Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.5M 1.6M 368K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Feeling
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] QuΓ­tatelo
[REVISI] Beginning
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Apologize
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Akhirnya bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] A Chance

436K 27.3K 4.2K
By niqceye_

Jangan lupa tinggalkan jejak. Okey?

****
Semuanya diam, tidak ada yang bersuara, karena bisa merasakan bahwa Jennie sudah mulai emosi.

Reygan menatap sendu Jennie, perempuan itu berubah terhadapnya.

Eric berdeham, "Maaf menyela, tapi menurut Eric sama Anya. Reygan berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua. Eric sama Anya bisa melihat kalo Reygan benar-benar menyesal. Percaya atau nggak, tiap malam dirumah sakit, Reygan selalu masuk ke ruangan Jennie, menangis disana. Eric sama Anya bisa melihat, kalo dia benar-benar menyesal."

Jennie menatap Eric. "Kak Eric bisa bilang gitu, karena memang Kak Eric ngelihat penyesalan dia. Tapi, kalo kakak jadi aku, yang tiap hari selalu salah dimata dia, bahkan dia nuduh-nuduh Jennie untuk sesuatu yang nggak Jennie buat. Bahkan dia tidurin Jennie dengan nyebut nama perempuan lain. Gimana bisa Jennie nggak sakit hati? Dan akhirnya anak itu ada, dan dengan gampangnya dia suruh gugurin."

Reygan menghela nafasnya. "Harus gimana Jen, biar kamu maafin aku?"

"Mungkin kalo anak gue masih ada, mungkin juga gue bisa maafin lo. Tapi, semua penyesalan lo nggak akan merubah apapun. Anak gue nggak akan kembali."

Reygan menunduk.

Risa mengelus tangan Jennie, merasakan anaknya, sudah emosi dan sangat marah.

"Gue mau tegas sama pilihan gue sendiri, gue capek ngikutin maunya orang terus tanpa mikirin diri gue sendiri. Gue juga mau laki-laki yang bener-bener sayang sama gue, cinta sama gue, dan bahagia sama gue. Dan itu, bukan lo."

Jennie bangkit berdiri. Meninggalkan ruang tamu, dia benar-benar sudah membenci laki-laki itu!

Jennie masuk ke kamarnya, menangis disana, menumpahkan segala keluh kesah, Jennie bukan tipikal orang yang pintar menyembunyikan perasaan. Ketika dia tidak suka, dengan terang-terangan dia akan mengatakannya.

Jennie mendongak ketika melihat Anya masuk ke dalam kamar. "Yang tadi dibawah bukan Jennie yang gue kenal ya?"

Jennie terdiam.

"Jen, maafin dulu aja. Nggak baik tau, kalo terus-terusan kaya gini. Maafin dulu aja, tapi lo boleh berpikir untuk kembali sama Reygan. Kalo lo marah, dendam, benci sama dia, toh anak lo nggak akan kembali kan Jen?"

Jennie mendongak, "Tapi kalo bukan karena Reygan dorong Jennie, pasti anak itu masih ada. Dia ada Kak," katanya terisak.

Anya mengelus kepala Jennie, "Ada kalanya Jen, yang hilang akan diganti. Dari semua kejadian, lo ambil hikmahnya. Pasti ada hikmahnya kan?"

Jennie terdiam.

"Kakak keluar dulu ya, jangan terpuruk terus, anak lo udah tenang disana, lo harus bangkit dan fokus sama apa yang ada di samping lo sekarang. Maafin aja dulu, kalo masalah lo mempertahankan atau mengakhiri pernikahan ini. Liat seberapa Reygan berjuang buat lo,"

Jennie menatap Anya yang keluar dari kamarnya. Kata-katanya, entah kenapa sangat pas.

Toh, dia marah pun percuma kan? Jadi apa harus dimaafkan?

Tiba-tiba kata-kata Anya kembali terngiang. 

Mau mengakhiri atau mempertahankan pernikahan ini. Liat seberapa Reygan berjuang buat lo.

****

Jennie duduk di ranjang kamar, hatinya masih belum ikhlas semua ini terjadi.

Jennie berjalan ke balkon kamarnya, dan duduk di ayunan kayu disana.

Semuanya terasa hambar, datar dan menyedihkan.

"Jen, makan dulu yuk!"

Jennie melihat Mama nya sudah masuk ke kamar, dan berdiri di dekat ranjang. "Iya Ma,"

Risa duduk di ayunan, "Kenapa? Masih sedih ya?"

Jennie mengangguk.

Risa tersenyum. "Jangan terpuruk terus, sedih boleh, tapi jangan lama-lama."

Jennie menghela nafasnya. Bagaimana bisa dia tidak sedih?

"Jen, semalam Mama bisa melihat penyesalan Reygan, dia betul-betul menyesal. Mama juga marah sama dia, tapi menurut Mama dia menyesal dan mau datang untuk minta maaf, sudah baik niatnya. Tapi, Mama sih terserah kamu. Pilihan ditangan mu,"

Jennie menatap atap hitam rumah tetangganya. Pikirannya kacau, tapi kalo begini terus, hidup Jennie juga lama-lama berantakan kan?

"Makan dulu aja yuk,"

****

Reygan yang sedang melamun, mendongak ketika Mamanya mengelus kepalanya.

"Mama udah nggak marah?"

Sera tersenyum. "Nggak ada orang tua yang nggak maafin anaknya, Mama nggak bisa marah-marah terus ke kamu. Kamu pasti nyesel kan, Mama tau itu."

Reygan mengangguk. "Reygan nyesel banget Ma,"

"Mama tau Gan, terus kamu mau biarin Jennie pergi?"

Reygan menggeleng. "Reygan cinta dia banget Ma, banget."

"Makanya perjuangin, jangan menyerah, toh Papanya Jennie kasih kamu kesempatan kedua kan untuk mendekati Jennie lagi? Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya."

Reygan sangat bersyukur ketika Risa dan Jordi memberi kesempatan untuknya, setelah hampir saja Reygan berlutut didepan mereka.

Tapi, Jordi tidak membiarkan Reygan sampai berlutut, dia hanya memberi sedikit nasihat yang keras, terhadap Reygan.

Ternyata, sifat penyabar Jennie selama menghadapi Reygan dulu berasal dari kedua orang tuanya.

Reygan mengangguk. "Ma, jagain Jennie buat Reygan ya? Besok Reygan kerja lagi. Lumayan lama."

Sera mengangguk. "Iya,"

Reygan berdiri, menyisir rambutnya dengan jari. "Reygan ke tempat istri dulu ya Ma,"

Sera tertawa. "Iya hati-hati ya, bawa dia kerumah kita secepatnya."

****

Reygan duduk di hadapan Jordi. "Jennie ada di kamar, sejak sarapan belum keluar lagi,"

"Iya Pa, Reygan kedalam nggak apa-apa?"

Jordi mengangguk. "Ini kesempatan terakhir dari saya untuk kamu, tapi pilihan tetap pada Jennie."

"Iya Pa, Reygan masuk dulu ya."

Reygan berjalan, menaiki tangga, lalu menekan knop pintu. Dan melihat sedikit dari celah pintu, kalau Jennie sedang duduk di sofa sambil melihat ke luar.

Jennie menatap Reygan. "Siapa yang suruh lo masuk? Keluar!"

Reygan terhenti di tempatnya.

"Gue nggak mau ada lo di hidup gue, pergi."

Reygan masih diam, "Jen,"

"Nggak usah manggil-manggil gue. Pergi dari sini sekarang!"

Jennie berjalan ke arah Reygan, dan mendorong Reygan.

"Jen, aku kesini mau memperbaiki semuanya."

Jennie tetap mendorong Reygan dengan brutal.

Dengan sekali gerakan, Reygan mengunci gerakan Jennie dan memeluknya erat.

"Selama kamu nyuruh aku buat pergi, aku tetap disini Jen, karena aku serius ke kamu. Aku tau kamu butuh pembuktian, dan itu bakal aku lakuin. Aku bakal buktiin kalo aku serius sayang sama kamu."

Jennie terdiam, tidak membalas pelukan Reygan. Tangannya menggantung di udara.

Reygan mengelus kepala Jennie. "Aku bakal berusaha bikin kamu percaya sama aku. Jangan pergi ya Jen, tetap disini."

Jennie mendorong Reygan. "Pergi!"

****

Reygan menuruni tangga dengan lemas, rasanya dibenci seperti ini membuat hidupnya tidak tenang.

"Butuh proses Gan, karena kesalahan kamu itu nggak sepele. Jennie masih butuh waktu," kata Jordi.

Reygan mengangguk. "Reygan paham Pa, Reygan titip Jennie ya, besok Reygan udah mulai kerja."

"Pasti, tapi kalau kamu udah mau nyerah, kamu bisa bilang sama Papa, dan kembalikan Jennie ke kami."

Reygan menggeleng. "Reygan nggak akan nyerah Pa, Reygan sayang Jennie banget."

"Buktikan kalau gitu, jangan hanya sekedar janji."

Reygan mengangguk. "Kalau gitu Reygan pamit Pa, mau persiapan buat besok."

Jordi berdiri, "Iya, hati-hati ya."

****

Jennie masih belum ingin melakukan apa-apa. Magangnya terbengkalai, kuliahnya berantakan, kesehatannya menurun.

Yang dia lakukan hanya duduk diam di ayunan kamar, dan menangis dimalam hari.

Hidupnya juga sudah tidak ada artinya.

Rasanya dia hanya ingin diam, tanpa melakukan apapun. Hanya ingin melamun sepanjang hari.

Jennie mendengar suara derap langkah kaki.

"Jangan gini Jen, hidup mu mau nggak mau tetap bergerak kan? Jangan nyerah dong, jangan sedih."

Jennie hanya diam, melihat Anya.

Anya tersenyum miris, Jennie tidak banyak ngomong seperti dulu, hanya diam saja.

"Keluar sama gue yuk, mau nggak?"

Jennie menggeleng.

"Nggak Kak, mau dirumah aja,"

Anya menuruni tangga, dan menemui Ayahnya. "Jennie masih belum mau keluar kamar Pa,"

Jordi menghela nafasnya. Dia dan Risa juga sudah berusaha semaksimal mungkin supaya Jennie mau untuk keluar dari kamar.

Tapi, Jennie tetap betah didalam sana. Entah, sedang apa.

Risa duduk sambil meletakkan kopi. "Ya, namanya juga kehilangan. Pasti sedih lah, udah biarin aja dulu, toh masih bisa kita pantau."

Anya menatap Ayahnya. "Kok Papa kasih Reygan kesempatan kedua? Bukannya Papa sama Mama benci sama Reygan?"

Jordi tersenyum. "Manusia hidup dalam penyesalan itu seperti ada penjara tak kasat mata Anya, Reygan menyesal pasti dia hidupnya nggak tenang, diliputi rasa bersalah, terlebih orang yang dia sakiti membenci dan nggak mau maafin dia."

"Papa cuma memberi akses Reygan untuk memperbaiki semuanya, hanya kesempatan. Untuk selanjutnya, biar dia dan Jennie yang selesaikan. Intinya, Papa nggak menghalangi niat Reygan untuk minta maaf. Niat orang untuk minta maaf itu sesuatu yang baik kan?"

Anya mengangguk. "Iya sih,"

Risa tersenyum. "Niat dia kesini kan baik, meskipun kita semua kehilangan, saling benci."

"Kalau masalah jadi cerai atau tidak, kita lihat dulu perjuangan Reygan. Bagaimana caranya dia memenangkan hati adik kamu. Laki-laki yang betul-betul mencintai, akan melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta dari perempuan yang dia sayang."

"Tapi, kalo kesempatan ini gagal, Papa akan langsung menyuruh Reygan untuk menceraikan Jennie."

*****
Astaga, stuck parah🤧

*****
Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

See u next chapter ❤️

*****

Continue Reading

You'll Also Like

41K 2.4K 52
"Yaudah, kita pacaran aja. Eh, atau langsung nikah? Biar orang tua kita nggak jadi nikah." [Completed - Konflik Ringan] Perjuangan dan rencana gila y...
389K 14.8K 84
[Completed] Kalian tahu rasanya memperjuangkan seseorang tapi yang diperjuangkan sama sekali tidak mengerti artinya perjuangan? Dua orang yang selalu...
1.4K 86 15
"Pondasi sebuah hubungan adalah kepercayaan, namun bagaimana jika hubungan berisi dua manusia yang memiliki masalah dengan sebuah kepercayaan?" - Men...
1.3M 108K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...