Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.2M 1.6M 367K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Feeling
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] A Chance
[REVISI] QuΓ­tatelo
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Apologize
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Akhirnya bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] Beginning

404K 25.9K 4.7K
By niqceye_

*****

Reygan terdiam, tangannya dingin, pikirannya kacau.

Jennie melepaskan pelukan Reygan. "Gue nggak mau terus-terusan kaya gini,"

Reygan menatap Jennie. Berusaha meyakinkan perempuan itu, bahwa dia juga menyesal, dia juga merasa bersalah.

Reygan memegang lembut pundak perempuan itu. "Kasih aku kesempatan, buat buktiin kalo aku beneran sayang sama kamu,"

Jennie melepaskan tangan Reygan. "Gue nggak perlu, bukti apapun. Gue cuma mau bebas, gue terbebani dengan adanya lo dihidup gue. Jadi, tolong pergi."

Reygan berlutut didepan Jennie. Entah dengan cara apalagi membuktikan bahwa Reygan juga tidak baik-baik saja, setelah semua kejadian ini.

"Aku nggak mau cerai Jen, nggak mau. Harus gimana biar kamu maafin aku? Dan kita ulang semuanya dari nol? Aku harus gimana? Cium kaki kamu? Bilang sama aku,"

Jennie diam. Tidak ada raut penyesalan dalam wajah perempuan itu.

"Lo nggak perlu ngapa-ngapain lagi, gue tetep mau cerai."

Reygan menangis, terisak sambil berlutut.

Jennie menatap Reygan, ada sebersit rasa kasihan terhadapnya. Tapi, tetap saja melupakan tetap sulit, tidak semudah membalikkan tangan.

Jadi, Jennie berpikir biar saja untuk sementara, rasa bersalah dan menyesal Reygan menjadi hukuman untuknya.

"Berdiri lo,"

Reygan menggeleng. "Ngomong sama aku, aku harus apa Jennie, biar kamu maafin aku."

Air matanya mengalir, Jennie bisa melihat mata Reygan memerah.

Jennie memegang pundak Reygan, menuntunnya untuk berdiri. "Walaupun gue benci sama lo, gue nggak mau lo berlutut ke gue,"

Reygan berdiri, menggenggam tangan Jennie. "Jen, kita bisa mulai semuanya dari awal, aku janji bakal kasih yang terbaik buat kamu. Buat hubungan kita, asal jangan cerai. Jangan minta pisah,"

Jennie menatap Reygan. "Gue masih sakit hati sama lo, nggak semudah itu gue lupain semuanya. Gue butuh waktu,"

Reygan terdiam.

"Mending lo pulang, gue capek, mau istirahat."

Jennie meninggalkannya sendiri di ruang tamu.

*****

Jennie menatap Risa yang baru saja masuk ke kamarnya, mungkin mengajaknya sarapan.

"Jen, makan yuk,"

Jennie mengangguk.

"Kamu nggak mau pulang ke rumah kamu?"

Jennie mengernyitkan dahinya. "Lah, ini kan rumah kita,"

"Walaupun kamu lagi berantem sama Reygan, kamu masih istri dia loh,"

Jennie menghela nafasnya. Benar juga ya?

"Mama denger dia udah pindah kerumah kalian, udah nggak dirumah Mama Sera lagi. Kamu kesana ya sayang?"

Jennie terdiam. Kenapa semua orang seolah-olah memberi Reygan kesempatan?

"Lagian, nggak baik loh, berantem berlarut-larut gini, kalian kan udah nikah, selesaikan masalah kalian berdua dong."

Jennie mengangguk pelan. "Nanti abis sarapan Jennie kesana,"

Risa mengecup kening Jennie. "Mama seneng kamu mau dengerin Mama,"

Jennie tersenyum paksa.

Kini kakinya sudah menginjak ke rumah besar, yang sudah lama dia tinggalkan.

Pintu utamanya tertutup, namun Jennie tau ada Reygan didalam.

Karena ada sepasang sepatu didepan, dan mobil hitam milik Reygan. Bersebelahan dengan mobil putih milik Jennie.

Jennie membuka pintu, dan melihat keadaan. Rumah ini sedikit berdebu, dan ada suara penggorengan dari dapur?

Reygan masak?

Jennie melangkahkan kaki ke dapur, dan tercengang melihat Reygan menggoreng ikan sambil menjauh dari wajan.

Dan, ya, ikan itu sudah bisa dikatakan gosong.

Jennie dengan cepat mematikan kompor, dan mengibaskan tangannya menghilangkan asap disekitar wajahnya.

"Nggak usah masak deh!"

Reygan terdiam, dia tidak menyangka Jennie akan kembali kerumah mereka.

Reygan menatap Jennie. "Kamu pulang?"

Jennie tidak menjawab, dan langsung membuang ikan hangus itu ke tempat sampah dapur.

Reygan membalikkan tubuh Jennie. "Kamu pulang? Aku nggak lagi halu kan?"

Jennie melepas tangan Reygan dipundaknya. "Gue kesini disuruh nyokap, bukan karena kemauan gue."

Reygan tersenyum tipis. "Makasih udah mau pulang," katanya langsung memeluk Jennie.

Jennie ingin mendorong Reygan,tapi melihat wajah senang Reygan. Dia mengurungkan niatnya.

Tapi, tidak membalas pelukan itu.

Reygan menguraikan pelukannya, walaupun sedih Jennie tidak membalasnya. Namun, paling tidak Jennie tidak mendorongnya.

"Kamu udah makan?"

Jennie mengabaikan Reygan, dia membersihkan dapur bekas Reygan memasak.

Jennie mengikat rambutnya, dan mulai membersihkan dapur, karena keadaan dapur jauh dari kata baik-baik saja.

Reygan juga bergerak, mulai dari mengumpulkan piring, dan mengelap meja.

Jennie mulai mencuci piring, sesekali membetulkan poninya karena mengganggu penglihatannya.

Reygan ikut berdiri, dan membilas piring.

Reygan berdeham, "Jen, boleh tanya nggak?"

Jennie masih diam, tetap mencuci piring.

"Dulu kalo beli bahan makan, kamu pakai uang kamu ya?"

Jennie mengangguk.

"Kenapa nggak minta sama aku? Kan harusnya itu tugas aku, iya kan?"

Jennie berdecih sinis. "Uang lo kan udah lo kirimin ke pacar lo itu kan? Kalo gue minta buat beli ini beli itu. Gue pasti dicaci maki sama lo, panas kuping gue."

Jennie sesekali menemukan bukti transaksi di saku celana atau kemeja Reygan transaksi uang antara Reygan dengan Fannesa.

Membuat Jennie enggan meminta, jadi selama masih bisa Jennie ambil alih. Kenapa tidak?

Reygan mengangguk. "Maaf,"

Keduanya diam, Jennie membilas tangannya dan menuju ke kamarnya.

Namun, tangannya dicekal Reygan. "Kamu tetep disini kan, sama aku?"

Jennie mengangguk, sambil mengelap tangannya di baju.

"Ke kamar atas aja mau nggak?"

Jennie menggeleng.

Reygan menggandeng tangan Jennie menuju kamar Jennie. "Udah aku kosongin, barang-barang kamu diatas."

Jennie berdecak. "Kenapa di pindahin?"

"Biar aku kalo kangen tinggal pelukin boneka kamu, baju kamu,"

Jennie tiba-tiba terdiam. "Pindahin lagi,"

"Ada yang mau aku omongin, tentang kita. Ke kamar atas ya?"

Jujur saja, Jennie masih trauma melihat kamar itu, tempat terjadinya peristiwa itu.

Jennie mengikuti Reygan, ketika tangannya digandeng oleh Reygan.

Reygan dan Jennie duduk berhadapan. Jennie pikir, ngobrol secara baik-baik akan lebih baik kan? Daripada Jennie menghindar seperti kemarin-kemarin, dan merepotkan semua orang.

Reygan berdeham. "Emm, aku mau bicarain soal kita, aku rasa kamu dan aku sama-sama punya waktu kan untuk pagi ini?"

Jennie mengangguk. Sebenarnya, suasana hatinya sudah baik, sudah perlahan ikhlas tentang anaknya, dia tau dia hanya butuh waktu.

Reygan menggenggam tangan Jennie. "Kamu masih marah sama aku?"

Jennie mengendikkan bahunya.

"Ada yang mau tanya ke aku?"

Jennie terdiam. "Nggak,"

Reygan mengangguk dan berdeham. "Aku minta maaf buat semuanya, dari awal kita menikah sampai sekarang, aku tau kesalahan aku banyak, dan bikin kamu sakit hati. Kamu pantas benci sama aku, marah sama aku, tapi jangan minta pisah. Aku tau aku brengsek banget, setelah nyakitin kamu aku malah nahan kamu untuk pergi. Jen, aku juga nggak baik-baik saja setelah anak kita pergi, bahkan aku belum pernah elus dia, aku mimpi buruk setiap malam, aku nggak bisa tidur, aku kepikiran kamu,"

Jennie menatap Reygan yang menangis, bahkan tangan Reygan yang menggenggam tangannya ikut bergetar.

"Aku nyesel banget, aku tau aku salah, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, entah gimana lagi harusnya aku yakinin kamu. Aku mau buktiin, tapi ketemu aku pun, kamu benci, kamu marah. Aku marah sama diri aku sendiri,"

Jennie mendengarkan dengan baik, isak tangis Reygan. Tidak ada niatan Jennie untuk menenangkan atau mengelus Reygan.

Tapi, biar saja Reygan menumpahkan segala keluh kesahnya.

Reygan mendongak, menatap Jennie. "Kasih aku kesempatan ya? Untuk memperbaiki semuanya. Untuk bisa membuat kamu percaya kalo aku sayang sama kamu, aku mau berubah demi kamu."

"Tapi, kalo sampai akhirnya kamu nemuin laki-laki yang kamu sayang, yang kamu cinta selain aku. Bilang sama aku biar aku mundur, dan kita pisah. Aku terima."

"Tapi, kasih aku kesempatan kedua untuk membuat kamu sayang sama aku lagi. Boleh kan?"

Jennie ingin menolak, tapi melihat raut putus asa Reygan membuat hati Jennie bergetar.

Jadi, apa yang harus dia lakukan?

"Ya,"

Reygan tersenyum dibalik matanya yang sembab, dan menyelipkan rambut Jennie ke belakang telinga sesekali menarik ingusnya.

Jennie menatap Reygan. "Lakuin yang lo mau, tapi kalo memang gue nggak bisa buka hati buat lo. Lo harus bener-bener pergi. Dan, jangan ganggu gue."

Reygan mengangguk. "Tapi, kalau kamu udah sayang sama aku, cinta sama aku, bilang ya? Aku pasti seneng banget."

****
Jennie berdiri di dekat ranjang, jadi apakah mereka harus seranjang sekarang?

Reygan muncul dengan kaos putih dan celana panjang berwarna abu-abu.

"Kok diem?" katanya.

Jennie menatap Reygan. "Gue tidur disini?"

Reygan mengangguk antusias. "Terus mau dimana? Dibawah udah kosong,"

"Gue nggak mau,"

Reygan menautkan alisnya. "Jadi, gimana? Aku di sofa kok, kamu di ranjang."

"Lo yakin?"

Reygan mengangguk. "Daripada kamu nggak nyaman kita seranjang, mending aku di sofa."

"Yaudah,"

Jennie merebahkan badannya, di ranjang setelah sore tadi dia membersihkan rumah, kamar mandi, dan mencabuti rumput didepan.

Walaupun dibantu Reygan, tapi tetap saja lelah, terlebih suasana diantara mereka canggung.

Ya, memang sih Reygan berusaha mengajaknya ngobrol, tapi Jennie masih canggung dan agak sedikit tidak nyaman.

"Jennie,"

Jennie menoleh. Mengangkat alisnya.

"Maaf waktu itu aku dorong kamu."

"Iya,"

Reygan yang bingung berbicara apalagi, hanya diam dan menatap Jennie yang sedang melepas ikatan rambutnya.

Rambut hitam itu menjuntai, membuat Reygan terpana.

Reygan berjalan ke arah Jennie, dan mengecup kening Jennie. "Good night, sleep well."

Jennie terpaku, melihat Reygan yang sudah berbalik sambil menyelimuti dirinya sendiri di sofa.

Kenapa Jennie jadi tidak tega melihat Reygan tidur disana?

****
Jadi, bagaimana?

****
Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

See u next chapter ❤️

****

Continue Reading

You'll Also Like

117K 6.6K 37
Reova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang ju...
5.7M 275K 51
Cerita ini bisa membuatmu gila!! Hati-hati jadi SARJANA BUCIN🚫🚫 [Follow dulu sebelum baca] *** Ini tentang Ana si gadis polos dan pekerja keras. Da...
7.6M 673K 92
[SUDAH TERBIT @COCONUTBOOKS - DIJUAL ONINE] -And in the middle of my chaos, there was you.- Celine tidak mengira bahwa hidupnya, bukan, percintaannya...
18.9M 1.1M 57
PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva