I'm Coming [END]

By Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? More

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Intan
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Stand

1K 50 0
By Maulana707

A/N: jangan lupa vote dan comment :)




"Sepertinya sudah dimulai." karena rentetan peluru kembali terdengar dari arah kejauhan, yang berarti para zombi telah bergerak sesuai rencana Rara.


 Satu persatu makhluk yang sangat haus akan hasrat untuk segera mengoyak daging seseorang mulai berlarian keluar dari ruangan jenazah dengan nafas memburu, tak menyia-nyiakan jalan keluar yang telah dibuka lebar untuk segera menemukan mangsa yang sudah dekat.

 Sementara mereka bertiga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk segera kabur, Berada di urutan posisi yang paling belakang, Kenzo masih merasakan sedikit keraguan dalam benak hatinya. 

 Dalam posisi terjepit seperti ini, tidak banyak pilihan yang mereka punya. Terus bergerak berpindah dari satu menuju tempat yang lainnya juga bukanlah hal yang ia inginkan sebenarnya.


"......." tak mengatakan apapun ketika melihat Rani dan Rara melewati ruangan tempatnya sedang berada.


  Menggunakan night vision dengan jenis yang berbeda, orang tersebut langsung melesat dengan cepat sembari memegang dengan erat sebuah pisau dalam genggamannya.


"Uhuk."  Kenzo baru saja memuntahkan sebuah muntah darah yang cukup banyak dari mulutnya setelah lambungnya ditusuk secara tiba-tiba.


 Tanpa mereka bertiga sadari sedikitpun, seseorang yang sempat bersembunyi dibalik kegelapan ruangan sebuah kamar pasien yang pintunya dalam keadaan terbuka lebar berhasil menusuk Kenzo secara diam-diam.


"Kenzo!" teriak Rara, melihat orang asing tersebut telah melakukan sesuatu yang membuat patnernya menjadi kesakitan kali ini, batuknya saja sudah terdengar berbeda dari yang biasanya karena cipratan darahnya juga terdengar cukup jelas. Sementara Rani tidak bisa terlalu melihat dengan jelas karena ia adalah satu-satunya orang yang tidak memakai nightvision disitu.

 Mengarahkan ujung senjata api miliknya ke arah orang tersebut dan akan menarik pelatuk miliknya, Kenzo langsung mendorong tubuh pria tersebut dengan mengerahkan seluruh tenaga yang masih ia miliki menuju ke dalam ruangan tempat dimana ia muncul sebelumnya.


"Ugh." merasakan jika jantungnya baru saja ditikam oleh pisau, Kenzo langsung menarik pin pengait granat yang ada di saku sebelah kanan miliknya menggunakan seluruh tenaga yang masih tersisa meskipun ia merasa sangat lemas dan pandangannya mulai berat dalam setiap detiknya.


"Denger Ra, seandainya aku gagal, tolong jangan sampai biarkan aku berubah seperti mereka ya."

"Kenapa? kan kamu udah janji kalo kita bakal saling melindungi?" 

"Iya, aku bakal ngelindungin kamu kok, kita berdua pasti akan selamat." memandang ke arah jalanan yang ada di hadapan mereka telah dipenuhi oleh mereka yang seharusnya tidak hidup kembali setelah mengalami kematian.

"AKu gamau kamu pergi, pokonya gamau."

"Iya, tenang aja."


"Maaf.." gumamnya pelan.


(Suara granat meledak)


***


 Ledakan barusan berhasil menghempaskan mereka berdua beberapa meter menjauh hinga membentur dinding dengan cukup keras meskipun tidak terkena ledakan secara langsung.


"Uhuk-uhuk." 


 Rani yang pertama kali terbangun diantara mereka berdua langsung memeriksa keadaan sekeliling. Ledakan yang barusan sempat membuat punggungnya terbentur keras dan terasa sakit.

 Meskipun kondisinya dalam keadaan seperti itu, mau tak mau ia masih harus bisa menahan rasa sakit tersebut agar bisa tetap bergerak karena musuh masih berkeliaran.


"Ra." panggilnya pelan, meraba-raba ke sekitar untuk mencari Rara karena keadaan disitu cukup gelap.


 Karena ledakan yang barusan menyebabkan benda-benda yang ada di dalam kamar tersebut ikut meledak dan memantik api untuk segera menyebar, sistem pencegah kebakaran langsung menyala dan mengeluarkan air pada seluruh ruangan. Satu-satunya hal yang membedakan dalam keadaan biasa adalah bunyi alarm tidak berbunyi ketika mendeteksi api karena listrik telah dimatikan sementara sistem bekerja dengan cara yang berbeda.


***


"Oy"

"Bangun!"

"Ada zombi disini." menggoyang pundak Bayu berulang kali agar segera cepat tersadar.

"Engh......kenapa?" membuka kedua bola matanya secara perlahan.

"Cepat bangun!" pungkas Ryan yang tak bisa membiarkan Bayu berlama-lama berada disitu, menembaki beberapa zombi yang berusaha untuk mendekat.


 Bayu membutuhkan beberapa detik untuk membiarkan pikirannya kembali bekerja dengan benar sebelum pada akhirnya suara rentetan baku tembak yang masih terjadi di bawah membuatnya kembali teringat dengan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan kepada Ryan sebelumnya.


"Ah benar juga, tad-."

"Aku udah tau." langsung memotongnya.

"Cepat kita ga bisa lama-lama."


 Hujan masih turun dengan deras hingga saat ini, pakaian mereka berdua terlihat basah kuyup sementara Bayu merupakan satu-satunya yang paling lama terkena hujan. Kegelapan malam membuatnya dirinya menjadi kesulitan untuk melihat apa yang ada di sekitarnya.

"Mereka ada banyak." menggunakan scope khusus miliknya yang dapat digunakan untuk melihat di dalam kegelapan.

"Aku ga bisa hadapin mereka semua, kita dikejar waktu."

"Jadi, apa rencana kita?"

"Tutup pintunya, habisi makhluk yang tersisa, lalu kita susun ulang strategi selanjutnya."

"Oke, rencananya terlihat mudah." karena jumlah zombi yang ada di atap telah mencapai jumlah sekitar empat puluh lebih dan masih akan terus bertambah jika satu-satunya pintu yang menghubungkan antara tangga dan atap tidak segera ditutup secepatnya.


 Setelah melihat apa yang terjadi, Ryan sedikit berubah pikiran dengan rencana mengenai menuju titik pertemuan. Dilihat dari perkembangan situasi hingga saat ini, membuatnya harus memikirkan cara lain agar mereka dapat lolos dari tempat tersebut. Melihat orang-orang sedang menggila di bawah sana dan akan sangat sulit untuk melewatinya.


Tanpa persiapan yang cukup sudah sama saja dengan bunuh diri namanya.


***


 Ryan sama sekali tidak bisa menghubungi semua rekan yang masih tersisa di rumah sakit setelah mengubungi Kenzo sebelumnya. Karena alat komunikasi tidak dapat digunakan untuk sementara, orang pertama yang harus ia kabari adalah orang yang posisinya paling dekat dari tempatnya berada saat ini, yaitu Bayu.

 Waktu yang semakin sempit menyebabkan dirinya mengabaikan semua zombi yang ada di sekitarnya dan menjadi terburu untuk menuju tempat Bayu. Jumlah mereka yang terlalu banyak membuat ia tak bisa menutup pintu dengan tepat dan harus menunggu momen lain untuk kembali menutupnya hingga benar-benar rapat.


"Lindungi aku dari belakang." menggenggam senapan otomatisnya dengan erat dan mengatur ulang nafasnya secara perlahan-lahan.

"Oke, cepat tutup pintunya."


 Langsung melesat maju dengan cepat, telah melepaskan seluruh setelan jas hujan miliknya untuk meringankan beban dirinya dan agar pergerakannya tidak terlalu tergangu, menampakkan tubuh kurus yang tidak terlalu memiliki banyak lemak di dalamnya.


"Bayu, dia memang tidak terlalu kuat, tapi dia yang paling lincah diantara kami semua." mempercayakan tugas kali ini kepada dirinya.


 Memanfaatkan senapan otomatis yang ia bawa sebagai senjata sekaligus patokan penglihatan, Bayu sama sekali tidak menampakkan keraguan kali ini. Ragu sedikit saja dan semua akan menjadi benar-benar berantakan.

"

Jarak untuk menuju pintu sekitar seratus meter dan ini ga akan berjalan dengan mudah ya..."


 Menarik pelatuk miliknya, sudah tak ada waktu lagi untuk memasang peredam. Sembari berlari, Bayu tetap memposisikan senapan miliknya ke depan dengan sebuah pisau yang telah terpasang di ujungnya.


Hyaggrhh


 Menancapkan ujung pisau tersebut ke arah salah satu leher makhluk yang ada di hadapannya, Bayu langsung mengiringinya dengan sebuah tendangan dan mengankat senjata miliknya ke atas secara bersamaan.


Membuat kepala makhluk yang dulunya merupakan wanita, kini terbelah menjadi dua.


***


 Belum selesai sampai disitu, Bayu kembali melanjutkannya dengan menurunkan senjatanya ke bawah lalu mulai menembaki mereka yang ada di depan secara satu persatu sembari terus bergerak maju memanfaatkan celah yang sengaja ia buat kali ini.

 Dalam pertarungan secara adil, mungkin kesempatan bagi dirinya untuk bisa menang sangatlah sedikit karena ia memiliki fisik yang tak dapat mengerahkan tenaga terlalu kuat. Dengan senjata api yang ada pada dalam genggaman tangan, Bayu bisa memutar balik keadaan dalam sekejap bermodalkan otak.


"Masih belum."


 Tak bisa dibohongi sedikitpun, jujur saja, jantung Bayu juga ikut berpacu cukup kencang kali ini. Menembus derasnya hujan sekaligus mempertaruhkan nyawa miliknya pada saat yang sama.

 Sementara Ryan memang sedari tadi tak hanya diam begitu saja di tempat, ia ikut membantu Bayu dari belakang dan mencegah beberapa zombi yang akan merepotkan Bayu jika yang ia hadapi terlalu banyak, Bayu juga memiliki persediaan peluru yang terbatas, sama seperti dirinya.


DEG!


 Tanpa ia sadari adrenalin Bayu telah bangkit ketika kinerja jantungnya bekerja lebih cepat daripada biasanya, membuka potensi rahasia yang ia miliki karena setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda.

 Adrenalin dapat terpicu oleh berbagai hal, namun kemarahan yang sedang memuncak dan berada pada situasi antara hidup dan mati adalah dua hal yang dapat memicunya secara otomatis.

 Tubuh selalu memiliki cara agar dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, dalam kasus ini Bayu dapat bergerak lebih cepat daripada yang biasanya. Langkah kaki serta tubuhnya menjadi terasa ringan entah mengapa.


"Aku pasti bisa." merasa sangat percaya diri kali ini.


 Melihat ada tiga zombi terakhir yang akan menghalangi dirinya untuk menutup pintu, Bayu masih sama sekali tak berniat ragu untuk terus melangkah maju. Melirik menuju ke arah scope, menguci sosok yang telah ia jadikan target, langsung menembak tepat menuju ke arah kepala sembari terus melesat.

 Melayang di udara dan menembus menuju kepala seseorang dalam hitungan detik, makhluk tersebut langsung tumbang di tempat bahkan sebelum dirinya dibiarkan sedikit saja untuk bergerak.

 Sementara jarak diantara mereka tinggal dua puluh meter dan semakin dekat dengan pintu pada setiap detiknya, Bayu masih melancarkan serangan ke depan untuk membuka jalan.


"Itu dia pintunya!"


 Bayu langsung mengarahkan ujung pisau yang ada pada senjata miliknya ke depan, mengerahkan seluruh tenaga yang ia miliki, ia langsung menusuk dahi makhluk yang berada di hadapannya sembari mendorongnya mundur untuk menahan makhluk yang berada dibaliknya.

 Menyamakan posisi mereka berdua dan membiarkannya agar tetap berdekatan, Bayu langsung menarik pelatuk miliknya, membuat peluru terakhir yang masih tersisa berhasil menembus dua kepala dalam sekali tembak.


"Hah hah hah."

"Ugh."


 Meskipun terasa lelah, ia masih menyempatkan diri untuk menutup pintu besi yang ada di dekatnya hingga benar-benar rapat dan tak perlu menahannya lebih lama karena makhluk-makhluk tersebut pada dasarnya tidak punya otak dan besi terbuat dari bahan yang sangat keras dan sulit untuk dijebol.


"Ini.."

"Suara helikopter." meskipun terdengar cukup samar karena derasnya hujan, Ryan masih dapat mendengarnya. Bukan hanya satu saja, ia ikut mendengar beberapa suara lain yang ada di langit malam.


 Sementara dari kejauhan, Intan menyeringai dibalik gelap, ia telah mengetahui identitas siapa mereka yang sebenarnya.


"Oho, ada tamu rupanya."

"Intan!" pangil Joseline dengan nada serius.


***


"Cepat kesini! jangan lama-lama."

"I iya kak, aku kesana." memutuskan telepati diantara mereka berdua dan langsung menghilang di tempat tanpa menyisakan apa-apa.


Joseline, apa yang sebenarnya sedang ia lakukan selama ini?


***


 Salah satu makhluk yang berada di dekat Bayu menjulurkan lidahnya yang entah bagaimana bisa memanjang sejauh dua puluh lima meter menuju ke salah satu kakinya.


"Eh." tiba-tiba terjerat dan ikut tertarik dengan daya kekuatan cukup kuat hingga membuat dirinya menjadi kehilangan keseimbangan.


 Terus ditarik secara kasar hingga terus-terusan terpaksa menabraki semua makhluk yang berada di hadapannya, tak sengaja melepaskan senjata karena reflek, Bayu tak dapat melihat apa-apa kali ini. Merasakan ada semacam cairan kental yang jika dilihat dengan jelas berwarna hitam pekat ikut menempel di kakinya.


"Gawat!" melihat Bayu yang ditarik secara paksa seperti itu tentu saja tak membuat Ryan hanya diam saja di tempat.

"Tunggu, aku datang, jangan panik!"


 Langsung bergerak dengan memakai tas milik Bayu, hal pertama yang harus ia lakukan adalah segera membunuh makhluk yang bisa menjulukan lidah sejauh itu. Mengikuti alur dimana ujung lidah tersebut akan berakhir, Ryan berhasil menemukan makhluk tersebut diantara beberapa makhluk lain.

 Meskipun tak dapat melihat dengan terlalu jelas, ia dapat mengenali sosok tersebut sebagai seseorang yang dulunya merupakan wanita.

 Terus mengarahkan ujung pistolnya ke arah depan sembari masih berlari, mengganti slot pistol yang telah habis dengan slot terakhir yang masih tersisa secara bersamaan. Dua belas peluru, dua belas kali kesempatan.


Brakkkkkkkkk


 Pintu yang sebelumnya telah susah ditutup secara susah payah oleh Bayu langsung dibuka secara paksa hingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras oleh seseorang namun Ryan belum mengetahui siapa identitasnya karena fokusnya masih tertuju dengan apa yang ada di hadapannya. Sosok tersebut terlihat ikut membawa sesuatu dibalik punggungnya diikuti dengan rentetan suara senapan mesin berkaliber lima puluh yang berada dari udara.


"Sepertinya dari langit, sial...situasinya semakin kacau aja."


 Sosok tersebut juga ikut bergerak dengan motif tujuan yang masih belum diketahui sementara Bayu masih terlihat berusaha untuk memotong lidah yang merepotkan dirinya sedari tadi menggunakan pisau cadangan miliknya.


"Peluruku terbatas." telah melakukan tiga kali percobaan untuk menembak namun masih tak ada yang bisa berhasil mengenai target karena keberadaan makhluk yang ada di sekitarnya membuat celah yang ada menjadi semakin sempit pada setiap detiknya.


 Bermodalkan nekat, mereka berdua bergerak menuju arah yang sama, yaitu Bayu. Terus merangsek maju tak peduli siapa yang akan mereka hadapi kedepannya.


"Senjata api adalah sebuat alat. Tak peduli seberapa banyak peluru yang kita miliki, jika tak tau cara yang benar untuk menggunakannya, semua dapat berakhir dengan sekejap bahkan sebelum kita berhasil untuk memulainya."


 Mengerahkan seluruh benda yang mereka miliki, mereka berdua terus menghabisi satu persatu makhluk yang akan dilewati dalam hitungan detik.

 Detik demi detik terus berlalu sementara Bayu masih kesulitan untuk memotong lidah makhluk tersebut karena selain terlalu tebal, guncangan demi guncangan yang terjadi pada tubuhnya juga membuatnya menjadi kesulitan untuk berkonsentrasi, gigitan yang tak terduga bisa datang kapan saja. Semakin Bayu ditarik, semakin dekat dirinya dengan tepi gedung.


"Sedikit lagi" berusaha untuk tetap memotong lidah busuk yang terus menempel di kakinya semakin cepat karena ia mulai kehabisan waktu.


***


"Aku udah ga ada pilihan lagi."


 Ryan yang melihat Bayu hampir mencapai batas langsung melakukan tembakan beruntun menuju wanita tersebut hingga pelurunya benar-benar habis tak tersisa dan beberapa diantaranya berhasil mengenai titik vital yang berhasil membuatnya tumbang di tempat.

 Mempercepat langkahnya, menghindari makhluk demi makhluk yang berusaha menghalangi dirinya untuk lewat, ia tak berniat untuk memakai senjata apapun dan akan melakukan hal ini dengan tangan kosong saja.


"Ini kesempatanku."


 Sementara Bayu yang mendapatkan sedikit celah untuk dapat lolos dari jeratan lidah yang sedari tadi terus menarik dirinya menjadi semakin lemas setelah akhirnya tumbang, sengaja menekuk tubuhnya agar dapat menjadi lebih dekat dengan kakinya, Bayu langsung menebas lidah tersebut hingga benar-benar terputus seutuhnya.

 Tak peduli seberapa tebal permukaan lidah yang menjerat dirinya, jika terus-terusan memfokuskan untuk memotong pada sebuah titik yang sama, hal tersebut akan jauh lebih cepat untuk segera membuatnya terbebas dari jeratan.


"Sial, ini gamau berhenti."


 Meskipun Bayu telah berhasil melepaskan diri dari lidah yang sempat menjerat dirinya, tubuhnya yang masih dalam keadaan terseret karena tarikan yang sebelumnya terlalu kuat membuat dirinya terus bergerak mengikuti arus gravitasi yang ada.

 Berusaha untuk mencari solusi yang bisa ia gunakan, Bayu tak dapat sembarangan memegang sesuatu yang ada di sekitarnya karena ia sedang berada di tengah para zombi yang sedang berdiri, salah-salah, ia bisa memegang salah satu kaki diantara mereka dan semua akan berakhir dalam sekejap.


"Aku jatuh?" merasakan tubuhnya menjadi ringan secara tiba-tiba.


 Atap gedung sama sekali tidak memiliki pembatas di setiap sudutnya sehingga apapun yang melewati batas akan segera terjatuh ke bawah dengan mudahnya. Ryan masih membutuhkan beberapa langkah lagi sebelum dapat berhasil sampai menuju tempat Bayu berada.


"Bayu!"


 Sebelum Ryan melakukannya, sosok misterius yang sebelumnya berhasil melompat terlebih dahulu tepat setelah Bayu terjun bebas menuju ke bawah.


"Semoga aja aku sempat." semakin mempecepat langkahnya, Ryan mengambil nafas yang cukup dalam sebelum melompat dan ikut terjun bebas, bersiap-siap menekan sebuah tombol yang ada dibalik punggungnya untuk mengaktifkan sesuatu.


 Sementara di saat yang sama, beberapa helikopter yang ada udara ikut meluncurkan rudal milik masing-masing dari berbagai arah.


***


 Semua orang terlihat lelah hari ini, begitu pula dengan Zafran. Meskipun ia juga merasa lelah, namun dirinya masih tak berniat untuk memejamkan mata seperti yang lainnya, Zafran sudah melewatkan waktu terlalu banyak selama koma.

 Pandu dan Stevani terlihat telah terlelap masing-masing, menyisakan Agus yang sedang fokus untuk menyetir dan Zafran yang sibuk dengan pemikirannya.


"Tempatnya masih jauh?" membuka pembicaraan untuk memecahkan keheningan yang ada.

"Masih."

"Sebaiknya lampunya sorotnya jangan dinyalakan."

"Kenapa memang?"

"Kita hanya berempat dan lampu sorot terlalu memancing perhatian mereka yang ada di luar."

"Tenang saja, selama kita bergerak dengan mobil, kita akan tetap aman selama masih berada di dalam."

"Musuh kita bukan para zombi saja. Zombi memang berjumlah jauh lebih banyak dari kita, namun mereka tidak berotak, berbeda dengan para manusia, meskipun mereka tidak terlalu banyak, manusia masih dapat menggunakan akal untuk berpikir dan merencanakan sesuatu."

"Memang benar, orang asing jauh lebih berbahaya akhir-akhir ini."

"Kita tidak bisa sembarangan mempercayai orang yang baru kita temui." melanjutkan perkataannya.

"Lalu kenapa kalian?"

"Itu dan ini berbeda, kami berdua bisa saja melakukan sesuatu yang jahat kepada kalian berdua sedari tadi, begitu juga sebaliknya bukan? namun sampai saat ini juga masih tidak terjadi apa-apa."

"Dalam dunia seperti ini, kita masih harus saling bekerja sama untuk dapat terus bertahan hidup, kekerasan tidak akan menyelesaikan semuanya" jelasnya lengkap.


#TBC


Continue Reading

You'll Also Like

32K 787 137
Antologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pen...
1.6K 367 67
SURREPTITIOUS by Ucu Irna Marhamah Amadhea Claresza mendadak bisa melihat sosok-sosok makhluk halus di rumahnya, padahal sebelumnya ia tidak bisa me...
19.4K 4.8K 68
Suatu insiden yang tragis telah merenggut kehidupan normal nya Lisa Fandrina Ayudia, bahkan sang kematian pun ikut serta merenggut nyawanya. Akan tet...
11.7K 587 10
[Eksklusif di Dreame/innovel] Satu kembali untuk menuntut balas. Sembilan terpaksa bekerja sama dengan si mesum Ero untuk menangkapnya. Karena Ero da...