I'm Coming [END]

Door Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? Meer

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Intan
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Endless

917 50 5
Door Maulana707

A/N: jangan lupa vote dan comment :)



 "Cepat masuk! kita harus segera menjauh dari tempat ini." semakin khawatir dengan pemandangan yang terlihat, para zombi benar-benar hampir akan memenuhi jalanan jika dibiarkan lebih lama.


 Sesuai saran yang telah diberikan, Pak Budi langsung membuka pintu tengah untuk membiarkan mereka berdua masuk terlebih dahulu sebelum ia kembali menuju posisi miliknya.


"Ga akan kubiarkan dia mengigitku" merasakan ada sebuah genggaman tangan asing yang tiba-tiba mencengkram pundak kanan miliknya dari arah belakang.


 Mengarahkan ujung revolver yang sedang ia genggam ke belakang, dalam sekali percobaan dan  tanpa melihat sedikitpun, Pak Budi langsung menarik pelatuk tersebut tanpa ragu sedikitpun meskipun itu adalah peluru terakhir.


(Suara tembakan)


 Sebuah tembakan yang berhasil menembus kepala seseorang dan membuat pakaiannya sedikit terciprat oleh darah karena posisi yang terlalu dekat. Sementara Stevani yang telah memasukkan anak tersebut ke dalam mobil sempat mengurangi beberapa mahkluk yang berniat untuk mendekat sebelum pada akhirnya kembali menutup rapat pintu mobil.

 Dari sisi belakang, Pandu mengambil mengambil inisiatif untuk membuka jalan diantara mereka dengan cara menabraki mereka yang berusaha menghalangi, para zombi terlihat benar-benar akan berkumpul di sebuah titik yang sama


"Kita harus membuka jalan untuk mereka, tempat ini akan semakin berbahaya jika kita kehilangan satu-satunya jalan untuk kabur, Pan." mengingatkan sekali lagi apa yang sedang terjadi kali ini.

"Aku ga menyangkan jika di balik hutan ini masih ada makhluk-makhluk yang bersembunyi, mereka ada dimana-mana, sial."

"Itulah alasannya kita ga boleh lengah dengan keadaan, apapun bisa terjadi jika kita lengah sedikit saja."

"Memang benar.." sembari menatap ke kaca yang ada di tengah, melihat Agus juga telah menginjak gas dan berusaha untuk menyusul ketertinggalan mereka di belakang.


***


 Semuanya terjadi begitu cepat. Benar-benar lebih cepat dari yang sempat mereka duga. Mereka berhasil lolos karena kebetulan sedang menggunakan kendaraan yang masih memilik kendaraan. Untuk menghindari kerumunan makhluk dalam jumlah seperti itu akan sangat susah jika dilakukan dengan cara berlari ataupun berjalan kaki. Perlahan tapi pasti, mereka berhasil menghindari sebuah bahaya yang ada sebelum kembali masuk menuju bahaya berikutnya.


"Ayah, ibu..."


 Anak tersebut hanya memandang sendu ketika  sebuah mobil sedan hitam yang berhenti di pinggir jalan sekitar satu setengah kilometer dari tempat sebelumnya telah mereka lewati. Sama sekali tidak ada yang menyadari jika dari tempat itulah ia berasal sebelumnya sebelum memutuskan untuk segera keluar dari dalam mobil.

 Dari luar, mobil tersebut terlihat dalam keadaan cukup baik. Tidak ada bagian yang rusak, salah satu pintu yang ada di bagian tengah terbuka dan semuanya masih dalam keadaan utuh tanpa ada kendala apapun. Mobil tersebut juga masih dalam keadaan menyala namun tak kunjung segera bergerak juga. Terlihat pula dua sosok dewasa yang masih dalam keadaan terikat sabuk pengaman masing-masing ikut memandangi kedua mobil yang sempat melewati mereka.

 Hanya saja, bagian yang belum dijelaskan adalah cipratan darah yang memenuhi seluruh isi kaca yang berasal dari dalam mobil. Darah merah segar yang terlihat jelas dari luar menandakan jika sesuatu telah terjadi.


"Kakak belum sempat nanya nama kamu.."

"Nama kamu siapa?" mencoba untuk bersikap baik dengan anak kecil yang barusan telah ia tolong.

"..."


 Anak itu memilih hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan dari Stevani, ia lebih memilih untuk menahan semuanya sendirian bersama dirinya.


"Beri dia sedikit waktu, Stev. Ini semua pasti terasa berat bagi dirinya, terutama dia juga masih anak kecil." Pak Budi mencoba memberi saran yang lebih baik untuk menghadapi permasalahan yang sedang Stevani hadapi kali ini.

"Dia mungkin saja sedang terluka, aku masih harus memeriksa dirinya." tetap bersikeras terhadap bocah tersebut yang hanya memeluk erat boneka miliknya sedari tadi.


 Mencoba memeriksa keadaan anak tersebut, bahkan ia masih hanya diam saja ketika Stevani memeriksa dirinya. Tidak asal dalam melakukan pemeriksaan, Stevani tidak hanya mencoba untuk melihat apakah ada luar atau tidak, ia juga berusaha mendeteksi luka dalam yang tentunya akan lebih berbahaya jika memang benar ada.

 Setelah berhasil memeriksa secara keseluruhan, anak tersebut tidak benar-benar dalam keadaan seratus persen sehat. Meskipun belum terdeksi adanya luka fisik baik luar maupun dalam, terlihat jelas jika ia sedang kelelahan dan dehidrasi cukup berat, membuat Stevani harus segera memberikannya air kalau tidak ingin sesuatu yang lebih buruk terjadi kepada anak tersebut.


"Anak ini, dari sorot matanya saja sudah memperlihatkan dengan jelas jika ia baru saja melewati hal yang berat bagi seseorang seusia dirinya.." baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi ketika benar-benar memperhatikan sorot anak tersebut.


***


"Tempat yang akan kita tuju setelah ini, apakah itu benar-benar ada? maksudku sulit sekali untuk mempercayai omongan yang tersebar dalam keadaan kacau seperti ini." merupakan sedikit keraguan yang terus Pandu pikirkan sepanjang perjalanan. Terlalu berharap memang akan terasa sakit sekali jika realita tidak memuaskan ekspetasi, membuat ia tak ingin berharap lebih dari ini.

"Mungkin saja tempat itu benar-benar ada, dilihat dari persiapan mereka ketika menuju rumah sakit, peralatan-peralatan tersebut juga cukup sulit didapatkan selain menggunakan cara-cara tertentu. Mereka juga tidak terlihat memiliki kemampuan militer bukan?"

"Apapun itu, kita harus segera menemukan tempat aman untuk menetap agar tidak selalu khawatir dengan keadaan makhluk-makhluk seperti mereka." tambah Zafran sembari menunjuk ke salah satu sosok zombi di depan yang akan mobil mereka lewati sebentar lagi.

"Situasinya sangat rumit, jika berdasarkan informasi yang telah kamu dapatkan sebelumnya, sekarang aku paham mengapa kamu terlihat terburu-buru menghadapi masalah ini, kita memang tidak memiliki waktu lebih banyak lagi. Waktu terus berjalan, tak peduli apapun yang terjadi."

"Sebenarnya aku punya rencana agar kita bisa keluar dari pulau ini. Sebuah rencana yang dapat meloloskan diri dari militer dan maut secara bersamaan."

"Mungkin ini akan terdengar gila, coba dengar.." melanjutkan pembicaraan.


 Setelah melihat semua hal yang gila terjadi dan berbagai kejadian yang mengancam maut secara langsung, Zafran tidak hanya diam saja ketika duduk di samping Pandu yang sedang dalam keadaan menyetir. Sebuah rencana yang sangat terdengar gila namun juga harus membutuhkan bantuan orang banyak.

 Dari sekian rencana yang ada, hampir semuanya terbatas pada bagian bagaimana cara meloloskan diri dari kekangan pemerintah yang mengawasi segalanya. Jika menggunakan kapal maka akan segera ditenggelamkan saat itu juga, begitu juga ketika menaiki pesawat. Dua trasnsportasi tersebut adalah satu-satunya yang bisa digunakan untuk bisa segera keluar dari pulau jawa dengan catatan tidak ada bahaya yang mengancam, seperti rudal yang mengejar misalnya.

 Apapun resikonya, mereka harus bisa segera keluar dari pulau tersebut sebelum waktu yang telah ditentukan habis, karena jika iya, mereka semua akan mati tanpa meninggalkan apa-apa.


"Berhasil atau tidaknya rencana ini, tergantung dengan situasi yang akan kita hadapi setelah ini."


***


 Sejarah telah mencatat bahwa Indonesia pernah menggunakan kapal selam KRI Pasopati yang merupakan salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia. Salah satu fakta yang menarik adalah kapal selam ini pernah dilibatkan dalam untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

 Merupakan kapal selam asli milik TNI Angkatan Laut, tipe Whiskey Class buatan Uni Soviet tahun 1952. Memiliki nama KRI Pasoepati dengan nomor lambung 410, kapal selam dengan panjang 76,6 meter, lebar 6,30 itu bisa dimasuki wisatawan. Kapal ini resmi dimiliki Indonesia pada 29 Januari 1962, setelah didatangkan langsung dari Vladivostok, Uni Soviet. Dalam masa kejayaannya kapal ini bersama 10 kapal selam dengan jenis yang sama berperan penting untuk pembebasan Irian Barat. Tepatnya ia menjalankan operasi Antareja Jaya Wijaya, dalam pembebasan tersebut.

 Jika kalian pernah mendengar nama pahlawan Yos Sudarso, kapal tersebut merupakan salah satu kapal yang digunakan pada saat pertempuran Laut Aru atau yang biasa lebih kita kenal sebagai laut Arafura

 Laut Arafura atau laut Arafuru adalah laut yang terletak di antara wilayah Australia dan Pulau Papua, tepatnya di sebelah selatan kepulauan Aru dan berada di wilayah . Kendati berada di dekat pulau Papua, wilayah laut Arafuru terletak di provinsi Maluku bagian tenggara dan berbatasan dengan pantai Irian Jaya di sebelah barat daya.

 Laut Arafura memiliki luas wilayah yang mencapai 650.000 km² dengan kedalaman laut maksimal kurang lebih sekitar 3,68 km dan merupakan laut transgresi di dangkalan Sahul. Laut Arafura merupakan laut yang termasuk dalam zona Neritik. Laut Arafura sendiri berbatasan dengan beberapa laut di sebelah barat, yaitu berbatasan dengan laut Banda atau kepulauan Maluku dan laut Timur.

 Laut Arafura berbatasan dengan kepulauan Aru di sebelah utara dan pulau Papua di sebelah timur. Selain itu, laut Arafura juga berbatasan dengan wilayah Australia di sebelah selatan. Di sekitar wilayah laut Arafura sendiri terdapat beberapa pulau, yaitu pulau Aru, pulau Kai, dan pulau Tanimbar.

 Laut Arafura pada zaman dahulu merupakan medan tempur antara pasukan Indonesia dengan Belanda yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran sengit tersebut melibatkan dua kapal tempur berjenis Destroyer, pesawat tempur jenis Neptune dan Frely yg menyerang RI Matjan Tutul. Pertempuran di laut Arafura menyebabkan salah satu pahlawan Indonesia harus gugur, yaitu Komodor Yos Sudarso yang sangat terkenal dengan seruannya yaitu "Kobarkan Semangat Pertempuran!"

 Kapal selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Dan itulah yang membuat Zafran mengatakan jika apa yang akan mereka lakukan setelah ini membutuhkan bantuan banyak orang.

 Kapal pada hakikatnya memiliki tempat di laut bukan? sedangkan kapal yang ada di monumen kapal selam Surabaya terletak di jalan Pemuda, bukan di lautan. Untuk memindahkan kapal tersebut saja harus memotong setiap bagian kapal dan kembali merakit ulang ketika telah sampai di darat hingga menjadi sebuah kesatuan yang utuh seperti sebelumnya.


"Tunggu, kamu bilang kapal itu ada di darat kan?"

"Bagaimana bisa kita memindahkan kapal yang memiliki berat berton-ton sejauh itu hingga sampai menuju lautan?" terheran-heran dengan maksud rencana Zafran.

"Ada sebuah cara, karena hanya itu satu-satunya kesempatan kita untuk keluar dari pulau ini. Meskipun dijadikan obyek wisata, kapal tersebut masih merupakan kapal asli yang pernah digunakan berpuluh-puluh tahun sebelumnya."


***


"Pemandangan di kota ini menjadi jauh lebih buruk dari yang terakhir aku lihat sebelumnya." ujar Joseline dalam hati. Sedang duduk di tepi atap gedung dengan posisi kedua kaki sengaja dibiarkan melayang-layang di udara sementara di sisi kanan miliknya terdapat sebuah secangkir kopi yang berwarna putih.


 Setelah semua hal yang telah terjadi, terlihat jelas ada perubahan besar yang terjadi pada penampilannya kali ini.


"Tubuh ini adalah tujuanku sejak awal, tak peduli seberapa bagus tubuh milik orang lain, pada akhirnya aku masih tetap menyukai ini." gumamnya pelan.


 Joseline berhasil mendapatkan tubuh asli miliknya yang sempat tenggelam di dasar lautan selatan untuk sementara waktu. Sebelum dirinya, tidak ada orang yang pernah berhasil menemukan dimana tubuhnya berada karena jasadnya benar-benar berada di dasar lautan, sekitar ratusan meter di bawah laut yang sudah tidak terkena cahaya matahari sehingga tempat tersebut benar-benar gelap untuk dilihat dan dijangkau pada saat yang sama.

 Jika kalian mengira tubuhnya telah membusuk di dasar lautan, maka kalian berpikir mengenai hal yang keliru. Jasad tersebut masih dalam keadaan utuh bahkan setelah bertahun-tahun tenggelam di dasar lautan. Sifat kandungan air laut yang memiliki kandungan garam membuat jasad Joseline diawetkan secara natural oleh alam.


Joseline tidak meninggal dengan cara membunuh dirinya sendiri.


 Seperti yang sempat pernah disinggung sebelumnya, seorang siswi tenggelam di salah satu pantai utara hingga tewas namun kasus tersebut sama sekali tidak menghasilkan titik temu dan langsung ditutup begitu saja tanpa adanya penyelidikan lebih lanjut.

 Tidak ada yang pernah mengatakan jika Joseline meninggal dengan cara di dorong oleh putra sang anak kepala sekolah sendiri yang memiliki sebuah dendam, tidak ada yang pernah mengatakan jika ada beberapa murid yang melihat aksi tersebut pada waktu itu namun pada akhirnya memilih bungkam dengan apa yang terjadi akibat diancam, tidak ada yang pernah mengatakan jika Joseline adalah seorang siswi jenius yang selalu mendapatkan peringkat satu dalam berbagai ajang yang diselenggarakan sekolah maupun di luar sekolah. Tidak ada yang pernah berbicara apa yang sebenarnya telah terjadi.


"Ibu.."


 Hingga ia meninggal, keadaan tidak pernah membaik sedikitpun kepada dirinya dan begitu juga kepada keluarganya. Ayahnya telah meninggal setahun setelah Intan lahir dan ibunya yang merupakan satu-satunya orang tua yang masih tersisa berusaha sangat keras agar mereka dapat melanjutkan hidup.

 Keadilan tidak pernah datang, tidak sama sekali. Meskipun ada banyak kejanggalan dalam kasus dimana dirinya bisa menjadi tenggelam dalam keadaan seperti itu, tidak ada sama sekali orang yang berani angkat suara dengan apa yang telah terjadi, semuanya telah berhasil dimanipulasi oleh seseorang yang telah kalian kenal, yaitu kepala sekolah.

 Siapa yang bisa tenang di alam sana ketika mengetahui bahwa keluarga yang telah ditinggalkan malah menjadi semakin menderita?


"Hah..." kembali mencoba menenangkan pikirannya dengan menyesap seteguk kopi yang sedang berada di genggaman tangannya.


 Sama seperti apa yang telah terjadi dengan dirinya, Ibu Joseline juga meninggal dengan secara tidak wajar. Media hanya mengatakan jika wanita tersebut meninggal dengan cara bunuh diri namun hal yang sebenarnya terjadi adalah sebuah pembunuhan yang telah direncanakan.

 Kala itu Intan masih terlalu muda untuk mengetahui kejadian pahit yang terjadi kepada Ibunya. Usianya belasan tahun dan masih menduduki kelas satu smp. Awal dimana semua ini dimulai adalah semenjak bertahun-tahun yang lalu.

 Intan yang biasanya pulang tepat waktu sehabis kegiatan sekolah selesai entah mengapa pada hari itu memutuskan untuk ikut mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman lainnya. Setelah tugas kerja kelompok selesai, ia juga tak pulang terlalu malam dan masih dalam batas waktu wajar.

 Jam dinding menunjukkan pukul tujuh, yang berarti matahari baru tenggelam tidak terlalu lama.


"Siapa orang-orang itu?" batinnya curiga, melihat gerak-gerik beberapa orang bersetelan pakaian hitam yang melewati pagar rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun, bahkan melontarkan salam saja tidak.


 Intan yang sebelumnya hanya berjalan dengan tempo seperti biasanya langsung memelankan langkahnya. Kejadian yang baru saja ia lihat terlalu janggal dan terlebih lagi yang ada di rumahnya kali ini hanyalah ibunya seorang, semua orang yang membantu di dalam rumah sedang pulang kampung untuk sementara.


"Firasatku tidak enak." merasa akan ada sesuatu yang terjadi, Intan memutuskan untuk melakukan penyelidikan secara diam-diam.


 Meskipun orang-orang tersebut telah membuka gerbang untuk masuk ke dalam, mereka juga kembali menutup gerbang seakan-akan tidak ada yang pernah lewat dari situ. Faktanya, meskipun gerbang tersebut telah berhasil dibuka, seharusnya ada sebuah gembok besi yang mengunci besi diantara gagang pintu, kecuali mereka telah melakukan sesuatu kepada benda tersebut.

 Rasa kecurigaan yang tinggi membuatnya untuk masuk ke dalam rumah dengan cara yang berbeda, karena sebagai salah satu orang yang menghuni rumah, ia adalah yang paling tahu mengenai struktur dari rumah itu sendiri.

 Rumah yang sedang mereka huni adalah sebuah rumah bertingkat dua dan memiliki ukuran yang cukup besar jika dilihat dari luar dan cukup luas jika dilihat dari dalam.


"Mereka berhasil melewati pintu depan? bagaimana bisa?" bertanya-tanya dalam hati mengintip pintu depan terbuka melalui lubang yang ada di sisi gerbang.


 Jika mereka merupakan para tamu, seharusnya mereka memakirkan sementara kendaraan yang dibawa di dekat rumah namun semenjak awal Intan tidak pernah melihat kendaraan tersebut, mereka terlihat datang dengan berjalan kaki dan tiba-tiba masuk begitu saja.

 Tak ingin membuka gerbang karena suaranya dapat membuat posisinya kali ini ketahuan, Intan mencoba untuk masuk ke dalam rumah dengan cara lain, yaitu memanjat dinding yang ada di sisi rumah. Meskipun cukup tinggi, ini bukanlah kali pertamanya melakukan hal tersebut karena ia sempat melakukannya beberapa kali sebelumnya.

 Sebuah pohon yang cukup tinggi dan besar yang ada di dekat rumahnya cukup membantu dirinya dalam melakukan aksi seperti ini karena jika tidak ada pohon tersebut, ia tak akan dapat melewati sebuah dinding tebal yang memiliki tinggi sekitar dua setengah meter lebih.


"Aku harus segera cepat masuk ke dalam untuk melihat apa yang sedang terjadi." berusaha memanjat pohon dengan sebuah tas yang cukup memberatkan tubuhnya yang kurus kala itu.


 Sebenarnya Intan bisa saja langsung melemparkan tas tersebut melewati dinding namun hal tersebut tentunya akan sangat berisiko karena akan menimbulkan suara kegaduhan meskipun cuma sesaat.


"Hahh.." menarik nafas cukup dalam sebelum pada akhirnya ia benar-benar melompat namun tidak untuk langsung melewati sisi dinding yang ada, Intan hanya melompat menuju permukaan puncak dinding yang cukup tebal sehingga dapat menahan bebannya.



Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

19.4K 4.8K 68
Suatu insiden yang tragis telah merenggut kehidupan normal nya Lisa Fandrina Ayudia, bahkan sang kematian pun ikut serta merenggut nyawanya. Akan tet...
909K 7.1K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
173K 11.2K 48
"Cakrawangsa, artinya keluarga cerdas. Tetapi, apakah menumbalkan putri mereka kepada makhluk halus adalah tindakan cerdas?" tanya Seri. Serinaraya...
384K 23.5K 43
Keluarga kecil yang tinggal di rumah sewa tepat di sudut kota besar. Dengan kesederhanaan membawa mereka untuk tetap terus bertahan di dalam keprihat...