STALKER - Beside Me [REVISI] ✔

Autorstwa smileracle

103K 13.8K 13.3K

Bagaimana jika setiap aktivitasmu diawasi oleh seseorang yang tak dikenal? Hidup Ruwi menjadi lebih tidak ten... Więcej

Prolog
1 - Arti Nama
2 - New Friends
3 - Seseorang yang Peduli
4 - xxxx is Calling
5 - What I Feel (1)
6 - What I Feel (2)
7 - Preman dan Bunga
8 - Sebuah Surat
9 - The Incident
10 - It's okay, But...
11 - Kecurigaan
12 - Benang Merah
13 - Hidden Person
14. Chandra's Side Story
15 - Serpihan
17 - Lindungi Ruwi!
18 - Save Me!
19 - Rumah Sakit
20 - Pengakuan
21 - Maaf...
22 - Happy Ending?
23 - 1004
24 - Siapa Mr. R?
CAST
25 - Pria itu...
26 - Belum Usai
27 - Sebuah Janji
28 - Ketemu
29 - Dua Perisai
30 - Memori Masa Lalu
31 - It's Okay not to be Okay
32 - Kembali pada Kenyataan
33 - H-1
34 - D-Day
35 - His Face
36 - Kepingan Rahasia
37 - Serious Talk
38 - Stalker Baru
39 - Laporan Terakhir
40 - Ayah Idaman
41 - Face to Face
42.a - Hari Yang Dinantikan
42.b - Hari Yang Dinantikan
43 - Black Memories
44 - Fakta Lain
45 - Untitled
46 - Sebuah Keputusan
47 - Kalimat yang Membunuh
48 - Kabar Buruk
49 - An Apology
50 - Lembaran Baru
51.a - (Stalker) Beside Me
51.b - (Stalker) Beside Me
52 - R, Si Baik
53 - Love You Goodbye
54 - Untitled
55 - Love to Love
56 - One Fine Day
EPILOG
Special Part - Mr. R's Side Story

16 - Serpihan 2

1.9K 235 378
Autorstwa smileracle


"Mulai sekarang, aku akan menjadi perisai yang menjaga dan melindungimu."

~Revano Archen Gunawan~

__________________________________

👣👣👣

Sejak kedatangannya ke gedung teater milik fakultas Hukum, Vano sudah menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang ada di sana lantaran jaket yang ia kenakan. Jaket berwarna merah tua itu bisa dikatakan merupakan identitas anak Teknik. Hal itu diperjelas dengan tulisan 'FAKULTAS TEKNIK' pada bagian belakang jaket, sehingga tak ayal jika Vano dianggap sebagai penyusup yang berada ditengah-tengah mahasiswa fakultas Hukum.

Mahasiswa teknik itu tak mempermasalahkan pandangan orang-orang terhadapnya. Tapi, satu hal yang membuatnya risih adalah tatapan Zaidan. Pandangan si preman kampus itu tak bisa lepas dari gerak-gerik Vano. Rupanya, dia masih menaruh curiga, meskipun Vano sudah menjelaskan secara rinci bahwa ia bukanlah stalker yang mengikuti Ruwi malam itu.

"Ruwi, kamu bisa usir 'cowok itu' gak sih?" ujar Vano pada Ruwi yang berdiri ditengah, berperan sebagai pagar untuk memisahkan kedua cowok itu.

Ruwi menghela napas untuk kesekian kali. "Zaidan gak bisa diusir karena dia ada latihan di sini. Yang harusnya pergi itu lo. Lo 'kan bukan dari fakultas ini."

Zaidan langsung memamerkan senyum penuh kemenangan saat Ruwi berada dipihaknya. "Yang harusnya pergi itu lo!" Zaidan menunjuk muka Vano saat meniru perkataan Ruwi itu.

Vano yang kesal langsung maju selangkah dan melayangkan kepalan tangannya hendak menjotos pipi Zaidan. Ruwi yang cekatan pun langsung menggagalkan hal itu dengan mendorong pelan tubuh Vano.

"Gue masih curiga sama lo, ya!" ujar Zaidan penuh penekanan.

"Aelah, gue udah jelasin berkali-kali kalo gue bukan stalker! Nih mulut sampe berdarah-darah jelasinnya, masih aja gak percaya! Mau lo apa sih?!" sahut Vano.

"Gue mau lo ngaku kalo lo itu stalker!"

Vano mendengus kesal. Tangannya sudah gatal ingin meninju cowok yang berdiri sekitar 1 meter darinya itu. "Lah, emang bukan gue pelakunya! Kok lo maksa gue buat ngaku jadi stalker, sih! Dasar idiot!"

Vano berkacak pinggang sebelum melanjutkan. "Lo anak Hukum pasti tau istilah alibi kan?! Nah, profesor Husein Gunawan, dekan fakultas Hukum alias bokap gue, dia adalah alibi yang gue punya. Beliau bisa bersaksi kalo gue bersama dia pas malam kejadian!" Sekali lagi Vano menjelaskan tentang alibi yang dia punya.

"No photo, Hoaks!"

Vano melongo saat mendengarnya. Kini, kesabaran Vano sudah diambang batas. Ia pun dengan mudah merenggangkan otot jari-jarinya, bersiap meninju muka songong Zaidan.

"Kayaknya masalah ini cuma bisa diselesaikan dengan kekerasan." gumam Vano.

"Mau patah kaki apa patah tangan? Mau kulit kepala dijahit apa mukanya diperban kayak mumi?" tawar Vano pada Zaidan yang juga terlihat melemaskan otot-ototnya.

Zaidan menyeringai. "Kalo gitu gue cuma kasih lo satu kepastian. Gue bakal kasih lo tiket jalur express menuju neraka." balasnya.

Ruwi yang sedari tadi bertindak sebagai penonton dalam perdebatan itu kembali geleng-geleng kepala. Malas dan tidak memiliki tenaga untuk melerai, ia pun memutuskan beranjak meninggalkan mereka. Namun nahas, lagi-lagi kedua cowok itu mengikuti langkah kakinya.

Vano berjalan mengikuti Ruwi karena tak ingin berjauhan dengan gadis itu. Sedangkan, Zaidan berusaha melindungi Ruwi dari Vano yang masih ia anggap sebagai pelaku stalker.

"Vano," Ruwi memanggil dengan suara lirih. "Lo gak berangkat kerja? Ini udah jam sepuluh, harusnya lo udah kerja di kafe."

Vano menggeleng semangat. "Aku tukar shift malam. Jadi, nanti aku kerjanya bareng kamu."

"Ck, katanya anak DEKAN, kok kerja?" singgung Zaidan.

Ruwi menggerutu saat Zaidan kembali mengeluarkan kata-kata yang bisa memancing emosi Vano. Dapat ditebak apa yang terjadi selanjutnya. Vano langsung terprovokasi dengan kata-kata itu.

"Serah gue! Bokap gue aja gak masalah kalo gue kerja. Ngapain lo mikirin hidup orang lain!"

"Berarti lo itu cuma ngaku-ngaku anaknya profesor!"

"Besok-besok gue kasih liat KK gue! Kalo perlu gue buktiin dengan tes DNA kalo gue itu anak kandung profesor Husein!"

Zaidan mengibaskan tangannya untuk menolak apa yang dikatakan Vano. "Sorry, gue gak mau ketemu lo lagi. Hari ini terakhir kalinya kita ketemu. Jadi, gak perlu repot-repot bawa tes DNA."

"Halah, bilang aja lo takut menerima fakta kalo gue anak profesor beneran!"

"Heh! Gue gak takut ya!" sanggah Zaidan secepatnya.

Ruwi benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi-lagi ia hanya bisa menghela napas saat perdebatan kembali terjadi antara kedua cowok itu.

👣👣👣

Stevie berdecak saat melihat interaksi Ruwi dengan dua cowok itu. Ia semakin dibuat kesal saat melihat Ruwi terlihat akrab dengan Zaidan, mantan yang masih dia cintai. Dari sudut ruangan, dia bersama tiga temannya, termasuk Risti ternyata sudah mengamati gerak-gerik Ruwi sejak awal.

Mantan pacar Zaidan itu menatap teman-temannya satu persatu. "See?! Makin dibiarin, cewek itu makin lunjak!" Detik kemudian, ia menatap Risti yang sudah memasang ekspresi datar.

"Gue berencana mau kasih pelajaran ke dia. Lo bakal gabung sama kita 'kan, Ris?" tanyanya dengan tatapan penuh harap. "Seenggaknya kita harus beri dia pelajaran supaya dia gak rebut cowok orang lagi!"

"Ingat, Ris, Ruwi udah rebut Vano dari lo." ucap salah seorang cewek di samping Stevie.

"Benar. Jelas-jelas dia tau kalo lo suka sama Vano. Bukannya bantuin lo, tapi dia malah menusuk dari belakang." sambung cewek satunya.

"Dan dia juga udah hancurin hubungan gue sama Zaidan." imbuh Stevie. Cewek itu masih menatap tajam ke arah Ruwi.

"Terus, kalian bakal ngasih perhitungan apa ke dia?" tanya Risti kemudian.

Stevie yang seakan mendapat lampu hijau langsung menjawab, "kita mulai dengan melakukan sesuatu yang sederhana."

👣👣👣

12.00

Dua jam usai latihan, para mahasiswa diizinkan untuk makan siang dan salat Zuhur. Ruwi menghabiskan waktu 30 menit untuk melakukan keduanya. Waktu istirahat tersisa 15 menit lagi, ia pun menggunakannya untuk pergi ke toilet.

Saat itu tak ada orang lain di toilet. Hal itu membuat Ruwi lebih leluasa untuk menggunakan wastafel. Tak lama kemudian, ia dikejutkan dengan  suara pintu yang dibuka paksa. Terlihat Stevie beserta dua temannya sedang berjalan mendekat.

Tanpa basa-basi, Stevie langsung menyiramkan seember air bekas pel ke arah Ruwi. Ruwi yang tidak sempat menghindar langsung terkejut dengan apa yang menimpanya. Baju dan celananya basah kuyup, bau tak sedap langsung merebak memenuhi indra penciumannya.

Tawa ketiga pelaku meledak seketika saat melihat reaksi Ruwi. "Ini akibatnya kalo merusak hubungan orang lain!" celetuk Stevie.

"Stevie, lo tuh terlalu baik. Harusnya lo kasih pelajaran lebih supaya dia sadar diri!" kata seorang temannya.

"Ini udah cukup kok, gais." sahut Stevie sok merendah.

"Masih mending Stevie nyiram lo pake air bekas cucian pel. Kalo gue jadi Stevie, gue bakal siram lo pake air comberan!" kata teman Stevie lainnya. Mereka kembali tertawa.

Ruwi masih diam di tempat. Ia sadar dirinya tak bisa melawan tiga wanita itu. Selain karena kalah jumlah, ia juga tak ingin memperumit keadaan. Diam mungkin akan lebih baik meski mendapat perlakuan seperti itu.

"Kalo sampe lo ngasih tau Zaidan soal perbuatan kita, gue bakal kasih pelajaran lebih dari ini!" ancam Stevie sebelum keluar toilet diikuti kedua temannya.

👣👣👣

Vano terlihat celingukan mencari sosok Ruwi yang sudah 15 menitan tak kunjung kembali dari toilet. Karena khawatir, Vano memutuskan untuk menelpon Ruwi. Suara deringan telepon langsung terdengar dari dalam ransel yang tergeletak di sampingnya. Cowok itu langsung mendengus kesal saat tahu bahwa Ruwi sedang tidak membawa ponsel.

"Woi, lo tau Ruwi di mana gak?" tanya Vano pada Zaidan yang sedang bersiap-siap hendak latihan drama musikal.

"Palingan masih di toilet," jawab Zaidan.

Vano langsung mengabaikan cowok itu. Jawaban Zaidan tidak membantu sama sekali. Pikirnya. Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan mulai melakukan pencarian.

Baru beberapa kali melangkah, Vano mengaduh saat dirinya hampir saja terjatuh karena menginjak tali sepatunya sendiri. Ia pun langsung mengambil posisi jongkok untuk menali sepatunya. Saat disibukkan dengan hal itu, pendengarannya tak sengaja menangkap obrolan sekumpulan wanita yang tengah melintas di sampingnya.

"Stev, gimana kalo dia ngadu ke bagian akademik soal perbuatan kita?"

"Iya, gimana kalo dia ngaduin kita?! Bisa-bisa kita di skors,"

Seseorang bernama Stevie itu pun menjawab dengan santai. "Kalian tenang aja. Gue pastiin Ruwi gak bakal laporin perbuatan kita."

Vano langsung bangkit saat wanita itu menyebut nama Ruwi. Dia langsung dapat menebak kalau ketiga wanita itu telah melakukan perbuatan buruk pada Ruwi.

"Ruwi?!" ujar Vano yang langsung membuat ketiganya terkejut. "Kalian apain dia?!"

Dua wanita terdiam seraya menatap Stevie bersamaan, seolah menyerahkan pertanyaan itu kepada Stevie untuk dijawab.

"JAWAB!" Sorot mata Vano langsung tertuju pada Stevie. Atensi orang-orang yang berada di gedung itu seketika terpusat padanya. Tak terkecuali Zaidan.

Nyali Stevie langsung menciut saat Vano membentaknya. Ia melirik sekeliling yang sudah menatapnya penasaran. "Gue cuma ngasih dia sedikit pelajaran! Kenapa emangnya?!" kata Stevie seolah tak merasa bersalah.

Vano langsung meninggalkan lokasi tanpa sepatah katapun. Ia tak ingin waktunya terbuang hanya untuk memarahi wanita itu. Baginya, yang menjadi prioritas utama sekarang adalah menemukan keberadaan Ruwi.

👣👣👣

Ruwi berjalan di koridor menuju pintu keluar gedung. Ia berniat pulang saja tanpa diketahui orang lain, terutama Vano dan Zaidan. Ia tak ingin dua cowok itu tahu tentang kondisinya yang sudah basah kuyup.

Berhasil keluar dari gedung, Ruwi baru menyadari kalau dompet dan ponselnya berada di dalam ransel yang ia tinggalkan di gedung teater. Kembali ke sana dirasa bukan pilihan yang tepat.

"Lo gak pa-pa?" tanya seseorang dari belakang tiba-tiba. Ruwi langsung dapat mengenali suara bass itu. Suara Zaidan.

Tak lama setelahnya, Zaidan segera melepas jaket denim yang dia kenakan untuk menyelimuti badan Ruwi.

Ruwi terlihat kebingungan, tak tahu harus bagaimana. Disaat seperti ini, disaat ia tertimpa kesusahan, kenapa harus Zaidan yang datang melihat kesusahannya?

"Jauhi Ruwi!" teriak Vano dari kejauhan. Kemudian, ia berlari mendekati mereka.

Begitu sampai, Vano langsung melepas jaket denim dari punggung Ruwi, lalu melemparkannya pada Zaidan. Sebagai gantinya, ia menyelimuti Ruwi dengan jaket miliknya.

"Lebih baik lo urusin tuh mantan pacar lo karena dia yang udah lakuin ini ke Ruwi!" ujar Vano dengan kesal. Kemudian, tangannya langsung menggandeng Ruwi untuk membawanya pergi menjauh.

.
.
.

Mungkin malam itu aku sedang tidak beruntung karena tidak bisa menjaga Ruwi. Tapi kali ini, akan kupastikan kalau aku pantas menjadi perisai yang bisa menjaga dan melindungi Ruwi.

.
.
.
.
.

Alhamdulillah, bisa up part terbaru STALKER. Sekarang aku bisa menonton drakor dengan tenang 😊

Okelah, aku langsung cabut dan lanjut nonton drakor. Hehehe

Ditunggu untuk part selanjutnya~~




Love,
Arama 🐾

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.1M 320K 30
[M] Mikasa kabur dari rumah sang Bibi yang berniat menjualnya kerumah bordil. Gadis itu berlari masuk kesebuah hutan terlarang di daerahnya. Hutan At...
852K 14.5K 21
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
369K 24.1K 45
Hidup Naomi awalnya baik-baik saja namun semua berubah ketika sang Papa mengenalkan calon Mama barunya. Banyak pertentangan yang dialami diumurnya ya...
120K 11.5K 61
❝ Sekalipun tentangmu adalah luka, aku tetap tak ingin lupa. ❞ --- Atilla Solana, Sang Cephalotus. Cewek tak berhati dengan segala aksi gilanya yan...