Love Scenario [END-COMPLETE]

By Velova95

561K 33.9K 2.1K

DEWASA MUDA 21++ SEBAGIAN CERITA DIPRIVASI FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA! Sinopsis: Keynal psikopat yang bucin ba... More

PROLOG
Intro: the beginning
SATU: VERANDA
DUA: KEYNAL
TIGA: B o y f r i e n d
EMPAT: T a k e n
LIMA: A l l N i g h t
ENAM: B y M y S i d e
TUJUH: C o m p l i c a t e d
DELAPAN: D r e a m c a t c h e r
SEMBILAN: E u p h o r i a (21+)
SEPULUH: Drama Kotor
SEBELAS: F a l l i n g i n L o v e
DUA BELAS: G a m e O v e r
TIGA BELAS: H o r m o n e s (20+)
EMPAT BELAS: i l l u s i o n
LIMA BELAS: J a m a i s V u
ENAM BELAS: L o v e M a z e
TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu
DELAPAN BELAS: Berkemah 2
SEMBILAN BELAS: Killing Me
DUA PULUH: Nevermind
DUA SATU: 3 Hati 1 Cinta
DUA DUA: Garis Kematian
DUA TIGA: Other People
DUA EMPAT: Please give me one more Chance
DUA LIMA: Pertenakan Cinta
DUA ENAM: Love and secrets
DUA TUJUH: Dia atau Aku
DUA DELAPAN: Reverse
DUA SEMBILAN: Nikmat Dosa Terindah
TIGA PULUH: BACKSTREET(?)
TIGA SATU: Stay With You
TIGA DUA: Mba Leo dan Bang Capricorn
TIGA TIGA: Depression ! ! !
TIGA EMPAT: Pembunuhan, Misteri Kematian!
TIGA LIMA: Veranda Hamil?
TIGA TUJUH: Rahasia Jessica Veranda
TIGA DELAPAN: 'Cause I'm Yours
TIGA SEMBILAN: Terdampar di Pulau Misterius
40. Darah, Keringat dan Air mata
EMPAT PULUH: Rumah Angker di Hutan Belantara
EMPAT SATU: Lukisan Tua Yang Hidup
EMPAT DUA
EMPAT TIGA: Threesome
EMPAT EMPAT : Can I get to your soul?
EMPAT LIMA: Love and Relationship
EMPAT ENAM: Menuju Akhir
EMPAT TUJUH:
EMPAT DELAPAN: Dia pergi
Epilog: LOVE IS NOT OVER

TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai

5.4K 471 67
By Velova95

HEY KAMU! IYA, KAMU! Yang masih jadi silent readers, pencet VOTE DAN KOMEN SEKARAAAANG~

Cerita yang ada adegan anunya
Pasti banyak yang baca, tapi sepi komen. Kalo saya nulis anu karena relavan dengan plot dan karakter si Keynal. Tidak perlu dipikirkan, enjoy!.

....

“Ve, kamu harus memastikannya sekarang!” Keynal menyodorkan benda berbentuk persegi panjang kecil yang Veranda ketahui sebuah testpack.

“Nal, aku takut … jika memang iya, apa yang harus aku lakukan nanti? Aku takut Key ... hikkkss.”

Ve memeluk tubuh Keynal berharap bisa sedikit menenangkannya. Setiap ketakutan memang memiliki daya magis yang mematikan. Meski terkadang ketakutan adalah bentuk dari perasaan seseorang untuk bisa menjadi lebih baik. Semisal orang-orang terpaksa belajar dengan keras, hanya karena takut dikatai bodoh.

Ingat! semua ketakutan itu, selalu memiliki jawabannya masing-masing. Tinggal bagaimana cara kita memilih menghadapinya. Bertahan dengan ketakutan-ketakutan tadi atau justru melawan ketakutan itu.

Kadang kita perlu sejenak menoleh ke belakang, agar waspada dan tidak mengulang kesalahan yang dapat menghambat sukses kita di depan! Penyesalan dan kesalahan, itulah yang membentuk kenangan.

“Aku egois, tidak sabar juga sedikit kasar. Aku membuat kesalahan, lepas kendali dan kadang-kadang sulit untuk ditangani. Tapi jika kamu tidak bisa menangani aku pada saat terburukku, maka aku yakin sekali kamu tidak layak menerimaku pada saat yang terbaik.”

Keynal menuntun Veranda ke atas ranjang. Keynal mendekap Veranda, berusaha menegangkan gadis itu.

“Mayo, sayang kamu baik-baik saja?.”

Keynal segera melepaskan pelukannya kemudian berdiri. Mama Veranda memasuki kamar Veranda. Beliau tampak khawatir dan langsung mendekati putri kesayangannya itu.

Dengan sigap Veranda menyembunyikan testpack, yang belum sempat ia gunakan itu, di bawah bantal.

“Keynal, bilang kamu tidak enak badan, makanya mama bikini sup hangat ini buat kamu.” Ny. Treeyse meletakkan nampan yang dibawanya di meja samping Veranda.

“Papa juga sudah menelepon dokter Lukas untuk datang kemari. Sebentar lagi kamu akan diperiksa dan akan segera sembuh.”

Tak lama kemudian Tn. Tanu muncul di balik pintu dengan mengenakan pakaian kantor. Melihat kedua orang tua Veranda, Keynal buru-buru pamit keluar.

Tingtong.!

Bersamaan dengan itu bel depan villa itu berbunyi.

“Nah itu dia, seperti dokter Lukas sudah datang.”

“Tuan, biar saya saja yang membuka pintu.”

“Oh baiklah, terima kasih Key.”

Keynal melangkah keluar dan mempersilakan dokter masuk dan mengantakan dokter muda berjas putih itu ke kamar Veranda. Sesampainya di kamar Veranda dokter Lukas segera memeriksa kesehatan Veranda. Dokter Lukas mulai memasang stetoskop itu dikedua telinganya dan mengarahkan alat itu ke dada Veranda.

Dokter muda yang terkenal dingin, pelit senyum itu sedari tadi diam-diam memberikan senyum nakalnya ke arah Veranda. Keynal yang kini berdiri samping pintu terus memperhatikan gerak-gerik sang dokter, pria itu terus memandangi paras Veranda yang ayu rupawan.

Wajah Keynal merah padam menahan letupan amarah dalam dirinya. Sebisa mungkin Keynal menekan perasaannya, ketika emosi negatif mulai menjalar di ubun-ubun. Sempat terpintas dalam benaknya untuk mencongkel bola mata dokter mesum itu detik ini juga.

“Bagaimana keadaan putri kami?”

Veranda menggigit bibir bawahnya, Veranda sangat takut akan diagnosa dokter. Apakah dirinya hamil atau tidak? Mereka terlalu muda dan takut akan resikonya, perasaan Veranda semakin aburadul, apalagi saat dokter Lukas kembali tersenyum.

“Tidak perlu khawatir. Putri kalian hanya kelelahan. Rasa mual yang dia rasakan, akibat mengkonsumsi makanan yang tidak seusai. Tapi kalian tenang saja, efek ini akan berangsur sembuh setelah Veranda meminum obatnya.”

Baik Veranda maupun Keynal akhirnya bisa bernapas lega. Keynal mengambil nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan. Setidaknya mereka aman untuk saat ini.

“Ve, sayang sekarang kamu istirahat ya, nanti kelas siang kan. Sebaliknya kamu tidak perlu masuk sekolah dulu.” Ucap Ny. Treeyse sembari mengusap kepala putrinya dengan sayang.

“Tidak perlu mah. Ve, udah mendingan kok, mungkin cuma perlu istirahat sebentar.”

🔪🔪🔪🔪

Keynal mengunci pintu kamar Veranda. Kedua orang tua Veranda dan dokter keluar. Keynal mendekati ranjang ia mendapati Veranda tengah berbaring dengan mata terpejam, Keynal tersenyum lalu berbaring di samping Veranda.

Keynal memeluk Veranda. Ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Veranda. Ve membalik posisi tubuhnya menjadi terlentang, lalu menghadap ke arah Keynal. Tangan Keynal melingkar di perut rata Veranda.

Senyum terkembang di wajahnya. Aroma wangi sabunnya tercium di tubuh Veranda membuat Keynal tenang. “Aromamu enak.” Keynal mengangkat wajahnya setelah puas mengendus leher Veranda.

Mereka berdua saling berhadapan Ve menatap mata hitam kelam itu. Keduanya berpelukan di atas ranjang sebentar poisisi sekarang yang membuat Veranda gugup untuk berbicara, jangtungnya seakan ingin keluar dari tempatnya.

Keynal mengunci bibirnya, perlahan Keynal mulai melumatnya, menyapu setiap baris deretan gigi Veranda, gadis itu memiringkan wajahnya untuk mencari posisi yang nyaman, dan entah keberanian dari mana seakan Ve terhipnotis atas perlakuan Keynal terhadapnya.

Gadis ini mulai membalas ciuman Keynal, mengalungkan tangannya dileher Keynal, membalas setiap lumatan yang Keynal berikan. Keduanya sama-sama menutup mata, mereka melakukan adegan ciuman tanpa terbawa nafsu sedikit pun, tak lama Keynal melepaskan ciumannya.

Mereka berdua mengambil nafas sejenak. Keynal membuka mata dengan tatapan penuh rasa ke arah Veranda. Veranda hanya tersenyum cantik melihat Keynal, sambil sesekali menyentuh kedua pipinya yang terasa semakin memanas.

Keynal pun sama, ia memandangnya penuh cinta dan rasa memuja yang tidak ada habisnya. Terakhir Keynal mencium kening Veranda. Veranda merasakan ketulusan dari kecupan Keynal. Kecupan bibir lembut Keynal menjalar ke hati, hingga menusuk inti sanubari dan jiwanya.

“Aku gak suka cara dokter itu menatapmu. Ve, kalau kupunya sayap kubawa kau terbang ke bulan. Aku cemburu, bila orang lain memandang wajahmu.”

“Akan kubuat pagar besi yang mengelilingi dirimu. Agar tak seorang pun yang kan dapat menyentuh tubuhmu.” Veranda menatap dalam dan membelai lembut pipi Keynal dengan ibu jarinya seraya tersenyum.

🔪🔪🔪🔪

Jam satu siang Veranda dan Keynal tiba di sekolah. Matahari kali ini telah menyambut hari jumat dengan senyuman. Sinarnya yang cerah, membuat hati Keynal bahagia.

Keynal menghentikan mobil yang ditumpanginya, di halaman parkir belakang sekolah khusus roda empat. Sementara di halaman depan diperuntukkan bagi pengguna sepeda motor. Dengan sigap Keynal membuka pintu mobil untuk Veranda.

Mereka masuk sekolah siang, jadwal hari ini seluruh siswa diharuskan membersihkan ruang kelas. Sebab besok adalah membagian raport. Selain itu para murid juga wajib mengikuti latihan seni, untuk acara lepas pisah kelas 12 yang akan segera dilaksanakan beberapa hari lagi.

Hari jum'at Veranda memakai seragam batik. Motif parang dengan kombinasi warna biru dan coklat, khas SMA-nya. Sementara Keynal. Pemuda yang berjalan di sampingnya itu, mengenakan jersey tim basket berwarna merah cerah. Keynal melangkah sambil membawa bola basket di tangannya.

Sesampainya mereka di depan pintu masuk gedung sekolah. Seorang cowok tiba-tiba yang datang dan langsung menggenggam tangan kiri Veranda. Cowok itu adalah Alif, refleks Veranda segera melepaskan gandengan tangannya di lengan Keynal.

“Ayo, aku antar kamu ke kelas.” Alif berucap manis seraya menarik tangan Veranda.

Mau tak mau Veranda hanya tersenyum pasrah, keduanya pun melangkah bersama. Meninggalkan Keynal seorang diri. Keynal hanya memperhatikan kepergian Veranda dengan tatapan sendu.

Dari arah belakang, nampak dua orang pemuda menghampiri Keynal. Mereka memakai jersey yang sama seperti dipakai Keynal. “Cie ada yang cembokur!” Boby merangkul bahu Keynal sembari menggodanya.

“Eh Boy dengar deh, dadanya bergemuruh panas kek lava gunung merapi.”

Dyo pun ikut-ikutan menggoda sahabatnya itu. Cowok bermata sipit itu dengan sengaja menempelkan telinganya di dada Keynal. “Sabar Nal, sabar!” Boby dan Dyo mengusap dada Keynal dan memasang mimik yang sengaja dibuat sesedih mungkin.

“Enyah lu berdua, dari hidup gue!” Keynal mendorong kepala Dyo dan Boby secara bersama dengan perasaan dongkol.

Tak lama kemudian roda dua melintas di depan mereka. Dua orang junior, laki-laki dan perempuan berboncengan sepeda dengan sangat mesra dan intim. Badan gadis itu condong ke depan. Dengan bagian dada yang menempel di punggung, dan tangan yang bergerak nakal di paha sang pacar. Mirip cabe-cabean yang biasa kita jumpai di jalan raya.

Tapi gadis itu, secara terang-terang malah memandangi Keynal tanpa berkedip sedikit pun. Gadis itu seakan terpesona dengan ketua OSIS yang memiliki paras rupawan, perpaduan antara manis dan cute tersebut.

Sosok cowok yang kharismatik dan popular dari kelas IPA-3. Keynal memang mampu membuat rahim para gadis bergetar ketika melihatnya. Keynal menilai daya tarik yang berbeda.

“Eh buset dah, tu cewek udah punya cowok masih aja bengong gitu liatin elu Nal.” Kata Dyo terheran-heran dengan gadis belia tadi.

“Iyalah, gue kan manis. Idaman setiap wanita.” Ujar Keynal dengan senyum pepsodennya.

“Menurut gue ... Ganteng itu pasti manis dan cute. Tapi kalau manis belum tentu ganteng. Wkwk.” Gurat wajah tegas dengan mata sipit khas seorang Dyo, melirik ke arah Keynal sambil tertawa.

“Cowok berlesung pipit seperti Boby, gingsul, atau behelan. Biasanya manis itu engga bosan di pandang. Bikin seneng aja liatnya, biasanya yang manis-manis selalu bikin senyum-senyum kan?”

Kalimat tersebut sukses membuat ketiga cowok cakep yang memakai jersey basket itu, menoleh ke sumber suara. Dari jarak 2 meter, Naomi tampak berjalan dengan langkah anggun. Lalu memilih tempat, berdiri tepat di samping Keynal.

“Nah! mungkin loe bener Mi, Keynal itu bisa bikin senyum senyum, beda persepsinya sama Alif. Dia itu ganteng, cowok ganteng katanya sih selalu sukses bikin hati cewek deg-deg an.”

“Manis tuh gabosen diliat, engga musti ganteng ataupun cantik Dyo. Tapi mukanya enak aja pandang. Yang ganteng enak diliat sebentar tapi kalo keseringan, bosen juga.” Kata Naomi lagi. Boby mengangkat dua jempolnya untuk Naomi.

Keynal tersenyum dan menghadap Naomi. “Dan, kalo lu pribadi, lebih suka yang mana bun? Cowok ganteng atau cowok manis?”

“Kamu itu udah punya semua Nal.” Naomi tersenyum. Keynal meraih kedua tangannya dan meletakkan telapak tangan Naomi di wajahnya. Membuat Boby dan Dyo iri melihatnya.

“Monmaaf, dilarang keras menebar kemesraan di lingkungan sekolah.” Dyo melayangkan protes berupa sindiran. Mereka pun tertawa dan segera masuk ke gedung sekolahnya.

🔪🔪🔪🔪

Sekitar jam empat sore. Veranda berdiri di depan kelas, sembari memandang deras hujan yang jatuh secara bertubi-tubi. Ia layangan tangan kiri ke depan, setinggi dada dan merasakan setiap tetes hujan yang jatuh di telapak tangannya.

Sedang di telinga suara gemerincing angin terdengar menenangkan jiwa. Veranda memang menyukai setiap irama hujan.

Pukul 16:48 Sore.

Di gedung olahraga indoor SMAN48. Terlihat Tim Basket Putra SMAN48, melawan Tim Basket Putra SMA Nusa. Pertandingan kali ini adalah pertandingan persahabatan antara kedua SMA, hubungan dua SMA ini terkenal baik.

Priiiiittt..!!

Terdengar bunyi peluit tanda pertandingan dimulai. Wasit melakukan jump ball lemparan awal.

“DYO SEMANGAT!” Teriak fansgirl Dyo dipinggir lapangan.

“BOBY jangan mau kalah, GANBATTE!”

Kembali ke lapangan, tubuh tinggi dan atletis milik Keynal bergerak sangat agresif nan lincah merobos pertahanan musuh. Dengan daya konsentrasi penuh dan kontrol bola basket yang hebat, Keynal berhasil mencetak skor game pertama dalam pertandingan basket ball.

Tepuk riuh dan sorak penonton khususnya siswi perempuan terdengar meriah. Keynal bersky-high ria bersama rekan satu tim, tawa mereka lepas.

“Ayo semangat Keynal Keynal Keynal. We Love you...”

“Keynal sayang! aaaaa dia sexy banget sih!” Si Yona meneriaki nama Keynal sangat kencang.

“Bisa biasa gak? Lebay lo!” Sahut teman di sampingnya.

Yona hanya melirik sinis menanggapi ucapan Shania. Ya, Shania gadis itu sendiri malah sibuk, memperhatikan setiap gerakan pemain nomer punggung 4. Boby yang bermain dengan sangat apik di lapangan.

Pertandingan antara tim Keynal dan lawan berlangsung cukup seru. Mereka saling berusaha untuk merebut bola dari lawannya masing-masing. Berusaha untuk memasukkan bola itu kedalam ring lawan dan mencuri skor.

Boby melompat dengan bertumpu pada dua kaki, dengan posisi tangan di belakang kepala. Boby melakukan long shot, tembakan dari jarak jauh dan goals.

“Wan berikan padaku!” Teriak Rayhan (pemain lawan).

Wawan pun melempar bola itu ke arah Rayhan. Setelah mendapatkan bola itu, Rayhan kembali mendribble bola itu kearah ring tim Keynal. Ketika Rayhan hendak melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring.

Namun dengan cepat Dyo memblock bola basket itu, sehingga tidak jadi masuk ke dalam ring. Dengan cepat Dyo mendribble bola itu sambil mengelap keringat di wajah tegasnya, lalu melakukan passing ke arah Keynal

Para pendukung Keynal, meneriaki nama sang kapten ganteng ini yang kini sedang mendrible bola ke ring lawan. Keynal melakukan lay up dengan sangat indah, tak salah jika banyak yang kagum pada cowok berlengan kekar itu.

Hap Duk Duk slrut...!!!

“Gooolll!”

Teriak tim dan pendukung.

“5 ... 4 ... 3 ... 2 ... 1.”

PRITTT!

Suara peluit berbunyi di sekitar lapangan basket, itu berarti pertandingan selesai. Pertandingan kali ini berjalan seperti biasa, Tim Keynal yang menang dengan score 70-51.

“Excellent Key!” Ucap sang pelatih sembari mengacungkan jempol.

“Makasih om, ini juga berkat om.”
Balas Keynal memeluk sang pelatih. Keynal memang selalu merendah untuk meroket.

Ya, selama ini Fito lah yang menjadi pelatih basket di SMAN48, sang pelatih tidak lain adalah om dari Keynal. Fito adalah adik kandung dari Pak Devan, ayah Keynal.

Sejak kecil Fito dan Keynal sudah sangat dekat, jadi tidak ada canggung untuk mereka berpelukan di depan umum seperti ini. Keynal yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri.

“Udah om?? Aku pinjam ponakannya ya om.” Ijin Dyo lalu menarik tangan si Kapten menuju para member yang sedang beristirahat. Fito mengangguk dan terkekeh melihat anak didiknya itu.

Sepertinya rasa lelah dapat dihapuskan dengan kemenangan tadi. Keynal bangga pada teman-temannya yang selalu kompak dan bersemangat dalam bermain. Selaku kapten, Keynal selalu menjadi pundak bagi mereka jikalau terjatuh. Canda tawa dan gurauan menjadi suatu momen kehangatan, keluarga Tim Basket SMAN48 setelah meraih kemenangan.

“Kapten?”

Ada seorang muba yang menghampiri Keynal, dia sudah suka pada Keynal sejak dulu. Suka dalam artian mengagumi, jujur dia lebih tua dari Keynal satu tahun.

Dia dulu satu angkatan dengan Keynal saat SMP, tapi Keynal lulus duluan dan dia tinggal kelas, karena kenakalannya. Dia sangat tau mengenai biodata Keynal, jadi sebagai fans dia merasa telah melaksanakan dengan baik.

“Eo?” Keynal menoleh dan menatapnya dengan tanya.

“Lo hebat dah tadi, gue pengen kek lo suwer.”

“Hahaha, biasa aja kali. Lu adek MuBa yang pernah gua hukum kan?”

“Gue line 2001, lebih tua dari elo.”

Keynal memang memiliki kekurangan, tak bisa mengingat orang yang pernah ditemui dengan baik.

“Heheh maaf Bang!”

Terkadang Keynal selalu lupa umurnya sendiri. Dia selalu menjadi yang termuda, jika berada dalam satu lingkungan dimanapun dia singgah.

“It's oke. Gue juga adel kelas lo.” Ucap orang itu.

Keynal terperanjat seakan tak percaya. “Abang mau daftar ekskul ini?” Tanya Keynal berbasa basi, sedikit tersenyum kikuk karena merasa lancang seperti tadi.

“Heem.”

“Waahh ada anak baru nih.” Boby menyaut pembicaraan ini.

Dengan mudah muba bernama Bintang itu mengakrabkan diri dengan pemain-pemain Basket Putra, dia anak yang humble.

Setelah beberapa menit mengobrol, terlihat salah satu sahabat Keynal dari *The Gesrek Boy* yakni si Sakti memasuki gor dan berlari menuju tengah lapangan.

“Gawat Key, gawat!”

“Naon sih Sak, gila lu ya.” Keynal memperhatikan Sakti yang terlihat heboh sendiri.

“Veranda! Nal, Veranda.”

“Ve? Emang dia kenapa?” Terlihat raut kekhawatiran di wajah Keynal.

“Veranda, dia lagi dibully sama Diva dan teman-temannya.” Sakti berkata pelan sembari mengatur nafas.

“Apa? Terus Alif kemana?”

“Tadi udah gue cari di kelasnya, kata gengnya dia pulang duluan. Mending lo buruan ke sana!”

“Lu tau ini dari mana.”

“Gue tadi sempat liat Diva nyeret Veranda, ke arah toilet angker itu lho.”

“Kurang ajar! Ayo kita ke sana.” Keynal segera berlari keluar gor disusul oleh teman-temannya yang lain.

🔪🔪🔪🔪

AKHHHHHHHHHH..!!!

Jerit Veranda terdengar dari salah satu toilet wanita. Ve terus memekik kesakitan. Di dalam toilet tersebut, ada sekitar empat orang dan salah satu dari mereka. Yaitu gadis bernama Diva, terlihat sedang menarik rambut Veranda yang kini sudah terduduk di bawah wastafel.

“Ketiga teman Diva yang melihat itu hanya tertawa melihat penderitaan Veranda. Bahkan sesekali mereka menendang tubuh Veranda. Seorang gadis yang tengah menarik rambut Ve menatap Veranda dengan amarah yang memuncak.

“Gue bilang sekali lagi. Loe harus putusin Alif. Maka penderita loe akan berakhir!” Ucap Diva si gadis berambut ikal. Diva kembali menarik rambut Veranda yang kini wajahnya sudah di penuhi dengan lebam kebiruan.

“Kamu pikir kamu siapa. Aku gak akan lepasin Alif demi cewek tukang bully kamu!” Ve membalas tatapan gadis berambut ikal tak kalah sadis.

“Ternyata lo cukup berani juga HUHHHH!” Diva mengejek. Gadis itu tersenyum meremehkan, sebelum tangannya kembali menarik rambut Veranda yang sudah ia siksa sejak tadi.

Veranda dapat merasakan, beberapa helai rambutnya telah tercabut dari akarnya. Karena tarikan gadis rubah betina itu. Kepalanya terasa perih dan nyeri. Tapi Ve tidak boleh menunjukkan rasa sakitnya sekarang, karena semakin dirinya kesakitan. ketiga rubah betina itu, akan semakin tertawa bahagia.

Menjadi primadona dan gadis paling ngetop di sekolahnya. Tak lantas membuat Veranda luput dari Bullying. Sejak SMP, Ve memang kerab jadi target korban bullying. Ini seperti menghidupkan luka trauma masa lalu. Hal itu dikarenakan kepribadiannya yang tertutup dan pendiam, sehingga dinilai lemah oleh sebagai orang.

“Rasain ini!”

Tangan Diva terangkat hendak menampar Veranda.

Tap!

Namun hal itu berhasil dicegah Keynal yang baru datang, Keynal langsung menjambak rambut Diva. Ia membenturkan kepala Diva ke tembok selama beberapa kali. Lalu Keynal menendang wajah Diva, sama seperti apa yang dia lakukan kepada Veranda. Teman-teman Diva segera berlari menghindar dari amukan Keynal.

“Ve, kita pergi dari sini. Aku akan mengobati lukamu.” Keynal memapah Veranda perlahan. Sepertinya Veranda masih shock dengan kejadian tadi.

“Dan loe Diva gue pastiin loe bakal celaka.” Setelah berhasil melumpuhkan dan membuat Diva pingsan Keynal segera membawa Veranda keluar dari tempat terkutuk itu.

🔪🔪🔪🔪

Diva si gadis tukang bully itu, berjalan sendirian melewati lorong sekolah. Suasana nampak begitu lengang dan sepi. Sedikit gelap, dan juga mencekam. Membuat gadis bermata bulat, bernama lengkap Vanessa Diva Azzahra itu bergidik ngeri saat berjalan melewati lorong-lorong sekolahnya.

Gadis belia tersebut berjalan sedikit tergesa, agar segera sampai di tempat tujuan-Perpustakaan. Kalau saja ia tidak bersikap Judes kepada Veranda. Mungkin ia tidak akan mendapat hukuman, membersihkan perpustakaan hari ini.

Ya, andai saja ia tidak sesadis itu dengan kepada adik di kelasnya. Yang ternyata adalah kekasih si ketua osisnya itu. Mungkin Keynal tak akan menghukumnya. Namun, semuanya sudah terlambat. Sekarang ia harus mau membersihkan perpustakaan sendiri, tanpa ada satu orang pun yang membantu.

Rasanya Diva ingin menangis, ketika sampai di perpustakaan. Ruang perpus yang sepi, tidak berpenghuni, hanya ada beribu-ribu buku disana. Dan jangan lupakan keadaan perpustakaan yang gelap, mengingat penjaga perpus sudah pulang satu jam yang lalu.

“Ibu ... Rasanya aku ingin menangis karena kegelapan ini.” Diva berujar sambil memasang wajah ketakutan, wajah ketakutan yang alami. Karena ia memang sangat membenci yang namanya kegelapan.

Sekitar setengah jam kemudian, Diva sudah menyelesaikan kegiatannya. Setelah membersihkan perpustakaan sekolah. Diva berjalan ke luar, karena tugasnya sudah selesai ia berniat untuk pulang.

Dari arah belakang Diva merasa ada bahaya tengah mengancam. Hati kecilnya mengatakan, ada seseorang yang sedang membuntutinya. Diva merasa orang itu terus mengikuti setiap langkahnya.

Gadis itu samar-samar mencium aroma parfum maskulin, khas pria dari terpaan angin. Hembusan wangi bunga teratai tiba-tiba memasuki penciumnya. Dan seseorang sepertinya telah datang mendekat, semakin membuncahkan ketenangannya. Serangan panik membuat tubuh Diva gemetaran hebat.

Waktu Diva sampai di depan pintu gerbang sekolah. Tiba-tiba, saja ada sosok manusia berbadan tinggi, dengan wajah yang terbalut jubah hitam dan topeng menghampiri Diva. Orang itu langsung membekap mulut Diva dengan handuk kecil, disusul dengan mengikat tangan dan kaki Diva.

Diva sangat memberontak, berusaha keras untuk melawan, tapi tenaga laki-laki itu begitu kuat. semuanya sia-sia. Diva diseret secara paksa dan tanpa ampun. Laki-laki itu tak memerdulikan kondisi tubuh Diva yang sangat mengerikan.

Tega sekali, melihat dia yang berusaha meminta tolong kepada orang-orang. Namun tak seorang pun yang mendengarnya. Diva diseret ke suatu tempat secara brutal. Tanpa memperdulikan keadaan tubuhnya yang begitu tergores akibat tergeseknya tubuhnya dengan jalanan berbatu.

BUUKK!!

Cowok misterius itu menendang Diva secara kasar, hingga gadis itu terjatuh dan masuk ke dalam sebuah gudang yang sangat gelap dan berbau amis. Bau amis yang sangat luar biasa itu, semakin terasa di tenggorokannya hingga rasanya gadis tersebut ingin muntah.

Laki-laki itu membawa Diva ke ruang bawah tanah, Diva baru mengerti. Ternyata dulunya ruangan bawah tanah ini adalah sebuah gudang, bekas penyimpanan senjata perang terbesar yang dimiliki sekolahnya.

ASTAGA!

Diva terkejut saat ia memperhatikan sekitar ruangan nampak sepi memberi suasana horor dengan lampu temaram, dinding dan lantai penuh bercak darah, barang-barang berserakan bagaikan terserang badai dadakan. Objek penglihatannya langsung terhenti, pada banyaknya ceceran darah disetiap sudutnya.

Ya Tuhaaaaaaaann!! Gudang ini sudah dijadikan pembunuhan masal oleh laki-laki misterius itu. Banyak sekali potongan tubuh manusia yang terpencar-pencar dari bagian tubuh asalnya.

Tidak hanya itu, tiap organ tubuhnya pun berceceran dimana-mana. Diva melihat jantung, otak, dan usus manusia yang terburai begitu saja dilantai layaknya seperti sampah.

Rasa mual, takut, miris, dan kesal sudah mulai Diva rasakan. Huuufftt.. ini adalah pembantaian besar-besaran. Sebenarnya siapa laki-laki bertopeng badut itu? Kejam sekali dia melakukan semua ini.

“Ahhh… tidaaak!!!! Toloooonnng lepaskan aku!!”

Gadis malang itu terus menerus berteriak. Mengharap pertolongan dari orang lain, tapi... nampaknya semua sia-sia saja. Tak segelintir orang yang ia lihat mendengar suaranya, karena keadaan mulutnya yang sudah dibekap dengan handuk kecil. Tangan dan kakinya juga sudah terikat kencang menggunakan tali air. 

Ia ingin muntah, tapi ia menahannya dengan sangat terpaksa. Tapi ketika lampu dinyalakan perutnya langsung berguncang hebat. Aroma amis dan bau busuk mengocok organ dalamnya. Sesaat Diva mengeluarkan seluruh isi perutnya. Entah sudah berapa banyak yang Diva keluarkan. Tapi rasanya ia merasa sangat mual, pusing, dan tidak tahan dengan isi diruangan ini.

“Hahahahaha… kau akan mati gadis sialan. Kau akan segera menyusul kakak wanitamu yang jalang itu!!!” Ucap seseorang yang sama sekali tidak Diva kenal.

Karena laki-laki itu menutupi wajahnya dengan balutan kain hitam serta topeng badut. Tapi Diva sepertinya mengenali suara yang begitu familiar itu.

“Bajingan apa maksudmu ??!!!” Bentak Diva.

“Cih! Dasar gadis tengik, berani sekali bicara kasar denganku??” Laki-laki bertopeng itu lalu meludahi wajah Diva.

Diva merasa sakit hati diperlakukan seperti ini, rasanya ingin ia balas beribu-ribu kali. Namun terhambat sudah, apa yang bisa ia lakukan kaki dan tangannya telah terikat kencang.

“Ayo kita mulai!!!”

“Ahhh… Tidaaaaaaaaaaakkkkk!!!”

Sebelum dihabisi laki-laki itu memperkosa Diva. Tapi Diva tetap berontak meskipun ia sudah teringkus oleh laki-laki itu. Barulah setelah diperkosa Diva dipukul dengan balok kayu besar, hingga tak sadarkan diri. Lalu laki-laki jubah hitam itu menjalankan aksi selanjutnya, dia mulai menyayat-nyayat tubuh indah Diva dengan pisau lipat. Saat tubuhnya di kuliti Diva masih sempat sadar dan memohon ampun.

Laki-laki bertopeng badut itu mencari-cari sesuatu didalam gudang, dan ternyata dia mengambil gergaji!! Lelaki itu tertawa. Dia menyalakan gergaji mesin itu dan berjalan ke arah Diva. Firasat Diva mulai tidak enak, jangan-jangan Diva akan di..

“Tiddddaaaaaaaaaakkkkkkkkkk!!!”

Perut Diva di gergaji oleh laki-laki bertopeng tersebut. Seluruh isi perut dan organ bagian dalam Diva terburai keluar.

Laki-laki itu mulai membungkus kedua bagian tubuh Diva yang terpisah dengan kain seadanya. Setelah membungkus kedua tubuh Diva. Laki-laki itu membobok lantai paling ujung gudang ini. Lalu tubuh Diva dimasukkan kedalamnya. Setelah tubuh Diva terpendam oleh tanah-tanah itu lalu ditiban menggunakan semen.

Laki-laki bertopeng badut itu menyeret bagian kaki Diva keluar. Dia tampak pergi menuju kearah belakang sekolah. Dan tepat dibawah pohon besar, dia membuat lubang untuk menimbu potongan betis dan paha milik Diva.

🔪🔪🔪🔪

BUAGH!

Satu tendangan tiba-tiba mengenai area bawah punggung lelaki bertopeng. Yang jadi landasan pacu seorang Keynal. Lengking jerit si pemuda misterius itu, nyaris mengalahkan sirine pemadam kebakaran.

“Siapa kau? Dan apa yang kau kubur di tanah itu?”

Tangan kanan Keynal memegang pergelangan tangan kiri pria berjubah hitam itu, lalu mengunci leher lawannya dengan cara diangkat keatas.

“Lepas! Loe gak perlu tau siapa gue.”

Sebenarnya Keynal dan Veranda sudah pulang jam enam sore. Tapi di tengah jalan si ketua Osis itu memutar balik mobilnya, Keynal kembali ke sekolahnya. Karena sadar jika ponsel miliknya tertinggal di loker.

Saat berjalan keluar, Keynal tak sengaja melihat orang berjubah hitam. Berjalan di sepanjang koridor lantai dua, sembari menyeret kantong plastik sampah berukuran cukup besar saat menuruni tangga. Bunyi gesekan kantong plastik hitam itulah yang membuat Keynal penasaran dan merasa curiga, akhirnya Keynal pun membuntuti sosok bertopeng itu hingga ke tempat ini.

Keynal masih mengunci leher lelaki bertopeng itu dengan dua lengan kekarnya. Saat Keynal hendak membuka topeng orang itu. Sebuah runcing belati lebih dulu menancap kuat di lengan kiri Keynal. Tak pelak jerit melengking, mencuat kembali memenuhi halaman sekolah yang sepi.

Keynal yang tak mahir bela diri. Harus rela perutnya terkena pukulan, dari tulang siku laki-laki misterius itu. Tak berhenti di sana, meski meringis. Menahan nyeri perut dan lengannya yang kini mengeluarkan darah. Keynal masih berusaha menahan leher lawannya. Tapi sayangnya Keynal harus menerima serangan maut sekali lagi.

Orang itu dengan gesit membalikkan keadaan. Keynal melayangkan tinju kanannya ke arah orang itu. Tapi sang laki-laki bertopeng pun menangkis dengan tangan kanannya, lalu segera menendang perut Keynal dengan cepat. Meski hanya 1 kali tendangan, Keynal langsung sujud sambil memegangi perutnya dan meringis kesakitan.

Perlahan Keynal bangkit kembali menyerang dan melayangkan sebuah pukulan. Dengan cekatan orang itu menghindar ke kiri, ia menggerakkan siku tangan kanannya untuk mengenai perut Keynal. Keynal langsung kesakitan karena hantaman siku sosok di depannya ini begitu kuat.

Orang itu melakukan tendangan berputar ke belakang dan mengenai wajah Keynal, sehingga terhuyung ke belakang. Tubuh Keynal ambruk, punggungnya menimpa tumbukan kayu yang akan digunakan sebagai, bahan pembangunan infrastruktur sekolah.

Orang berjubah itu, berlari mengambil sekop panjang. Yang tadi ia gunakan untuk menimbun potongan kaki Diva, dari balik semak lalu menghantamnya ke kepala Keynal.

Bersambung...

Menurut kalian siapa yang akan mati lebih dulu,

Keynal atau sang Psikopat?

Continue Reading

You'll Also Like

24.1K 2.3K 33
{tidak ada unsur +} "aku menyukai bibir mu, karna bibir mu bisa buat aku mengecapi rasa" -Mark Candanias °°°°°°°°° Mark...
12.7K 2.3K 47
Tumbuh di keluarga yang sangat kaya tidak menjamin kebahagian, begitupun dengan aku. Sepi dan tak menarik, ya begitulah hidupku. " Lo gak tau apapun...
11.8M 735K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
569 186 62
Renjana Aranka Arundati, gadis pembuat onar yang terkenal dengan wajah cantiknya. Dia memiliki banyak mantan. Bagi Renjana, sekolah adalah tempat unt...