I'm Coming [END]

By Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? More

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Intan

963 53 2
By Maulana707


A/N: jangan lupa vote dan comment :)


 Untuk menuruni dinding yang setinggi itu, Intan memutuskan untuk menuruninya secara langsung karena hanya itulah satu-satunya cara agar ia bisa segera turun. Menurut Intan, rasanya tidak akan terlalu sakit karena ia tidak terjatuh dari tempat yang terlalu tinggi.


"Sejauh ini aman..." sedikit merasa nyeri di kedua telapak kaki miliknya, Intan meletakkan tas ransel yang sedari tadi ia bawa menuju ke tanah karena kali ini ia sedang berada di pekarangan rumah yang dipenuhi berbagai tanaman sekaligus merupakan taman.


 Pergerakannya dapat menjadi lebih leluasa setelah melepaskan beban yang menggangu dirinya sementara keadaan di sekitar tempat itu tidak terlalu terang karena hanya ada beberapa lampu taman yang menyala.

 Bergerak dengan hati-hati sembari terus mengawasi situasi yang sedang terjadi, sedari tadi ia sama sekali tidak mendengar suara apapun dari dalam rumah, sementara pintu depan telah ditutup kembali entah oleh siapa. Dan tentu saja Intan akan berusaha untuk masuk ke dalam rumah melalui celah lain yang ia ketahui.

 Menurutnya akan menjadi sebuah tindakan yang bodoh untuk masuk ke dalam rumah melalui jalan yang terlalu mudah seperti pintu belakang ataupun jendela dapur misalnya meskipun ia juga telah membawa kunci cadangan, namun firasatnya mengatakan jika ia tidak boleh melewati rute itu.


Lantai atas.


 Itulah satu-satunya rencana yang sempat terpikirkan oleh Intan, namun sebelum ia melakukan hal itu, Intan mencoba untuk mengintip apa yang sedang terjadi melalui kamar ibunya untuk sekedar memastikan saja.

 Bergerak dengan senyap dan langsung menuju tempat tujuan karena ia telah mengetahui tempat yang harus dituju, Intan menemukan tirai beserta gorden jendela kamar orang tuanya sedang dalam keadaan tertutup rapat.


"Aku tidak bisa melihat apa yang terjadi."


 Mencoba membalikkan badan untuk mencari celah-celah yang bisa digunakan untuk mengintip namun tidak jadi karena ia sempat mendengar sebuah teriakan dengan nada tidak terlalu jelas sebelum pada akhirnya suara itu tiba-tiba menghilang dan lampu kamar yang ada di tempat tersebut mati langsung mati beberapa detik setelahnya.

"Itu tadi suara ibu!" membulatkan kedua matanya, ia sangat yakin sekali mengenai apa yang barusan ia dengar.


 Sementara dibalik dinding, salah satu beberapa orang yang berpakaian hitam menggunakan salah satu bantal yang ada di kamar tersebut untuk menutupi kepala target dan menahannya dengan seluruh tenaga yang ia miliki hingga ia benar-benar kehabisan nafas, orang-orang yang tersisa sengaja menahan tubuh ibu Intan agar tidak melakukan perlawanan dan segera tewas di tempat.


***


 Intan tidak bisa berpikir dengan jernih setelah mendengar apa yang terjadi, ia ingin segera memastikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam. Sebuah pintu yang jarang dilalui oleh semua orang dan merupakan pintu belakang yang lain adalah tempat yang segera ia tuju kali ini sementara orang-orang yang di dalam sedang berusaha untuk membersihkan tempat terjadinya pembunuhan dan membuatnya senatural mungkin menjadi sebuah kasus bunuh diri.

 Hal paling mendasar yang diketahui oleh semua orang adalah petugas penyidik maupun polisi selalu mencari sidik jari yang tertinggal di tempat kejadian perkara untuk dijadikan bahan bukti, jika tidak ada saksi, rekaman jejak waktu kejadian maupun sidik jari yang tertinggal, maka akan sulit untuk membuat hal tersebut menjadi bahan untuk menuntut ketika kasus tersebut dibawa menuju pengadilan, itulah gunanya sarung tangan.


***


 Ketika Intan berhasil memasuki rumah dan menuju kamar orang tuanya, kamar tersebut terlihat dalam keadaan tertutup dan ia juga tidak dapat melihat siapapun yang ada sekitarnya selain dirinya sendiri.


"Bu?" mencoba memanggilnya dengan nada pelan sembari menyalakan lampu kamar tersebut karena terlihat cukup gelap tak sulit untuk melihat apapun yang ada di dalam sana.


 Tidak ada siapapun di ruangan itu, Intan sama sekali tidak dapat menemukan orang-orang yang sebelumnya sempat di ruangan tersebut bersama ibunya sebelumnya. Seseorang yang kemungkinan merupakan ibunya terlihat sedang berada di atas kasur dengan ditutupi menggunakan selimut secara sengaja layaknya seseorang yang sedang tidur seperti pada umumnya.

 Awalnya, Intan sama sekali tidak mendapat tanggapan dari ibunya meskipun ia telah memanggilnya berulang kali. Mencoba untuk berpikiran positif, Intan menggoyangkan punggung ibunya untuk sekedar membangunkannya namun hasilnya tetap sama saja.


"Aaa..."


 Tidak percaya dengan apa yang ia lihat kali ini, setelah menyingkap apa yang ada di dalam selimut, kini dapat terlihat jelas bagaimana kondisi ibunya yang terlihat sudah pucat tanpa mengeluarkan nafas maupun mendetakkan denyut jantung sedikitpun, ibunya telah meninggal.


"Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuu!!!"


***


Intan berdiri dalam diam sekaligus menatap dengan sangat tajam menuju sebuah rumah besar yang ada di kejauhan. Ia telah bertumbuh tinggi dan tak terasa beberapa tahun telah berlalu semenjak kematian ibu beserta kakaknya.


"Kepala sekolah brengsek!"


 Setelah semua hal yang dengan terpaksa harus ia lewati sendirian, Intan telah merencanakan secara mendetail untuk membalas dendam dengan apa yang telah menimpa keluarganya. Pertama kakaknya, lalu menjadi ibunya, semua kejadian yang saling berkaitan antar satu sama lain membuatnya harus menghilang selama dua setengah tahun lalu dengan sengaja kembali menuju sekolah tersebut dengan penampilan yang sangat berbeda dan sedikit merubah identitas dirinya tanpa menghilangkan nama Intan sebagai nama asli.


"Mereka semua harus merasakan pembalasannya..." memasang sebuah topeng berwarna hitam polos tanpa ada corak apapun, hoddie untuk menutupi ikat rambutnya dan merupakan sebuah setelan hitam pekat dari atas hingga menuju ke bawah.


 Tanpa identitas dan tidak meninggalkan sidik jari, kehadiran Intan merupakan sosok yang sebenarnya harus diwaspadai jika kalian ingin tetap hidup sedikit lebih lama. Bergerak dengan cepat sembari menghindari berbagai titik yang menjadi area pengawasan cctv, Intan melakukan semuanya dengan senyap dan merupakan pergerakan yang telah ia latih selama dua setengah tahun.

 Ia sama sekali tidak merasa kesulitan untuk melangkah di tempat yang tempat karena sebelumnya Intan telah menghafalkan titik-titik yang harus ia hindari.

 Untuk membuatnya menjadi senatural mungkin Intan sengaja tidak mematikan sistem pengamanan yang ada di dalam rumah target untuk tidak menimbulkan kecurigaan yang ada. Dengan sedikit melakukan permainan kecil, layar cctv akan tetap menampilkan sebuah rekaman yang direkam selama satu menit dan akan terus diputar selama yang Intan inginkan sehingga jika diperiksa melalui jejak rekaman, tidak akan terlihat siapapun ada disana.


"Cctv udah terkendali.." batinnya sembari melompati pagar yang cukup tinggi dengan santai tanpa merasa kesulitan sedikitpun dengan tangan kosong.


 Setelah berhasil masuk ke dalam area rumah, Intan sama sekali tidak membuang waktunya yang ada disitu dengan cara langsung masuk melalui pintu yang ada di depan rumah. Jam telah menujukkan pukul dua belas malam sementara Intan harus menghadapi sebuah pintu yang dikunci dengan alat elektronik. Jika ia melakukan sedikit kesalahan, maka alarm akan langsung berbunyi sangat keras dan seluruh penghuni rumah akan bangun saat itu juga.


***


Klik


 Dengan menggunakan sedikit trik, Intan dapat membuka pintu yang ada di hadapannya tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Keadaan masih cukup tenang dan ia langsung menutup kembali pintu tersebut setelah berhasil masuk ke dalam.


"Hmm." mencoba memastikan keadaan di sekitarnya sekali lagi untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang datang dengan tak terduga.


 Tidak ada orang yang sedang terbangun pada waktu itu, semuanya sedang tidur di ruangan masing-masing dan menyisakan dirinya seorang yang sedang berkeliaran di dalam rumah. Beberapa cctv pemilik rumah yang dipasang di dalam sudah tidak menjadi masalah baginya karena ia telah mengamankan hal tersebut sebelumnya, membuatnya dapat melakukan pergerakan dengan bebas tanpa harus takut akan meninggalkan jejak untuk para penyidik jika diangkat menjadi sebuah kasus nantinya.

 Keadaan juga tidak terlalu terang karena hanya beberapa lampu yang dinyalakan dari jumlah total. Intan yang sebelumnya telah mempelajari denah rumah secara keseluruhan hingga bagian detail sekalipun tidak ia lewatkan telah mengetahui harus melakukan apa setelah ini.


"Ini dia kamarnya." berdiri di depan sebuah kamar yang terletak di lantai dua yang memiliki pintu jati berwarna coklat tua.


 Menyiapkan sebuah pistol berwarna hitam gelap yang sedari tadi ia sembunyikan, Intan memasang peredam terlebih dahulu karena jika dibawa dalam keadaan utuh akan terlalu menyulitkan pergerakan dirinya ketika harus bergerak cepat.


(Suara pintu terbuka)


 "Halo" mengucapkan salam pembuka ketika melihat sosok pemuda yang ternyata belum tertidur dan sedang mengutak-atik sesuatu di depan layar komputer yang ada di hadapannya.

"Sia-"


 Semuanya terjadi begitu cepat, ketika pemuda tersebut menoleh ke arah seseorang yang menggunakan topeng tiba-tiba muncul dari pintu kamarnya, Intan langsung menarik pelatuk miliknya tanpa membiarkan ia berhasil menyelesaikan kalimat yang lawan bicaranya akan lontarkan.

 Sebuah tembakan yang berhasil tepat mengenai dahi hingga menembus kepala, orang tersebut langsung tewas dalam seperkian detik berikutnya. Tak pelak, darah pun juga ikut mengalir.


"Haha"


 Intan sangat suka melihat ini, melihat dirinya sendiri dapat membunuh seseorang tanpa harus takut untuk ketahuan. Peluru yang barusan ia gunakan bukanlah sebuah peluru biasa. Tak peduli dimanapun peluru itu mengenai bagian tubuh, baik kaki atapun bagian yang lain, maka siapapun yang terkena peluru tersebut akan langsung mati karena setelah peluru tersebut menembus tubuh, peluru akan langsung mencair akibat efek korosif (beracun) yang dipicu oleh gesekan beserta kandungan air yang ada pada dalam tubuh.


"Khusus untuk kamu, emang harus ditembak di kepala loh." bisik Intan pelan di dekat tubuh pemuda tersebut.


 Belum selesai sampai disitu, Intan langsung menjambak rambut pemuda tersebut ke belakang lalu menggorok lehernya dari depan menggunakan pisau hingga benar-benar terputus dari tubuh asalnya.

"Gara-gara kamu, kakakku jadi mati." menatap dengan tajam ke arah kepala yang telah terputus yang sedang ia genggam di hadapannya.


 Sebenarnya Intan ingin segera melempar kepala tersebut lalu menginjak-injaknya dengan keras, namun karena masih akan berguna ia memutuskan untuk melakukannya nanti dan melangkah menuju tempat yang lain diikuti dengan kembali menutup pintu kamar seakan-akan tidak ada yang pernah terjadi di dalam sana malam ini.


***


"Tebak ini siapa hayo?" mengangkat sebuah kepala yang sebelumnya telah ia gorok dan sengaja menunjukkannya menuju orang yang ada di hadapannya.


Intan telah membunuh istri yang sebelumnya sempat tertidur disamping pria yang ada di hadapannya, menyisakan orang tersebut sebagai orang terakhir karena Intan tak ingin mengakhiri ini semua dengan cepat, ia ingin melihat orang tersebut menderita terlebih dahulu.


"I i itu.." dengan nada gemetaran sembari menunjuk ke sebuah kepala yang merupakan anaknya sendiri. Melihat Intan dengan santainya Intan membawa kepala tersebut yang telah ia gorok sebelumnya.

"Nih, aku kembaliin." melempar kepala tersebut menuju ayahnya yang tersayang.


 Belum selesai sampai disitu, Intan langsung mendekati pria tersebut dengan menggenggam sesuatu di salah satu tangannya kali ini. Tepat setelah kepala yang telah ia lempar sebelumnya berhasil ditangkap, Intan memanfaatkan kesempatan itu untuk menyuntikkan sesuatu di bagian leher, membuatnya menjadi merasa lemas dan perlahan-lahan menjadi kehilangan kendali atas kesadarannya sendiri.


"Masih terlalu cepat untuk mati, hahaha." sengaja tidak langsung membunuhnya karena ia masih ingin menikmati ini sedikit lebih lama lagi.


 Efek dari kandungan obat yang telah ia masukkan menuju ke dalam alat suntik tidak terlalu lama karena setelah ia berhasil menginjeksi target, obat akan segera menyebar ke seluruh penjuru tubuh dalam hitungan detik.

 Berbeda dengan kandungan obat bius yang seperti biasanya, Intan telah menambahkan beberapa kandungan zat lain yang tidak langsung dicampur menjadi satu karena setiap alat memiliki fungsi tersendiri.


"Ugh, berat."


 Tak ingin bersusah payah untuk membawa tubuh pria tersebut, Intan langsung menjatuhkan tubuh tersebut dari atas kasur untuk mempercepat. Setelah berhasil jatuh, ia terus menariknya keluar dari kamar hingga sampai menuju pintu bagian depan, sementara untuk kepala yang sebelumnya tetap dibiarkan berada di atas kasur dan sengaja tidak diapa-apakan lagi karena Intan sudah bosan.

 Dari pintu depan, Intan terus membawanya hingga sampai berada di halaman rumah dan menggeletakkan tubuhnya begitu saja di atas rumput.


"Pake yang mana dulu ya?" sedang menggenggam dua buah alat suntik yang memiliki kandungan ssangat berbeda antar satu sama lain.


 Sebuah suntik yang merupakan obat adrenalin atau dalam bahasa medis dinamakan Epinehphrine. Jika Intan menyuntikkan obat tersebut setelah ini, maka kepala sekolah akan terbangun tanpa memperdulikan ia telah terbius atau tidak sebelumnya karena fungsi adrenalin sendiri adalah mempercepat kinerja jantung dari yang seharusnya.


Catatan:

 Epinephrine atau adrenalin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati reaksi yang dapat membahayakan nyawa, yaitu syok anafilaktik. Alergi yang dapat menyebabkan syok anafilaktik dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti gigitan serangga, kutu, lateks, obat-obatan, dan makanan. Epinephrine akan meredakan reaksi alergi tersebut dengan melemaskan otot-otot saluran pernapasan dan mempersempit pembuluh darah, sehingga napas menjadi lega dan aliran darah ke sel tetap terjaga.

 Selain untuk mengatasi reaksi alergi, epinephrine juga diberikan saat tindakan resusitasi jantung paru, pada pasien yang mengalami henti jantung dan henti napas. Epinephrine dapat diberikan kepada orang dewasa maupun anak-anak.


 Sementara untuk kandungan yang ada di alat suntik yang kedua adalah Neurotoksin tetapi tidak akan Intan suntikkan terlebih dahulu, karena jika iya, jantungnya bisa-bisa akan langsung pecah dan kepala sekolah akan lebih cepat mati dari yang ia inginkan.


*Neurotoksin adalah racun yang menyerang sistem syaraf dan mengganggu penghantaran sinyal pada neuron untuk berkomunikasi secara efektif. Komposisi neurotoksin dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pre-synaptic neurotoxins terdapat pada family ular (Elapidae dan beberapa Viperidae) mengandung phospholipases A2 yang dapat merusak ujung syaraf ditandai dengan terlepasnya transmitter asetilkolin. 2. Post-synaptic neurotoxins (Elapidae) mengandung polipeptida lengkap dengan asetilkolin sebagai reseptor di dalam pertemuan neuromuscular dan mampu menyebabkan kelumpuhan.


"Ssst" bisiknya sembari memasang lakban untuk menutupi mulut sang kepala sekolah.


 Kali ini ia tidak bisa berbuat apa-apa karena meskipun dirinya sedang tidak dalam terikat, tapi entah mengapa tubuhnya menjadi tidak bisa digerakkan setelah disuntik oleh Intan.


***


 Bagi Intan, tidak ada yang lebih mengasikkan daripada membunuh seseorang secara terang-terangan, itulah alasan mengapa ia menyeret tubuh sang kepala sekolah menuju halaman depan rumah.

 Ingin merasakan sebuah sensasi yang berupa kemungkinan akan ketahuan oleh seseorang yang melihat aktivitasnya kali ini, yah meskipun pada akhirnya Intan akan tetap membunuh semua saksi yang terlibat tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.


"Sekarang, mari kita mulai pertunjukkan yang sebenarnya."


 Dengan cepat Intan mengeluarkan dua buah pisau bedah nomor 11 dan 15 yang ia sembunyikan sedari tadi. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, ia langsung memulainya dengan cara mengiris jari tengah tangan kanan kepala sekolah menggunakan pisau bedah nomor lima belas

 Terus menarik ujung pisau tersebut hingga pada akhirnya berhenti tepat di bagian ujung siku, merupakan sebuah tarikan yang dilakukan begitu cepat dan sangat rapi hingga tanpa kepala sekolah sadari, Intan telah membelah kulit atas tangan kanan miliknya menjadi dua bagian dalam sekejap.

 Membiarkan darah yang sebelumnya berada di dalam menjadi keluar, kepala sekolah bahkan tidak bisa berteriak untuk meminta tolong meskipun Intan tidak menutup mulutnya menggunakan benda apapun.


"Si sial, aku ga bisa menggerakkan mulutku sendiri." meringis kesakitan dengan apa yang telah Intan perbuat.


 Sengaja tidak menusuk terlalu dalam, karena seperti yang telah Intan inginkan sebelumnya, ia ingin sang kepala sekolah mati secara perlahan-lahan dan merasakan kematian dengan penuh penderitaan.


"Kira-kira apa yang bakal terjadi ya kalo luka ga segera ditutup?" melontarkan sebuah pertanyaan secara asal.

"Apa? ga denger?

"Ngomong apa sih?"

"Oh, infeksi hahaha."


 Selain potensi akan terjadi anemia (kekurangan darah merah), baik bakteri, virus, jamur, atau parasit dan sejenisnya yang terbawa oleh udara dapat menyebabkan infeksi kulit jika sebuah luka tidak dengan segera ditutup menggunakan jahitan.


"Kalo infeksinya udah menyebar terlalu jauh biasanya kan dokter nyuruh amputasi.."

"Saya siap bantu amputasi tangan bapak kok sebelum semakin parah."

"Saya mulai sekarang ya, pak."


 Mengeluarkan pisau lain dan terlihat lebih besar dari ukuran yang ia pakai sebelumnya karena tentunya yang tadi adalah pisau yang digunakan untuk membedah, Intan kembali menyutikkan suntikan kedua menuju perut yang berisi neurotoksin atau dengan kata lain racun.

 Jika diinjeksi secara bersamaan dengan adrenalin memang akan langsung membuat seseorang mati di tempat, namun jika terdapat interval waktu kapan kedua benda tersebut diinjeksi maka orang tersebut tidak akan langsung mati meskipun pada akhirnya akan mati.


"Bapak kan ga butuh kaki, saya bantu lepas ya."


 Dengan brutal Intan menghujamkan pisau miliknya ke arah kaki yang ada di hadapannya berulang kali hingga benar-benar terputus dari tempat asalnya. Dilanjutkan dengan melakukan hal yang sama kepada anggota tubuh yang tersisa.

 Tak peduli apakah racunnya telah bekerja terlebih dahulu ataupun tidak, sekarang orang yang sama sekali tidak pantas untuk disebut sebagai pria benar-benar tidak dapat bergerak setelah racun berhasil menjalar menuju ke seluruh bagian tubuh dan disaat yang sama kehilangan dua kaki beserta tangan miliknya


 "Yahhh, ko udah mati duluan sih." melihat kepala sekolah mati dengan kedua bola mata dalam keadaan terbuka.


 Sebagai pelengkap, ia ikut menggorok leher kepala sekolah hingga seutuhnya putus dan jika dilihat dari jauh, keadaan mayat tersebut sangat mengenaskan. Tanpa ada kaki, tangan, bahkan kepala dalam satu tubuh, semuanya benar-benar terpisah dari tempat yang seharusnya.


#TBC

Continue Reading

You'll Also Like

56.3K 6.7K 176
"Lin Shi adalah pendosa seluruh industri film!" "Lin Shi, aku ingin meminta maaf kepada seluruh penonton jaringan!" "Lin adalah pencuri tua, aku ti...
28.3K 3.1K 39
[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Mengandung ketegangan yang berkepanjangan > Penakut jangan baca "Bangunan yang orang lai...
1.4M 88.3K 32
Kisah ini, berawal dari kepindahan keluarga Maleka ke Kota besar itu. Gabriel Maleka, adalah seorang Dokter Jiwa yang bekerja disebuah Rumah Sakit Ji...
23.6K 2.2K 17
"Cinta terbaik adalah disaat kamu mencintai seseorang yang membuat akhlakmu semakin baik, jiwamu semakin damai, dan hatimu semakin bijak. " -Habib U...