Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.2M 1.6M 367K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Feeling
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] A Chance
[REVISI] Beginning
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Apologize
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Akhirnya bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] Quรญtatelo

396K 24.8K 4.6K
By niqceye_

*****

Jennie menuruni tangga, sambil menenteng beberapa berkas yang belum sempat dia masukkan dalam tas.

Ini dua minggu, sejak kepulangannya dari rumah sakit, sudah dua minggu sejak laki-laki itu memeluknya dikamar.

Anehnya, Jennie tidak merasa kehilangan.

Jennie malah merasa bebas, seperti menemukan kembali jati dirinya.

Jennie duduk didepan Risa yang baru saja duduk, meletakkan segelas susu untuk Jennie.

"Magangnya berapa lama lagi Jen?"

Jennie menatap Mamanya, sambil merapikan rambutnya. "Kurang tiga hari lagi Ma, abis itu nyusun laporan,"

Jordi tiba-tiba datang, dan mengecup kening Jennie. "Bentar lagi lulus ya,"

Jennie mengangguk sambil tersenyum.

"Katanya temen kamu itu, mau nikah?"

Jennie mengangguk. "Si Vella maksud Mama?"

Risa mengangguk.

Vella dan Satria memutuskan untuk menikah, entah alasannya apa. Satria memang satu tingkat di atas Vella dan Jennie.

Jennie juga berteman, karena bertemu di organisasi.

Jennie senang, akhirnya dua manusia kesayangannya menikah.

"Iya, Vella juga udah kabarin. Nanti baju seragamnya Jennie dateng,"

Risa tersenyum. "Nanti Mama yang terima ya, kan kamu masih magang."

"Iya,"

Jordi berdeham. "Kamu nggak nyari Reygan?"

Jennie menggeleng. "Memang buat apa? Udah bisa dimulai proses cerai nya Pah?"

Jordi memandang Risa. "Kamu yakin mau cerai? Nggak memberi kesempatan kedua?"

Jennie menggeleng cepat. "Nggak, abis cerai Jennie mau fokus karir, kejadian kemarin bikin trauma sendiri,"

Jordi mengangguk lagi. "Yaudah, Papa terserah kamu saja,"

Jennie berdiri. "Aku berangkat ya Ma, Pa,"

Setelah berpamitan dan bersalaman dengan kedua orangtuanya. Jennie menaiki mobilnya dulu, kini Jennie sudah mulai beraktivitas seperti biasanya.

Mobil putih itu terparkir dengan apik di halaman kantor.

Jennie keluar, dan memasuki kantor sesekali tersenyum ketika berpapasan dengan teman-temannya.

Gavin datang, menghampiri Jennie. "Maaf ya Jen, aku nggak bisa datang jenguk, ada dinas keluar kota."

Jennie mengangguk. "Santai aja,"

Gavin duduk disebelah Jennie. "Jadi, kejadiannya beneran karena Reygan dorong kamu?"

Jennie hanya diam sambil tersenyum.

"Jadi, nasib pernikahan kalian gimana?"

Jennie menoleh ke arah Gavin. "Kok kamu kepo?"

Gavin menggaruk tengkuknya. "Ya enggak sih, yaudah kerja gih, tiga hari lagi selesai kan masa magangnya?"

Jennie mengangguk. "Iya,"

Gavin berdiri. "Aku balik ke ruangan, kalo mau tanya langsung masuk aja."

Jennie mengangguk dan mulai fokus ke lembaran demi lembaran dihadapannya.

****

Reygan menapaki kaki kembali di Indonesia setelah sebelumnya dia berada di Australia.

Reygan berjalan sambil bermain ponsel. Melihat pesan-pesan yang dia kirimkan ke Jennie.

Namun, satu pun tak mendapat balasan.

Hanya dibaca.

Reygan juga mendapat laporan dari Gavin, kalau Jennie sudah bisa beraktivitas seperti biasanya.

Membuat Reygan senang, akhirnya Jennie perlahan mulai kembali menjalankan hidupnya.

Reygan terpaku saat seseorang datang, mencekal tangannya.

Fannesa.

Perempuan itu kini berambut sebahu, dengan warna coklat, dan kini pakaiannya jauh dari kata seksi.

Dia hanya memakai kemeja biru dongker dan ripped jeans.

Reygan melepaskan tangannya, "Mau apa lo?"

"Gan, kejadian hari itu aku bisa jelasin semuanya."

Reygan hanya diam, lalu tak lama berjalan tanpa memperdulikan Fannesa.

Fannesa memeluknya dari belakang, menyenderkan kepalanya di punggung kokoh Reygan.

Wanita itu menangis.

Reygan melepas paksa tangan yang melingkar di pinggangnya. "Apasih Nes?!"

"Kamu mau dengerin penjelasan ku?"

Reygan menggeleng. "Nggak, istri gue udah nunggu. Lagian, segala sesuatu yang berhubungan dengan lo itu, nggak penting."

Fannesa menggeleng. "Tapi, aku nggak mau dicap jahat sama kamu, aku harus menjelaskan ini sama kamu."

Reygan menatap nyalang Fannesa. "Penjelasan lo nggak penting. Tuli lo hah?!"

Fannesa mencekal tangan Reygan lagi. "Maaf Gan, maaf,"

"Pergi lo, nggak usah muncul dihadapan gue lagi, gue udah ada istri. Dia jauh lebih baik dari lo, segi apapun."

Reygan mungkin halu, Jennie memang tidak mungkin menunggunya, tapi semata-mata ini Reygan lakukan untuk mengusir Fannesa.

Fannesa mengusap air matanya. "Iya, aku tau. Tapi, ada yang harus aku jelasin,"

Reygan berjalan lagi, tanpa memperdulikan Fannesa.

Fannesa kembali menghadang jalan Reygan. "Bentar please,"

Wanita ini dari dulu, selalu saja merengek.

Entah kenapa, mendadak sifat ini membuatnya jijik terhadap Fannesa.

"Ya,"

Fannesa tersenyum. "Di restoran jepang disana yuk,"

Reygan berjalan duluan, Fannesa ternyata membawa mobil, dan tiba-tiba memberikan kunci mobil ke tangan Reygan.

"Kamu yang bawa ya,"

Reygan mengangguk. Biar cepet, empet gue!

*****

Jennie masih mengetik, sedari tadi perutnya memang minta diisi tapi masih banyak yang harus dikerjakan.

Jennie mendongak, ketika melihat perempuan duduk di kursi kecil di sebelahnya.

"Serius amat, makan siang yuk,"

Jennie menggeleng. "Duluan aja Vel,"

"Eh pinter, gue kesini kan ngajakin lo, kalo gue mau duluan ya nggak kesini dulu kale,"

Jennie melepas kacamatanya, menoleh jam ternyata sudah 45 menit sejak dia berkata. Sebentar lagi nanggung.

Jennie mengangguk. "Iyaudah, mau makan dimana? Perut gue laper banget sih emang,"

Vella tersenyum. "Restoran Jepang kuy,"

Jennie mengambil merogoh tas hitamnya, mencari kunci mobil. "Pake mobil gue ya,"

Vella menatap Jennie takjub. "Widiw, comeback juga bawa mobilnya. Gini dong, semangat."

Jennie tertawa, lalu merangkul pundak Vella, dan keluar dari kantor.

*****

Reygan menatap datar Fannesa. "Buruan, to the point,"

"Alasan aku mutusin kamu memang bukan karena kehamilan Jennie, bukan itu alasan aku.  Tapi, alasan utama aku mutusin kamu adalah, aku udah jatuh cinta sama anak bos aku,"

Reygan terdiam. Mengetatkan rahangnya.

"Namanya Tama. Aku udah ada rasa semenjak aku nemenin dia dinas keluar kota. Tanpa sadar, aku ngebuka diri ke dia. Aku sadar, kamu pria beristri dan nggak baik buat aku terus mempertahankan status kita. Aku sesama perempuan, aku nggak mau kedepannya aku dapet karma atas semuanya. Makanya aku lepasin kamu."

Reygan masih, diam. Menatap dalam mata Fannesa.

"Gan, kamu dan aku hanya bertemu aja, tidak untuk disatukan. Mungkin, lewat ini kamu sadar kamu sayang sama Jennie. Aku tau waktu kamu bohong, waktu ambil kunci mobil di ruangan Jennie di RS. Aku lihat kamu masukin kunci mobil ke kantong celana kamu, tapi kamu bohong kan ke aku? Mau ketemu Jennie kan?" katanya sambil terkekeh.

Reygan terperangah. Benar juga.

"Aku tau kamu bohong, tapi aku pikir Jennie lebih butuh kamu, aku harusnya minta maaf sama dia udah bawa kamu ke apartemen aku. Maaf ya Gan,"

"Gan, aku udah nemuin orang yang tepat buat aku, yang mau nerima segala kekuranganku, termasuk keadaan aku yang udah nggak virgin. Di apartemen waktu itu, dia mabuk. Dia nggak sadar sama apa yang dia lakuin ke aku."

Fannesa memegang tangan Reygan. "Makasih ya buat tujuh tahun ini, aku bahagia kenal sama kamu, sekarang tinggal kita jalan sendiri-sendiri di jalan kita masing-masing juga. Semoga bahagia selalu ya Gan,"

Reygan tersenyum tipis. Ada perasaan lega ketika menyadari bahwa Fannesa sudah menemukan orang yang tepat.

Kini mungkin, memang seharusnya mereka berteman.

*****

Jennie berjalan sambil tertawa bersama Vella.

Dan , tiba-tiba langkah keduanya terhenti ketika melihat Reygan dan Fannesa berpegangan tangan.

Jennie terdiam. Vella berjalan ke arah keduanya. Dan menyiramkan jus ke wajah Reygan.

Dan, Vella menampar Fannesa.

Jennie melotot, dan berlari menyusul Vella.

"ANJING LO YA! BILANGNYA CINTA SAMA SAHABAT GUE! NYATANYA KELAKUAN LO NGGAK BERUBAH. MANUSIA BAJINGAN!"

Reygan menatap Jennie. Perempuan itu, hanya diam berusaha menenangkan Vella tanpa mau menatapnya.

Vella menatap Reygan. "MATI AJA DEH LO!"

"Maaf, ini nggak seperti yang kalian pikirin. Reygan nggak salah,"

Vella berganti menatap Fannesa. Dan, menampar untuk yang kedua kalinya.

"LO JUGA, MASIH MAU SAMA MANUSIA BAJINGAN KAYAK DIA?! YANG BAHKAN BUNUH ANAKNYA SENDIRI!!"

Fannesa terkejut. Hah? Reygan?

Jennie menahan tangan Vella yang ingin menjambak atau mencakar Fannesa. "Vel, udah biarin aja, malu diliatin orang."

Tapi, Vella tetap meronta, dan menatap berang keduanya. "COWOK BAJINGAN COCOK SAMA CEWEK MURAHAN! COUPLE GOALS."

Reygan mencekal tangan Jennie. "Jen, aku bisa jelasin,"

Vella melepas paksa tangan Reygan, "Nggak usah sentuh sahabat gue! Lo nggak layak buat dia! Lo itu cocoknya sama perempuan murah, kaya dia!" katanya menunjuk Fannesa.

Fannesa menunduk malu, memang dia dulu berniat merebut Reygan. Tapi, kini tidak lagi ketika dia menemukan orang yang tepat.

Vella mengajak Jennie pergi. Tanpa berkata apapun, keduanya pergi.

Reygan mematung. Tatapan Jennie seperti sangat membencinya, sangat terganggu dengan kehadiran dirinya.

*****

Jennie memasuki rumahnya, perutnya tidak jadi diisi, malah dia harus ikut meeting hari ini.

Jadi, hanya segelas kopi yang masuk ke dalam perutnya.

Jennie melepas flatshoes, dan masuk ke dalam rumahnya. Dan, ada Reygan disana sambil duduk dengan Ayahnya.

Jennie masuk ke dalam, tanpa memperdulikan Reygan.

"Duduk dulu Jen,"

Jennie menggeleng. "Banyak kerjaan Pah, Jennie capek banget,"

Jordi melirik Reygan. "Ada yang udah nungguin kamu dari tadi."

Jennie menatap Reygan. "Mau apa lo?!"

Reygan berdiri, dan melihat Jordi telah meninggalkan mereka berdua, memberi waktu keduanya berbicara.

"Aku mau jelasin yang tadi, itu nggak seperti yang kamu pikirin Jen,"

Jennie berdecih, "Gue nggak perduli lo mau apa sama pacar lo. Gue nggak perduli asal lo tau."

Reygan menggenggam tangan Jennie. "Aku nggak ada apa-apa sama dia, dia cuma jelasin ke aku, alasan mutusin aku. Itu aja Jen,"

Jennie menatap Reygan. "Ada hubungannya sama anak gue?!" katanya galak.

Reygan terdiam.

"Alasan aku mutusin kamu memang bukan karena kehamilan Jennie, bukan itu alasan aku.  Tapi, alasan utama aku mutusin kamu adalah, aku udah jatuh cinta sama anak bos aku,"

Reygan perlahan menggeleng pelan.

Jennie menampar Reygan. "Puas lo?! Udah kaya gini ke gue sama anak gue?! HAH?!"

Jennie menangis terisak sambil memukul dada Reygan.

Reygan langsung memeluk Jennie erat, membiarkan Jennie menangis di pelukannya.

"Jauhin gue Gan, please. Lepasin gue,...gue mau cerai Gan," katanya sambil terisak.

Reygan terdiam. Badannya menegang.

*****
Jadi, siapa yang patut disalahkan?

****
Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

See u next chapter ❤️

****

Continue Reading

You'll Also Like

7.6M 673K 92
[SUDAH TERBIT @COCONUTBOOKS - DIJUAL ONINE] -And in the middle of my chaos, there was you.- Celine tidak mengira bahwa hidupnya, bukan, percintaannya...
2M 22.4K 11
PART TIDAK LENGKAP! SEBAGIAN SUDAH DI HAPUS! Menikah dengan seorang Direktur tak pernah menjadi salah satu impian dalam hidup seorang Gea. Memikirkan...
801K 71.7K 65
Alana Putri tidak pernah membayangkan kalau hidupnya akan berubah menjadi begitu rumit karena harus terjebak dalam sebuah ikatan konyol bernama perni...
2.4M 35.8K 48
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...