EVALARA [✔]

By iyanapelangi

130K 8.9K 183

"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi denga... More

[PROLOG]
[EVALARA • 1]
[EVALARA • 2]
[EVALARA • 3]
[EVALARA • 4]
[EVALARA • 5]
[EVALARA • 6]
[EVALARA • 7]
[EVALARA • 8]
[EVALARA • 9]
[EVALARA • 10]
[EVALARA • 11]
[EVALARA • 12]
[EVALARA • 13]
[EVALARA • 14]
INFO
[EVALARA • 15]
[EVALARA • 16]
[EVALARA • 17]
[EVALARA • 18]
[EVALARA • 19]
[EVALARA • 20]
[EVALARA • 21]
[EVALARA • 22]
[EVALARA • 23]
[EVALARA • 24]
[EVALARA • 25]
[EVALARA • 26]
[EVALARA • 27]
[EVALARA • 28]
[EVALARA • 29]
[EVALARA • 30]
[EVALARA • 31]
[EVALARA • 32]
[EVALARA • 33]
[EVALARA • 34]
[EVALARA • 35]
[EVALARA • 36]
[EVALARA • 38]
[EVALARA • 39]
[EVALARA • 40]
[EPILOG]
EKSTRA PART [1]
EKSTRA PART [2]
SEQUEL
PERHATIAN!

[EVALARA • 37]

1.8K 126 0
By iyanapelangi

Gadis cantik berambut panjang itu turun dari tangga sambil membawa kopernya. Elsa yang sedang sarapan pagi pun mengernyitkan dahinya heran,

"Loh, Ras? Kamu mau kemana?"

"Ke Bandung. Nginep hehe," jawab Laras tanpa menghilangkan senyuman itu dari bibirnya. Elsa tersedak air minum, gadis itu langsung panik dan mendekati mamanya,

"Ma? Gak kenapa-napa kan?"

"Apa? Bandung? Berarti kamu izin sekolah?"

Laras mengangguk mantap dan matanya berbinar saat mendengar suara klakson mobil yang ia tahu itu adalah mobil Sadam.

"Tuh, Laras udah dijemput. Laras berangkat duluuuu. Mama hati-hati ya selama Laras tinggall!" Laras mengecup kedua pipi Elsa gantian. Elsa melongo menatap kepergian anaknya. Itu anak kenapa sih? Aneh banget. Gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba pengen pergi ke Bandung, nginep pula. Elsa membiarkan saja, namanya juga anak muda.

Laras sudah memasuki mobil yang Sadam bawa. Di sebelah gadis itu sudah ada Naura. Ternyata gadis itu ikut,

"Eh, Naura? Lo ikut?"

Naura tersenyum dan mengangguk, "hehe iya, kak. Sekali-kali gak masuk sekolah mah gak apa-apa," katanya bangga. Laras mengangguk saja dan membuka ponselnya. Bibirnya menarik seulas senyum saat melihat pesan yang dikirim Evan semenit yang lalu,

Selamat pagi kesayangannya Evan. Jangan lupa sarapan sebelum berangkat sekolah.

Laras tersenyum geli, padahal ia tidak sekolah sekarang. Sengaja, ia juga ke Bandung tidak memberi tahu cowok itu agar ia bisa memberi kejutan untuk Evan walau sederhana. Gadis itu mematikan ponselnya, lalu matanya menatap jalan tol dari jendela mobil di sampingnya.

"Bang Argaaaa!!!!" Pekik Mila histeris saat bertemu dengan abang sepupunya itu. Ia langsung memeluk tubuh Arga erat,

"Sendiri dirumah?"

"Iyaa, lagi pada pergi. Abang kesini sendiri?"

"Iyalah, sama siapa lagi?"

"Makanya, nikah! Kan enak kemana-mana bawa istri," cibir Mila yang membuat Arga ingin sekali menabok cewek itu.

Arga mendengus, ia datang kesini cuma untuk di bully oleh gadis berambut cokelat itu. Pelaku bully nya pun asik memakan keripik dari dalam toples dengan santai, memasang wajah tidak berdosa yang ingin sekali Arga cemplungkan cewek itu ke sungai amazon. Biarin, biar dimakan sama ikan piranha disana.

Arga menoleh kepada gadis itu, "eh, lo tau gak?"

"Apaan?"

"Gue kagum sama seseorang tau,"

Ucapan Arga membuat Mila terbahak-bahak. Gadis itu mengelus perutnya yang kesakitan akibat tertawa terlalu keras. Arga mengernyit bingung, dimana letak kelucuannya?

"Apaan? Kagum lo bilang? Idih, tumben amat. Udah move on dari siㅡ" Arga memotong ucapan Mila dengan membekap mulut gadis itu. Mila memukul-mukul tangan Arga, tapi cowok itu tak meresponnya,

"Jangan pernah sebut nama itu lagi," geram Arga yang membuat Mila mengangguk mengiyakan. Setelah tangan besar Arga terlepas, cewek itu mendelik tajam ke arah Arga,

"Emang orang yang lo kagumin siapa?" Tanya Mila bingung. Arga tersenyum manis, "ada, seseorang. Anak didikan les gue. Cantik banget gilaaa,"

Mila mendengus dan memutar bola matanya malas, "sok rahasiaan sama gue, awas lo,"

"Biarin aja. Mulut lo ember soalnya," balas Arga jujur.

"Tapi sayang sih, dia udah pacar," sambung Arga sedih. Arga menengadahkan kepalanya ke atas, menatap langit-langit ruang tamu dengan ekspresi yang sedih disana. Mila terkekeh,

"Cantik banget emang?"

"BANGET!"

"Tikung aja coba. Selagi janur kuning belum melengkung, apa salahnya?"

"Asstagfirullah, Mil. Gak boleh gitu. Masalahnya, cowoknya galak banget. Natap gue tajem waktu itu. Ga berani gue ambil ceweknya,"

Mila mendengus dan memilih untuk diam saja. Ia menyumpalkan kedua telinganya dengan headset saja. Memutar beberapa lagu yang diputar secara random.

"Tadi Evan telpon gue," kata Sadam tiba-tiba saat melihat Laras baru saja keluar dari kamar sewa di salah satu hotel di kota Bandung. Sadam sedang berdiri didepan kamarnya, entah sedang apa. Laras menoleh ke arah Sadam,

"Dia telpon lo? Dia bilang apa?" Tanya Laras penasaran, berharap kalau Evan menanyakan dirinya.

Sadam tersenyum, "dia bilang, katanya nanti siang jam satu acara olimpiade udah dimulai,"

Mata Laras berbinar, perlahan gadis itu mendekat dan memegang tangan Sadam, memasang wajah memohon,

"Terus-terus. Dia bilang apalagi? Lo tanya gak dia lombanya dimana? Terus lo tanya gak dia udah makan apa belum?"

Sadam melongo dan menoyor kening gadis itu, "yakalii gue nanya udah makan apa belum. Entar dia curiga kalau gue suka sama dia. Padahal gue cowok normal, masih doyan sama cewek,"

Laras terkekeh, dan ia mengeluarkan ponselnya dari kantong bajunya, "ihhh, nih dia kenapa nelpon disaat ponsel gue mati sih?!!!!" Kesal Laras sembari memandang ponselnya yang memperlihatkan riwayat panggilan dari cowok itu.

"Coba telpon lagi," saran Sadam. Cewek berjaket biru langit itu langsung menelepon cowok itu, berharap Evan akan mengangkat panggilannya.

Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan coba sesaat lagi.

Lagi-lagi, suara operator yang menjawabnya. Laras kesal dan langsung memasukan ponselnya ke dalam kantong jaketnya, menarik lengan cowok itu,

"Ehh, mau kemana?" Tanya Sadam bingung seraya memandang tangannya yang ditarik. Laras menoleh,

"Ayo, keliing kota Bandung bentar aja. Kali aja, dapet jajanan," jawab Laras dengan cengiran khasnya. Sadam mendengus dan menuruti keinginan gadis itu.

"Van, lo diem aja kenapa?" Tanya Rafa saat baru saja duduk di sebelah cowok itu. Evan menoleh dan menggeleng,

"Gue gapapa kok,"

"Kalau ada masalah, jangan terlalu dipikirin. Takutnya nanti siang lo gak fokus ikut olimpiadenya," kata Erlin yang tiba-tiba datang dengan membawa buku tebal fisika di tangannya.

"Bener kata Erlin, lo jangan terlalu pikirin,"

Evan mengangguk saja, dan kembali mengeluarkan ponselnya, memandangi aplikasi pesan dan berharap kalau Laras mengirimnya sebuah pesan. Tapi sayang, gadis itu sama sekali tidak mengirimi pesan. Evan mendengus sebal dan memasukan kembali ponselnya dalam jas almamater sekolah yang dikenakannya.

Sekarang masih jam sebelas siang, Laras dan Sadam sudah sampai di salah satu taman kota yang berada di kota Bandung. Mereka duduk di salah satu kursi panjang yang sudah disediakan disana. Ia menatap sekelilingnya, banyak orang-orang yang sedang asik berselfie ria, bahkan ada yang mengerjakan tugas kuliah di taman itu. Di tangan mereka berdua sudah ada sebungkus cilok yang di beli tadi didepan gerbang taman.

"Dam," panggil Laras, cowok itu bergumam pelan,

"Nanti siang gue mau nonton Evan olimpiade, temenin gue," pinta Laras dengan nada memohon. Sadam tampak berpikir sebentar, lalu mengangguk mengiyakan.

"Tapi ada baiknya lo pake masker ya, biar Evan gak ngeliat lo. Soalnya lo gak mau kan kedatangan lo kesini diketahui sama si Evan?" Laras mengangguk dan langsung melahap satu cilok ke dalam mulut mungilnya. Sial, lidahnya melepuh karena cilok yang masuk di mulutnya masih panas,

"DAMMMMM!!!!"

Sadam panik saat melihat Laras yang kepanasan di lidahnya. Gadis itu mengibaskan tangannya didekat mulutnya. Sadam langsung memberi sebotol air minum miliknya yang sama sekali belum dibuka dan diminum.

"Makanya, kalau makan tuh di tiup dulu. Rakus banget jadi cewek," cibir Sadam pelan namun masih terdengar jelas di telinga Laras. Gadia itu melotot dan menyentil kening Sadam,

"Kalau ngomong asal jeplak aja!" Protes Laras yang membuat Sadam terbahak. Tiba-tiba tangan Sadam terulur untuk menyingkirkan poni yang menutupi kening gadis itu, matanya menyipit saat melihat bekas luka akibat Ferdi beberapa tahun yang lalu. Laras yang tersadar karena tangan cowok itu memegang bekas luka dikeningnya langsung ditepis oleh gadis itu,

"Ngapain sih?!"

Sadam menggeleng dan tersenyum tipis, "lo masih benci sama bokap lo?"

Mendengar pertanyaan itu, Laras mendengus dan menggelengkan kepalanya pelan sembari menundukan kepala,

"Bokap udah berjuang banyak buat gue biar gue maafin dia. Dia nyesel, dulu mungkin karena efek dia abis minum-minum. Jadinya semua itu dipelampiasin ke gue yang bahkan masih kecil, gak tau apa-apa. Dia juga udah bikin gue koma di rumah sakit. Nyokap marah besar dan langsung minta cerai bokap waktu itu,"

Air mata Laras jatuh. Sadam tahu, dulu gadis ini pernah bertemu dengannya lalu memberi sebuah kapal mainan buatannya. Ia memeluk tubuh rapuh Laras dan membiarkan Laras menangis di pelukannya.

"Jangan jadi orang yang tertutup lagi, Ras. Lo punya temen. Ada gue, ada Ersya, ada Naura. Kalau lo ngerasa ga kuat, ada pundak gue yang bisa buat lo sandarin,"

Laras mengangguk dan semakin mempererat pelukannya pada tubuh cowok blasteran Amerika-Indonesia itu.

"Jangan cengeng. Mana Laras yang kuat? Hm?"

Laras mengangguk dan mengusap air matanya,

"Ayo balik ke hotel. Katanya mau nonton Evan olimpiade, iya kan?"

Gadis itu tersenyum kembali. Ia langsung menarik lengan cowok itu agar segera menuju parkiran taman karena mobil cowok itu terparkir disana.

"Daammm! Tunggu!"

Cowok itu menoleh, menatapnya bingung dengan alis berkerut,

"Lo mau ngapain?"

"Mau beli batagor sama seblak! Tungguin dulu bentar! Lo tunggu di mobil aja!" Katanya setengah berteriak karena Laras sudah berlari ke arah penjual jajanan batagor dan seblak itu.

Dasar cewek. Kalau gak makan ya hobinya dandan.

"Iya ma, ini Laras udah makan kok. Mama jangan khawatir ya," kata Laras dengan seseorang di sebrang telepon, siapa lagi kalau bukan Elsa, mama kandungnya.

Saat ini, Laras sedang makan malam di salah satu restoran lesehan Sunda di kota Bandung. Banyak pengunjung yang datang terutama pasangan muda-mudi juga orang tua bersama anak-anaknya yang ingin menikmati kuliner khas Sunda disini yang memang enak disini. Laras sudah menghabiskan empat piring nasi, Sadam kewalahan sendiri melihatnya,

"Ras, perut lo punya lambung berapa? Kok gak kenyang-kenyang dari tadi?" Tanya Sadam sambil menatap miris cewek dihadapannya.

"Cuma satu lambung kok," sahut Laras enteng. Ia mencolek tempe dengan sambal terasi yang pedasnya lumayan. Sadam saja sudah kenyang dengan makan satu piring, tapi gadis itu tidak.

"Ras, lo kalau lagi galau suka doyan makan ya?" Tanya Sadam lagi dengan penuh selidik. Laras menggeleng,

"Yang lagi galau siapa coba? Gue lagi senang, karena akhirnya Evan berhasil move on dari gue," jawab Laras santai. Gadis itu sama sekali tidak menunjukan ekspresi sedihnya atau galaunya karena kejadian tadi sore.

Flashback on,

Perlombaan olimpiade sains tingkat SMA se-nasional sudah selesai sejak lima belas menit yang lalu. Laras dan Sadam tersenyum bangga di bangku penonton karena SMA Pasifik berhasil memasuki babak semi final yang akan dimulai besok pagi di tempat yang sama.

Seketika, senyuman Laras pudar saat melihat Erlin memeluk tubuh Evan erat di dekat pintu masuk aula. Rafa yang berdiri di dekat Evan pun hanya menunjukan senyum manis saja melihat Erlin memeluk tubuh Evan. Bukan menolak, tapi Evan malah membalas pelukan itu.

Sebenarnya Erlin cari kesempatan atau gimana?!

Laras merasakan sesak di lubuk hatinya. Ia tersenyum nanar, ternyata Evan sudah berhasil move on darinya. Mungkin sebentar lagi, cowok itu akan jadian dengan Erlin. Ada rasa penyesalan, kenapa dulu ia memutuskan Evan? Padahal sekarang Sheila sudah menyukai Sadam, dan Sadam juga menyukai gadis itu. Laras menyesal, egoiskah dia kalau Evan hanya untuk dirinya?

"Dam, ajak gue makan," lirihnya pada cowok blasteran yang sejak tadi siang selalu menemaninya.

Sadam menurut, dan mengajak Laras untuk makan.

Flashback off,

"Abis ini mau minta ditemenin kemana lagi?" Tanya Sadam sambil terus memandangi gadis didepannya yang asik melahap makanan didepannya. Laras tak menjawab, asik dengan dunianya sendiri.

"Ras!"

"Eh iya, kenapa?"

"Mau diajak kemana lagi? Ayo gue temenin,"

"Hmm, balik ke hotel aja deh. Gue capek,"

"Capek hati?" Ejek Sadam hingga membuat Laras melotot,

"Enak aja kalau ngomong!!"

"Dam, lo di Bandung? Gue barusan liat story instagram lo," tanya Evan kepada Sadam di telepon. Terdengar suara tawa di sebrang sana,

"Iya, udah dari kemarin sebenarnya. Oh iya, ada yang mau gue kasih tau. Soal Laras,"

Mendengar nama Laras, cowok itu langsung bangun dari posisi tidurnya,

"Laras? Dia gak kenapa-napa kan? Dia di Jakarta baik-baik aja kan? Iya kan?" Tanya Evan bertubi-tubi. Sadam berdecak kecil di sebrang sana,

"Nanya satu-satu ae, masbroh. Kalau gue jawab, pasti lo bakal kaget hehe,"

"Buruannn jawab aja! Gak usah kebanyakan bacot!"

"Santuyyy elah. Jadi gini, udah dari kemarin siang, gue, Laras, Ersya dan Naura ke Bandung. Laras yang ngajakin. Biar apa? Dia mau nyemangatin lo! Lo tau gak? Kemarin siang jam satu pas lo lomba, gue sama Laras nonton lo! Ada satu hal yang bikin Laras sedih, ketika Erlin meluk lo, lo malah balesin pelukan dia. Maksudnya apa, Van? Lo suka sama Erlin? Suka karena nyaman dia jadi partner tim olimpiade lo? Iya?"

Evan berdecak, perkataan Sadam sungguh tidak benar.

"Apa sih? Lo ngomong jangan ngawur. Erlin meluk gue mungkin karena dia lagi senang bahagia karena sekolah kita berhasil masuk babak semi final. Lo jangan asal ngomong aja ya. Udah ah! Gue mau sholat subuh dulu,"

Evan langsung mematikan ponselnya. Ia masih memikirkan ucapan Sadam tadi yang membuatnya sempat terkejut. Laras menyusulnya ke Bandung? Ia rindu gadis itu. Nanti siang ia berniat akan ke hotel tempat Sadam dan yang lainnya menginap. Ia ingin meminta maaf pada gadis itu.

Ting tong!

Suara bel dari pintu kamar membuat Laras yang sedang menonton drama Korea di laptopnya pun langsung kesal. Siapa sih yang sudah berani menganggunya? Ia segera beranjak dari atas kasur dan langsung membukakan pintu untuk si orang tidak bertanggung jawab itu.

Seketika matanya terbelalak dan jantungnya seolah sudah berhenti berdetak. Ia tidak mimpi kan? Tidak salah lihat kan? Oppa Lee Min Ho eh salah, Evan datang? Cowok itu tersenyum manis dengan kedua tangan disembunyikan di belakang.

"Haii," sapanya. Laras tidak tahu, harus apa. Apakah ia harus memeluk cowok itu atau harus menampar cowok itu karena sudah membuatnya uring-uringan sejak cowok itu disibukan oleh olimpiade.

"Apa hah?!"

"Ih, galaknya gak ilang-ilang. Nih, bunga buat lo. Jangan marah, maaf kalau gue cuek karena sibuk mikirin olimpiade. Tapi allhamdulilah, tadi pagi tim gue berhasil bikin SMA Pasifik masuk ke babak grand final nanti malam. Jangan lupa hadir ya, sayang. Gue menunggu kehadiran lo!"

Laras tersenyum sangat manis. Sedetik kemudian, ia langsung menghamburkan tubuhnya untuk memeluk tubuh kekar cowok itu. Tangannya juga terlihat memegang sebuket bunga yang besar pemberian Evan. Cowok itu memeluk tubuh mungil Laras, lalu mencium kening Laras berkali-kali.

"Jangan sedih. Gue tau, pasti lo kecewa karena gue bales pelukan si Erlin kemarin. Tenang aja, Erlin hanya sebatas teman satu tim olimpiade gue doang,"

Laras mengangguk, mempercayai ucapan cowok itu. Tangannya terulur untuk menepikan rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu,

"Apalagi lo tau sendiri, gue udah cinta banget sama lo. Dihati gue cuma ada nama lo doang,"

Laras memukul cowok itu, "dasar! Gembel dimana hah?!"

Evan hanya tertawa, lalu kembali memeluk gadis itu erat. Laras hanyalah miliknya, bukan milik orang lain. Apalagi kalau kalian para pembaca cerita ini ngaku-ngaku Evan milik kalian. Kalian gak mau kan kena tabok macan betina?

Continue Reading

You'll Also Like

63.3K 3.5K 42
[SELESAI] "Ayo putus" "Ha?" "Kita putus, Seren" Seren menyipitkan matanya, menelisik ke dalam mata Devan--cowok yang dua tahun terakhir ini berstat...
RAYNA [END] By .

Teen Fiction

236K 19.9K 43
SPIN OFF RALAN. [FOLLOW SEBELUM BACA YA] [OPEN PRE-ORDER 12 APRIL-28 APRIL 2022] Indah Reliana, gadis yang baru saja lulus dari masa putih birunya. T...
ARKAN [END] By zara

Teen Fiction

384K 37.2K 50
[Series story of Rajendra family] (Bisa dibaca terpisah) [FOLLOW SEBELUM BACA] Bagi Arkan, Adel adalah pengganggu. Bagi Adel, Arkan adalah pelindu...
255K 7.2K 44
Ini cerita tentang Kayra yang menyukai seorang ketua osis disekolahnya yang terkenal akan ketampananya dan keahlianya dalam bermain basket. Awal mula...