EVALARA [✔]

By iyanapelangi

130K 8.9K 183

"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi denga... More

[PROLOG]
[EVALARA • 1]
[EVALARA • 2]
[EVALARA • 3]
[EVALARA • 4]
[EVALARA • 5]
[EVALARA • 6]
[EVALARA • 7]
[EVALARA • 8]
[EVALARA • 9]
[EVALARA • 10]
[EVALARA • 11]
[EVALARA • 12]
[EVALARA • 13]
[EVALARA • 14]
INFO
[EVALARA • 15]
[EVALARA • 16]
[EVALARA • 17]
[EVALARA • 18]
[EVALARA • 19]
[EVALARA • 20]
[EVALARA • 21]
[EVALARA • 22]
[EVALARA • 23]
[EVALARA • 24]
[EVALARA • 25]
[EVALARA • 26]
[EVALARA • 27]
[EVALARA • 28]
[EVALARA • 29]
[EVALARA • 30]
[EVALARA • 31]
[EVALARA • 32]
[EVALARA • 33]
[EVALARA • 35]
[EVALARA • 36]
[EVALARA • 37]
[EVALARA • 38]
[EVALARA • 39]
[EVALARA • 40]
[EPILOG]
EKSTRA PART [1]
EKSTRA PART [2]
SEQUEL
PERHATIAN!

[EVALARA • 34]

1.8K 131 3
By iyanapelangi

Dua bulan kemudian...

Sekarang, Laras sudah duduk di kelas dua belas, tepatnya di kelas 12 IPA 5. Ia rindu akan sosok Sheila. Sayang sekali, gadis itu memutuskan untuk pindah ke luar kota sekeluarga. Tepat sehari saat kepulangan Sheila dari rumah sakit, gadis itu memberinya sebuah pesan lewat chat. Ia mengatakan, kalau Sheila akan pindah rumah serta sekolah ke Medan.

Sadam Savero, cowok yang diketahui menyukai Sheila itu pun tak bisa melarang Sheila meninggalkan dirinya. Setidaknya ia lega, perasaan sukanya terhadap Sheila tak perlu ia pendam lagi. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa sukanya di rumah sakit dua bulan yang lalu,

Flashback on,

"Dam, ajak gue jalan-jalan di sekitar rumah sakit ini. Gue bete," pinta Sheila dengan wajah memelasnya. Sadam tersenyum dan mengangguk menuruti keinginan gadis itu. Langsung saja, ia menarik kursi roda dan membantu Sheila agar duduk di kursi roda tersebut.

Akhirnya, Sadam membawa gadis itu ke taman bunga yang ada di rumah sakit itu. Ia berlutut di depan gadis itu, memberinya setangkai bunga yang ia petik tadi.

"Ini, buat lo,"

"Loh, tumben banget ngasih gue bunga. Ada apa?" Tanya Sheila bingung. Sadam tersenyum tipis dan meraih kedua tangan gadis itu untuk digenggamnya,

"Gue suka sama lo," ungkapnya jujur. Mata Sheila terbelalak lebar,

"A-apa? Lo su-suka sama gue?" Tanya Sheila memastikan. Sadam mengangguk mantap, lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong kemejanya, sebuah kalung berliontin bulan bintang dengan inisial S&S tampak sangat indah apabila Sheila memakainya.

"Sini gue pakein. Pasti tambah cantik," ujarnya lembut. Sheila tersipu malu, ternyata Sadam menyukainya. Ia tidak menyangka.

"Sheila mengangguk dan segera mengangkat rambutnya ke atas agar mempermudahkan Sadam dalam memakaikan kalung tersebut pada cewek yang ia sukai.

"Cantik banget, jangan pernah dilepas ya," pesan Sadam dengan nada lembut. Sheila mengangguk dan tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi sendu. Sadam bingung dan langsung mengelus punggung tangan Sheila dengan ibu jarinya,

"Kenapa hm? Ada yang sakit?"

Sheila menggeleng pelan, "kayaknya, gue bakal pergi, Dam,"

Kening Sadam berkerut, "kemana?"

"Ke Medan, menetap disana. Otomatis, gue juga pindah sekolah pas naik kelas dua belas,"

Sadam jadi sedih, baru saja ia mengungkapkan perasaannya pada gadis itu, tapi sekarang? Ia harus menerima kenyataan, bahwa gadis itu akan pergi jauh darinya.

"Maafin gue, Dam. Sebenarnya udah lama gue mau bilang ini. Cuma gue gak berani, apalagi gue udah bikin onar di sekolah. Gue malu, apalagi sama Laras. Pasti dia kecewa banget punya sahabat kayak gue. Emang dasar guenya, gak tau diuntung. Gue juga udah ngerusak kebahagiaan dia. Gue salah besar. Ini memalukan banget bagi gue," lirih Sheila. Tangis Sheila pun pecah seketika. Sadam menggeleng dan langsung memeluk tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya.

"Udah jangan sedih. Laras udah maafin lo kok. Tenang aja. Gue gak mau liat lo sedih gini, apalagi didepan gue. Gue gak bisa liat cewek nangis," ucap Sadam serius. Sheila mengangguk dan melepaskan pelukan itu, menatap Sadam penuh arti,

"Makasih banyak, Dam. Gue gak bakalan ngelupain orang yang udah bikin hidup gue berkesan selama disini."

Sadam mengangguk dan mengelus pipi pucat gadis itu, "suatu saat, kalau gue udah punya duit banyak, gue bakalan susul lo ke Medan. Gue mau minta restu sama orang tua lo,"

Kening Sheila mengerut, "minta restu? Buat apa?"

"Mau lamar lo lah, buat jadi istri,"

Ucapan Sadam sukses membuat pipi Sheila merona. Sadam terkekeh geli melihat wajah Sheila saat ini. Langsung saja, ia memeluk gadis itu lagi. Menyalurkan kebahagiaan disana.

Flashback off,

Disini Laras sekarang, berada di kelasnya. Sekarang ia sekelas dengan Evan, Ersya dan Sadam. Ia senang, akhirnya bisa sekelas dengan sosok yang dicintainya itu, siapa lagi kalau bukan Evan Ramdani. Cowok tinggi bermata sipit yang sangat menyebalkan di mata Laras. Tapi, dibalik sosoknya yang menyebalkan itu, Laras sangat menyayanginya.

"Pulang sekolah kamu kerkom?" Tanya Evan saat menghampiri tempat duduk Laras yang ada di barisan paling depan. Laras yang sedang merapikan buku ke dalam tas pun, hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Evan. Evan mendengus dan duduk di kursi sebelah Laras yang kosong.

"Kok cuek gitu jawabnya? Kenapa sih?" Tanya Evan bingung.

"Gue lagi PMS! Nanya mulu!" Omel Laras tajam. Evan tertawa, ternyata kalau cewek PMS, menyeramkan juga.

"Kenapa tawa lo? Ada yang lucu?!"

"Gapapa, beli es krim yuk. Biar gak usah marah-marah lagi," ajak Evan yang membuat Laras tergiur. Dasar Evan! Tahu saja kalau gadis itu sangat menyukai es krim. Evan langsung pamit keluar sebentar untuk membelikan es krim kesukaan Laras di kantin. Laras mengeluarkan ponselnya, dan melihat foto dirinya bersama Sheila dua bulan yang lalu. Ia jadi rindu gadis itu, sedang apa ia sekarang? Apakah kehidupan disana membuatnya nyaman? Apakah Sheila memiliki teman baru?

"Perpisahan nanti, kalian pada pengennya kemana? Jogja? Bali? Atau Bandung?" Tanya Sadam kepada Ersya, Evan dan Laras. Ketiganya sama-sama mengangkat bahu tidak tahu. Sadam berdecak,

"Ya semoga aja yayasan milihin Bali buat tempat perpisahan kelas dua belas entar," kata Sadam lagi. Kening Ersya mengerut,

"Kenapa harus Bali coba?"

"Mantep broh! Banyak bule disana!" Jawab Sadam cepat.

"Anjir, gue laporin Sheila mampus kau," balas Ersya sambil tersenyum sinis. Sadam berdecak,

"Ah gak asik lo mah!"

"Lagian, di Jogja juga ada bule kok. Belum pernah ke Jogja ya?" Tanya Evan kepada Sadam. Cowok itu berdecak dan membalas ucapan Evan,

"Orang kaya gue gak pernah ke Jogja? Enak aja, pernah kali," cibir Sadam tak terima saat Evan mengatakan dirinya belum pernah ke Jogja.

"Oh, yaudah. Semoga aja yayasan milih Jogja aja buat perpisahan,"

Evan menoleh ke arah Laras di sampingnya, "Ras, nanti mau aku anterin ke tempat les gak?" Tawar Evan pada gadis itu. Laras menggeleng dan tersenyum,

"Gak usah, aku bisa sendiri kok,"

"Ras, jangan macem-macem. Aku antar aja ya,"

Laras berdecak dan akhirnya mengangguk pasrah. Dari dulu, kalau berdebat dengan Evan pasti tidak ada habisnya. Laras jadi lelah sendiri. Laras menghabiskan es teh pesanannya dan bangkit dari kursinya,

"Eh, mau kemana?"

"Ke toilet! Mau ikut?"

Evan menggeleng dan membiarkan gadisnya pergi ke toilet. Ketiga remaja cowok itu kembali berbincang. Mata Ersya berbinar saat melihat Naura berjalan mendekatinya.

"Kak Ersyaaa!!!"

"Iya sayang," jawab Ersya santai. Pipi Naura memerah saat Ersya memanggilnya sayang dengan santai tanpa beban sama sekali. Naura mencubit pinggang cowok itu hingga Ersya meringis kesakitan,

"Kok dicubit sih? Kasar nih, gak berperikepacaran," sinis Ersya. Naura terkekeh dan duduk di sebelah Ersya yang masih kosong,

"Maaf, hehe. Abisnya malu,"

"Ngapain malu coba? Kan pake baju," balas Ersya lagi. Naura mendengus, pacarnya ini terlalu polos apa gimana?

"Pulang sekolah kakak ada jadwal les tambahan gak?" Tanya Naura yang membuat Ersya berpikir sejenak,

"Gak ada, kenapa?"

"Anterin aku kerumah sakit bisa?"

Ersya mengangguk, menemani gadis itu bolak-balik ke rumah sakit sudah menjadi rutinitasnya. Ia harus selalu menemani gadis itu kemanapun dan kapanpun.

"Makasih kak! Aku ke kelas dulu ya!"

Sebelum benar-benar pergi, Naura melambaikan tangannya juga ke arah Sadam dan Evan. Evan membalasnya, tapi tidak dengan Sadam. Mungkin cowok itu sedih karena Sheila sekarang jauh dengannya.

"Kalau udah selesai les, jangan lupa chat ya. Entar gue jemput," kata Evan seraya tersenyum memandangi gadis yang berdiri di sebelahnya. Laras mengangguk dan merapikan rambutnya yang acak-acakan akibat terkena angin tadi. Evan langsung melajukan motornya untuk pulang. Sedangkan Laras langsung berbalik badan untuk masuk ke dalam ruko tingkat tiga itu. Sepuluh menit lagi les akan dimulai, lebih baik Laras segera masuk ke dalam.

"Ehh, Laras. Sini, Ras," ujar Bianca sambil menunjuk bangku kosong di sebelahnya. Laras mengangguk dan menaruh tas nya disana.

"Kesini bareng sama pacar?" Tanya Bianca, Laras mengangguk cepat. Bianca sudah tahu kalau Laras pasti diantar oleh pacarnya saat pulang sekolah. Sebenarnya hubungan Laras dan Evan hanya sebatas komitmen. Tapi karena banyak yang menyebutnya sebagai pacar, Laras membiarkannya saja. Gadis itu juga tidak memperdebatkannya.

"Assalamualaikum," ucap Arga, guru les berusia 24 tahun itu. Semua anak yang ada dikelas itu menjawab salamnya dan langsung memulai pelajaran.

Sampai akhirnya pukul enam sore pun tiba. Pak Arga memperbolehkan anak didikannya pulang kerumah masing-masing. Pak Arga melihat Laras yang sedang membereskan bukunya ke dalam tas.

"Kamu pulang sama siapa?"

Laras mendongak, menatap bingung ke sumber suara. Tumben sekali pak Arga bertanya padanya diluar jam les. Ia memasang wajah datar,

"Sama Evan, kak,"

"Siapa itu? Cowok kamu?" Laras  mengangguk dan pergi keluar kelas. Arga menatap punggung gadis itu dengan bertanya-tanya, jadi Laras sudah punya pacar? Tapi ia juga berpikir, mana mau Laras bersanding dengan om-om sepertinya? Lagipula, ia juga masih lajang. Sama sekali belum memiliki calon pendamping hidup. Entah kenapa, ia belum minat untuk menikah.

"Udah kelar?" Tanya Evan lembut, Laras hanya merespon anggukan kepala. Evan memberi gadis itu helm. Sebelum gadis itu naik ke belakangnya, tiba-tiba pak Arga memanggil nama Laras,

"Laras, ini ponsel kamu ketinggalan," ucapnya sembari menyodorkan ponsel milik Laras. Laras mengangguk dan berterima kasih. Lalu naik ke boncengan Evan.

"Permisi, saya duluan," pamit Laras, motor yang Evan kendarai pun melaju meninggalkan halaman parkir ruko itu.

Laras meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal karena beraktivitas seharian ini. Ia meraih ponselnya, melihat isi pesan masuk yang memang banyak sekali jumlahnya. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat nama Evan tersemat di atas. Banyak sekali pesan masuk darinya yang tak sabar untuk Laras buka. Ia tak sadar, kalau sekarang dirinya seperti orang gila yang sedang senyum-senyum dan tertawa sendiri karena cowok. Ya, itu karena Evan Ramdani. Most wanted SMA Pasifik yang sangat dicintainya. Tak rela kalau cowok itu pergi darinya. Dia juga sempat berpikir dan tersenyum geli saat mengingat-ingat bagaimana dulu Evan gigih memperjuangkan untuk mendapatkan hatinya. Tapi ternyata, usaha Evan tak sia-sia. Meskipun banyak rintangan menghadang.

"Ras?" Panggil Elsa dari ambang pintu. Gadis itu tak menghiraukannya. Elsa berdecak dan menggelengkan kepalanya,

"RAS!!"

Laras tersentak dan langsung menoleh ke arah pintu. Ternyata ada sosok mamanya yang sudah berpakaian rapi. Entah mau kemana,

"Mama mau kemana?"

"Ah, ini. Mau beli bahan-bahan kue buat arisan besok. Kamu gapapa kan sendiri disini?"

Laras mengangguk, "gapapa, hati-hati,"

Elsa mengangguk dan keluar dari kamarnya. Laras kembali melihat pesan yang Evan kirimkan. Tangannya juga sudah mulai mengetik balasan disana. Ia tersenyum lebar karena tak lama pesannya terkirim, Evan sudah membacanya.

Sampai tak sadar, kalau mereka saling bertukar pesan hingga malam hari. Laras pun tertidur setelah Evan mengucapkan Selamat Malam untuknya.

MAU TANYA, KALAU EVAN DAN LARAS LDR PAS KULIAH NANTI, KALIAN MAU GA? HEHE. AKU CUMA BUTUH PENDAPAT KALIAN AJA KOK. LAGIPULA, KASIAN ENTAR. TAKUTNYA MEREKA SALING RINDU WKWK.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 79.4K 36
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
275K 10.3K 50
Si selebriti petakilan, ceroboh dan suka julid, dialah Ardaru Laskar Bzezofky. Dan si cewek kalem agak jutek, Angeline Liona Bernadeth. Musuh bebuy...
2.3M 98.3K 40
Berawal dari sekuter butut yang tak sengaja menabrak motor sport miliknya, membuat samudra sangat dongkol dengan si empunya sekuter "Woy liat liat d...
255K 7.2K 44
Ini cerita tentang Kayra yang menyukai seorang ketua osis disekolahnya yang terkenal akan ketampananya dan keahlianya dalam bermain basket. Awal mula...