EVALARA [✔]

By iyanapelangi

130K 8.9K 183

"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi denga... More

[PROLOG]
[EVALARA • 1]
[EVALARA • 2]
[EVALARA • 3]
[EVALARA • 4]
[EVALARA • 5]
[EVALARA • 6]
[EVALARA • 7]
[EVALARA • 8]
[EVALARA • 9]
[EVALARA • 10]
[EVALARA • 11]
[EVALARA • 12]
[EVALARA • 13]
[EVALARA • 14]
INFO
[EVALARA • 15]
[EVALARA • 16]
[EVALARA • 17]
[EVALARA • 18]
[EVALARA • 19]
[EVALARA • 20]
[EVALARA • 21]
[EVALARA • 22]
[EVALARA • 23]
[EVALARA • 24]
[EVALARA • 25]
[EVALARA • 26]
[EVALARA • 27]
[EVALARA • 28]
[EVALARA • 30]
[EVALARA • 31]
[EVALARA • 32]
[EVALARA • 33]
[EVALARA • 34]
[EVALARA • 35]
[EVALARA • 36]
[EVALARA • 37]
[EVALARA • 38]
[EVALARA • 39]
[EVALARA • 40]
[EPILOG]
EKSTRA PART [1]
EKSTRA PART [2]
SEQUEL
PERHATIAN!

[EVALARA • 29]

1.7K 137 1
By iyanapelangi

Evan kembali bersekolah meskipun mendapat larangan dari Tria kalau Evan harus beristirahat dirumah dulu. Tapi Evan tetap keras kepala untuk sekolah lagi, dan disinilah ia sekarang, di koridor sekolah. Banyak tatapan memuja dan teriakan histeris yang ia dapatkan. Sampai akhirnya dirinya bertemu dengan Laras. Evan belum rela kalau harus melepaskan Laras begitu saja.

Laras membuang muka dan berjalan kembali ke arah kelasnya yang ada di lantai dua. Evan menatap nanar punggung mungil itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Sampai akhirnya ia merasakan ada seseorang yang bergelayut manja di lengannya,

"Evannn!!" Teriak Sheila sambil terus bergelayut manja di lengan Evan. Evan terkejut, dan berusaha melepaskan tangan Sheila dari lengannya,

"Lepasin! Ngapain sih lo?" Tanya Evan emosi.

"Anterin gue ke kelas lah, apalagi?"

"Lo kenapa tiba-tiba jadi kayak gini sama gue? HAH?!" bentak Evan kepada Sheila. Tak peduli kalau gadis itu menangis atau tidak.

Evan pun meninggalkan Sheila di tempat. Sheila pun tersenyum jahat saat memandang punggung Evan yang sudah jauh dari pandangannya.

"Masih jaman yaa temen makan temen?" Tanya Sadam keras hingga seisi kelas memerhatikan dirinya.

Sheila yang merasa tersindir pun akhirnya menggebrak meja keras,

"Heh! Maksud lo apaan hah?" Sentak Sheila dengan sorot mata tajam menahan emosi.

"Hei? Lo kenapa marah? Merasa ya? Hahahaha," tawa Sadam sambil merangkul Nathan yang sedang memperlihatkan ponselnya ke arah teman-teman sekelasnya tentang Sheila yang terang-terangan jujur kalau sebenarnya Sheila menyukai Evan.

"Gila gila, woy bagi kalian yang punya pacar, harap jaga tuh pacarnya. Jangan sampe diambil sama PELAKOR!" teriak Sadam menekankan kata pelakor. Sheila sudah merah padam ingin marah saat ini. Sadam pun bertos ria dengan Nathan karena sudah mau diajak bekerja sama dengannya untuk mempermalukan Sheila.

Hal itu membuat seisi kelas berbisik-bisik tentang Sheila yang tidak tidak. Ada yang menatap sinis, bahkan tatapan yang tidak bisa diartikan. Sheila menoleh ke Aura, ia melihat gadis itu mengambil tas ranselnya dan beralih untuk duduk di sebelah Laras. Laras yang sedang tidur pun merasa terusik, ia menoleh ke sebelahnya,

"Eh?"

"Mulai hari ini gue duduk sama lo!"

Sudah seminggu Laras tidak pernah bertemu lagi dengan Evan. Begitupun sebaliknya sejak putusnya hubungan mereka seminggu yang lalu. Setiap diajak Sadam ke kantin, Laras selalu menolaknya karena takut bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

"Lo udah seminggu diem aja, Ras. Kalau ada masalah cerita sama gue," kata Sadam yang menatap Laras penuh arti. Laras hanya menjawab dengan gelengan kepala. Laras terlihat lebih kurus sekarang, mata nya juga hitam seperti panda.

"Lo sakit? Kalau sakit ayo gue antar pulang,"

Laras tetap menggeleng sebagai respon. Sadam berdecak dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon seseorang. Tapi, Laras mencegahnya,

"Mau nelpon siapa? Evan? Jangan,"

"Kenapa sih? Gue bingung kalau lo udah diem kayak gini, Ras. Mana Laras yang ceria dulu? Gue telpon Evan ya,"

"GAK!"

Ponsel Sadam terjatuh ke lantai. Laras bersikap tidak peduli dengan ulahnya barusan. Sadam menghela nafas gusar,

"Duh ponsel gue," gerutunya sambil mengambil benda pipih itu dan mengusap layarnya yang sedikit retak.

Sadam bangkit dari posisi duduknya, lalu keluar kelas meninggalkan Laras sendiri dikelasnya. Ia mengeluarkan ponselnya yang kemarin dibelikan oleh Ferdi. Awalnya Laras menolak karena tidak perlu repot-repot membelikan ponsel baru untuknya. Tapi Ferdi tetap memaksanya untuk menerima saja ponsel pemberiannya, anggap saja sebagai permintaan maaf Ferdi padanya.

Ia hanya membuka aplikasi Whatsapp dan Instagram saja. Sampai akhirnya ia merasa bosan dan menutup kembali ponselnya. Laras mengeluarkan novel yang selalu ia bawa di dalam tasnya.

"Kakak kenapa sendirian?" Tanya Antoni yang tiba-tiba masuk ke dalam kelasnya.

"Eh? Lo? Ngapain lo kesini?"

"Saya khawatir sama kakak. Udah seminggu saya perhatiin kakak murung terus di kelas. Jajan sama saya yuk, saya traktir deh kak. Mumpung saya hari ini ulang tahun," ucap Antoni tanpa menghilangkan senyumnya. Laras menurut dan mengangguk,

"Selamat ulang tahun, wish you all the best ," ujar Laras dengan Antoni di sebelahnya. Mereka tampak cocok dengan kacamata yang menjadi ciri khas mereka berdua. Berjalan beriringan di sepanjang koridor sekolah hingga siswa-siswi Pasifik bertanya-tanya tentangnya.

Sampailah mereka di kantin. Laras tidak sadar, kalau diujung kantin ada Evan, Sadam dan Ersya yang memerhatikan dirinya dan Antoni yang baru saja memasuki kantin.

"Jangan panas liat mantan sama cowok baru," kata Sadam sambil tersenyum jahil. Ia memandang Evan yang sedang kesal sambil meremas tisu yang ia pegang.

"Duh, bung. Kayaknya sang mantan cemburu nih bung," ujar Ersya layaknya pembawa acara sepak bola. Sadam mengangguk sambil tertawa dan bertos ria. Evan pun bangkit dan berjalan mendekati meja itu.

"Duh, Dam. Gawattt kayaknya bakal ada perang dunia ke tiga nih,"

Sadam menarik baju Ersya untuk mengikuti Evan yang sudah sampai di meja yang Laras dan Antoni duduki.

Bugh!

Satu tinjuan melayang di pipi kanan Antoni. Antoni terjatuh dari kursinya sambil meringis memegangi pipinya yang tiba-tiba mendapat serangan. Ia menatap Evan dengan mata yang berkaca-kaca.

Laras terkejut dengan tindakan Evan barusan, langsung saja ia menolong Antoni agar cowok itu duduk kembali.

"Maksud lo apasih?!" Bentak Laras kepada Evan. Evan menggeleng, ia rindu gadis didepannya ini.

"Gue cemburu lo deket-deket sama dia!"

"KITA UDAH PUTUS, VAN! UDAH PUTUS! LEBIH BAIK URUSIN AJA SHEILA! DIA SUKA SAMA KAMU!"

Evan terkejut, jadi? Sheila suka padanya?

"Apa lo bilang? Sheila suka sama gue?"

"Ya! Lebih baik lo pacarin aja dia. Gak usah ganggu gue!"

Setelah mengatakan itu, Laras merangkul Antoni keluar kantin menuju UKS untuk diobati.

Semua anak-anak yang di kantin kembali pada aktivitas masing-masing.

"Awh, kak sakit!" Antoni mengaduh kesakitan saat Laras mengompres lukanya di pipi kanan. Tak menyangka kalau ulang tahunnya hari ini dihadiahi tinjuan gratis dari sang most wanted PASIFIK, Evan Ramdani.

"Maaf yaa, gegara gue lo jadi kena tonjok," kata Laras lirih, Antoni tersenyum,

"Gapapa kak, saya gagal ngelawan dia kak,"

Laras tak menjawab, dia merapikan kembali obat-obatan ke dalam kotak. Setelah itu menaruhnya lagi ke dalam lemari P3K .

"Jangan kemana-mana dulu. Lo istirahat dulu di UKS," perintah Laras kepada Antoni. Cowok itu mengangguk dan melepas kacamatanya. Laras tertegun, ternyata Antoni kalau melepas kacamatanya membuat kadar ketampanannya bertambah. Laras berdecak dan menepis pikiran itu.

"Gue keluar dulu. Lo tidur aja,"

Antoni menurut dan mulai memejamkan matanya perlahan memasuki alam mimpi.

"Awh!"

Laras meringis sambil mengusap pelipisnya yang tertabrak seseorang. Ia menatap orang yang baru saja ia tabrak, ternyata Evan.

"Ras,"

"Lo?"

"Gue minta maaf," ucap Laras lalu berniat untuk meninggalkan Evan sendiri di lorong koridor yang sepi. Evan menahan tangan gadis itu agar tidak pergi.

"Gue kangen lo, Ras,"

Laras mengangguk paham, "tapi kita gak bisa bersama lagi,"

"Kenapa? Karena Sheila?" Laras mengangguk.

"Gue sama sekali gak ada rasa sama dia, Ras. Sama sekali gak ada. Gue cuma sayang dan cinta sama lo," ujar Evan dengan sorot mata tajam dan serius. Laras jadi merinding sendiri.

"Kayaknya gue harus buktiin satu hal ke lo," lanjut Evan yang membuat Laras meneguk salivanya kasar.

Perlahan, Evan meraih dagu Laras agar gadis itu mau menatap kedua bola matanya. Laras terdiam, tak ada lawanan dari gadis itu. Perlahan hidung mereka saling bersentuhan dan pelan tapi pasti, ciuman pertama antara mereka berdua terjadi.

"Aku sayang kamu, Ras," batin Evan.

Tak sadar, kalau Sadam dan Ersya memperhatikan kejadian itu sambil tutup mulut karena terkejut.

Laras tidak bisa tidur malam ini. Pikirannya masih tertuju pada kejadian di lorong sekolah tadi siang. Itu merupakan hal pertama baginya. Ia memegang bibirnya, ia tak menyangka kalau first kissnya dicuri oleh Evan.

"Evan hiks, gue jadi gak bisa tidur nih," lirih Laras sambil menggebuk-gebuk boneka teddy bear di sebelahnya.

Ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk. Ia meraih ponsel tersebut, ternyata dari Evan. Seorang laki-laki bermata sipit yang berhasil menciumnya siang tadi.

"Ha-haloo?"

"Halo Laras. Belum tidur?"

"Ngapain sih nelpon? Ganggu aja!"

"Duh jangan galak gitu atuh, entar gue cium lagi loh,"

"Gak ! Gue gak mau!"

"Alah, gak mau tapi nagih. Maksudnya apa?"

"Aku tutup ya telponnya!"

"Ehh iya iya aku bercanda. Hmm, besok pagi aku jemput ya,"

"Eh? Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian oke. Aku tutup dulu teleponnya,"

Tut tut tut

Laras menggeram frustasi. Ia menaruh ponselnya di atas nakas dengan perasaan kesal. Laras duduk dan bersandar sambil memejamkan matanya, namun tak membuatnya berhasil tertidur dengan posisi duduk. Laras bangkit dari posisi duduknya dan keluar dari kamar, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam.

"Kamu belum tidur?"

Suara Elsa membuat Laras menoleh sambil mengelus dadanya karena terkejut,

"Belum, ma. Laras haus,"

Elsa hanya ber-oh saja dan masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Laras turun ke bawah untuk minum menghilangkan rasa dahaganya.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi tanda notif baru masuk. Laras mengernyitkan pesan dan bertanya dalam hati,

Siapa yang mengiriminya pesan malam-malam gini? Evan? gak mungkin.

Akhirnya ia memilih untuk membuka aplikasi Chat dan matanya membelalak lebar saat nomor peneror waktu itu mengiriminya lagi sebuah pesan. Pesan yang berhasil membuat Laras tak menyangka, membekap mulutnya sendiri agar suara isakan tangisnya tidak terdengar.

Ya, peneror itu mengirimkan sebuah foto Evan tengah berciuman dengannya di lorong sekolah tadi siang. dan dibawah foto itu si peneror bilang kalau foto itu akan disebarluaskan di sekolah.

Ya, peneror itu memulai aksi jahatnya kembali besok.

ETA SAHA SI PENERORNA?

follow ig : frchmd_

Continue Reading

You'll Also Like

RAYNA [END] By .

Teen Fiction

236K 19.9K 43
SPIN OFF RALAN. [FOLLOW SEBELUM BACA YA] [OPEN PRE-ORDER 12 APRIL-28 APRIL 2022] Indah Reliana, gadis yang baru saja lulus dari masa putih birunya. T...
16.3K 1.1K 52
Hanya karena sebuah taruhan, Dira harus terjebak dengan tiga permintaan Arga. Dan salah satu permintaannya sungguh tidak masuk akal. Arga memintanya...
1M 45.8K 56
Fania Putri Angeline,cewek yang terkenal dengan sebutan ratu es karna sifatnya yang dingin dan cuek ketika di sekolahan, namun tidak saat dia dirumah...
63K 3.5K 42
[SELESAI] "Ayo putus" "Ha?" "Kita putus, Seren" Seren menyipitkan matanya, menelisik ke dalam mata Devan--cowok yang dua tahun terakhir ini berstat...