EVALARA [✔]

Від iyanapelangi

130K 8.9K 183

"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi denga... Більше

[PROLOG]
[EVALARA • 1]
[EVALARA • 2]
[EVALARA • 3]
[EVALARA • 4]
[EVALARA • 5]
[EVALARA • 6]
[EVALARA • 7]
[EVALARA • 8]
[EVALARA • 9]
[EVALARA • 10]
[EVALARA • 11]
[EVALARA • 12]
[EVALARA • 13]
[EVALARA • 14]
INFO
[EVALARA • 15]
[EVALARA • 16]
[EVALARA • 17]
[EVALARA • 18]
[EVALARA • 19]
[EVALARA • 20]
[EVALARA • 21]
[EVALARA • 22]
[EVALARA • 23]
[EVALARA • 24]
[EVALARA • 25]
[EVALARA • 26]
[EVALARA • 27]
[EVALARA • 28]
[EVALARA • 29]
[EVALARA • 30]
[EVALARA • 31]
[EVALARA • 32]
[EVALARA • 33]
[EVALARA • 34]
[EVALARA • 35]
[EVALARA • 36]
[EVALARA • 37]
[EVALARA • 38]
[EVALARA • 40]
[EPILOG]
EKSTRA PART [1]
EKSTRA PART [2]
SEQUEL
PERHATIAN!

[EVALARA • 39]

1.9K 125 0
Від iyanapelangi

Beberapa bulan kemudian...

"Besok kita Ujian Nasional. Lo kenapa pada santai aja sih?!" Tanya Ersya kesal saat melihat kedua sahabatnya sibuk bermain game online di ponsel mereka masing-masing. Ersya geram, kalau sudah bermain game suka lupa diri.

"Woy, bangsat lo berdua!"

Masih saja tidak dihiraukan oleh kedua cowok itu. Ersya mendengus dan memilih untuk ikut-ikutan bermain game di ponselnya. Kuotanya sedang habis, otomatis ia hanya memainkan game pou di ponselnya.

"Anjir, kayak bocah lo main game pou," cibir Evan tanpa menatap Ersya sekalipun. Ersya memutar bola matanya malas,

"Suka-suka lah! Sewot amat,"

Laras bernafas lega saat keluar dari ruang ujian. Soal ujian Bahasa Indonesia tadi benar-benar membuatnya kesal. Ditambah lagi komputer yang ia gunakan untuk menjawab soal malah mati tiba-tiba. Jadi gadis itu harus me-login lagi dan untungnya jawaban yang sudah ia jawab tidak terhapus begitu saja. Benar-benar menguji kesabaran banget.

Ia merasakan seseorang menepuk pelan pundaknya, ternyata Evan. Mengingat Evan memang seruangan dengannya, cowok itu selalu saja curi-curi pandang ke arahnya. Sadam kedapatan sesi satu, sedangkan Evan, Ersya dan Laras kedapatan sesi tiga.

Hari sudah sore, pada saat Evan menyuruh Laras naik ke motornya, tiba-tiba Arga turun dari mobil dan mendekat pada dua remaja berseragam putih abu-abu itu.

"Hai, Ras," sapa guru les gadis itu. Evan memutar bola mata malas,

"Ada apa?" Bukan Laras yang menjawab, tapi Evan yang manyahut.

"Ini, ada sesuatu buat Laras. Jaga dengan baik ya," ucapnya sembari menyodorkan sekotak kado untuk Laras. Evan berdecak, lalu mendorong kotak itu,

"Gak usah lah kasih Laras apa-apa! Sok baik banget sih, cuma sekedar guru les kan?" Tanya Evan sarkas. Cowok itu menoleh ke belakang, melihat Laras menerima kotak itu dengan senang hati. Evan menganga lebar,

"Gapapa kali, Van. Kak Arga udah cape-cape beliin Laras. Hargain,"

Evan tidak percaya dengan Laras yang mudahnya menerima kotak hadiah pemberian Arga. Evan menatap Arga tajam, tapi yang ditatap malah senyum-senyum menatap Laras.

"Makasih ya, kak! Berkat saya les sama kakak, saya jadi pintar matematika, meskipun dikit hehe,"

Arga mengangguk, "sama-sama. Sudah menjadi kewajiban saya buat ngajarin kamu. Semangat UN nya ya, masih ada tiga hari lagi kan? Oh iya, jaga barang itu baik-baik. Saya pamit. Kalau kamu sama pacar kamu mau main ke rumah saya, boleh aja. Nanti saya share loc lewat What's App.

Evan mendengus, sampai kapan drama ini berakhir?

"Udah ngomongnya?" Tanya Evan yang membuat Arga tersenyum tipis. Ia menepuk pelan pundak Evan, namun segera ditepis oleh Evan,

"Hati-hati bawa motornya,"

Tanpa menjawab ucapan Arga, cowok itu langsung melajukan motornya meninggalkan area sekolah. Arga menghembuskan nafas pelan, dan ia mendapat pesan dari Mila kalau cewek itu minta diantarkan ke salon.

"Rambut lo mirip anak ayam, Mil," kata Arga yang membuat Mila tak segan-segan memukul abang sepupunya itu.

"Asal ngomong aja! Ini tuh model yang gue lagi pengen tau!"

"Belum lulus jangan di warnain dulu rambutnya, Mil. Entar dimarahin guru BK syukur!"

"Ah, biarin aja. Suka-suka Mila!" Sahut cewek itu sambil mengibaskan rambutnya yang berwarna biru tua di ujungnya. Gadis itu memilih untuk berjalan meninggalkan Arga yang masih mematung di tempat. Tiba-tiba matanya terbelalak saat melihat mantan kekasihnya sedang berjalan memasuki salon bersama cowok yang ia yakini adalah pacar barunya.

Ia berdecih sinis, "cih, belum ada setahun mutusin gue malah pacaran lagi sama cowok lain,"

Dasar mantan, bilangnya 'gue gak akan pergi ninggalin lo,' eh tapi malah dia yang pergi meninggalkan luka. Ya udah, maklumin aja. Namanya juga mantan.

Motor matic hitam yang Evan kendarai pun sampai di depan rumah Laras. Cewek itu melepas helm dan memberikannya pada cowok itu,

"Semangat buat besok ujian hari keduanya. Btw itu kadonya entar jangan dipandangin terus! Gue gak suka!"

Laras mendengus, possesifnya mulai lagi kan?

"Lo itu bukan pacar gue, Van! Ngapain sih pake acara larang-larang gue?"

"Apa salahnya kalau mantan masih peduli sama lo? Balas Evan enteng. Laras mendengus dan memilih untuk berjalan masuk ke dalam. Tapi Evan menahan tangan gadis itu dan wajahnya perlahan mendekat dan semakin mendekat hingga Laras merasakan nafas Evan yang semakin dekat kepadanya. Laras memilih untuk memejamkan matanya saja,

Tapi setelah itu...

"Tenang aja, gue gak bakal cium lo. Cie pengen banget ya?"

Sialan! Wajah Laras sudah merah sekarang. Langsung saja ia memukul kepala cowok didepannya tanpa ampun. Cowok itu berusaha menghindar dan menghalangi pukulan gadis itu dengan tangannya.

"Ih, iyaa ampun!!!" Jeritnya. Laras pun memilih untuk berbalik masuk ke dalam dan Evan masih terbahak-bahak disana.

"Dasar cewek. Untung sayang,"

Tak terasa, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sudah selesai dilaksanakan kemarin. Hari ini semua kelas 12 diliburkan. Masuk kembali bulan depan untuk memberi tahu pengumuman kelulusan dan acara prom night yang diadakan oleh SMA Pasifik.

Sekarang Laras berada di rumah Evan. Ia menemani Dita bermain boneka dan masak-masakan di ruang tengah. Sedangkan Evan sedang asik renang di kolam renang belakang rumahnya. Evan tidak sendiri, ia mengajak dua dayangnya untuk ikut berenang bersama.

"Tante masak apa?" Tanya Laras pada Tria yang sedang sibuk memasukan bahan-bahan mentah untuk di mixer. Sepertinya Tria ingin membuat kue.

"Lagi mau masak kue, sayang. Mau bantuin?"

Laras langsung mengangguk cepat, hitung-hitung ia ingin belajar caranya membuat kue.

"Boleh banget, tante. Laras pengen tahu gimana caranya bikin kue hehe,"

Tria tersenyum dan mulai membuat adonan dengan di mixer hingga semua bahan-bahan yang sudah dimasukan tadi merata dan tercampur semua. Setelah adonan dirasa sudah mengembang, Tria memasukan adonan kue tadi ke atas loyang yang sudah diolesi mentega sebelumnya. Wanita paruh baya itu tampak lihai memasukan adonan itu ke loyang dan setelah itu barulah adonan tadi dimasukan ke dalam oven selama beberapa menit.

"Tan, Laras mau ke kolam renang belakang sebentar, boleh?" Izin Laras yang sejak tadi duduk di kursi meja makan, Tria mengangguk dan gadis itupun langsung melangkahkan kakinya ke arah kolam renang belakang rumah Evan.

"Evan.."panggil Laras lembut hingga ketiga cowok itu menoleh.

"Apa sayang?" Tanya Evan yang masih berada di air. Cowok itu perlahan ke pinggir dan menopang dagunya, menatap cewek itu dari bawah,

"Belum kelar renangnya?"

Cowok itu menggeleng, "belum, kenapa emang?"

"Gapapa sih. Cuma nanya aja. Hm, yaudah aku ke belakang lagi, ya," pamit Laras. Tapi seketika Laras terkejut saat Evan memaksa gadis itu agar berputar menghadap ke arahnya. Ia dikejutkan lagi dengan aksi Evan yang membawa gadis itu ke dalam air.

Evan tertawa keras saat melihat Laras yang basah kuyup dan terendam air di sebelahnya. Gadis itu mengibaskan air  sambil mengusap wajahnya,

"Ihhh!!!! EVAN!!! BASAH TAUUU!!"

"Ya terus kalau basah kenapa hm?" Tanya Evan dengan senyum smirknya. Sadam dan Ersya hanya terkikik sembari berpura-pura tidak tahu apa-apa.

"Eh, eh lo mau apa?" Tanya Laras panik saat melihat Evan semakin mendekat padanya. Laras pun yang sedang berusaha mundur di kolam renang inipun akhirnya tidak bisa mundur lagi.

"Mau ulangin gak yang kayak di lorong sekolah waktu itu?" Tanya Evan lembut sembari mengelus pipi Laras. Laras melotot dan langsung menggeleng cepat,

"Gakk!! Gue gak mau!"

"Ayolah,"

Laras menggeleng, tubuhnya sudah menggigil kedinginan sekarang. Evan tertawa melihat ekspresi panik dari Laras. Ia mengacak-acak rambut basah gadis itu,

"Gak gue gak bakal apa-apain. Yok ke dalam. Ganti baju,"

"Tapi kan gue gak bawa baju!!"

"Kan bisa pinjem punya bunda," sahut Evan enteng. Cowok itu sudah naik ke atas dan mengeringkan rambut juga tubuhnya dengan handuk. Ia tergiur melihat dada bidang cowok itu, otot-ototnya tercetak jelas disana. Ia meneguk salivanya kasar, ingin sekali ia memegang dada cowok itu. Tuhkan! Pikiran Laras mulai kacau kemana-mana. Ambyar!

"Hayo liatin apa?!" Tanya Evan yang membuat Laras salah tingkah. Kecyduk oleh cowok itu,

"Gak kok gak liat apa-apa! Gak usah kepedean!"

"Idih.. yaudah gue kedalem bentar ya. Mau ganti baju abis itu bawain baju buat lo," pamit Evan yang langsung masuk ke dalam rumah bersama dua sahabatnya.

Pada saat melewati dapur, ketiga cowok itu tampak tergiur dengan kue yang sedang diolesi krim oleh Tria. Ketiganya langsung mendekat dengan keadaan masih setengah basah setelah berenang tadi.

"Ih, kalian bertiga ganti baju dulu sana di atas! Ini kue dimakan ramai-ramai ya. Bukan cuma buat kalian bertiga aja. Laras diajak juga,"

Evan mendengus dan mengangguk. Ketiga cowok itu akhirnya pergi menuju kamar milik Evan.

"Bunnn!!" Teriak Evan dari atas. Tria membalasnya dengan teriakan juga,

"Apasih, Van?"

"Pinjemin baju buat Laras dong!!"

"Loh? Laras kenapa?!"

"Abis kecebur tadi!!"

"Asstagfirullah, Evan!!"

Sekarang keempat remaja itu sudah berkumpul di ruang tamu rumah Evan Ramdani. Laras tampak cantik dengan baju kaos lengan panjang dan rok selutut milik Tria saat masih muda dulu.

"Ras, aaa.." kata Evan sambil menyuruh Laras agar membuka mulutnya. Laras mengangguk dan mulai melahap kue yang Evan suapkan tadi.

Kue buatan Tria memang enak. Laras mengakui hal itu.

Tiba-tiba ponsel Laras berbunyi, melihat ada nama Ferdi disana. Ia langsung mengangkat panggilan itu,

"Iya, Yah?"

"Kamu dimana? Ayah jemput ya. Kita kerumah sakit sekarang,"

"Loh, siapa yang sakit, Yah?!" Tanya Laras panik. Evan, Sadam dan Ersya juga ikut panik saat melihat Laras bertelepon.

"Mama pingsan tadi. Kamu dimana?"

"Di-di rumah Evan, Yah,"

"Ayah otw kesana,"

Tut tut tut.

"Van, Dam, Sya, gue izin pulang yaa. Ini, ayah udah nelfon mau jemput Laras,"

"Emang siapa yang sakit, Ras?" Tanya Ersya bingung,

"Iya, siapa emang?" Sahut Sadam ikut menimpali.

"Mama, dia pingsan. Udah dibawa ke rumah sakit. Nanti Ayah jemput kesini,"

Evan berdiri dan meraih kedua tangan gadis itu, "besok gue dateng ke rumah sakit. Lo yang tenang, Ras,"

Laras mengangguk dan berbalik badan setelah pamit kepada semuanya. Mobil Ferdi sudah berhenti didepan rumah Evan. Mobil kaca terbuka, lalu menyuruh Laras masuk. Tiba-tiba matanya terkejut melihat Mila datang bersama Arga di belakang.

"Loh, Yah? Kok ada mereka? Ayah kenal sama mereka?" Tanya Laras.

Sepertinya Laras belum tahu kalau Mila adalah anak tiri Ferdi.

"Dia anak tiri Ayah. Lagipula Mila ini satu sekolah kan sama kamu?"

Mata Laras terbelalak lebar, "yah? Kok aku baru tahu?"

"Iyalah, kamu nya aja gak pernah nanya,"

Mila terkekeh dan mencubit gemas Laras yang duduk didepan,

"Jangan kaget gitu ah! Tenang aja,"

"Pantesan, dulu aku pernah lihat Ayah dateng ke sekolahan," ujar Laras sembari mengingat-ingat kejadian dulu. Ferdi tersenyum dan mengacak-acak rambut putrinya,

"Ya sudah. Sekarang kalian bertiga doain yang terbaik buat mama. Semoga dia gak kenapa-napa,"

Mendengar itu, Laras menjadi khawatir. Ia tidak ingin Elsa kenapa-napa.

Laras menarik kursi lalu duduk di samping wanita yang sedang terbaring lemah dengan mata terpejam di atas brankar rumah sakit. Laras menggenggam tangan Elsa yang tidak tertancap jarum infus,

"Ma, maafin Laras. Kalau tau, mungkin Laras langsung pulang," lirih Laras yang membuat Mila tidak tega untuk segera memeluk tubuh gadis itu. Arga yang melihatnya pun ikut-ikutan sedih, iba pada Laras tentunya.

"Ras, lo harus kuat,"

Laras mengangguk dan ia kembali terisak. Mila memeluk lagi tubuh Laras untuk menenangkannya.

"Udah, jangan nangis. Gue yakin, gak lama lagi tante Elsa bakalan bangun," ujar Mila yakin. Laras mengangguk pasrah dan mengusap air matanya dengan punggung tangannya,

"Gue haus, Mil,"

Arga mengeluarkan botol air dingin dari kantong plastik, "nih, minum,"

Laras menerimanya dan langsung meminumnya hingga sisa setengah. Ia mengembalikan lagi pada cowok itu,

"Kenapa dikembaliin?"

"Pegang dulu,"

Arga mengangguk lalu menaruh botol air itu di atas nakas. Laras kembali menatap wajah tenang Elsa yang sedang tertidur. Arga dan Mila sudah pamit keluar untuk pulang. Laras pun merasa ngantuk dan akhirnya ia tertidur di samping brankar Elsa. Ia berharap, saat bangun nanti Elsa sudah sadar.

MAAP KALAU NGEBOSENIN:(((

KALAU ADA TYPO KSH TAUUU

FOLLOW :
frchmd_

FEBRIYANTI
ISTRI SAH V BTS .


Продовжити читання

Вам також сподобається

BINTANGAILEEN✔️ Від Caramelmochiato_

Підліткова література

7.8K 528 32
Menyatakan perasaan lewat tantangan di terima karena suatu alasan? Bagaimana perasaan mu jika kamu berada di posisi seperti itu? Singkat cerita Ailee...
ILY KETUA OSIS [SUDAH TERBIT] Від IntanAy

Підліткова література

255K 7.2K 44
Ini cerita tentang Kayra yang menyukai seorang ketua osis disekolahnya yang terkenal akan ketampananya dan keahlianya dalam bermain basket. Awal mula...
Samudra {COMPLETED} Від qory diana

Підліткова література

2.3M 98.3K 40
Berawal dari sekuter butut yang tak sengaja menabrak motor sport miliknya, membuat samudra sangat dongkol dengan si empunya sekuter "Woy liat liat d...
211K 9K 35
Vector ; Mirasusanti916 Kisah 2 remaja SMA yang saling mencintai namun memilih untuk diam dan membiarkan takdir untuk mempersatukan mereka Shakira An...