mau apa?"

Kris berdeham, kedatangannya kali ini dia akan minta maaf atas kesalahan Abangnya yang mungkin tidak termaafkan oleh perempuan ini. Tapi, Kris akan mencoba.

"Jen, gue mau ngomong. Boleh?"

Jennie menatapnya datar. "Apa?"

"Di dalam aja, diluar nggak enak. Boleh kan? Gue janji nggak aneh-aneh."

Jennie menatap Kris ragu, biar bagaimanapun kan Kris yang mengenalkan sosok Tama pada Jennie. "Nggak. Di luar aja, gue masih nggak percaya sama lo."

Kris dan Una berpandangan, lalu mengikuti Jennie yang duduk di kursi kayu dekat dengan taman kecil rumahnya. "Atas nama Bang Tama, gue minta maaf Jennie. Gue tau, kalo Bang Tama itu salah---"

"Lo kesini buat itu? Mending lo pergi."

Jennie berdecih sinis. "Lo tau Abang lo, obsesi sama gue kan? Tapi, kenapa lo diem aja? Kenapa? Apa lo mau gue rusak karena laki-laki bajingan itu?"

Kris menggeleng cepat. "Nggak, gue udah bilang sama Bang Tama, buat berhenti suka sama lo. Tapi, dia nggak mau dengerin gue."

"Gue nggak percaya lagi sama lo, atau sama siapapun. Kemana lo, waktu kejadian itu? Lo ada nolongin gue?"

Kris dan Una terdiam.

"Gue kena pelecehan bajingan itu, dua kali Kris. Dua kali, gue ketakutan. Untung ada Ardan, disitu lo malah nggak perduli sedikitpun sama gue. Harusnya, lo bilang sama gue, harusnya lo bantuin gue, biar bajingan itu nggak seenaknya sama gue."

Jennie mengusap air matanya. "Sekarang sudah hancur semuanya, rumah tangga gue. Reygan mau cerai dari gue, dalam keadaan gue hamil anak dia, gue korban pemerkosaan, pelecehan seksual. APA MAAF LO ATAU ABANG LO BISA BALIKIN SEMUA KE SEMULA?!"

Kris terkejut, mendengar kabar itu. "Jen, gue bener-bener---"

"Pergi kalian."

Belum sempat Kris melanjutkan ucapannya, Jennie sudah berteriak. "PERGI!"

Jennie berdiri, menutup pintu dengan kencang, meninggalkan Kris dan Una yang terdiam. "Jennie, benci sama aku."

Una mengelus lengan Kris. "Enggak kok, dia cuma butuh waktu. Sabar ya."

Jennie masuk ke dalam kamarnya, menangis lagi disana, melihat Kris tadi, dia langsung teringat Tama---laki-laki bajingan itu. Kondisinya seperti apa sekarang, bajingan itu, Jennie harap jauh dari kata baik-baik saja.

Jennie mengusap air matanya, tak sadar dia tertidur.

*****

Jordi berdeham, menatap putri bungsunya yang sedang memegang gelas berisi susu, begitu juga dengan anak sulungnya yang sedang hamil besar, disampingnya ada menantunya.

"Ada yang ingin Papa bicarakan sama kalian semua. Terutama Jennie."

Jennie menoleh, "Kenapa Pa?"

"Untuk kasus Tama, Papa sudah mempercayakan itu pada Eric dan Satria. Dan, untuk kasus perceraian Papa sedang menunggu Reygan menemui Papa, mengatakan dengan gentle akan menceraikan kamu. Kalau sampai, dia tidak juga menemui kita, Papa sendiri yang akan urus perceraian kamu."

Jennie meletakkan gelas dimeja. "Nggak usah nunggu Mas--- maksudnya Reygan. Biar kita aja Pa yang langsung mengurus."

Jordi menatap Risa. "Papa nunggu dia sendiri yang kirim surat itu ke kita, dan mengatakan dengan gentle. Itu saja."

Risa tersenyum ke arah Jennie. "Papa cuma mau Reygan secara baik-baik datang kerumah kita, kan waktu kalian nikah dulu, Papa menyerahkan kamu ke Reygan dengan cara baik-baik. Ya, harus mengembalikan kamu ke kami, dengan cara baik-baik dan gentle juga."

Jennie mengangguk pelan.

Jordi menggenggam tangan Jennie. "Kamu mau pergi dari sini nggak? Membuka lembaran baru ditempat orang. Istilahnya, kamu melupakan semua yang terjadi sama kamu, disini."

"Pergi? Kemana Pa?"

Jordi tersenyum. "Ke negara  manapun yang kamu mau, Papa akan kabulkan. Asal kamu baik-baik saja, dan kamu bisa menata hidup kamu yang baru disana. Gimana?"

"Boleh. Jennie mau, tapi untuk tujuannya Jennie pikirin lagi ya Pa. Nggak papa kan?"

Jordi mengangguk senang. "Papa tunggu ya, tujuan kamu mau kemana."

"Iya Papa."

"Kamu disana selama yang kamu mau, Papa nggak akan melarang, nanti Papa dan Mama atau Kak Anya dan Kak Eric akan berkunjung ke sana. Papa harap, setelah pulang dari sana, kamu bisa bahagia melupakan laki-laki sialan itu, dan hidup bahagia bersama cucu Papa. Oke?"

*****

Tama yang sedang duduk di ranjang, sambil menunggu Fannesa terlonjak kaget, melihat pintu terbuka disana tampak Kris yang marah. "Lo harus jelasin sama Reygan, tentang yang lo lakuin ke Jennie."

Tama mengernyitkan dahinya. "Abang memang mau minta maaf sepulang dari RS kerumah Jennie."

Kris mengusap wajahnya. "Jennie nggak akan mau nerima lo dirumahnya, yang harus lo lakukan adalah menjelaskan sama Reygan. Karena Reygan menggugat cerai Jennie."

Tubuh Tama menegang. Sejauh itukah dampak perbuatannya?

"Lo harus jelasin sama Reygan. Gue nggak mau tau. Jennie nggak akan bisa maafin lo, tapi paling nggak, lo bisa berbuat baik buat dia."

Tama mengangguk pelan. "Bakal Abang coba."

Setelah itu, Kris keluar lagi, seperti enggan berdekatan dengannya. Tama menghela nafasnya, ini semua karena kebodohannya.

******

Ada yang penasaran sama kabar Reygan nggak?

Biar aku up secepatnya.

******
Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

See u next chapter ❤️
*****

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 275K 51
Cerita ini bisa membuatmu gila!! Hati-hati jadi SARJANA BUCIN🚫🚫 [Follow dulu sebelum baca] *** Ini tentang Ana si gadis polos dan pekerja keras. Da...
801K 71.7K 65
Alana Putri tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan berubah menjadi begitu rumit karena harus terjebak dalam sebuah ikatan konyol bernama perni...
8.5K 973 40
Baca Season 1 dulu, baru yang kedua. Karena ceritanya nyambung, oki doki.. Daizy dan Aldafi sudah mencapai hubungan yang baru, hubungan yang sama-sam...
251K 12.6K 22
Follow dulu sebelum BACA. . . Karin sudah mempersiapkan kue dan hadiah terindah untuk hari jadi pernikahannya. Namun, belum sempat dia memberikan had...