Hi, Captain! [COMPLETED]

By niqceye_

27.5M 1.6M 368K

18+ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Ini tentang dua orang yang tidak mengenal, tiba tiba dijodohkan. Namun seiring... More

REYGAN ADITAMA
JENNIFER ALASYA
1|Kesan Pertama.
2| Berdebar
3| Look at her.
4 | Pilihan
5 | Tentang keduanya
6| Wedding day.
7| A night with you
8 | About caring
[REVISI] Respect
[REVISI] Mulai berani
[REVISI] Keputusan
[REVISI] Broken
[REVISI] Satu permintaan
[REVISI] Pahit
[REVISI] A Regret
[REVISI] Unexpected
[REVISI] After all happened
[REVISI] A mistakes
[REVISI] A Chance
[REVISI] QuΓ­tatelo
[REVISI] Beginning
[REVISI] Heart Beating
[REVISI] Daily Routine
[REVISI] Meet Again & Feeling
[REVISI] A Happiness with you
[REVISI] Surprised
[REVISI] What's going on?
[REVISI] Honestly
[REVISI] Curious
[REVISI] True or False?
[REVISI] A Statement
[REVISI] Uncomfortable + CAST
[REVISI] Ardan and Rain
[REVISI] Salahkah?
[REVISI] Penyelesaian
[REVISI] Truth
[REVISI] Keputusan^
[REVISI] Sebenarnya ada apa?
[REVISI] Feeling good
[REVISI] Yay/Nay
[REVISI] U hurt Me
[REVISI] U Hurt Me^2
[REVISI] Apologize
[REVISI] Knowing
[REVISI] Knowing^2
[REVISI] Ingin Bertemu
[REVISI] Akhirnya bertemu
[REVISI] Kisah kita
[REVISI] Indonesia-Milan
[REVISI] Papi
[REVISI] Ketegasan
[REVISI] Finding you
[REVISI] Finally found you
[REVISI] Spend the time with you
[REVISI] Ragu dan rayu
[REVISI] The most beautiful day
[REVISI] A New Life Begin
[REVISI] Samudera Raga A
[REVISI] Raga & Reygan
[REVISI] Raga & Reygan^2
[REVISI] Happy Family
[REVISI] Happy family^2
[REVISI] Piccola Famiglia
[REVISI] Perfect day
[REVISI] A New Born
[REVISI] Piccola Famiglia^2
Hi, Captain! : Last chapter
SEKUEL

[REVISI] Feeling

419K 26.3K 7K
By niqceye_

Reygan bolak-balik berjalan didalam ruangan Jennie. Dia tidak bisa tidur di sofa rumah sakit, yang menurutnya keras.

Reygan menoleh ke arah Jennie, karena mendengar gadis itu mengeluarkan suara seperti sebuah gumam.

Reygan berjalan mendekati Jennie, dan melihat keringat mengucur di pelipis Jennie.

Padahal, ruangan sudah ber-AC.

Reygan mengulurkan tangannya, mengusap dahi Jennie dengan telapak tangan.

Jantungnya berdetak kencang, saat kulit mereka bersentuhan rasanya seperti setrum.

Reygan berhenti mengusap, ketika Jennie memiringkan kepala ke arah Reygan.

Rambut hitam, panjang itu begitu ingin dibelai, dielus dari tempatnya berdiri pun, Reygan bisa mencium aroma segar dari rambut gadis itu.

Pakai sampo apa ya? Kenapa wangi sekali?

Gerak-gerik gadis itu seperti gelisah dalam tidurnya, membuat Reygan menatapnya lama.

Dengan tangan gemetar, Reygan mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut Jennie.

Reygan mengelus dengan lembut, sambil memandangi wajah gadis itu, pipinya, hidung mungilnya, bulu mata yang lentik, bibir yang biasanya merah, kini memang terlihat pucat.

Reygan terperangah saat Jennie perlahan tidur dengan nyenyak, dan tidak mengeluarkan suara gumaman lagi.

Tanpa sadar, Reygan tersenyum tipis sambil terus mengelus rambut Jennie.

Pukul 03;15 Reygan masih tidak bisa tidur, alhasil dia sempat ke kantin dan memesan susu coklat hangat di cup, dan membawanya ke ruangan Jennie.

Reygan mengambil ponselnya, tidak ada pesan apapun dari Fannesa, membuat Reygan menghela nafasnya.

Reygan men-diall nomer Fannesa, beberapa kali, tapi tetap tidak diangkat.

Reygan : Nes, angkat kita perlu bicara.

Reygan menyenderkan tubuhnya ke senderan sofa, dan tak lama dia tertidur.

****

Waktu menunjukkan pukul 09;38 Reygan merenggangkan otot-otot di badannya.

Dan, menemukan Jennie sudah duduk di ranjang, dengan meja lipat, seraya mengupas buah jeruk.

Jennie tersenyum manis, membuat jantung Reygan kembali berdetak kencang.

"Makasih ya udah jagain, sampe tidur di sofa gitu,"

Reygan mengalihkan pandangannya, ada selimut rumah sakit.

Dan, sejak kapan Reygan memakai selimut ini?

"Aku yang kasihin selimutnya, abisnya kamu gelisah, kenapa nggak bawa selimut kesini?"

Reygan memang terbiasa menggunakan selimut ketika tidur, entahlah dia merasa hangat dan nyaman.

Sejak kapan Jennie mengetahui kebiasannya itu?

Reygan masih diam belum bersuara.

Jennie terkekeh, sambil memakan jeruk, "Gan, kok kaya orang linglung gitu sih?"

Reygan menatap Jennie, hendak bertanya dia sudah sarapan dan minum obat untuk pagi ini apa belum.

Tapi, gengsi sekali.

Jennie membuang biji jeruk ke telapak tangannya, dan menatap Reygan. "Tapi, aku serius makasih loh, udah jagain."

Reygan berdiri, membuka tas besar yang berisi perlengkapan Jennie. "Gue terpaksa asal lo tau," katanya dingin.

Jennie mengangguk sambil tersenyum tipis. "Gue tau,"

Reygan mengabaikan Jennie dan berjalan ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.

Reygan keluar sambil menggosok-gosokkan handuk ke rambutnya yang basah.

Lalu Reygan melipat selimut yang dipakainya.

Semua gerakan Reygan tidak satupun luput dari penglihatan Jennie. Semua terekam jelas di otaknya.

"Gan?"

Reygan menoleh sebentar. "Hm,"

"Gan, gue boleh minta tolong nggak?"

Reygan memutar bola matanya. "Gue bukan pembantu lo,"

"Ish! Serius!"

Reygan mencharger ponselnya. "Apa?"

"Lo mau nggak lap in badan gue? Gerah nih rasanya,"

Reygan melotot. "Idih ogah!"

"Gan, tolong dong, gue nggak ada virus yang menular kok, ya emang gue lagi sakit, tapi kan, bukan yang menular,"

Reygan berjalan menjauhi brankar Jennie. "Nggak, lo nggak malu apa?!" katanya galak.

Jennie menatap Reygan, "Ngapain malu, sama suami gue sendiri ini,"

"Ogah,"

Jennie menunduk, demi apapun ruangan ini memang ber-AC, tapi baju Jennie basah karena keringat.
Membuatnya tidak betah, karena gerah.

"Gan, please."

Reygan menghembuskan nafasnya, "Hm,"

"Makasih ya," kata Jennie sambil tersenyum manis.

Membuat jantung Reygan lagi dan lagi berdetak kencang.

****

"Rambut aku dicepol keatas dulu, pake jedai yang item itu tuh," kata Jennie sambil menunjuk jedai hitam di atas nakas.

Reygan dengan patuh mengambilnya, dan menggulung asal-asalan rambut Jennie, membuat harum segar menguar ke penciuman Reygan.

"Gan, kok diem? Rambut aku bau apek ya?"

Harum kok, harum banget malah.

Reygan tidak menjawab, dan meneruskan cepolannya pada rambut Jennie dan menjepitkan jedai pada rambut gadis itu.

Jennie tersenyum senang, "Rapi kok, rasanya semriwing,"

Reygan menggelengkan kepalanya. "Nggak jelas,"

Dengan perlahan tangan Reygan membuka satu per satu kancing di baju Jennie.

Kancing terakhir sudah terbuka, perlahan Reygan membuka bajunya, melepaskan dari badan Jennie.

Reygan meneguk ludahnya, menatap tubuh bagian depan Jennie, dimana dadanya terbungkus bandeau tipis berwarna hitam.

Reygan meneguk ludahnya, biar bagaimanapun dia pria matang, dan melihat tubuh polos perempuan bagaimana dia tidak tergiur?

Jennie dengan santai memainkan kalung besi yang tergantung di leher Reygan, karena posisinya mereka memang dekat.

Reygan dengan kaku menelusuri tangan, pundak, dan bagian belakang leher Jennie.

"Pake baju yang putih itu aja, biar nggak gerah, itu kan agak tipis," kata Jennie.

Reygan melemparkan baju itu ke wajah Jennie, "Pake sendiri, nggak sudi gue!"

Jennie menatap Reygan, seketika dia sadar diri bahwa Reygan pasti sangat merasa direpotkan karena mengurus dirinya.

Jennie mengangguk, "Iya, makasih Gan,"

Reygan mengangkat alisnya, kenapa Jennie tidak marah?

Sebenarnya, alasan Reygan menolak memakaikan baju Jennie, karena takut dirinya tidak tahan terhadap godaan itu.

Walaupun terbungkus, bandeau bentuk dada Jennie, ukurannya, sangat terlihat dengan jelas.

Padat, berisi dan bentuk yang sempurna.

Reygan menggelengkan kepalanya, lalu berlalu dari sana dan pergi ke kamar mandi.

****

Reygan membuka pintu ruangan Jennie untuk mengambil kunci mobil karena harus ke apartemen Fannesa.

Reygan melotot melihat didalamnya sudah ada Papa dan Mama serta mertuanya.

"Reygan!"

Reygan tersenyum kaku, dan berjalan menghampiri satu per satu untuk bersalaman.

"Maaf ya Jennie emang suka ngrepotin."

Reygan terkekeh, "Nggak kok Ma, udah tugas Reygan jagain Jennie."

Jennie melotot. Enek. Bullshit sekali Gan!

Sera, mengelus punggung Jennie. "Sakit apa Gan, Jennie?" katanya sambil menatap Reygan.

Reygan gelagapan, pasalnya hingga kini dia tidak menanyakan kondisi Jennie tentang penyebab dia dirawat disini.

"Asam lambung naik Ma, terus kecapekan."

Reygan menghembuskan nafas lega, untunglah  Jennie tau kondisi.

"Kok kecapekan? Banyakin istirahat Jen,"

Jennie nyengir, "Tugas kuliah lagi banyak banget Ma,"

"Tetep harus jaga kesehatan dong,"

Reygan yang entah ingin apa, berjalan mendekati nakas, dan sempat melihat Fannesa mengiriminya pesan.

Tapi, sedang ramai dan Reygan tidak mau sampai Mamanya tau dia masih berhubungan dengan Fannesa.

Reygan memutuskan bergabung dengan Papa dan Papa mertuanya, membicarakan bisnis yang jujur saja, Reygan sangat tidak suka!

Hampir dua jam lamanya, mereka pulang. Reygan yang baru saja mengantar sampai lobby, langsung berlari kecil ke ruangan Jennie.

Dan, menemukan Jennie sedang memainkan ponsel milik Reygan.

Jennie tersentak saat Reygan mengambil paksa ponselnya, "Ambil baik-baik kan bisa Gan,"

"Lo yang harusnya gitu! Ini privasi gue!"

Jennie menatap Reygan. "Tadi hape lo geter terus, yaudah gue angkat. Dari pacar lo,"

Reygan menatap tajam Jennie. "Lo bilang apa?"

Jennie mengendikkan bahunya. "Gue bilang lo jagain gue lagi sakit di RS dari semalem, dan gue juga bilang ke dia buat ngga menghubungi lo lagi, terus dimatiin sama Fannesa."

Reygan meremas ponselnya di tangan. "DIBAIKIN NGELUNJAK LO YA!!"

Jennie menatap Reygan. "Loh gue salah emang?"

Reygan mengabaikan Jennie, dan pergi keluar tanpa berkata apapun lagi.

Dia harus menyelesaikan urusannya dengan Fannesa.

****

Reygan memencet password Fannesa, dan bergegas masuk ke dalam.

Reygan membuka pintu kamar Fannesa, dan menemukan kekasihnya sedang menangis, dengan keadaan yang berantakan.

"Maaf Nes," Reygan memeluk erat kekasihnya, mengelus kepala Fannesa.

Hati Reygan seakan tersayat-sayat mendengar tangisan pilu Fannesa.

Selama tujuh tahun mereka pacaran, belum pernah Reygan melihat Fannesa serapuh ini.

Fannesa melepas pelukan Reygan, dan menatap wajah Reygan, "Aku nggak bisa lagi Gan,"

Reygan menatap nanar Fannesa, "Nes, maksud kamu apa?"

"Aku rasa kita nggak bisa lanjutin ini semua, hati aku sakit banget ngeliat kamu sama perempuan itu." ada getaran di ujung kalimat Fannesa,

Reygan menggenggam tangan Fannesa, menciumnya lama sekali, "Nes, aku yakin kamu bisa, aku yakin kita bisa lewatin ini semua, ini cuma perkara waktu aja Nes,"

Fannesa menangis lagi, "Gan, ada yang bilang cinta tak harus memiliki, mungkin itu pas buat kita. Takdir kamu sama perempuan itu, dan aku sama laki-laki lain yang bisa nerima aku, yang sama aku dan keluargaku. Kita nggak bisa Gan, kita---"

Reygan memeluk Fannesa erat, tidak ingin kehilangan perempuan yang menemaninya dari nol sampai sekarang.

"Jangan bilang gitu lagi Nes, aku nggak suka. Aku nerima perjodohan ini, terpaksa. Kamu tau kan?"

Fannesa mendongak menatap Reygan. "Kalian serumah, gimana bisa kamu nggak ada perasaan sama dia? Bisa aja kedepannya, kamu juga bakal terbiasa dengan adanya dia Gan,"

Reygan mengusap air mata Fannesa, "Nes, tujuh tahun kita pacaran, kamu tau aku orangnya setia, aku nggak main-main soal perasaan, aku cinta kamu Nesa. Banget."

"Gan, kamu bisa janji satu hal sama aku?"

Reygan mengangguk cepat, berharap bisa meyakinkan kekasihnya bahwa Fannesa lah, yang ada di hatinya.

"Bilang sama aku kalo kamu suka sama perempuan itu, biar aku yang mengalah. Aku yang mundur, dan menerima semuanya dengan ikhlas."

Reygan menggeleng. "Nesa, aku cinta kamu, nggak akan mungkin aku suka sama perempuan itu! Kenapa kamu jadi nggak percaya sama aku? Please percaya aku Nes,"

"Aku udah kasih semua yang aku punya buat kamu Gan, aku takut kamu ninggalin aku,"

Reygan mengecup kening Fannesa lembut. "I love you, and i will never leave you alone. Trust me, i'm yours!"

****

Dari sini, tau dong sisi lain dari seorang Fannesa?

****

Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih sudah membaca cerita ini.

See u next chapter❤️

****

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 624K 55
Sebuah cerita tentang Allea putri widjaya, seorang remaja yang sudah menyandang gelar sebagai janda muda satu anak. Lantas bagaimana nasibnya ketik...
2.2K 244 55
πŸ“ Kumpulan puisi Karya saya tidak bagus-bagus sangat (pikir saya), tapi saya harap panjenengan (dengan saya sebagai saksi) adalah sebagus-bagusnya s...
73.5K 2.5K 60
Scarla Cathlyn Vienessa gadis berparas cantik, susah pindah hati, dan memiliki sifat humoris. Yang baru saja patah hati karena seorang Alvierro Calvi...
19.2M 1.4M 48
Cerita ini tentang kehidupan pernikahan Reynand Malik Narendra Presiden Mahasiswa Liberty University dan Isabella Putri Ayunda seorang mahasiswa desi...