Love Scenario [END-COMPLETE]

By Velova95

563K 33.9K 2.1K

DEWASA MUDA 21++ SEBAGIAN CERITA DIPRIVASI FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA! Sinopsis: Keynal psikopat yang bucin ba... More

PROLOG
Intro: the beginning
SATU: VERANDA
DUA: KEYNAL
TIGA: B o y f r i e n d
EMPAT: T a k e n
LIMA: A l l N i g h t
ENAM: B y M y S i d e
TUJUH: C o m p l i c a t e d
DELAPAN: D r e a m c a t c h e r
SEMBILAN: E u p h o r i a (21+)
SEPULUH: Drama Kotor
SEBELAS: F a l l i n g i n L o v e
DUA BELAS: G a m e O v e r
TIGA BELAS: H o r m o n e s (20+)
EMPAT BELAS: i l l u s i o n
LIMA BELAS: J a m a i s V u
ENAM BELAS: L o v e M a z e
TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu
DELAPAN BELAS: Berkemah 2
SEMBILAN BELAS: Killing Me
DUA PULUH: Nevermind
DUA SATU: 3 Hati 1 Cinta
DUA DUA: Garis Kematian
DUA TIGA: Other People
DUA EMPAT: Please give me one more Chance
DUA LIMA: Pertenakan Cinta
DUA ENAM: Love and secrets
DUA TUJUH: Dia atau Aku
DUA DELAPAN: Reverse
DUA SEMBILAN: Nikmat Dosa Terindah
TIGA PULUH: BACKSTREET(?)
TIGA SATU: Stay With You
TIGA DUA: Mba Leo dan Bang Capricorn
TIGA TIGA: Depression ! ! !
TIGA EMPAT: Pembunuhan, Misteri Kematian!
TIGA LIMA: Veranda Hamil?
TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai
TIGA TUJUH: Rahasia Jessica Veranda
TIGA DELAPAN: 'Cause I'm Yours
TIGA SEMBILAN: Terdampar di Pulau Misterius
40. Darah, Keringat dan Air mata
EMPAT PULUH: Rumah Angker di Hutan Belantara
EMPAT SATU: Lukisan Tua Yang Hidup
EMPAT TIGA: Threesome
EMPAT EMPAT : Can I get to your soul?
EMPAT LIMA: Love and Relationship
EMPAT ENAM: Menuju Akhir
EMPAT TUJUH:
EMPAT DELAPAN: Dia pergi
Epilog: LOVE IS NOT OVER

EMPAT DUA

2.6K 295 45
By Velova95

“Semua milikku, darah dan air matamu.”

Bagi mereka yang suka membaca tentang sisi cinta dan hubungan yang lebih ekstrem. Ini adalah kisah-kisah dimana romansa tidak semuanya halus, lembut, dan penuh kasih sayang. Ada jenis cinta lain, dan itulah yang ingin saya tunjukkan.

Obsesi, pengkhianatan, manipulasi hati, hubungan terlarang, pasangan yang mengganggu, akhir dimana cinta tidak menaklukkan segalanya ... Ini semua tentang sisi gelap cinta dan nafsu.

Tidak ada karakter yang suci di cerita ini, baik Veranda ataupun Keynal keduanya hanyalah insan biasa yang tak luput akan dosa dan kesalahan.

••••

“Hah..hah..hah.. Tidak jangan bunuh aku!!!”

Veranda bangkit dari mimpi, ia bangun dan menjerit dengan posisi terduduk seraya memegangi dadanya. Nafas yang terengah–engah, keringat dingin membanjiri pelipisnya.

Terlebih badannya terasa pegal juga lelah. Veranda mengelap keringatnya yang bercucuran di keningnya sembari menarik nafas guna menenangkan diri. Tidak jarang mimpi buruk membuat seseorang terbangun dari tidur, dan mimpi tersebut dapat diingat dengan jelas.

Dengan mata terpejam Veranda menerawang, mencoba mereplay mimpi yang baru ia alami. Dalam mimpi tersebut ia kejar–kejar Farish, dibantai lalu jasadnya dimakan hidup–hidup.

Surai panjangnya terlihat berantakan, ia menguap pelan lebih dulu. Lalu mengerjapkan matanya. Seketika itu Veranda mengernyit bingung, sadar bahwa saat ini ranjang yang ia tempati kosong.

Ve kembali mengedar netranya, namun ia tak mendapati siapapun disana. Padahal ia ingat betul, semalam Keynal ada bersamanya. Lantas kemana kekasihnya itu pergi? “Keynal? Kamu dimana?” Hening, tiada suara yang terdengar kecuali hembusan angin yang berasal dari arah barat daya hutan.

Tatapan sayu tiba–tiba terealisasi, Veranda mulai melirik ke kanan dan mendapati segelas jus jeruk di atas meja samping tempat tidur, dengan catatan kecil yang bertuliskan. “Good morning my little angel :)”

Manis sekali ini pasti ulah Keynal siapa lagi?

Dia bangkit dari tempat tidurnya. Segera berlari menuruni tangga menuju lantai 1 sambil menggulung rambutnya.

“Keynal?” Veranda berkoar-koar mencari keberadaan Keynal. Namun nihil Keynal tak ia temui di sudut manapun, lenyap tanpa jejak bak tertelan bumi.

“Veranda!” Seseorang menempuk pundak kirinya, Veranda berbalik dan menghempaskan tangan seseorang itu yang tak lain adalah Farish.

“Hey Ve, kau ini kenapa?”

Farish terkesiap mendapati tingkat Veranda yang mengejutkan. Tiba–tiba saja Veranda menyerangnya dengan pukulan dan cakaran bertubi–tubi, hingga Farish merintih perih akibat luka goresan kuku Veranda di sekitar dadanya yang terbuka.

“Dimana Keynal!? Katakan dimana!”

“Veranda tenanglah! Dia baik –baik saja. aw aw!”

“Pembohong kau menculik Keynal, kau pasti menyakitinya.” Veranda meraung marah.

“Aduh tidak, kumohon dengarkan. Aku bisa menjelaskan! Aggrrh Ve perih.”

Naomi dan Shania berlari menuruni tangga kaget karena mendengarkan teriak Veranda. “Ada apa ini?”

“Kalian berdua harus tau laki–laki ini adalah penjahat! Dia telah menyekap Keynal.”

“Apa?” Shania dan Naomi saling berpandangan untuk sesaat, sebelum akhirnya tawa mereka pecah, menggantikan ketegangan diantara Veranda dan Farish.

“Hahaha!!” Suara gelak tawa keduanya samakin meledak disaat Farish sendiri tidak mengerti arah perbincangan Veranda yang masih meneriaki dirinya.

“Katakan dimana Keynal.”

Farish membiarkan Veranda memukul dadanya sesuka hati gadis itu. Tidak sedikit pun Farish berusaha menahan kedua Veranda.

“Ve, cukup hentikan!” Kali ini Shania menahan tangan Veranda yang terus memukuli Farish. “Keynal gak kenapa–kenapa. Dia, Boby, Dyo dan Yona mereka semua ada di pantai memeriksa perahu yang akan kita gunakan untuk pulang.”

Veranda menghentikan gerakannya dan mengatur nafasnya lebih teratur. “Apa Shania, lo gak lagi bercanda kan? Jangan–jangan itu cuma akal bulus laki-laki ini untuk menjebak kita semua.” Veranda menuju Farish penuh bimbang dan kebencian menumpuk sesak di dadanya.

“Lo terlalu banyak nonton film horor Ve, Shania benar, kurir pengantar bahan bakar yang Farish pesan datang sejam yang lalu. Mereka sampe lebih cepat dari pekiraan kita.”

“Sekarang lo bersih–bersih kita akan nyusul mereka.” Cetus Shania.

Veranda menganggukkan kepala jujur ia tak berani menatap wajah Farish. Veranda kembali ke kamar Keynal untuk mandi dan di samping jus jeruk tadi, juga terdapat pakaian ganti yang telah Keynal siapakah sebelum ia pergi.

Ya Keynal sendiri yang memintakan baju kepada Farish dan memilih pakaiannya untuk Veranda yang sesuai dengan kepribadian Veranda, karena Keynal yakin Veranda akan sangat membutuhkannya.

Pagi tadi Keynal telah berulang kali membangun Veranda, tapi Veranda tidur sangat nyenyak dan sukar untuk dibangunkan. Karena merasa tak tega Keynal meminta Shania Naomi untuk menemani Veranda sampai ia terbangun.

Dan Keynal juga berpesan kepada Farish untuk segera mengantarkan mereka jika Veranda sudah bangun. Sementara dirinya, Boby, Dyo dan dua orang kurir pria pengantar minyak bergotong royong mengangkat perahu milik Farish ke tepi pantai. Untuk Yona, dia hanya mengekor di bekangnya.

Meski Keynal tak mempercayai Farish 100% setidaknya ia masih memiliki Naomi atlet pencak silat putri yang menjadi andalan di sekolahnya. Jangankan satu pria seperti Farish bahkan diusia yang ke-14 tahun Naomi sudah berhasil lima orang preman berbadan kekar dengan tangan kosong.

💜💜💜💜

Veranda POV

Tiga puluh menit kemudian Farish mengantarkan kami menuju pantai tempat Keynal dan temanteman yang lain telah menunggu. Kami membelah hutan melewati pohon berdaun jarum yang menjulang dalam balutan warna hijau nan semarak.

Aroma tanah basah bekas diguyur hujan pun terasa menyengat di hidungku. Masih dapat terlihat oleh pancaindera ketika genangan–genangan air yang masih menitikkan air sisa hujan semalam. Udara dipenuhi bau pekat, terasa dingin dan tebal, meski waktu sudah menujukan jam 8 pagi. Dua puluh menit berlalu kami pun tiba di tepian pantai.

Angin berkesiur di sepanjang pantai membuat hawa panas pantai mendingin. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan yang tersapu gulungan ombak samudra. Deburan ombak pasang terdengar memekakan telinga ketika pecah menghantam karang.

Ketika sampai di bibir pantai aku segera menghampiri sosok yang aku rindukan sedari tadi. “Keynal!”

“Veranda.”

Keynal hanya memakai kaos singlet abu–abu yang menunjukan lengannya yang berotot. Dipadukan dengan celana training nike berwarna hitam dan sneakers putihnya yang kemarin telah ia cuci.  Oh, my God! Aku tidak bisa berkonsentrasi!

Sial. Keynal akan terlihat luar biasa jika telanjang.

Dia mengambil nafas dalam lalu tersenyum ke arahku. Aku menyadari bahwa dia menarik. Wow. Wajah rupawannya terpahat dengan indah, rahang yang kokoh dan mata hitam yang tajam dan jelas. Rambut hitamnya terlihat berantakan tersapu angin.

Aku tidak akan terangsang oleh keseksianmu di pagi hari, perampok!

Oh Tuhan, aroma sangat menggoda.

Jantungku terbalik ketika dia tersenyum, Keynal terlihat sangat dewasa. Dia selalu dapat mencairkan suasana dengan senyuman yang dimilikinya.

💜💜💜💜

Keynal POV

“Pagi.” Sapa Veranda melemparkan senyuman sumringah hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya. Senyuman yang benar–benar ikhlas, tampak binar–binar kebahagiaan jelas terpancar dari sorot mata indahnya.

Rasa hangat menyusup ke setiap pori–pori kulitku. Ribuan kupu–kupu menyerbu perutku. Aku dikuasai oleh perasaan nyaman yang menggerogoti hati ini, kala melihatnya tersenyum dan tertawa bahagia.

“Pagi. Kamu baru bangun tuan putri. Pasti mimpimu indah kan?” Dia menggeleng pelan sembari tersenyum malu–malu kuning. Ah, comelnya ingin rasanya kuemut pipi mochinya itu.

“Kamu jahat.” Sergahnya tiba–tiba. “Kamu tega meninggalkan seorang diri tanpa pamit.”

“Ve, kamu tau aku sudah membangunkan tapi kau terlelap. Sangat pulas aku sampe gak tega buat maksa kamu untuk bangun.” Dia mengembungkan pipinya karena kesal mungkin?

“Key, ini aku bawakan sesuatu untuk menemani perjalanan kalian.”

Farish datang menghampiri dan menyerahkan keranjang piknik yang terbuat dari rotan, aku yakin Farish yang membuat kerajinan ini. Kutengok isinya beberapa snack makanan ringan dan minimum kaleng.

“Terima kasih, maaf kami terlalu banyak merepotkan.” Aku menyambutnya dengan sopan.

“Tidak masalah, justru aku senang kalian menemani selama dua hari ini. Oh iya, dan ini nasi, ayam bakar saus lada hitam dan beberapa buah-buahan untuk Veranda.” Aku kembali menerima keranjang putih yang ia berikan dengan tangan kanan.

“Kau tau Veranda sampai tidak mau sarapan karena terburu–buru ingini bertemu denganmu.” Aku hanya tersenyum simpul mendengarnya.

Kulirik Veranda kini menundukkan pandangannya. Ada apa dengannya? “Farish, aku minta maaf karena udah nuduh kamu yang bukan–bukan.”

Dahiku menyerngit heran. Terdengar nada menyesal di ujung kalimatnya. Bahkan Veranda menatap Farish dengan perasaan tak enak hati. Aneh.

“Ah, perkara itu sudah lupakan saja aku tahu kamu hanya salah paham.” Balas Farish dengan tenang. Aku menaikkan sebelah alisku.

Aku tak mengerti? “Hey, tunggu dulu. Apa yang kalian bicara―”

“Woi Nal, ayo kita berangkat ntar keburu matahari naik, gue gak mau mati kepanasan di tengah laut.” Tiba-tiba Dyo memanggilku, aish pengacau berisik sekali orang itu.

“Ve, ayo kita berangkat.” Ajakku setelah menyerahkan keranjang dan rantang makanan ke arah Boby dan dia menaruhnya di atas perahu. Aku, Farish, Boby dan Dyo mendorong perahu itu ke tepi air pantai.

“Emm, Rish ini uang sewa untuk kami bertujuh.” Veranda menyerahkan sejumlah uang dengan nominal pecahan Rp100.00 ribu.

Tapi Farish malah menolaknya. “Ah tidak, tidak simpan saja untuk jajan sekolah kalian..”

“Hey, tidak boleh begitu sudah terima saja.”

“Aku tidak mau menerimanya. Lagi pula aku membantu kalian dengan ikhlas.” Mulia sekali hari orang ini.

“Kalo begitu terima kasih banyak.”

“Farish, terima kasih. Senang bertemu denganmu.” kami menyalaminya sebagai tanda perpisahan.

“Oh masalah perahu ini biar anak buah kakekku yang mengembalikan. Kami pamit.” Farish mengangguk kemudian tersenyum.

“Key.” Panggilannya.

“Ya?”

“Kompasnya kuberikan ke Boby kalian hanya perlu menempuh perjalanan sekitar setengah jam ke arah timur untuk sampai ke dermaga.”

“Baiklah. Aku mengerti. Ayo semuanya kita naik ke perahu.”

“Hati, semoga kalian sampai dengan selamat.”

“Amin.” kami menjawab serempak.

💜💜💜💜

Keempat gadis sudah naik ke atas perahu motor milik Farish yang biasa digunakan sebagai alat transportasi antar pulau.

Badan perahu berbuat dari fiber―kuat namun ringan, tidak terbuat dari kayu seperti perahu-perahu yang sering Keynal jumpai. Menggunakan mesin tempel Yamaha Enduro 60 PH. Bahkan perahu yang ia naiki sekarang memiliki geladak yang cukup luas untuk memuat 7 orang.

Keynal benar–benar terpukau, begitu pula dengan kedua sahabatnya yang lain. Dyo menggulung tali tambatnya dan melemparnya ke dalam perahu motor.

Ia menepuk mesin penggerak perahu itu dengan bangga. Dyo mengendurkan baut jalan udara yang terdapat pada penutup tangki bahan bakar dan menghubungkan konektor ke mesin. Dyo menarik tali start, dan membiarkan mesinnya hidup dalam putaran rendah lebih 10 menit.

Perahu motor itu menderu, membelah lautan yang bergelombang pelan. Mereka melambaikan tangan ke arah Farish yang tersenyum menyaksikan kepergian mereka di pinggir pantai.

“Gue lega akhirnya kita pulang.” Seru Boby mengunyah keripik kentang yang diberikan Farish.

Dyo menguap malas.“Bisa gak lo bagi kentangnya biar gue fokus menyetirnya.” Boby menggeleng dan menjauhkan keripik kentangnya dari jangkauan Dyo.

Boby membenarkan letak kacamata yang dikenakannya. Bukan culun, malah membuat Boby tampil sebagai cowok keren dan kece, semua hanya masalah padupadan yang tepat. Memilih frame kacamata mata minus yang sesuai dengan bentuk muka.

Beruntung waktu itu Boby buru-buru memasukkan kacamata itu, ke dalam saku celana sebelum ia benar-benar tenggelam karena badai kemarin sehingga kacamata itu tidak terbawa arus.

Sedari kecil Boby sering menatap monitor PC, laptop atau gadget terlalu lama. Cowok pisces ini memang terkena jenius serta imajinatif namun cukup sensitif tak jarang Boby memiliki hobi membaca buku. Meski ia terkebal kutu buku sebetulnya Boby ini tidak minus hanya saja kamacata sudah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Kacamata dengan desain yang kreatif serta unik. Boby menggunakan Produk CHANEL yang dibuah dari bahan baja dengan bingkainya yang tipis.

Selain tahan karat dan lebih nyaman menggunakannya. Ditambah ukuran lensa yang tidak terlalu lebar sehingga ringan dan aman. Dengan warna hitam yang elegan dan gagang berbentuk rectangle, kacamata ini tampil menarik dengan tipe bingkai half frame juga casual.

Boby tak mau kelihatan kacamata kesayangannya tersebut, karena itu adalah barang mantan pertama yang diberikan Shania dulu di hari pertama mereka jadian. “Dengan perahu ini, mungkin kita bisa mengelilingi samudra, Nal. Apa lo masih ingat dengan mimpi kita?” Boby menatap Keynal dengan tatapan menerawang seperti mengingat sesuatu di memori otaknya.

Tentu saja Keynal ingat. Dulu Keynal dan Boby pernah memiliki impian. Menjadi seorang bajak laut, menaklukkan tujuh samudra, menerjang badai dan membunuh monster laut. Tipikal impian anak berumur lima tahun.

“Hm, kita udah mewujudkannya sekarang.”

Dyo bertugas untuk mengemudi atau memanuver mesin gas dibagian belakang dan Boby sibuk dengan kompas di tangganya memperhatian penunjuk mata angin sembari memberikan arahan kepada Dyo.

Sementara Keynal melangkah menghampiri para gadis dan memulai obrolan bersama mereka. Perahu melaju kencang, pongah memecah ombak. Ketiga pemuda tanggung itu senang bukan kepalang. 

Perahu bergoyang pelan, debur ombak memecah lambung perahu. Veranda kagum melihat pemandangan laut yang biru dan mempesona hatinya Veranda terperangah melihat pemandangan yang terjadi di bawah sana.

Kalian tentu sudah paham kan? Gadis berhati lembut ini, memang suka sekali dengan warna biru. Tangannya bergerak menyentuh permukaan air yang selembut sutra. Terasa sekali betapa dingin dan dengan gelombang air laut, serta bersihnya pulau itu.

“Wah, eh guys, liat deh burungnya berterbangan indah banget.”

Mereka semua menoleh mengikuti arah jari tunjuk Yona, dua ekor burung camar laut berwarna putih terbang di atas mereka, sepertinya mencari ikan-ikan kecil yang berenang menuju ke permukaan laut.

Suasana yang tampak tenang dan sesekali terdengar suara burung camar bersahutan, indah dari nyanyian gerombolan burung camar yang menanti di tepi pulau.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia dianugerahi jutaan lautan dan pantai yang sangat memesona. Mampu menyegarkan mata dan merefresh pikiran.

Shania duduk bersandar di tepian perahu sembari menyandarkan kepalanya di pundak kiri Veranda. Wajahnya tampak pucat ia terlihat menahan mual.

Keynal berjongkok di depan Shania. “Nju lo kenapa?” Shanju hanya menggeleng pelan. Kepalanya terasa pusing dan pening, tubuh lemas, sensasinya seperti berputar-putar.

“Dia mabuk laut Nal, seperti kemarin.” Jelas Veranda. Ritual mabuk laut yang sering dialami Shania ini, biasanya dimulai dari awal pelayarannya, dan baru berakhir sekitar tiga puluh menitan.

“Aku gak punya obat. Sabar ya, bentar lagi kita sampai.” Shania mengangguk dia memilih duduk di samping kanan Veranda bersandar di lambung perahu. Beberapa menit kemudian mereka tiba di lokasi yang dituju.

💜💜💜💜

Keynal POV

Dyo memakirkan perahu Farish di samping jejeran perahu nelayan yang terparkir di tepi pantai, tampak dari penglihatan kami puluhan papan berisi ikan yang diasinkan. Kawanan burung camar yang terbang rendah di udara, bau amis ikan, anak-anak nelayan yang bermain layangan.

Serta wanita-wanita tua pembuat jaring di teras rumah, adalah pemandangan yang biasa terlihat jika mengunjungi pesisir pantai.

Pantai yang sejak dua puluh tahun lalu resmi menjadi sebuah pelabuhan terbuka. Sehingga tidak hanya perahu nelayan, namun kapal–kapal besar dapat berlabuh dan membongkar muatannya di sini.

Tak heran banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sini, mereka dengan lihai menawarkan dagangannya kepada penduduk sekitar.

Ada yang menjual kulit hewan, sutra, perhiasan, barang antik, dan bermacam-macam lainnya. Kebanyakan dari mereka berasal dari jauh dan membutuhkan waktu berbulan–bulan untuk sampai ke sini.

Kami melanjutkan perjalanan dari pelabuhan yang hanya berjarak 50 meter dari rumah kakek. Sesampainya di rumah kami menceritakan kejadian yang kami alami selama dua hari ini.

Kakek sangat mengkhawatirkan keadaan kami. Aku memutuskan untuk menginap satu malam untuk menikmati liburan kami, dan besok pagi baru kita semua pulang ke rumah.

💜💜💜💜

Waktu menunjukkan pukul 11 siang saat Keynal memasuki dapur, guna membantu Bi Ani (Asisten rumah tangga) memasak makan siang untuk Keynal dan kawan-kawan

Keynal dengan sigap memasang apron putih menutupi bagian depannya, lalu mengambil seperangkat pisau berbagai ukuran dan meletakkannya di atas meja. Menarik pisau berukuran sedang lalu mengeluarkan sebungkus asparagus.

Bibi Ani sibuk mencuci buah di pencucian. Beliau mendengungkan sebuah lagu yang tidak Keynal kenal mungkin lagu lawas pikirnya.

“Bi, udah?” Tanya Keynal.

Bi Ani mematikan kran air dan menaruh buah-buah segar itu di meja makan. Lalu kembali ke dapur. Oh iya, for your information Bi Ani inilah dalang yang mengajari Keynal praktek memasak sejak usia Keynal yang menginjak 12 tahun.

“Beres den?” Keynal tersenyum tipis, Bi Ani menekan pisau untuk memipihkan bawa putih. Sementara kini Keynal memotong daging ayam ayam segar utuh menjadi beberapa bagian. Menimbulkan suara keras saat pisau membentur talenan.

“Den Keynal, biar Bibi saja yang cuci ayamnya.” Keynal mengangguk dan melanjutkan kegiatannya. “Aden, kenapa suka sayur itu?” Bi Ani menunjukkan asparagus di tangan Keynal.

“Asparagus ini baik untuk kulit.” Bi Ani mengangguk-anggukan kepalanya. Selanjutnya Keynal beralih memotong wortel.

Sementara itu Bi Ani membuka pintu pantry dan mengambil wajan. “Oh iya den, maap pisan, kalau boleh tahu dari keempat mojang geulis itu pacar Aden yang mana?”

Keynal mengangkat wajahnya dari potongan wortel. “Pacar?” Hatinya berbisik pelan lalu Keynal tampak berpikir dulu sebelum menjawab.

“Bi kadieu, Keynal bisikin.” Bi Ani mendekati Keynal dan memasang pendengarnya dengan baik Keynal berbisik dengan perlahan di kuping Bi Ani.

“Nah sekarang bibi udah tau kan?” Bibi Ani mengangguk paham. “Tapi Bibi gak boleh bilang siapa-siapa atuh.”

“Kunaon kitu?” Bi Ani menatap Keynal dengan raut bingung.

“Soalnya kita teh Backstreet.”

“Bibi mah teu ngarti, Backstreet na naon?” Tanya Bi Ani sementara Keynal mulai menghidupkan kompor tanam di atas kitchen set yang terbuat dari bahan kaca mewah anti pecah, dengan 4 tungku. Terdengar bunyi *klek dan api pun menyala.

Keynal mulai menumis bawang yang sudah geprek dan dicincang halus, ia menumis dengan api kecil. “Pokoknya éta teh rahasia.” Jawab Keynal, Bi Ani diam tak lagi bertanya.

💜💜💜💜

Veranda menuruni tangga mencari keberadaan Keynal ia melangkah di dalam sebuah ruangan berlantai kayu dengan langit–langit yang tinggi. Jika dilihat sekilas, ruangan ini terlihat seperti ruang makan dalam sebuah mansion yang besar.

Sebuah set meja makan panjang lengkap dengan sepuluh kursi berada di sisi kanan, tak jauh dari meja makan Veranda bisa melihat pantry dan dapur. Kemudian di sisi kirinya ada ruang duduk yang dilengkapi perapian, sofa–sofa besar, permadani bulu yang terlihat lembut, dan juga sebuah TV besar di atas perapian.

“Wow!” Gumam Veranda.

Keseluruhan ruangan ini besarnya hampir sama dengan apartemen tipe studio milik keluarnya di kota. Veranda berjalan ke arah pintu masuk dapur dan mendapati tengah Keynal berkutat dengan kegiatannya. Kali ini Keynal memasak ayam kecap sebagai menu utama.

“Keynal!” Pemuda itu menoleh karena merasa namanya dipanggil oleh seseorang yang sangat familiar baginya, ia melihat Veranda berjalan mendekat ke arahnya.

“Ve, kok kamu disini? Kan udah aku bilangin kamu istirahat aja di kamar.”

“Issh aku bosan tau, masa di kamar terus? Dari kemarin di penginapan Farish mainnya gak jauh-jauh dari ranjang.”

Veranda melayangkan protes, Keynal terkikik pelan mendengar ocehan Veranda. Sementara itu, tak jauh dari keduanya Bi Ani, diam–diam memperhatikan gerak-gerik dua sejoli yang sedang kasmaran tersebut melalui ekor matanya.

“Well, kamu mau apa dariku? Aku bisa penuhi semua keingananmu.” Keynal tertawa lagi setelah mengatakan itu, dia meletakkan piring, garpu kecil dan juga cola yang dibawanya ke atas meja di depan meja pantry.

“Benarkah?”

Veranda membelalakan matanya, sejurus kemudian ia tersenyum lebar, dengan iris mata berwarna cokelat yang memancarkan binar indah. Veranda menatap Keynal dengan perasaan berbunga–bunga.

“Sure, why not?” Pancaran kebahagiaan terlukis jelas dalam pandangan mereka berdua. “Duduklah, ayo kita cicipi kue buatan bibi.”

Tanpa pikir panjang kemudian Veranda duduk di kursi bundar hitam yang ada di depan pantry meja bar, manik matanya tak lepas memandangi Keynal yang lagi memasak di depannya untuk menu kedua mereka adalah udang asparagus saus tiram.

Pemandangan yang luar biasa indah dan hampir saja membuat Veranda refleks mencium Keynal detik ini juga.

“Bi, minta tolong lanjutkan masaknya, jangan lupa tambahan lada hitam.” Pinta Keynal dengan sopan.

“Baik Den.” Bi Ani segera mengambil alih peran Keynal.

Keynal berdehem dan meletakkan kue sponge coklat ini dilapisi krim dan buah cerry yang segar. Dengan wadah kue berbahan dasar kaca dan satu toples penuh berisi cookies dengan bermacam–macam bentuk dan ukuran.

Tak lupa dengan segelas honey lemon tea sebab Veranda tak terlalu suka dengan minuman bersoda, Keynal menambah beberapa es batu kotak kecil di atasnya yang menambah kesegaran rasa. Keynal mengambil tempat duduk di seberang Veranda.

Keynal mengambil gelas dari rak stainless yang menggantung rapi di atas mini bar berwarna merah tua itu, dan langsung menuangkan cola ke dalam gelas miliknya hingga terisi separuh. Keynal mengecapnya sedikit, lalu beralih mengambil pisau pemotong kue.

“Nal, boleh aku potong kue–nya?” Tanya Veranda dengan suara memelas. Keynal langsung tersadar dan mengangguk paham. Veranda mengambil pisau pemotong kue di sampingnya dan mulai memotong kue-nya.

Veranda meletakkan potongan kue itu di piring lalu memberikannya pada Keynal. “Potongan pertama untukmu, paus manisku, I love you.” Veranda berbisik lembut yang dibalas senyuman malu–malu dari sang kekasih.

“Malam nanti aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu. Tanpa mereka, hanya kamu dan aku.” Ucap Veranda, Keynal tersenyum bangga ia menyendok kue dengan garpu dan menyuapinya ke mulut manis Veranda.

“Setelah ini, aku pasti akan segera melamarmu.”

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 35.3K 7
Spin Off My Lovely Bodyguard FOLLOW DULU SEBELUM BACA #1 Exo (09 Maret 2020) #1 Ceritapendek (13 Maret 2020) #1 Cogan (17 Maret 2020) #1 Pastelwattpa...
16.6K 1K 16
KARYA PERTAMA🎉 "Sekarang lo ikut gue!". ucap Dika Angel mengerutkan keningnya lalu berkata "Kemana?" "RUMAH SAKIT JIWA!". tegas Dika "APA?". teriak...
1.1M 27.3K 49
Dia (Defran Arie Olvio) menculikku dan memaksaku menandatangani surat perjanjian yang isinyapun aku tak tahu dan dia juga memaksaku untuk menikah d...
480K 47.2K 53
Karena kamu sama Keju itu sama, Sama-sama Berharga! -Repost- (Sudah Di Terbitkan)