Love Scenario [END-COMPLETE]

By Velova95

561K 33.9K 2.1K

DEWASA MUDA 21++ SEBAGIAN CERITA DIPRIVASI FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA! Sinopsis: Keynal psikopat yang bucin ba... More

PROLOG
Intro: the beginning
SATU: VERANDA
DUA: KEYNAL
TIGA: B o y f r i e n d
EMPAT: T a k e n
LIMA: A l l N i g h t
ENAM: B y M y S i d e
TUJUH: C o m p l i c a t e d
DELAPAN: D r e a m c a t c h e r
SEMBILAN: E u p h o r i a (21+)
SEPULUH: Drama Kotor
SEBELAS: F a l l i n g i n L o v e
DUA BELAS: G a m e O v e r
TIGA BELAS: H o r m o n e s (20+)
EMPAT BELAS: i l l u s i o n
LIMA BELAS: J a m a i s V u
ENAM BELAS: L o v e M a z e
TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu
DELAPAN BELAS: Berkemah 2
SEMBILAN BELAS: Killing Me
DUA PULUH: Nevermind
DUA SATU: 3 Hati 1 Cinta
DUA DUA: Garis Kematian
DUA TIGA: Other People
DUA EMPAT: Please give me one more Chance
DUA LIMA: Pertenakan Cinta
DUA ENAM: Love and secrets
DUA TUJUH: Dia atau Aku
DUA DELAPAN: Reverse
DUA SEMBILAN: Nikmat Dosa Terindah
TIGA PULUH: BACKSTREET(?)
TIGA SATU: Stay With You
TIGA DUA: Mba Leo dan Bang Capricorn
TIGA TIGA: Depression ! ! !
TIGA EMPAT: Pembunuhan, Misteri Kematian!
TIGA LIMA: Veranda Hamil?
TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai
TIGA TUJUH: Rahasia Jessica Veranda
TIGA DELAPAN: 'Cause I'm Yours
TIGA SEMBILAN: Terdampar di Pulau Misterius
40. Darah, Keringat dan Air mata
EMPAT PULUH: Rumah Angker di Hutan Belantara
EMPAT SATU: Lukisan Tua Yang Hidup
EMPAT DUA
EMPAT TIGA: Threesome
EMPAT EMPAT : Can I get to your soul?
EMPAT ENAM: Menuju Akhir
EMPAT TUJUH:
EMPAT DELAPAN: Dia pergi
Epilog: LOVE IS NOT OVER

EMPAT LIMA: Love and Relationship

4.8K 254 67
By Velova95

“Apa kabar hari ini?”

Lihatlah tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi. -D.K.P

💜💜💜💜

Jam masih menunjukkan pukul 04:00 WIB. Tampak seonggok anak adam yang masih bergelut mesra dengan selimutnya, sesekali ia menepuk tangan dan pipinya.

“Ihhh... dasar sialan. Jam segini udah ganggu. Please pergi gue mau tidur! Masih ngantuk nihhh ahhh!” gerutunya entah kepada siapa?

Nyamuk mungkin, tapi dilihat-lihat nyamuk tersebut malah asik terus menciumi pipi laki-laki manis itu.

“Ihhhh.”

Akhirnya sang pemuda bangun dengan malas. Menggaruk kepalanya walau tidak gatal, itu lah kebiasaannnya setelah bangun pagi.

Dia mengerjabkan matanya berulang-ulang masih ngantuk serupanya. Semalaman bergadang, menonton anime, bermain dota hanya untuk melepaskan kejenuhan dan stress.

Otak yang harus terus bekerja tanpa kenal waktu. Dia selalu memikirkan banyak hal dalam hidup, suka berfantasi dan berkelana dalam imajinasi. Indah bagai dunia khayalan.

Terlihat nyamuk masih mengelilingi tubuh Keynal seakan memeriksa keadaannya. Keynal terus memburu nyamuk yang tadi mengacaukan tidurnya. Dengan geram dia menepuk tanganya kearah serangga pembawa petaka itu.

Berulang kali tidak kena-kena ia mengerang frustrasi. Nyamuk itu tersenyum penuh kemenangan, Keynal terlalu sebab alhasil membiarkan nyamuk tersebut mendekat kearahnya.

Sepertinya nyamuk tersebut sangat suka berada di wajah Keynal lalu hinggap di pipinya, Keynal masih membiarkan nyamuk itu menghisap darahnya sampai perut si nyamuk buncit dan sebentar lagi hendak meletus.

1 detik

2 detik

3 detik

Dannn

Plaakk !

Keynal menampar pipinya sendiri. “Uhhh perih...” dia melihat telapak tanganya dan yesss berhasil!

Walaupun ada tanda 5 jari di pipi putihnya, tidak apalah. Toh dia sudah membinasakan satu nyamuk itu, dan semoga kawan-kawannya tidak datang untuk balas dendam.

Keynal was-was satu nyamuk saja sudah merepotkan dirinya, bagaimana jika segerombolan nyamuk yang akan menyerangnya. Tamatlah. riwayatnya. “Ihhh!” Dia bergidik ngeri.

“Ntar gue beli raket nyamuk biar gak di ciumi nyamuk mulu. Bisa bisa wajah tampan gue ini melar geraga bentol bentol!” keluhnya sambil menengok kanan kiri, memastikan tidak ada nyamuk-nyamuk yang datang menyerangnya.

Saat dia akan beranjak dari tempat tidurnya. Naas selimutnya terinjak dan berbelit di kakinya.

Dannn...

Bughhh !

Keynal terguling di lantai kamarnya, pantas saja Veranda menyebutnya cowok idiot! Untung ada karpet tebal yang menghalangi tubuhnya, hingga Keynal sedikit merasakan sakit tapi tetep sih nyeri. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, malang niang nasibnya.

“Huhh. Pagi yang sial, udah perang sama nyamuk terus dilanjut lagi dengan jatuh dari tempat tidur! Haahhh semoga saja siang nanti tidak ada kata, *Sial* untuk gue,” runtuk kesalnya sembari berdiri berjalan menuju kamar mandi.

Dua puluh menit Keynal keluar dari kamar mandi, hanya menggunakan handuk yang menutupi tubuh bagian bawah. Dia berjalan menuju lemari pakaian, memilih celana training panjang warna hitam, atasannya kaus putih polos dan dipadukan dengan jaket ADIDAS merahnya.

Diaa menatap banyangan di depan cermin. Keynal mengambil pomade secukupnya di telapak tangan, kemudian ia memutar tangannya berlawanan untuk meratakannya, mengusapkan pomade ke rambutnya, Keynal mengambil sisir dan menata rapi rambutnya selama dua menit.

Tak lupa ia juga menyemprotkan minyak wangi di tubuhnya sebanyak 8 kali dari leher, dada, punggung dan terakhir di pergelangan tangannya.

“Biar nanti Veranda klepek klepek mencium wangi tubuh gue,” katanya terkekeh dengan perkataan yang melintas di benaknya tadi.

Keynal pun bercermin sekali lagi dan, “tampan,” ucapnya sembari mengedipkan sebelah matanya di cermin. (Pede amat)

Dia menengok sebentar mengamati ranjangnya yang berantakan. Keynal memilih acuh membiarkan ranjangnya tetap seperti itu, sampai ia bangun lagi dan begitu seterusnya. Tipikal cowok pemalas emang.

Namun beruntung Veranda yang ia klaim sebagai 'calon istri' merupakan sosok gadis higienis dan menjunjung tinggi kebersihan.

Keynal mengambil iPhone dan (Apple AirPods) earphone tanpa kabel dia atas meja belajarnya lalu dimasukannya kedalam kantong celana. iPhone itu pemberian Eyang Putra untuk menganti ponsel Android-nya yang hilang.

Akhirnya setelah delapan belas tahun ia bisa memiliki smartphone berlogo apel tergigit itu. Meskipun Keynal memiliki kakek yang tajir melintir tapi sedari cilik ia tak pernah meminta apapun, Kakeknya lah yang memberikan barang-barang tersebut dengan ikhlas.

Watak Keynal yang keras kepala bawaan lahir dari Ayahanda-nya, Keynal mengikuti ideologi Devan bekerja keras dan hidup mandiri adalah prinsipnya.

Keluar dari rumahnya bergegas menuju villa, dia membuka pintu dengan menggunakan sebuah kunci duplikat berwarna metalik yang Keynal dapatkan dari sang Ayah, selaku penjaga villa keluarga Tanu.

💜💜💜💜

Pagi ini dia berencana jogging pagi, karena semalam Veranda mengajaknya. Keynal masuk ke dalam villa berjalan menaiki undakkan tangga menuju kamar bidadarinya. Pucuk dicinta ulam pun tiba baru saja hendak mengetuk pintu, Veranda lebih dulu membukakan pintu kamarnya.

“Ve, kita jadi kan pergi jo-”

Keynal tergugu lugu Veranda memeluk secara spontan, dadanya bergemuruh senang. Jantungnya yang bertalu keras.

Ini terasa mimpi untuk-nya, dan jika pun ini mimpi Keynal jelas tidak ingin bangun dari mimpi indahnya. Dia merasa tak kuat menahan debaran rindu yang merayap dalam benaknya. Sehari tanpa Veranda, bagaikan langit tanpa matahari.

“Veranda,” panggilnya namun terdengar seperti bisikan.

Pelukan Veranda semakin erat dan Keynal membalas memeluknya. Rasanya hangat dan terlindungi.

“Biarkan seperti ini.” Keynal membenamkan wajahnya pada bahu Veranda.

Cinta yang hadir tanpa diduga, tanpa dipinta, bila dua hati telah terpatri maka terbitlah kalimah cinta yang menyentuh hati sanubari, zikir-zikir rindu yang mendamba kasih sayang kasih.

Ketika cinta mulai bertasbih, bisikan janji menagih kesetiaan. Begitulah indahnya panahan cinta, gerak hati nurani yang sentiasa menunjukkan kebenarannya, sebab nilai sebuah cinta itu berharga. Setelah dirasa cukup Veranda pun melepaskan pelukannya.

Keynal memandangi Veranda dalam-dalam, berusaha merekam wajah itu dalam memorinya. Seolah-olah dia tidak akan bisa melihat wajah bidadari hatinya itu lagi tuk selamanya.

Keynal menyoroti penampilan gadisnya. Street style Veranda hari ini, perempuan belia itu mengenakan tank top hitam dan celana leggings berwarna senada.

“Ya ampun, Veranda, kamu sengaja ya mau bikin laki-laki di desa ini pada banjir iler liat kamu berpakaian sexy seperti itu, ganti gak!”

“Issh gamau,” tolak Veranda menggelengkan kepalanya, gadis itu menatap kesal kearahnya.

“Ganti atau aku goyang kamu di dalam sekarang!” Keynal mengancam Veranda dengan jutsu andalannya.

Veranda mendelik lebar. “Iya, iya aku ganti, puas kamu!”

Veranda menginjak kaki Keynal, lalu ia berbalik berniat masuk ke kamarnya tapi langkah mendadak terhenti di ambang pintu.

“Kamu mau ngapain?” tegur Veranda saat menyadari derap kaki Keynal seperti membuntuti dirinya.

“Ikut!” cicit Keynal manja layaknya balita yang meminta asi kepala ibundanya.

“Gak, kamu, tunggu di sini aja ngerti!”

Keynal menggeleng ia maju selangkah lebih dekat hendak ke dalam, tapi Veranda buru-buru menutupi pintu kamarnya membuat wajah Keynal kepentok pintu.

“Ih jahat banget yak padahal aing cuma niat buat bantuin dia.” gerutunya sembari mengelus hidungnya yang memerah setelah mencium pintu.

Di dalam kamar Veranda melepas pakaiannya menganti dengan outfit yang lain. Setelah itu ia meraih jaket olahraganya yang digantung di balik pintu, Veranda segera mengenakan jaketnya.

Ia menghadap cermin sebentar dan mengambil sepatu running-nya yang berada di rak sepatu dekat pintu. Veranda melirik jam dinding sejenak, jarum jam masih berada di 04:30.

Setelah mengenakan pakaian lengkap dengan sepatu, gadis tujuh belas tahun itu segera keluar dari kamarnya untuk jogging ke jalan raya bersama Keynal. Rutinitas yang belakang ini dilakukannya setiap pagi.

Pintu terbuka, Keynal menilik kembali penampilan Veranda. Si pujaan hatinya mengenakan t-shirt warna putih yang dilapisi jacket tipe hoodie berwarna hijau muda, resletingnya dibiarkan terbuka. Sepatu running/training shoes berwarna abu-abu dengan tali warna pink, serta bercorak silang putih. Model rambut panjangnya dikepang satu dengan riasan make up tipis.

“Nah begitu lebih baik.” Keynal menggenggam tangan Veranda mengajaknya keluar villa.

💜💜💜💜

Dua sejoli bersurai hitam kelam itu berlari santai, melewati jalan setapak menuju hutan yang berada tak jauh dari villa. Tempat yang biasa keduanya lewati untuk jogging.

Cahaya bintang yang berkedip. Lampu-lampu sisi kiri dan kanan menyala terang. Pemandangan di kala subuh tampak begitu cantik. Sampai di persimpangan jalan mereka berdua beralih jalur.

Menyusuri jalan raya yang berada di dalam hutan. Sambil terus berlari keduanya sesekali menghirup udara pagi yang sejuk tanpa polusi dan jauh dari kebisingan orang-orang.

Tak lama setelah mereka memasuki hutan, keduanya sudah sampai di sebuah lereng perbukitan yang berkelok-kelok tempat itu selalu berhasil membuat Keynal tersenyum dan bernapas lega.

Veranda memamerkan deretan giginya ke arah Keynal. Ia mengangkat tangannya untuk menyeka peluh yang membasahi dahinya, mengalir turun membingkai wajahnya. Sinar bulan yang keperakan terpantul pada rambutnya yang basah oleh keringat.

Disinilah Veranda dan Keynal. Berbaring di atas jalan beraspal tengah hutan, perlahan mereka membuka mata menatap galaksi yang dingin. Jalanan ini begitu sepi, mencengkam, dan lagi-lagi membuat mereka harus merapatkan jaket karena menggigil.

Keynal bangkit lalu mengajak Veranda duduk di lereng tebing. Veranda lebih dulu menepuk bokongnya lalu mengambil tempat di samping Keynal, mereka duduk berdua di atas rerumputan hijau yang tubuh alami. Karena lelah mereka memilih beristirahat sejenak melepas penat.

Di bawah sana hamparan bukit hijau dan kebun-kebun kopi yang hanya terlihat gelap, terang saja sebab mentari belum menampakkan wujudnya. Semua terasa begitu hening dari atas sana.

Tepat di bawah kaki keduanya terdapat jurang hitam, lereng bukit tepi hutan yang dipenuhi oleh rumput liar dan bebatuan alami. Veranda mengambil beberapa batu kerikil dan melemparnya ke jurang.

“Ve, ayo!” Keynal mengulurkan tangannya membantu Veranda untuk berdiri.

Veranda menatap wajah laki-laki di atasnya. “Kita mau kemana Key?”

“Aku akan membawamu ke suatu tempat.”

Veranda mengangguk paham ia pun mengapai tangan Keynal kemudian berdiri. Mereka meneruskan perjalanan dengan berlari.

💜💜💜💜

Mereka berdua kini menjejaki hutan yang tidak begitu lebat dan masih ada jalan setapak. Di ujung jalan itu ada sebuah danau. Danau itu cukup luas, airnya jernih, dan ikan-ikan yang berenang terlihat dengan jelas. Mereka berjalan menuju tepi danau.

Danau yang indah dan sejuk serta banyak sekali pepohonan hijau yang tumbuh. Pohon-pohon yang mengelilingi layaknya sebuah benteng yang melindungi danau tersebut. Angin yang semakin besar mengoyangkan pohon-pohon yang ada disekitar danau.

Daun-daun pohon serta rantingnya pun saling bergesekan tak tentu arah. Angin juga membuat air danau menjadi ombak-ombak kecil. Veranda tertarik memandang hamparan air danau di depan matanya, indah dan memberikan nuansa damai.

Keynal berdiri di jembatan di tepi danau, menghadap Veranda. Mentari pagi mulai memancarkan sinarnya. Membuat sebuah siluet dua orang yang berhadapan jika dilihat dari jauh, mereka berdua terlihat sangat canggung.

“Ve,” panggil Keynal.

“Yaa?” Gadis itu menatap pemuda di depannya.

“Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

“Dulu kan udah?” tanya Veranda.

Keynal menggeleng pelan. “Tidak. Waktu itu aku belum sempat mengatakan perasaanku.”

Veranda merespon Keynal dengan senyum tawar. “Aku memutuskan kita untuk backstreet, itu artinya aku sudah menerimamu menjadi bagian dalam hidupku, lalu apa lagi? Bukankah cinta tak melulu soal kata-kata.”

“Ya, tapi kamu tau, itu udah jadi kewajiban dan aku ingin melakukan sekarang.”

“Baiklah, sekarang katakan!” Veranda rapatkan jarak diantara mereka lalu mendekat wajahnya dengan wajah Keynal, Veranda menatap intens Keynal.

Ditatap demikian membuat Keynal merasa gugup, hingga tubuhnya dibuat gemetar juga keringat dingin. “A-aku,” Keynal terlihat menggigit bibir dan menarik napas sangat pelan, namun masih bisa dirasakan oleh Veranda.

Gluk!

Keynal menelan ludah, keheningan melanda selama beberapa menit, Veranda jengah hingga membuka suara.

“Khhmm, berapa jam lagi aku harus menunggu? Kamu mau aku lumutan,” Veranda memulai protesan pertamanya.

“Emmm, ee, A-aku....”

Inikan yang dia mau, padahal Keynal sudah menunggu moment ini sejak lama. Akan tetapi, mendadak Keynal kehilangan kosankata untuk merangkai kalimat.

“Bukanya dulu kamu sempat punya mantan? Lakukan seperti dulu kamu nembakknya,” kata Veranda.

“Eh ya, tapi dulu bukan aku yang nembak, Ve.”

“Terus?”

“Dia nembak aku duluan.”

💜💜💜💜

Keynal POV

Bertemu denganmu bagaikan sebuah drama yang diciptakan oleh alam semesta.

Aku terjebak dalam realitas yang seperti mimpi. Itu membuatku merasa berputar-putar dan kamu membuatku gila.

“Kau laksana rembulan yang terbit di siang hari, nampak sangat indah.”

Mungkin jika aku sendirian dan tak mengenal dirimu, aku pasti sudah menyerah, tersesat di dasar lautan. Namun hatiku masih terus bergelora dengan hasrat yang kian menggebu. Seperti takdir, aku menemukanmu kembali, kita bersama lagi.

Aku berharap bahwa kau mencintaiku, seperti aku yang terus menyayangimu. Aku tak akan melepaskan lagi tangan ini. Dan setiap saat hatiku terus berdetak seiring langkah kakimu, jangan kau pergi lagi.

Aku merasakan debas jantungmu di telingaku. Aku kehilangan akal sehat, aku mengidamkan cintamu. Kau memberiku kehidupan baru, kau membuatku terlahir kembali.

Aku merasakan takdirmu dan aku merasakan takdirku di sini. Ku ingin kau selalu bersamaku untuk selamanya.

“Rasi bintang kita tersusun dari serpihan matahari.”

Dalam gelap fajar kau merentangkan sayap yang gemetar. Aromamu merasuk ke dalam jiwaku, bahkan bayanganmu lebih terang dari sorot lampu.

“Cintamu aku merindukannya, cintamu aku menginginkannya, sentuhan aku membutuhkannya.”

💜💜💜💜

Keynal kembali menarik napas dan buang napasnya berkali-kali, mencoba menetralkan perasaan yang sedang bergemuruh di dadanya.

Lalu dia berkata, “Kamu ada di hadapanku dan aku melihat masa depan.”

Napas Keynal tercekat sesaat ketika mengatakan ini, terhenti sejenak dan memejamkan mata irama jantungnya terus berdegap semakin dasyat rasanya seperti hampir meledak.

Tak lama kemudian matanya kembali terbuka. “Jessica Veranda Tanumihardja. I love You, will you be my girlfriend?”

Veranda tergugu beberapa detik, pipinya mulai memanas, bibirnya melengkungkan senyum.

“Yes, i want and i love you too.”

Keynal terkesiap hebat, sebelum mengembangkan seutas senyum. Dan sekarang mungkin kalian bisa melihat senyum yang juga terukir di bibir Veranda. Rasa bahagia dari raut wajah Keynal.

“13 Januari 2020, hari jadian kita.”
Keynal segera memeluk Veranda.

💜💜💜💜

Veranda POV

Matahari muncul, mengakhiri twilight. Matahari terbit dan matahari terbenam itu dari satu sudut pandang, ilusi optik. Kami sedang menunggu matahari merangkak naik, menunjukkan kuasanya pada pagi di belahan langit timur.

Waktu terus bergulir langit malam pun berganti pagi. Bulan dan bintang bersembunyi, terganti keberadaannya oleh sang surya. Sinar mentari mulai menyinari bumi.

Sinarnya yang hangat mampu mengusir hawa dingin di sekitar danau. Air danau yang berkilau terkena bias cahaya sang mentari menambah kesan keeksotisan pemandangan danau di depanku.

Gemerisik dedaunan terdengar di telingaku diiringi dengan kicau burung mewarnai pagi ini. Mengusir udara malam yang beku, membawa kehangatan. Awal dari sebuah hari yang baru. Kami berdua menikmati indahnya sunrise.

Langit menghembuskan angin segar, pohon-pohon menari-nari, memberikan ucapan selamat pagi. Aku berfikir, Tuhan telah memberikan hari terbaiknya saat ini. Sekali lagi aku menghirup nafas dalam-dalam, merasakan udara yang sejuk memasuki paru-paru.

Nyanyian cinta yang terus terdengar membuat batinku tenang, Keynal terus menggenggam tanganku sejak tadi seperti enggak untuk melepaskan.

Sepuas hati, Napas Keynal mengisi tubuhku dan jantungku berkernyut tak karuan.

Sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Dan semoga ini akan berlanjut selamanya sampai ke jenjang pernikahan.

Aku menengok sebentar, di belakang kami ada sebuah pohon mahoni. Tanaman mahoni ini mempunyai ciri-ciri yaitu ukuran pohonya yang besar dengan buah yang berwarna kecoklatan dan di dalam buahnya terdapat biji gepeng yang mempunyai rasa sangat pahit.

Betapa indahnya, sampai rasanya tubuhku ini ikut terbawa bersama biji bunga mahoni yang terbang ditiup angin. Terasa ringan jiwaku ini, semua kenangan pahit yang selalu menyiksa batin hilanglah sudah.

Angin membelai lembut, kicauan burung yang riang bagaikan sebuah nyanyian surga. Ternyata memang benar hari ini adalah hari terindah yang pernah kurasakan dalam hidupku, dan bersama Keynal aku takkan melewatkannya. Udara di puncak seperti mengigiti tubuhku dengan gigi-gigi membeku. Tebal, getas, dan liar. Kami pun menuju jalan pulang.

💜💜💜💜

Veranda POV

Jam enam pagi...

“Mayo sayang, Mama sama Papa berangkat dulu ya.”

“Iya, mah.”

“Jessie, hati-hati di sekolah dan ingat jangan suka pulang larut malam,”

“Baik, Pah.”

TIN! TINN!

Suara klakson mobil pergi. Lagi-lagi aku ditinggal sendirian di villa. Mama dan Papa selalu ngigetin untuk jaga diri baik-baik. Dari dulu orang tuaku memang sibuk bekerja dan Mama selalu menemani Papaku melakukan perjalanan bisnis ke luar kota, Mama adalah istri yang setia.

Biasanya ada bibi Tuti yang selalu beres-beres rumah dan pulang sore harinya. Tapi bibi sekarang sedang sakit, jadi beliau mengambil cuti selama beberapa hari.

Untung aku punya Keynal yang selalu setia menemaniku, Keynal adalah tipe cowok siaga, siap antar jaga. Aku udah siap berangkat sekolah hari ini tanpa perlu pamitan ke Mama, Papa seperti biasa.

Suasana villa pagi ini sangat dingin, hanya ada aku seorang diri di meja makan. Aku lalu mengambil roti tawar dan mengolesinya dengan selai coklat favoritku. Memfokuskan pandangan pada roti tawar di depanku, merasakan sepi di villa sendiri.

Klakson motor terdengar dari luar villa, Keynal memikirkan kuda besinya di halaman depan, seperti biasa kami berangkat sekolah bareng-bareng. Keynal menyodorkan helm kepadaku, dia memang sangat perhatian sifat itulah yang aku senangi darinya.

Aku naik ke motor dan Keynal langsung menancapkan gasnya. Mesin menderu keras motor ini melaju pelan. Seperti yang kalian ketahui kita beda kelas dan beda angkatan, dia seniorku dan aku cukup mengaguminya, mengingat status kami sekarang.

💜💜💜💜

Kelas XII IPA-1

Pagi ini, jam enam tiga puluh kelas tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa murid yang terlihat belajar sembari mengobrol asik. Sebagian lagi malah sibuk bermain ponsel sampai melupakan dunia sekitarnya.

Dari bangku paling depan pojok kiri, dekat jendela dan berseberangan dengan meja guru tampak seorang Keynal, sang kapten basket itu tengah menguap dan tiduran di bangkunya dengan mata setengah terbuka, tak kuasa menahan kantuk. Hal semacam ini sudah menjadi kebiasaan sejak ia duduk di bangku kelas 7.

Selang beberapa saat kemudian terdengar suara pintu kelas diketuk dari luar.

“Assalamu'alaikum.”

“Wa'alaykumussalam,” jawab murid-murid yang ada di kelas tersebut.

Dan munculnya sosok cowok perawakan tinggi dengan mata teduhnya, topi yang di kenakan secara terbalik adalah ciri khasnya. Dia memakai kalung berbentuk mirip tengkorak yang disembunyikan di balik seragam abu-abu miliknya

Cowok yang mempunyai suara mirip seperti om-om karna timbre suara yang dimilikinya termasuk suara berat, siapa lagi jika bukan Dyo, anak sulung dari wakil kepala sekolah yang terkenal dengan keisengannya. Gemar mengerjain teman-teman seangkatan dan adik kelas. Semua orang tahu itu.

“Keynal,” panggilnya.

Dengan nafas naik turun Keynal mendongak, melihat Dyo dengan tatapan membunuh.

“Akhirnya bro, setelah penantian panjang hari ini kite bisa sekelas.”

“Halah lebay. Berisik lu, gua mau tidur juga.” Keynal kembali meletakkan kepala di atas bangku.

Dyo duduk di sebelah Keynal sembari meletakkan helmnya di samping kakinya. “Yee, jangan tidur bego bentar lagi bel. Oh iya, si Boby kemane?”

“Mana gua tau, emang gua bapaknya.”

“Dih, lo kan Bromancenya.”

“...” Keynal langsung kicep.

Dia menegakkan kepalanya, tidak bisa lagi melanjutkan tidurnya, suara berat itu terus menerobos gendang telinganya, Tidak Yona, tidak Dyo kedua kakak-beradik  benar-benar mengganggu.

“Tumben tumbenan tuh anak pak Haji ngak masuk biasa die yang paling rajin, gak kayak lo,” ucapan Dyo menyindir Keynal.

“Ckk, bacot lu,” Keynal melirik tak suka ke arah Dyo.

Lalu dia menengok ke arah seorang gadis yang duduk di belakang bangkunya, gadis itu tampak fokus memoleskan lipstick pink pudar dibibir. “Ay, gue boleh pinjam kacanya gak.”

Gadis bernama Ayu itu langsung mengangguk. “Boleh, nih ntar balikan ya.” Ayu memberikan kaca yang berupa tempat bedak miliknya.

Keynal menerimanya dan meletakkan kaca bedak itu di hadapan Dyo. “Nih ngaca!” ucapnya setelah itu langsung beranjak dari tempatnya melangkah keluar kelas.

“Ngaca? Emang muka gue kenape?”

Dyo buru-buru mengambil tempat bedak dan memeriksa wajahnya. “Gapapa kok, masih ganteng ini,” gumamnya sambil nyengir kuda memperhatikan pantulan wajahnya dari kaca.

Dan tiba-tiba saja Dyo teringat sesuatu, kemudian dia tersenyum licik. “Gue belum bikin tugas.” Sejenak Dyo memperhatikan keadaan sekitarnya.

“Kayaknya aman nih, si Keynal juga udah pergi hehe.”

Dengan tampang cool Dyo membuka resleting tas di sampingnya, mengambil buku bahasa indonesia milik Keynal. Dyo segera menyiapkan buku beserta alat tulisnya kemudian mulai mencontek.

Sementara itu Keynal menyusuri koridor kelas 12 sembari membawa buku gambar di tangannya, menuju ke kelas XII IPA-4, itu kelas baru Naomi.

Keynal menghentikan langkahnya di depan pintu kelas Naomi dan mendapati gadis bersurai blonde itu tengah bergosip ria dengan teman-teman sebayanya, samar-samar Keynal dapat mendengarnya.

“Bun,” pangilnya Keynal lantang seketika itu Naomi menoleh.

“Eh, bentar ya gue ke sana,” pamit Naomi, teman-teman hanya mengangguk pelan.

Naomi berjalan keluar kelas dan menghampiri Keynal. “Ada apa Nal?”

Keynal tersenyum ke arah Naomi. “Bun, bantuin gua bikin tugas seni budaya dong, lu tau sendiri gambaran gua kayak cakar ayam.”

“Oh, itu mah ngampang, siniin buku gambarnya!” Keynal tersenyum semringah seraya menyerahkan big drawing book bersampul biota laut ke tangan Naomi.

“Nal, crayon lo mana?”

“Oh iya lupa, ada di dalam tas bentar ya gue ambil dulu.”

Naomi menahan tangan Keynal. “Eh ngggak usah, pake punya gue aja.” Keynal pun mengangguk senang.

“Kira kira setengah jam bisa selesai gak? soalnya mau dikumpulin jam pertama.” Keynal menunjuk sisa waktu di jam tangannya.

“Dua puluh menit,” jawab Naomi mantap.

“Apa.” Keynal terperanjat, oke mungkin dia lupa Naomi itu mahir menggambar dan melukis. “Bun, ini tema nya tokoh kartun ya.”

“Em, terus lo mau gue bikinin karakter apa? Dora atau Masha?” tawar Naomi.

“Ya enggak mereka juga, gimana kalo Princess Elsa,” jawaban Keynal langsung dapat sinisan tajam dari Naomi.

“Ye itumah sama aja.” Naomi memukul kepala Keynal dengan buku gambarnya.

“Bercanda Bun, gua mau karakternya si Kira alias Light Yagami dari anime Death Note,” ucap Keynal setelah berpikir.

“Light? Kenapa gak Sasuke-kun aja dia kan lebih tampan,” Naomi memberi saran.

“Gamau gua lebih suka Light, Sakuke itu kuat, tapi Light Yagami lebih jenius.”

“Sip,” jawab Naomi.

“Kalo gitu gua balik ke kelas ya, ntar gua kesini lagi.”

“Gak perlu,” jawab Naomi. “Biar gue yang antar ke kelas lo.”

Keynal tersenyum ceria. “Makasih, Bun.” Naomi mengangguk.

Beruntungnya punya sahabat cewek daripada cowok, lah Boby mana mau dimintai tolong, meski dia cerdas tapi Boby sedikit kikir ilmu. Apalagi si Dyo biasanya membayar orang lain untuk mendapatkan gambaran yang bagus.

💜💜💜💜

Veranda POV

Keesokan paginya, hari ini sekolahku merayakan ulang tahun yang ke-40. Ada panggung besar di tengah-tengah lapangan upacara. Seluruh siswa ramai-ramai mengelilingi panggung sembari melompat-lompat dan bernyanyi bersama band yang sedang manggung.

Aku Shania dan Yona juga berada di depan panggung menikmati lantunan musik pop yang disunggahkan.

“Ve, lo suka gak sama lagunya,” tanya Shania.

Aku menjawab, “suka.” Kami melanjutkan menonton band. Tiba-tiba dari arah belakang, Keynal menarikku di tengah-tengah kerumunan.

Kejadiannya sangat cepat, sampai-sampai teman-temanku tidak menyadarinya. Kami pergi meninggalkan lapangan, aku juga belum sempat pamitan sama Yona dan Naomi, mereka nanti pasti mencariku aku jadi merasa bersalah.

Keynal mengajakku ke belakang sekolah untuk melihat pameran seni rupa. Kami sampai di sana dan aku melihat banyak moral yang digambar oleh peserta lomba, dan salah satunya juga ada Naomi yang memang mengikuti lomba.

Aku sangat suka dengan keindahan semacam ini, dan Keynal selalu punya cara untuk membuat aku tersanjung. Dia mengulurkan tangannya ke arahku dan mengajakku kabur dari sekolah.

Aku tahu sekolah saat ini tidak kondusif dan tidak ada kegiatan belajar. Jadi aku mengindahkan ajakan Keynal.

“Cabut yuk!” Aku dan Dia berpisah untuk mengambil tas masing-masing.

“Key, aku tunggu di depan ya,” dia mengangguk.

Aku menunggu Keynal di samping pintu gerbang dekat lapangan kasti cukup lama, aku memilih lewat sini karena ini satu-satunya akses keluar, karena pintu gerbang utama ditutup dengan alasan keamanan.

Aku mulai kesal menunggu Keynal yang tak kunjung datang. Tak lama kemudian Keynal berjalan mendorong motornya, dia sudah memakai helm. Sesaat Keynal mendongkrak motornya di depanku lalu bergerak memasangkan helm di kepalaku.

Aku gemes melihatnya dan refleks tertawa, aku dan Keynal pergi jalan-jalan keliling desa sembari mengobrol di jalan. Dia menanyakan soal Mama, Papaku yang pergi keluar kota selama tiga hari. Dia tau soal kesibukan kedua orang tuaku, Keynal pun menawarkan diri untuk menemaniku di villa.

Keynal khawatir aku sendirian di villa, apalagi ibunya sedang tidak bertugas di rumahku. Keynal melirikku dari spion sambil sesekali tersenyum, dia menarik tanganku untuk memeluknya dari belakang.

Akhirnya kami berdua sampai di villa, Keynal memarkirkan kotornya di garasi kemudian masuk ke dalam villa bersamaku. Aku memasukkan kunci villa dan memutar pintu lalu mendorong gagang pintu dengan siku.

Di depan pintu tiba-tiba tangganya merangkul mesra pinggangku. Aku kaget tapi ketika menoleh Keynal memberikan senyum ikhlas padaku. Saat ini dia duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.

Aku datang membawakan beberapa bungkus keripik kentang dan dua kaleng minuman dingin. Kami duduk bersebelahan diatas sofa sambil menikmati tontonan tv yang tengah berkedip di depan kami.

Tiba-tiba sekilas dia mencium keningku, aku menoleh dan menatapnya dengan raut terkejut. Namun Keynal berusaha tenang lalu berkata, “Aku sayang kamu.”

Akupun tidak bisa berkata-kata lagi dan hanya melemparkan senyum padanya. Aku menawarinya untuk menonton film horor, awalnya dia menolak takut. Akan tetapi, aku berhasil memaksanya dan dia pun menurut seperti bayi kucing yang baru lahir.

Aku beranjak dari tempat duduk dan memutar DVD player dengan salah film horor favoritku, seri pertama dari franchise, The Ring (2002). Film yang mengisahkan kutukan kaset video, barang siapa menontonnya maka orang tersebut akan mati dalam tujuh hari.

Aku kembali duduk di sampingnya. Baru sepuluh menit film berjalan, Keynal sudah berteriak histeris, dan sesekali menutup mata pas bagian tv no signal suara bising-bising kesemutan seperti tv jadul gitu. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menutup mata dan telinganya, kalian lihat dia sangat lucu kan.

Aku tertawa melihat kelakuannya, Keynal kemudian merangkul lenganku dan menciumku sekali lagi. Aiss! Di tengah-tengah ketakutannya dia masih bisa-bisanya mencuri kesempatan. Dasar perampok!

Setelah itu wajahnya kembali diselimuti ketakutan, nafasnya mulai tidak beraturan, tubuhnya menenggang, tangan dan kaki Keynal gemetar seperti terguncang gempa, ia menengok ke belakang beberapa kali Keynal memejamkan mata refleks. Tapi aku selalu menenangkannya, sungguh ekspresi dan tingkatnya tidak sinkron dengan badannya.

Aku menarik tangan yang menutupi matanya tapi dia menahannya. Keynal masih tak membuka kelopak mata yang menyembunyikan pupil indahnya. Keynal mengaku lebih suka nonton film laga dan romantic comedy lebih tepatnya anime shounen atau anime khusus bagi remaja lelaki.

“Ve, matiin,” Keynal memohon dengan suaranya yang teredam, aku tak peduli dan hanya diam membeku, ku lirik tampak raut putus asa di wajah manisnya.

Selama dua puluh lima menit kami menonton, akhirnya aku mengambil remote dan mematikan layar di depanku karena tak tega melihat dia ketakutan seperti itu.

“Ve, kok kamu tega sih sama aku, nanti malam aku pasti kepikiran. Kamu harus tanggung jawab,” ucapnya sembari bergelanyut manja di lenganku, apaan sih dia cemen banget, aku gak suka ya.

“Ya terus aku harus gimana Nal?”

Keynal hanya tersenyum dan bersuara, “Kamu harus menemaniku di kamar malam ini.”

Apa? oke fix, Keynal si mr. Cabul.

Bukannya istirahat nanti yang ada aku malah diajak mantap-mantapan sama dia. Namun suara rengekkanya yang begitu sexy mampu menghipnotisku hingga aku terhanyut dalam suasana.

Drrrtt! drrt!

Tak lama kemudian ponselku berdering keras, nama Mama terpasang jelas di layar ponselku.

“Ssttt diem.” Aku mengisyaratkan Keynal untuk tenang.

“Halo Mah,” saat aku mengangkat telepon, Mama menanyakan keberadaanku.

Dan aku terpaksa berbohong, “Aku sedang di kelas,” Aku takut mama akan marah kalo aku jujur.

Lagi-lagi Mama mengingatkanku untuk jaga diri baik-baik, aku meng-iyakan semua kalimat Mamaku di telepon.

Setelah beberapa menit sambungan telepon terputus. Aku kembali meletakkan ponselku di saku seragam sekolah dan beralih menatap Keynal yang sibuk memainkan rambutku dengan jari-jari lentik panjangnya.

Akupun memilih untuk menaruh kepalaku di atas paha Keynal dan memandang mata kelamnya dalam-dalam, mata elangnya berubah menjadi sayu bentuk matanya yang kecil, terdapat lingkaran hitam di sana. Dia terlihat lelah dan kuyu, biar ku tebak dia pasti begadang lagi semalam.

Ironi, aku merasa iba melihat kondisinya itu, kenapa Tuhan menyiksanya dengan cara seperti ini?

Aku ingin Keynal mendapatkan waktu tidur yang berkualitas, sehingga dia bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik. Aku berdoa kepada Tuhan, semoga Keynal selalu diberikan kebahagiaan.

“Key,” panggilku seraya mengelus pipi kanannya dengan jari-jemariku.

“Apa, Ve,” Dia menatapku dari balik kelopak matanya yang masih memberat, batu giok pada bola matanya yang terlihat sedikit tebal.

Aku menghirup aroma parfum dari tubuhnya dengan penuh gairah, sejenak memejamkan mata dan meresapi setiap detail wangi parfum mahalnya, aku pernah melihat parfum ini di kamar Keynal  wanginya bernuansa maskulin.

Cinta dan gairah adalah konsep kunci di balik wewangian Versace Eros yang digunakan Keynal. Eros sendiri merupakan dewa cinta dari mitologi Yunani. Sehingga aroma kali ini cocok untuk Keynal yang penuh cinta dan sangat bergairah.

Aromanya sendiri terdiri dari campuran mint, lemon Italia, apel hijau, kacang tonka, bunga geranium, vanila, vetiver, lumut, dan cedar wood. 

Dengan perpaduan komposisi tumbuh-tumbuhan, dan mineral, membuat wewangian satu ini segar dan mudah dikenali aromanya.

Astaga, dia membuatku terangsang.

Aku beralih mencium ketiaknya, entah kenapa aku memang punya kebiasaan suka mencium ketiak pria salah satunya Keynal, baunya sangat jantan. Wow semerbak aromanya bagai morfin yang membuatku kembali bersemangat.

Aku mulai muak dengan keheningan ini, “Nal, aku bosan,” bisikku pelan.

Perlahan Keynal mengangkat kepalaku dari pangkuannya, aku duduk dan menegakkan tubuhku menatapnya penuh kecewa.

“Tunggu disini, aku punya sesuatu untukmu.” Keynal bangkit menuju kamarnya, beberapa saat kemudian ia kembali membawa dua buku seperti novel di tangannya. “Ve, aku punya dua koleksi novel kamu mau yang mana?”

Keynal menunjuk dua buku dengan sampul yang berbeda. Aku menimang sejenak sebelum menjatuhkan pilihan. Aku yakin dia punya selera yang bagus.

Keynal sepertinya mengerti situasi, dia mulai menjelaskan, “yang ini novel The Great Gatsby by F. Scott Fitzgerald penulis Amerika,” Dia menunjuk buku di tangan kirinya. “Dan yang ini adalah The Notebook karya Nicholas Sparks,” ucapnya mengangkat novel yang ada di tangan kanannya.

“Aku mau semua,” Aku pun mengambil kedua buku dari tangannya dan Keynal hanya tersenyum menganggapi kepolosanku. Dia kembali duduk di sampingku.

Kedua buku ini tidak seperti baru dibeli, tapi book performancenya terjaga dengan apik, dan yang penting bagiku kedua buku ini bebas dari debu karena itu akan membuat phobiaku kambuh.

“The Great Gatsby,”

Sepertinya buku ini menarik. Aku mulai membuka bab pertama, sesuai dengan ekspektasiku novel ini di tulis dalam bahasa Inggris, sehingga membuatku lebih nyaman pabila membacanya.

Tulisan karya (Fitzgerald) ini hampir seperti sebuah karya puisi, dengan gelombang sastra yang cemerlang. Deskripsi yang sangat indah, sehingga hampir membuat hati aku sakit. Jay Gatsby kisahnya hampir mirip dengan Romeo dan Juliet, tapi aku percaya ini jauh lebih dari sekadar kisah cinta.

“Gimana, apa kamu suka dengan ceritanya, plotnya menarik kan?”

“Hmm, yaa, tapi aku gak suka sama semua main karakter yang ada di cerita ini.” Keynal jadi menatapku penuh heran.

“Kenapa?” ucapnya.

“Entahlah, karakter dalam The Great Gatsby ini sangat cacat dan sulit untuk bikin aku bersimpati sama tokohnya. Mereka terlalu sempurna, penuh glamor dan cara hidup mereka sangat kacau.”

Tentu saja aku benci Daisy Buchanan! Dan suaminya Tom Buchanan dia sangat licik! Aku bahkan mulai sedikit membenci Jay Gatsby tokoh utama pria di novel ini.

Keynal tersenyum ke arahku. “Gak suka sama karakternya, gak masalah, karena itulah keindahan dalam buku ini, gak semua karakter dalam novel harus dicintai pembacanya. Dan aku yakin Ve, kamu akan terkejut setelah membaca ending ceritanya.”

Ini yang aku suka darinya, Keynal mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas. Kupikir dia lebih pro jadi sastrawan, ketimbang idol seperti keinginan masa kecilnya.

Menurutku, cerita ini bagus. Cara Fitzgerald membuatku jatuh cinta pada tokoh Nick Carraway dan Jay Gatsby. Nick, di mataku seperti seorang pemuda pendiam tapi bijak, dan Gatsby, orang baik yang dikhianati oleh optimismenya sendiri.

Daisy karakter utama wanita yang tidak mengatakan bahwa dia mencintai Gatsby, tetapi mengharuskannya untuk menyatakan kalo dia tidak pernah bahagia dalam lima tahun pernikahan dengan Tom, suaminya. Tapi Gatsby, bagiku tetap hebat.

“Kayaknya setelah ini aku harus nonton filmnya deh Nal,” Aku pun menutup novel ini dan menatap Keynal.

“Ide yang bagus, filmnya recommended banget buat kamu tonton. Ada 4 versi Ve, aku pernah nonton 2 versi yang keluaran tahun 74 dan 2013. Tapi aku paling suka yang 2013 kemarin, apalagi yang jadi Mr. Gatsby itu abang aku lho Ve,” Aku menyergit.

“Abang? Leonardo DiCaprio?” tebakku dan dia mengangguk cepat, dasar.

“Dan kamu tau siapa yang jadi Nick Carraway?” Keynal bertanya kepadaku.

“Enggak? Emang siapa?”

“(Tobey Maguire), yang jadi Peter Parker di film Spider-Man 1, 2 dan 3.” Oh seperti itu aku mengangguk paham.

“The Notebook?” Aku beralih pada judul buku yang satunya.

Kau harus memilih apa yang tepat untukmu, walaupun itu akan melukai perasaan mereka yang kaucintai. (hlm. 169)

Yang aku tangkap dari buku The Notebook ini ada seorang Kakek Tua yang membacakan buku catatan harian untuk istrinya. Berkisah tentang seorang sepasang remaja mulai dari awal pertama berjumpa di musim panas. Laki-laki yang diceritakan tersebut bernama Noah Calhoun dan perempuannya adalah Allie Hamilton.

Bersama Noah, Allie mendapatkan pengalaman seru selama liburan tersebut. Noah pun juga mengajak Allie ke sebuah rumah tua di Windsor dan berjanji kelak akan mengubahnya menjadi seperti rumah impian Allie.

Seperti aku lebih menyukai novel kedua ini dan beberapa kutipan favorit yang membekas di hati.

“Kita akan menemukan cara untuk selalu bersama.” (hlm. 37)

“Kalau kau memang bahagia, Allie, dan kau mencintainya, aku tidak akan berusaha menahanmu untuk kembali padanya. Tapi kalau masih ada sebagian dirimu yang tidak begitu yakin, sebaiknya kau tidak meneruskannya. Keputusan ini bukan untuk dilakukan dengan setengah hati.” (hlm. 64)

“Kita sudah sama-sama dewasa sekarang, dan kita punya pilihan yang sebelumnya tidak ada. Kita memang ditakdirkan untuk bersama. Sejak dulu.” (hlm. 170)

“Sejak kapan kamu suka dengan novel seperti ini?” Keynal tersenyum lalu menoleh ke arahku.

Keynal POV

Dulu, gue mengenal novel Harlequin saat masih SMP. Iya, gue tahu, usia gue terlalu muda untuk membaca novel-novel roman yang seringkali bertabur adegan sensual itu. Tapi yah, tahu sendirilah di umur-umur segitu rasa ingin tahu susah dibendung.

Jadi gue melahap novel-novel seri Harlequin itu bak makan kacang goreng. Di saat teman-teman gue yang lain masih membaca komik semisal Inuyasha, Shincan, dan Detective Conan begitu melegenda baik dari komik maupun dari anime-nya.

Gue udah berteman akrab dengan tokoh-tokoh dewasa dalam kisah percintaan. Tokoh prianya yang seringkali digambarkan macho dan maskulin, sementara si tokoh perempuan yang biasanya lemah lembut dan selalu butuh dilindungi.

Dengan cerita yang serba kebetulan, simple dan mudah ditebak. Kalo dipikir-pikir cerita-cerita novel Harlequin itu sebelas duabelas lah sama cerita di FTV-FTV yang sering tayang di kancah pertelevisian Indonesia.

Beberapa novel Harlequin, covernya selalu bergambar pasangan saling berpelukan yang sok romantis, hehe.

Masih di usia SMP, entah pas duduk di kelas 1 atau 2 gitu gue lupa dah, gue udah baca novel Gone With the Wind yang legend itu. Imajinasi gue tentang Rhett Butler dan Scarlet O'Hara yang menemani gue melewati masa puber.

Memenuhi kepala gue yang udah penuh sesak dengan khayalan yang lebih gila. Novel Harlequin adalah salah satu novel seri roman(tis) yang menurut kaum adam adalah novel roman picisan. Novel ini berlebihan menaburkan keromantisan-nya menurut gue pribadi sih.

Gue yakin, hal semacam ini bikin perempuan termasuk Veranda bakal senyum-senyum sendiri dan bermimpi pangeran tampan dengan seekor kuda akan datang menyelamatkan nyawanya dan dunia. Hal ini seperti yang udah gue utarakan diatas membacanya adalah suatu hal yang sia-sia.

Kalian seperti ditarik masuk ke dunia Barbie. Cinta-cinta-an, strategi mendapatkan lelaki atau wanita idaman, perasaan-perasaan manusia yang terlukiskan lewat kata-kata yang gue anggap horor. Gimana gak horor yang lu kalo mau tau, beli dan review sendirilah novelnya. *tertawa_jahat

Ya, maap gue spoiler.

Saking indah dan luar biasanya novel ini, sampai sekarang pun masih membekas dalam ingatan. Ga heran lah kalau novel ini membuat si penulisnya memperoleh Pulitzer.

Cover dewasa yang bikin gue ditegur petugas Perpusda, karena pinjam novel begituan dengan seragam SMP.

Beranjak SMA, gue masih suka sesekali baca novel Harlequin. Di usia inilah gue mulai addict dengan satu penulis, yaitu Sandra Brown. Ceritanya lebih greget karena seringkali dibumbui thiller, petualangan, tokoh pria yang beneran macho dengan masa lalu yang seringkali suram dan menyimpan misteri.

Dan ini yang gue suka, tokoh perempuannya bukan lagi gadis tak berdaya yang lemah tapi cantik, Sandra Brown selalu membuat tokoh ceweknya tangguh, gak mudah menyerah walau ditindas, namun tetap feminin. Beberapa judul novel Sandra Brown favorit gue yang ceritanya masih memorable diantaranya, Envy, French Silk dan Slow Heat in Heaven.

Saat SMA pula selera baca gue sedikit berubah. Gue jadi jatuh cinta dengan Dan Brown lewat novelnya The Davinci Code. Gue selalu menantikan novel novelnya Dan Brown, dari Angel and Demon, The Lost Symbol, Inferno, Digital Fortess, Deception Point semua gue lahap dengan antusias.

“Kamu sendiri bagaimana?” tanya gue ke Veranda.

Veranda POV

Aku adalah penggemar berat Agatha Cristie & Sherlock Holmes, Bahkan hingga kini, aku masih sering membaca ulang novel-novel mereka.

Mycroft Holmes merupakan salah satu novel yang ceritanya tak terlupakan. Lagi baca ulang novel ini, heran aja kok ga bosan-bosannya baca ulang kisahnya Sherlock Holmes.

Saat masuk kelas satu SMA, bacaanku mulai beragam dan lebih berbobot. Aku juga menggemari E.S Ito, yang sayangnya baru dua novelnya yang aku baca, Negara Kelima dan Harta Karun VOC. Ceritanya keren, agak-agak bernuansa novelnya Dan Brown tapi versi Indonesia.

Beberapa waktu yang lalu aku baru aja menyelesaikan trilogi The Girl With The Dragon Tattoo, dan aku suka. Sayangnya penulisnya meninggal selesai menyelesaikan trilogi keren ini, padahal aku menaruh ekspektasi lebih pada penulisnya.

Cerita detektif dan misteri inilah yang mungkin membuat aku kini bosan dengan novel-novel roman yang 'biasa' saja. Aku mulai males membaca sesuatu yang tidak membuatku mendapatkan sesuatu setelah selesai membacanya.

Sebaliknya, bacaan yang bagus itu adalah bacaan yang mampu membuat kita memeperoleh pengetahuan baru. Yang saat kita menutup halaman terakhir, seakan kita baru saja diajak masuk ke dunia yang ada di bacaan itu.

Bersambung....

Oke! buat kalian yang suka dengan VeNal kalian pasti tahulah sebagai dari cerita ini, emang saya ambil dari kepribadian, hobi, kesukaan dan kebiasaan mereka berdua.

Emang sih saya bucin banget mereka berdua, dari dulu sampai hari ini gak pernah berhenti mencintai Venal.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 28.5K 47
Karin dan vano terpaksa menikah karena beberap hal,semua terlihat begitu mudah saat dimulai.. Namun seseorang yang berwajah sama seperti suaminya dat...
1.5M 73.7K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
33.7K 2.7K 57
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] -- [COMPLETE] Akila Diandra seorang wanita yg sukses mendapatkan gelar s2 nya di usianya yg masih sangat muda. Kalau k...
11.7M 733K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...