Aku Langit, Kamu Pelangi (On...

By lilaclavender04

20.3K 893 349

WARNING!! FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA YA! Mengagumimu adalah kemauanku, menyukaimu adalah keingina... More

PROLOG
1. Buka sitik Jos!
2. Peluk Ga?
3. Anak Baru
4. Seina Pulang!!
CAST
5. Kamu Jahat!
6. Zoo Date
7. Kematian Yang Janggal?
8. Gentala
9. OhmPawat
10. Birthday dan Pembunuh
11. Perhatian Gentala
12. Terpaksa
13. Banci
14. Kelompok antar Kelas
15. Menarik perkataannya lagi
Apa kabar kalian semua?
17. Luka Sayatan
18. Koma
Kangen Ga?:(
19. Sebuah Rencana
Maaf..
20. Urat Malu lo Putus?
21. Jenguk
22. Mama, Papa?

16. Berita Miring

838 37 20
By lilaclavender04

Hi!👋🏻
Call me Pink, please. Salam kenal🤙🏻
Vote, komen, follow, and share ya guys.
Love you<3.

🦋🦋🦋

Pagi ini Ellena di kagetkan oleh suara Bi Tun yang terus menggema di telinganya. Pasalnya tak biasa Bi Tun berteriak seperti itu untuk membangunkan Ellena, namun kali ini terlihat ada sesuatu.

"Hih, Bi Tun kenapa deh? Tumben banget kaya tadi?"

"Biasanya juga kalo ngebangunin lembut banget nadanya. Selembut sutra~ hehe" Gadis itu tengah bercermin menatap pantulan dirinya. Untuk seukuran anak kelas 12 seperti Ellena, badannya sangat pas, tingginya pas, dan Ellena memang cantik.

Setelah selesai memoleskan bedak tipis dan liptintnya, ia bergegas turun untuk kebawah.

"NDUK? UDAH SELESAI BEL-?" Teriak Bi Tun terhenti saat dirinya sudah melihat Ellena.

"Hehe udah toh". Ellena mengangkat satu alisnya,

"Kenapa sih? Gak biasanya loh Bi Tun bangunin Ellena kaya gini." Ucapnya dengan dengusan kecil.

"Maaf ya, Nduk. S-soalnya di depan u-udah ada Mas Ganteng," Ellena melotot. Ia sangat kaget.

"MAKSUD BI TUN? Andrian?" Volume suara yang tadinya naik satu oktaf, kini ia pelankan kala dirinya menyebut nama sang empu.

Bi Tun mengangguk, Ellena segera menyaliminya dan berlari kecil menuju teras depan.

Saat dirinya sudah hinggap di teras depan, benar saja. Sudah ada Andrian yang sedang memainkan ponselnya.

"Khem" Dehem Ellena, Andrian menoleh dan tersenyum.

"Eh udah rapih ya? Ayo berangkat?" Saat tangannya di tarik oleh Andrian, Ellena menahannya.

"Ada apaan ni jemput gue?" Tanyanya agak sinis, yang biasanya memakai aku-kamu, sekarang Ellena menggunakan gue-lo.

Andrian menaikan satu alisnya, "Ya emang salah jemput pacar?"

"Gak salah, tapi keadaan lo yang lagi bermasalah. Terus si Reog Import itu berangkat sama siapa, kalo gue sama lo?" Tanyanya cetus, ia masih kesal dengan Andrian. Juga bingung sih sama sifatnya itu.

"Ck, udah ayo berangkat. Kamu bawel banget." Dengan cekatan Andrian memasangkan helm di kepala Ellena. Sungguh, Ellena merasa De Javu. Entah kapan terakhir kali Andrian bersikap seperti ini.

Ellena pasrah, mereka berdua akhirnya bergegas pergi ke sekolah. Beruntung dewi fortuna sedang berpihak pada keduanya, jalanan belum terlalu ramai dan padat.

Saat sampai di parkiran, banyak bisik-bisik dan tatapan mengintimidasi Ellena. Ellena mengernyit bingung.

"Dih orang-orang pada kenapa sih?" Gumamnya sendiri.

Andrian menggandeng tangannya, mereka berdua berjalan dengan tatapan datar masing-masing.

Sayup-sayup, bisik-bisik yang tak mengenakkan itu terdengar.

"Asli? Masa iya Ellena pembunuh orang tua Nashwa?"

"Kok Andrian gak malu ya jalan sama pembunuh?"

"Hati-hati Andrian, gue takut orang tua lo korban selanjutnya"

"Ternyata Ellena diem-diem menghanyutkan ya"

"Muka doang polos, kelakuan lebih dari setan!"

Telinga Ellena memanas, sekujur tubuhnya gemetar, giginya bergemelatuk menahan amarah. Berita sialan apa lagi ini?

Ellena melepaskan genggaman Andrian, ia lalu berlari ke arah mading. Benar saja, disitu ada berita tak jelas yang terpampang.

"Minggir lo semua!" Dengan gerakan cepat nan penuh emosi, Ellena merobek-robek kertas berita miring itu.

Semua murid menatap Ellena penuh tak suka.

"Enyah aja lo Ellena dari sini. Tega banget bikin anak orang jadi yatim piatu!"

"Pasti lo nyuruh orang bayaran deh buat ngebunuh orang tua anak baru itu"

"Dasar jalang, pembunuh!"

"Huuuu"

Suara riuh menggelegar mengelilingi dirinya. Ellena menutup kupingnya, mencoba untuk tak menangis.

"ADA BUKTI SPESIFIKNYA GAK, KALO GUE YANG NGEBUNUH?"

"HUH? ADA GAK?"

"JAWAB!!" Teriak Ellena penuh emosi, wajahnya sudah memerah, tangannya mengepal, seolah sudah siap untuk menonjok semua orang yang ada disana.

"Pembunuh mana mau ngaku, kalo ngaku penjara penuh lah, hahaha" Suara riuh itu kembali terdengar. Ellena memutuskan pergi dari lingkaran iblis yang menuduhnya itu.

Ia berlari ke kelas, tak ada Seina. Lalu ia berlari ke kelas IPA 1, tak ada Chintya juga. Hanya ada Andrian di pojok sana.

Ellena menghampirinya, sontak atensi Andrian teralihkan karena kehadiran dirinya.

"Kenapa, Na?" Tanya Andrian dengan lembut.

"Kamu emang gak tau berita miring yang tersebar tadi? Tanyanya, yang di angguki oleh Andrian.

"I know, tapi aku gak bisa bantu kamu." Jawab Andrian dengan santainya.

"Ah Goblok. Lo gak bisa bantu gue karena lo juga percaya kan, gue yang ngebunuh?" Andrian terdiam.

"Semuanya sama aja. Gue benci, mulai hari ini gue benci sama lo, Andrian Xavier!"

"Mulai sekarang, jauhin gue." Ellena bergegas keluar kelas, ia meninggalkan kekasih yang tak berguna baginya.

Saat di koridor, semua murid yang melihatnya tak segan-segan untuk menyelengkat dirinya, menjambak dirinya, bahkan mencubit kecil saat dirinya sedang lewat.

"Sinting!" Gumam Ellena.

Ellena menuju ke taman yang sepi, taman yang biasa ia singgahi kala dirinya sedang rapuh.

"Papa sama Mama kapan pulang sih? Hiks" Air matanya sudah mengalir, membasahi pipinya itu.

"Orang-orang pada sinting semua huwaa"

"Hiks, hikss Mama.."

Grep.

Tiba-tiba pandangan Ellena gelap, 2 orang menutupi wajahnya menggunakan kain hitam.

"Eh, lo siapa?" Tak di jawab, Ellena terus di seret sampai ke gedung belakang sekolah yang sudah tak terpakai.

Kini tangan dan kaki Ellena sudah terikat sangat kencang. Bahkan, badannya juga di lilit oleh Rantai dan di kuncinya agar Ellena tak bisa berontak.

"Tolongggg!"

"Lepasin gue, lepasin!"

"TOLONGGGGG"

Plak.

Satu tamparan berhasil mendarat di pipinya.

"Berisik lo anjing, bisa anteng sedikit gak sih?" Ucap seseorang itu.

"Lo mau ngapain gue?!"

Prok prok prok

Suara tepuk tangan itu terdengar, Ellena semakin bingung.

"Buka penutupnya." Perintah seseorang.

Saat penutup tersebut sudah terbuka, Ellena sangat kaget.

"Hallo cantik," Benar, ini Nashwa.

"Mau apa lo?!" Ketus Ellena.

Nashwa tertawa sumbang, dirinya merasa puas kali ini.

"Lo nanya gue mau apa? Jelas gue mau lo mati dan gak ada lagi Ellena-nya Andrian. Hahaha hahaha" Kini Nashwa sudah bagaikan jelmaan iblis.

"Gue gak habis fikir sama lo, Nashwa. Demi seorang cowok lo nekat kaya gini." Jawab Ellena dengan lantang.

Sringg.

Benar, itu suara pisau yang sangat tajam. Ellena menatap takut pisau tersebut, badannya juga sudah tak bisa bergerak karena lantai sialan itu.

"Gue bakal ngelakuin apa aja, demi cowok yang gue cinta, Ellena" Ucap Nashwa dengan seringai dan tatapannya masih terarah pada pisau itu.

Ellena menangis, rasa takut mulai menjalar di tubuhnya.

"Hiks"

"Kalo dengan cara kaya gini, itu namanya lo terobsesi Nashwa, bukan cinta!" Sentak Ellena.

Nashwa menatapnya bengis. Tidak, ia tidak merasa kalau dirinya itu terobsesi dengan Andrian.

"Kalo lo mau Andrian, ambil aja! Gue bakal ikhlasin dia kalo lo mau." Ucap Ellena lagi, air matanya sudah tak terbendung.

"Tuhan, tolong Ellena" Batinnya bergumam.

"Gue gak setega lo, cuma perihal cowok sampai kaya gini" Tukas Ellena.

Nashwa menghampirinya, ia menjambak Ellena.

"Akhh" Rasanya rambut Ellena ingin copot semua, benar-benar sakit.

"Lo berani sama gue, hah?" Kepala Ellena di hempaskan dengan kencang, oleh Nashwa. Gadis itu mulai mengarahkan pisaunya.

"Lo liat pisau ini, hm?" Bisiknya. Ellena merasa itu seperti bisikan iblis.

Mata Ellena terpejam, ia sangat takut.

Plak

Plak

Sudah, kini kedua pipinya sudah ada bekas kemerahan karena ulah Nashwa.

"Hiks.. tolong" Lirih Ellena.

Nashwa mulai menempelkan pisau tersebut di pipi Ellena, dan..

SRETTT

"ARGHH"

"Ini buat lo, yang udah berani deketin Andrian." Nashwa sudah benar-benar di butakan oleh cinta.

Darah segar sudah mengaliri pipi Ellena, gadis itu semakin menangis sejadi-jadinya.

"Hiks, stop Nashwa. Gue bilang stop."

"Apa? Stop? Ini belum seberapa Ellena!"

SRETT

"ARGHHH"

"Di pipi satu ini, pasti Andrian pernah cium lo"

"Gue sangat baik bukan? Membersihkan jejak bekas kecupan Andrian di pipi lo?"

"Hahaha hahahaha" Nashwa tertawa terbahak-bahak. Sungguh, ia sudah menjelma sebagai iblis sekarang.

"Hiks, s-sakit.."

"SAKIT LO BILANG?"

Plak

Entah bagaimana rasa sakit yang hadir disana, sayatan di pipinya yang barusan, sudah di hadiahi tamparan lagi.

"Sakit ini gak seberapa saat gue tau lo pacarnya Andrian, Ellena!" Teriak Nashwa tepat di kuping Ellena. Kupingnya terasa berdengung sekarang.

"T-tapi, lo yang ninggalin Andrian untuk ke Belanda! Dan lagi, Andrian gak pernah cerita ke gue tentang lo sedikit pun"

"Gue mana tau, kalo Andrian punya mantan iblis kaya lo. Kalo pun gue tau bakal kaya gini, gue gak akan terima Andrian hadir di hidup gue"." Sudah cukup, Ellena sudah lelah, saat berbicara seperti itu rasa sakitnya sudah mulai menjalar kemana-mana.

Nashwa tersenyum smirk, "Lo bilang gue iblis? Kalo gitu, gue akan bikin lo beneran mati hari ini juga"

SRETTT

SRETTT

Sayatan demi sayatan sudah tertanam di tangan Ellena. Seragam Ellena benar-benar penuh dengan noda darah.

"Arghhh, Nashwa udah. Sakitt" Percuma, mau Ellena bilang seperti apapun, Nashwa tak akan mendengarkannya.

Nashwa terus melanjutkan aksinya. Ia melepas sepatu juga kaos kaki yang Ellena gunakan. Disana, tepat di telapak kaki Ellena, Nashwa memberikan sayatan di kedua kakinya.

Pisau itu di tekan terlebih dahulu, sebelum sayatan horizontal tertanam disana.

SRETTT

SRETTT

Ellena sudah lemas, tubuhnya sudah mulai terhuyung, matanya juga mulai terpejam.

Nashwa tersenyum senang, melihat musuh di depannya ini sudah mulai terkulai lemas.

"Bos udah bos, ada seseorang yang kesini!" Itu perintah salah satu anak buah suruhan Nashwa yang tadi menangkap Ellena.

Padahal, Nashwa sudah mengarahkan pisau tersebut kearah jantung Ellena.

"Arghh, sialan!" Nashwa buru-buru keluar menggunakan topengnya. Saat ini, Nashwa memakai baju serba hitam. Ia dan 2 orang anak buahnya itu berlari pergi meninggalkan Ellena.

"T-tolong.." Lirih Ellena pelan.

***

Gentala, Pria itu tengah mencari keberadaan Ellena setelah tau tentang berita yang tersebar itu. Saat sedang mencari, Gentala juga sempat bertemu dengan Andrian. Kedua Pria itu saling melemparkan tatapan tajam. Namun, Gentala tidak terlalu perduli akan Andrian. Ia ingin menemui Ellena, ingin menenangkan gadis itu.

Sudah mencari ke segala penjuru sekolah, namun nihil. Gentala mengingat-ingat struktur bangunan sekolah milik Kakek-nya ini. Saat ia kecil, memang sudah beberapa kali datang ke sekolah ini, jadi ia tau tempat dan letak, bahkan seluk beluk sekolah ini.

Gentala teringat, tepat di belakang sekolah ini ada bangunan yang sudah tak terpakai. Ya, itu gedung sekolah lama yang memang lumayan kecil.

Gentala memutuskan untuk kesana, saat dirinya sampai, samar-samar ia melihat 2 orang Pria sedang berjaga di pintu masuk gudang.

Dengan langkah pelan namun pasti, ia menghampiri tujuannya itu. Saat dirinya sedang berjalan, tak sengaja menginjak kaleng bekas yang menimbulkan suara. Kedua orang Pria itu segera masuk, disini atensi Gentala terputus karena beralih ke kaleng tersebut dan mengumpat terlebih dahulu.

Gentala sudah merasa aman, ia bergegas untuk menghampiri gudang tersebut.

Sesaat hampir sampai, samar-samar ia mendengar lirihan seorang Gadis meminta tolong.

"T-tolong.." Lirih Ellena pelan.

Gentala berlari dan terbelakak saat mengetahui apa yang dilihatnya.

"ELLENA!"

Gentala membuka tali yang terikat pada Ellena. Namun, ia kesusahan saat membuka Rantai yang mengikat bagian perut Gadis itu.

Gentala terus mencari sesuatu di gudang itu.

"Sabar ya Ellena, tahan sebentar." Gentala panik, namun sebisa mungkin ia melawan kepanikan itu. Ellena lebih penting di banding rasa paniknya. Tapi tak menutup juga, ia takut Ellena kenapa-napa.

Gentala terus mengacak-acak gudang itu. Di dalam lemari yang sudah di penuhi rayap, ia menemukan sebuah palu.

Gentala mengambil palu tersebut, dan menghancurkan gembok dari Rantai itu.

Butuh waktu sekitar 5 menit, akhirnya gembok itu hancur, dan Rantai terbuka.

"Ellena, kamu masih sadar?"

"Fuck, siapa yang berani giniin Ellena" Gentala mengangkat Ellena ala bridal style. Gentala memutuskan untuk melewati pintu belakang, disana cukup sepi karena jam pelajaran juga sudah dimulai.

Untung saja hari ini dirinya membawa mobil. Ia memasuki Ellena kedalam mobil, persetan dengan darah yang ada di seragamnya. Gentala langsung menancap gas membawa Ellena ke rumah sakit.

Gentala menyalakan 2 sen pada mobilnya, pertanda ia sedang membawa hal yang genting.

Untung saja jalanan ibu kota lancar, Gentala berhasil membawa Ellena ke rumah sakit.

Gentala mengangkat Ellena dengan hati-hati. Lalu dirinya memasuki ruang IGD.

"HELP, HELP ME!" Teriak Gentala menggelegar di ruangan itu.

Perawat segera menghampiri Gentala, membawa brankar dan menaruh Ellena disana.

"Sebaiknya anda tunggu disini, kami akan menindak lanjuti pasien." Ucap salah satu perawat, Gentala mengangguk. Dokter juga mulai bergabung menangani Ellena, gordeng IGD tersebut sudah tertutup. Sudah tak terlihat lagi saat penanganan itu berlanjut.

Gentala kumat-kamit, merapalkan Doa agar tak terjadi apa-apa dengan Ellena.

"Gue harus cari tau ini," Gentala berucap demikian, lalu membuang nafasnya kasar dan mengusap wajahnya dengan gusar.

"God, please help her." Gumam Gentala.

Hehe gimana sama part ini?

Mau tau yg jelas sampai akar-akarnya?

Tungguin terus update an ceritaku sampai ending ya hehe.

Koreksi bila ada typo, thank u.

See u next part💋

Spam emoji warna pink untuk lanjut🌷🌸🍨🧁💕

Continue Reading

You'll Also Like

905K 47.2K 76
The end✓ [ Jangan lupa follow sebelum membaca!!!! ] ••• Cerita tentang seorang gadis bar-bar dan absurd yang dijodohkan oleh anak dari sahabat kedua...
445K 47.1K 20
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
1.2M 117K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
477K 17.7K 32
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...