I'm Coming [END]

By Maulana707

1M 39.6K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? More

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Intan
Tipping point
Gate
Who?
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

The Red Code

790 46 0
By Maulana707



#Ryan, 5 jam yang lalu...


 Ryan beserta yang lainnya berhasil sampai menuju kota Surabaya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang ditemukan di jalan dan juga persediaan yang seadanya karena prioritas mereka kali ini sangat terburu-buru meskipun agar terlambat daripada yang lainnya.

 Tak bisa menemukan keberadaan adiknya dimanapun membuat, masing-masing diantara mereka berpikir jika Kota Surabaya merupakan tempat tujuan yang sama untuk dituju dan pada akhirnya mereka akan dapat bertemu jika berhasil sampai.


"Apa yang harus kita lakukan sekarang? langsung kembali menuju ke markas?" ujar Bayu yang melontarkan pertanyaan karena mereka tidak terbiasa bertarung dengan peralatan yang sangat minim ditambah lagi dengan keadaan kota yang sangat gelap dari segala penjuru membuatnya menjadi semakin berbahaya sekaligus mencekam di saat yang sama.

"Ada yang aneh, markas sama sekali tidak menjawab panggilan dari kita..."

"Apa ada sesuatu yang terjadi selama kita pergi?" tambah Rani yang ikut mempertanyakan hal yang sama.


 Sama sekali tidak ada orang yang nyaman jika berada di tengah ketidakpastian apalagi jika ketidakpastian tersebut berakhir dengan kabar menggantung.


"Untuk memastikan, lebih baik kita pergi menuju ke markas terlebih dahulu." pungkas Ryan yang mencoba memberikan saran terbaik yang dapat mereka ambil kali ini.

"Apa ga terlalu beresiko?"

"Kita belum tau pasti."


Markas.


 Meskipun mereka baru pergi dalam hitungan hari, namun rasanya seperti sudah lama sekali semenjak mereka terakhir kali berhasil kembali. Mobil mereka sedang menepi di tepi jalan, sementara lampu sorot mobil juga sengaja ikut dimatikan.


"Kau dengar itu?"

"Dengar apa? cuma suara saluran yang tidak jelas."

"Bukan, itu sandi morse. Sini HT nya." pinta Ryan kepada Rani yang sama sekali tidak menyadari jika ada seseorang yang mencoba menghubungi mereka melalui saluran HT dengan memanfaatkan sandi morse namun tidak berani untuk mengeluarkan suara, entah apa niatnya tapi yang pasti ini perihal menjaga identitas.

"Sst, jangan berisik. Aku perlu fokus untuk menterjemahkannya."

"Iya iya."


 Terdengar sangat jelas jika orang yang ada di pihak sebrang sedang mencoba untuk menyampaikan sebuah pesan dengan terus-terusan mengulang sandi morse yang sama dan jika diterjemahkan akan berarti "red code" atau dengan kata lain kode merah.


"Dia bilang apa? aku tidak mengerti.." tanya Bayu yang kurang paham dengan rentetan suara saluran yang tidak jelas namun memiliki interval pada setiap jeda.

"Kode merah, itu yang dia coba sampaikan.."

"Apa karena mereka mendengar suara panggilanku tadi?"

"Kemungkinan iya, tapi aku masih belum yakin."


 Mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sedang melintas di pikiran mereka kali ini, Ryan memutuskan agar dirinya dan orang yang menjawab dengan menggunakan sandi morse untuk saling mengidentifikasi identitas masing-masing karena informasi tidak dapat disebarkan begitu saja dengan bebas.

 Untuk mengonfirmasi identitas masing-masing, Ryan sengaja ikut menjelaskan nama sandi miliknya yang sering ia gunakan ketika menjalankan misi dan begitu pula sebaliknya. Dan pada akhirnya memang benar jika mereka berdua berasal dari markas yang sama, membuat Ryan dapat melanjutkan menuju tahap selanjutnya, yaitu meminta koordinat titik pertemuan agar mereka dapat berkumpul kembali karena pemimpin markas pasti telah menyiapkan sebuah rencana khusus untuk menghadapi hal ini.


Kode merah.


 Jika kode merah telah digaungkan, maka telah terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan bagi semua orang. Dalam hal ini, Ryan beserta yang lainnya masih belum memahami mengenai apa yang telah terjadi beberapa jam yang sebelumnya karena mereka terlambat datang.


***


"Kita telah mendapat koordinat markas." akhirnya telah berhasil memecahkan secara keseluruhan sinyal sandi dari pihak seberang.

"Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara kita memeriksanya, kita ga punya peta sekarang." komentar Rani yang mencoba untuk lebih rasional dengan apa yang sedang mereka hadapi kali ini. Peta sangat dibutuhkan untuk memastikan lebih detail dimana koordinat yang dimaksud berasal, sehingga mereka dapat menemukannya lebih cepat.


 Karena dunia telah memasuki era digital, sehingga sudah jarang orang masih menyimpan peta konvesional atau bisa dibilang peta dalam bentuk kertas untuk digunakan. Internet telah menggerus perkembangan zaman teknologi lama dan membuatnya terlihat menjadi semakin mudah dan efektif sehingga menggunakan peta digital menjadi lebih diminati ketimbang peta konvensional.

 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, meskipun mereka ingin menggunakan peta digital, listrik telah padam semenjak lama dan jaringan sinyal telah diblokir dari pusat sehingga tidak ada gunanya untuk mengakses menggunakan cara biasa.


"Seingatku, cuma ada tiga tempat dimana kita bisa mendapatkan peta." tambah Bayu yang baru teringat sesuatu yang penting.

"Dimana?"

"Selain di perpustakaan, kita bisa menemukannya di toko buku dan kantor pusat walikota."

"Memang benar kita bisa menemukannya di ketiga tempat itu, tapi itu juga beresiko tinggi."


 Diantara ketiga kemungkinan yang Bayu berikan, rentetan pilihan tersebut memiliki dua buah kesamaan antar satu sama lain. Merupakan tempat umum yang berarti tempat tersebut dikelilingi oleh makhluk yang berjumlah lebih banyak dalam satu tempat dan sama-sama terletak di daerah pusat kota.

 Perpustakaan yang dimaksud bukanlah perpustakaan biasa karena yang menyimpan peta yang menggambarkan kota Surabaya secara keseluruhan adalah Perputakaan Kota, sehingga tempat tersebut akan terlihat lebih besar daripada perpustakaan yang biasanya.


"Kita harus mempersempit pilihan dengan menggunakan presentase keberhasilan paling tinggi, jangan lupakan persediaan kita yang terlalu minim untuk menghadapi makhluk-makhluk yang ada di luar sana.." ujar Ryan yang sengaja membiarkan mereka berdua untuk ikut berpikir agar mendapatkan solusi terbaik.

"Aku punya ide."


***


 Mereka bertiga telah menetapkan sebuah keputusan malam ini, yaitu memilih toko buku sebagai tempat yang akan dituju.

 Tidak ada seorang pun yang membawa senjata api, mereka telah kehabisan peluru semenjak dari rumah sakit. Dengan bermodalkan persediaan yang sangat minim, satu-satunya senjata yang dapat mereka gunakan adalah benda tajam, dalam hal ini mereka bertiga menggunakan pisau sebagai pilihan terbaik daripada harus mengenggam benda tumpul untuk digunakan menyerang.


Toko Buku.


 Ada banyak tempat yang bisa mereka pilih untuk dikunjungi, namun malam ini mereka sengaja memilih tempat yang tidak terlalu besar untuk meminimalisir resiko jika terjadi sesuatu.


"Kita akan bergerak secara bersaman, tetap waspada dan jangan lepaskan pandangan terhadap sekitar." perintah Ryan yang melakukan koordinasi secara mendadak.

"Mengerti?" dan langsung dibalas oleh Bayu dengan anggukan.

"Oke, saatnya bergerak."


 Ryan dan Bayu bergerak secara bersaman sementara Rani berpindah posisi menuju kursi pengemudi. Seseorang harus tetap berada di mobil untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang mengharuskan mereka untuk segera beranjak dengan cepat dari tempat tersebut.

 Meskipun dikatakan merupakan toko buku yang tidak terlalu besar, toko tersebut masih terlihat luas dan bertingkat ke atas sehingga mereka sama sekali tidak bisa melepaskan kewaspadaan dengan berbagai kemungkinan yang akan segera ditemui.


"Pintu otomatis mati dalam keadaan sepenuhnya terbuka, sepertinya keadaan di dalam akan menjadi jauh lebih merepotkan.."


***


 Hal itu bukanlah sebuah pertanda baik karena ketika sebuah pintu terbuka lebar di tengah kegilaan yang terjadi di dunia ini, segala kemungkinan buruk dapat terjadi di dalam sana.

 Ryan sempat melirik menuju ke arah Bayu untuk sekedar memastikan ia memang berada disana dalam keadaan utuh. Sama sekali tidak bisa dipungkiri lagi jika masing-masing diantara mereka memang sedang dalam keadaan gugup dengan situasi kali ini.


"Tunggu." perintah Ryan dengan sengaja memelankan nada suara miliknya, beberapa saat setelah mereka menginjakkan kaki menuju ke dalam bangun terdengar sebuah dentuman kecil seperti suara sesuatu yang menabrak rak besi yang cukup dekat dengan posisi mereka sekarang.


 Karena keselamatan adalah sebuah prioritas yang paling diutamakan, Ryan harus melakukan ini dengan hati-hati atau nyawanya sendiri sebagai taruhannya. Mengarahkan masing-masing senter yang digenggam menuju ke segala sudut bangunan untuk memeriksa apakah ada sesuatu disana, tempat tersebut sekilas terlihat lengang tanpa terlihat seorang makhluk pun di dalam sana.


"Ini bau darah, terlebih lagi baunya sangat busuk.." batinnya sembari berhasil menemukan ada banyak darah yang tercecer di berbagai tempat.

"I ini!"


 Sebelum lengan bagian kiri miliknya digigit oleh seorang makhluk yang muncul mendadak dan sangat mendadak, Ryan langsung merubah posisi dirinya dan mengarahkan pisau yang ia genggam untuk segera menebas apapun itu dalam hitungan detik namun ia gagal karena makhluk tersebut masih berhasil menghindar dan kembali bersembunyi dibalik kegelapan.


"Ap apaan tadi barusan?" Bayu ikut terkejut dengan apa yang baru saja muncul di hadapan mereka.

"Dari semua jenis makhluk, mereka yang telah bermutasi memang jauh lebih merepotkan." semakin bersiaga terhadap apa yang ada di sekitar karena tak ingin kehilangan celah untuk menyerang balik.


 Mutasi, Bayu cukup sering mendengarnya dan hanya sempat beberapa kali menghadapinya secara tidak langsung. Sejauh pengamatan yang telah ia lakukan kali ini, mutasi setiap makhluk yang ada memiliki karateristik tersendiri dan sukar ditebak mereka memiliki kelebihan apa dariapda makhluk yang biasanya.

 Dalam kasus yang sedang mereka hadapi bersama kali ini, tipe makhluk ini sepertinya memiliki kecepatan yang ada di atas rata-rata sehingga membuatnya semakin berbahaya untuk dihadapi dalam kondisi minim cahaya dan perlengkapan seadanya.


"Sialnya, makhluk itu tidak sendirian!." mendapati sebuah serangan mendadak dari salah satu makhluk yang merayap di atas langit, Ryan langsung meresponnya dengan cara mengarahkan ujung kakinya lalu melakukan sebuah salto ke belakang agar memberi jarak diantara mereka.


 Bayu yang mengerti harus berbuat apa langsung melakukan tambahan sekaligus eksekusi terakhir dengan cara menancapkan ujung pisau miliknya lalu membanting tubuh makhluk itu ke bawah dengan keras dalam hitungan detik.


"Masih ada lagi." belum sempat ia memperbaiki posisi untuk berdiri dengan benar, salah seorang makhluk yang lain terdengar sedang berlari menuju ke arah mereka berdua untuk segera menyerang dengan sekuat tenaga.


 Menyambutnya dengan sebuah tendangan keras tepat di bagian dada menggunakan kaki sebelah kiri, Bayu sengaja memberi sedikit jeda agar Ryan dapat berdiri dan dirinya menarik pisau yang masih sempat tertancap di kepala.

 Sebuah jeda beberapa detik yang jika dimanfaatkan akan dapat menjadi sebuah serangan mematikan. Pada saat itu juga ia langsung tahu jika perhatian semua makhluk-makhluk yang ada disitu beralih menuju mereka berdua karena mereka berdua terlihat seperti daging lezat yang siap dikonsumsi di tempat.


***


"Bayu, segera ambil benda peta yang kita butuhkan, aku akan berusaha melindungimu sekuat tenaga!" komando Ryan yang telah siap untuk melakukan apapun demi keberhasilan misi kali ini.

"Oke, jangan sampai kegigit, Ryan." telah mengerti apa yang harus ia lakukan, mereka berdua kembali melakukan penyisiran setiap deret rak buku dengan tetap memerhatikan keadaan sekitar, berjaga-jaga jika ada serangan tak terduga datang dari berbagai arah.


 Untuk melakukan hal ini juga terasa lebih sulit daripada pertarungan yang seperti biasanya karena keterbatasan ruang untuk bergerak sekaligus udara yang terasa pengap.


"Aku dapat petanya."

"Oke, sekarang tendang raknya!."


 Tanpa harus menunggu lebih lama lagi, mereka berdua langsung menendang rak buku yang terbuat dari kayu dengan sekuat tenaga untuk merobohkan rak-rak tersebut dengan sengaja seperti layaknya efek domino dan berhasil keluar sebelum mereka benar-benar terjebak di dalam sana.

 Ryan sengaja memerintahkannya selain karena untuk sedikit mengulur waktu agar dapat bertahan lebih lama, makhluk-makhluk yang bersembunyi diantara rak lain juga dapat terjebak disaat yang sama, setali tiga uang bukan?

 Sebenarnya Ryan ingin sekalian membakar tempat itu sekaligus dengan menggunakan korek api, namun niat tersebut kembali ia urungkan karena menyadari jika buku-buku tersebut merupakan pengetahuan yang tidak ternilai bagi orang-orang yang ada di masa depan untuk kembali mempelajari peradaban hingga menjadi modern.


"Makhluk-makhluk itu sama sekali tidak ingin membiarkan kita lolos dari sini." komentar Bayu yang melihat semua makhluk yang tersisa berkumpul di satu titik yang sama, tempat dimana mereka berhasil masuk melalui pintu depan sebelumnya.

"Hm, itu seperti mayat polisi." batin Ryan yang menyadari ada sebuah mayat berseragam tergeletak di dekatnya, namun yang membuatnya tertarik bukanlah itu, melainkan sebuah pistol yang dalam keadaan tersarungkan di sabuk pinggangnya.

"Lindungi aku sebentar..." berinisiatif untuk mengambil benda itu sekaligus memeriksa apakah masih ada peluru di dalamnya.


 Ketika Ryan berhasil mengambilnya, ia menemukan pistol tersebut tidak sedang dalam keadaan memiliki amunisi penuh di slot bagian dalam, masih tersisa lima butir yang berarti ia harus bisa memanfaatkannya sebaik-baiknya.


"Berapa yang harus kita lawan?" memastikan ulang.

"Sejauh ini yang terlihat enam."

"Oke, ayo kita lakukan sekarang."


 Kunci terpenting ketika melakukan hal sepeti ini secepat mungkin, karena semakin cepat mereka menyelesaikannya, semakin tinggi kemungkinan mereka berdua untuk bisa berhasil keluar dengan selamat.

 Mereka berdua mengawalinya dengan cara membagi tugas masing-masing sesuai dengan perlengkapan yang mereka bawa saat ini. Bayu yang memberi tahu letak makhluk yang harus ditembak dengan mengarahkan ujung sinar senter yang sedang ia genggam kali ini dan Ryan yang langsung mengeksekusi sesaat setelah posisi musuh telah ketahuan.

 Peluru yang terbatas membuat dirinya terpaksa harus menyimpan senter miliknya sendiri dan menggenggam pistol dengan kedua tangan agar ketika menembak dapat lebih akurat.


"Masih ada satu lagi."


 Kurang dari tiga puluh detik, Ryan berhasil menumbangkan makhluk yang tersisa dengan kepala sebagai target untuk memaksimalkan potensi senjata yang ia gunakan sekaligus menghemat peluru disaat yang sama.


"Biar aku aja."


 Sebagai penutup serangan malam ini, Bayu sedikit mengambil ancang-ancang ketika melihat satu-satunya makhluk yang tersisa sedang melesat menuju ke arah mereka berdua dengan kencang dan dalam kedipan berikutnya langsung terhempas menuju ke belakang karena sebuah pisau berhasil menancap tepat menuju bagian dahi.


***


 Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada, mereka berdua tetap melanjutkan pergerakan untuk segera kembali menuju ke mobil karena tidak ada alasan lagi untuk terus-terusan berada di tempat tersebut.


"Gimana? kalian berdua dapat petanya?" tanya Rani yang melihat kedatangan mereka berdua yang secara tergesa-gesa.

"Iya, ayo segera pergi dari tempat ini." timpal Ryan, mengatur nafas miliknya untuk mengembalikan ritme seperti semula.

"Oke, jangan lupa pasang sabuk pengaman."


 Dalam memecahkan sebuah koordinat, hal ini masih berkaitan dengan ilmu geografi dan kartografi


*Kartografi merupakan seni, ilmu, dan teknologi yang digunakan dalam membuat peta atau globe. Kartografi bersinggungan dengan ilmu geografi, informasi spasial, dan topografi. Kartografi dan geografi sebetulnya sangat dekat dan bergantung satu sama lain. Berkat kedua bidang ilmu ini, kita dapat memahami Bumi dan posisi kita di atasnya.

*Kartografer adalah istilah yang menunjuk pada orang atau pelaku yang membuat peta."


 Ryan berusaha semaksimal mungkin untuk menerjemahkan koordinat yang telah ia dapatkan hanya dengan bermodalkan sebuah peta, kompas, dan deretan ilmu pengetahuan yang sempat ia pelajari ketika dunia masih berjalan dengan normal.


"Sekarang aku tahu dimana lokasinya."


***


 Di tengah perjalanan, kelompok Stevani berhasil ditemukan oleh orang-orang yang berasal dari markas beberapa jam setelah mereka dikejar-kejar oleh helikopter yang melayang diatas kota. Dan disaat yang sama, kebetulan ia juga ingin segera melaporkan sesuatu yang berkaitan dengan keselamatan semua orang kali ini.


"Semua orang telah dievakuasi?" batin Agus yang baru saja mendengar jika tempat yang dimaksud cukup jauh dari markas awal berada.


 Karena kejadian semacam ini terjadi cukup mendadak dan sulit untuk memperkirakannya, semua orang memang sengaja dievakuasi menuju sebuah gedung perkantoran yang telah kosong semenjak awal penyebaran wabah di tengah pusat kota.


(Suara seseorang mengetuk sebuah pintu)


"Masuk." sahut seseorang yang ada di dalam dengan nada berwibawa.


***


 Zafran telah berhasil memecahkan koordinat yang ia dapatkan dengan cepat. Tidak perlu membuang waktu lebih lama lagi karena ternyata tempat yang dimaksud memang tidak jauh dari dirinya berada kali ini, yaitu pusat kota.

 Satu-satunya alasan mengapa ia ingin segera menuju kesana karena Zafran merasa jika dirinya mungkin saja dapat menemukan yang lainnya di tempat tersebut dan jika memang sebuah hal buruk akan terjadi, ia dapat meloloskan dirinya sendiri dalam sekejap.


"Kenapa sampai sekarang ga ada seorang pun yang berniat mengabari ya?" sedikit merasa janggal akan sesuatu.


 Dan terkadang, takdir yang dibawa oleh semesta dapat sangat tidak terduga dan penuh kontradiksi. Gedung yang sedang ia tuju berhadapan dengan gedung parkiran tempat dimana Pandu dan Zafran sempat beristirahat sebelumnya, membuatnya sedikit berat hati untuk kembali karena apa yang telah terjadi pada Pandu. Ia juga melakukan pertimbangan ketika ingin melakukan hal ini.


"Waktu yang kami miliki hanya tinggal beberapa jam lagi.."


 Selain sempat memecahkan koordinat yang ia dapatkan, Zafran juga kembali memeriksa berapa lama waktu yang masih tersisa bagi mereka sebelum pembersihan terakhir benar-benar dimulai. Jika sesuai jadwal, maka hal tersebut masih akan terjadi selama beberapa hari kedepan dan mereka masih memiliki sedikit persiapan untuk menghadapinya.

 Namun fakta yang ia hadapi malah sebaliknya, entah karena apa, tapi yang jelas deretan angka yang sempat ia lihat ketika masih berada di area gudang berkurang sangat drastis hingga puluhan jam ke depan. Membuat pembersihan terakhir akan dimulai pada pukul enam pagi pada hari ini.


#TBC

Continue Reading

You'll Also Like

148K 11.1K 60
[COMPLETED] "Jangan pernah pulang ke sana, jika kamu tidak mau mati sia-sia." Itu adalah pesan terakhir dari Ibunya sebelum meninggal dunia akibat pe...
174K 13K 11
"Kenapa kita harus tidur dengan posisi kaki diikat?" Tentang Penari Ballerina dimana akan mengikuti kompetisi Internasional Dance yang akan diadakan...
593K 63.2K 58
Horor - Thriller Bagaimana jika seorang indigo bertemu dengan psikopat? Dan bagaimana jika psikopat bertemu dengan indigo? Seperti inilah kisahnya...
1K 127 15
Wonwoo itu sedingin es batu, kalo Sana? Kebetulan dia doyan es batu. " Gue paling gasuka sama cewe yang doyan es batu." " Kenapa tuh?" " Ga sehat." ...