I'm Coming [END]

Galing kay Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? Higit pa

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Burn
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Intan
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Rough

1.3K 67 1
Galing kay Maulana707

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



"Waktu it-" belum menyelesaikan ucapannya, Zafran langsung menarik salah satu pergelangan Stevani hingga membuatnya maju beberapa langkah, mendekat menuju tubuh Zafran karena ia melihat ada seseorang yang ingin mengigit lehernya dari belakang secara tiba-tiba dari balik kegelapan.


 Memanfaatkan momen yang ada, Zafran kembali mengangkat tangan yang satunya dan langsung menarik pelatuk yang telah ia arahkan menuju sosok tersebut. Membuat makhluk tersebut memiliki sebuah lubang yang sangat terlihat jelas di kepala dan terjadi begitu cepat.

 Zafran menembaknya tepat sebelum makhluk tersebut berhasil kabur dari sana atau ia akan berbuat yang lebih berbahaya jika dibiarkan begitu saja.


"Kita belum aman." pungkas Zafran melirik ke sekitarnya.

"A a" tak bisa berkata-kata karena terlalu terkejut dengan apa yang terjadi.

"Itu Oka!" ungkap Pandu, langsung dapat memastikan siapa yang telah Zafran tembak.


 Pandu yang mencoba mendekat menuju tubuh Oka, sekilas melihat ada yang berbeda dengan temannya. Oka sama sekali tidak terlihat berubah seperti zombi yang ada di luar sana, namun tubuhnya terlihat sangat pucat layaknya orang mati, bahkan sebelum Zafran berhasil menembaknya.

 Mencoba memeriksa tubuhnya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Oka sebelum mereka berempat berhasil datang. Selain mendapat bekas tanda-tanda penganiayaan secara fisik, bekas gigitan di leher dan memiliki gigi lebih runcing daripada manusia pada umumnya.


"Dia digigit, sepertinya gara-gara dia." sahut Agus yang posisinya kali ini telah digantikan oleh Zafran yang terlihat kembali menodong pria yang telah ditangkap sebelumnya.

"Sekarang semuanya udah jelas"

"Dia vampire." lanjutnya datar, langsung menembak tepat menuju kepala pria tersebut dalam sekali tarikan pelatuk.


(Suara tembakan)

***


 Zafran tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, kegilaan demi kegilaan terus berlanjut tanpa berhenti sedikitpun dan membiarkannya untuk bisa beristirahat. Semenjak ia kembali berhasil mengendalikan tubuhnya dari Joseline, Zafran merasa dirinya menjadi tidak sama lagi seperti yang sebelumnya. 

 Membuat kepekaannya terhadap sekitar menjadi lebih sensitif, tubuh yang lebih kekar seperti yang pernah disebutkan dan beberapa hal yang seharusnya menentang hukum fisika, semua karena Joseline, pengaruhnya masih belum benar-benar menghilang bahkan hingga saat ini.


"Kita udah menemukan alasan dari peristiwa tragis yang ada disini"

"Maaf, tapi sudah saatnya pergi, Pandu." sambungnya, Stevani terpaksa harus berani membuat keputusan karena hidup dalam situasi seperti ini terus menuntut mereka untuk harus tetap bergerak sebelum akhirnya mendapatkan tempat yang aman.


 Tak bisa terus berlama-lama disitu, karena sesuai yang telah ia katakan sebelumnya, mereka berempat harus menuju tempat pertemuan yang telah disepakati sebelum kembali menuju misi.


"A aku mengerti.." ucapnya pelan meskipun jauh di dalam lubuk hatinya ia juga cukup berat untuk mengatakan ini.

"Baiklah, sekarang kita harus keluar dari sini."


 Sepakat untuk memutuskan kembali, akhirnya mereka berempat meninggalkan ruangan tersebut tanpa membawa apapun, terutama Pandu yang merasa jika ia sudah tak perlu untuk membawa barang-barang milik kelompok sebelumnya karena ia akan membiarkan semuanya tetap berada disitu.

 Agus yang telah melihat dua peristiwa yang sebelumnya kembali berpikir ulang dengan kejadian demi kejadian yang telah terjadi. Sebuah pelajaran baru bagi dirinya untuk tetap waspada dengan situasi sekitar meskipun tempat tersebut terlihat sepi dan terdengar sunyi.

 Kesunyian bukan berarti menenangkan, bahaya akan selaku ada dimana saja. Predator selalu menunggu mangsa sembari bersembunyi di tempat persembunyian, karena ia tau, cara terbaik untuk mendapatkan mangsa adalah beraksi ketika apa yang ia incar terlihat sedang lengah.


***


"Aku ga perlu mengkhawatirkan Pandu lagi." batin Ian, telah mengamati mereka semua sedari tadi dan hanya bisa bersembunyi dibalik kegelapan tanpa berani untuk menampakkan diri secara terang-terangan.


 Melihat Pandu kembali dengan membawa sebuah tas yang terlihat penuh dengan obat-obatan di dalamnya, akhirnya ia yakin jika Pandu berhasil menyelesaikan misi mereka berdua dan dapat kembali dengan selamat meski harus datang dengan beberapa orang asing yang sama sekali tidak ia kenali.


"Akhh" berusaha untuk meredam rasa kesakitan dengan cara menahan bekas gigitan yang ada di lehernya.


 Sebuah gigitan yang sama sekali tidak ia inginkan karena gigitan tersebut ia dapatkan dari makhluk yang pada akhirnya berhasil dibunuh oleh Zafran menggunakan revolver berpeluru perak, merupakan salah satu cara untuk membunuh makhluk semacam mereka.

 Ian tak dapat membohongi mengenai hal ini, naluri alaminya mengatakan jika dirinya harus dapat menghisap salah satu darah diantara mereka tak peduli bagaimanapun caranya karena ia merasa haus yang sangat teramat sangat.


"Darah.." gumamnya pelan.


 Membuat dirinya menjadi berubah secara perlahan-lahan dan tak dapat kembali seperti yang sebelumnya.


"Aku ga bisa ngelakuin ini."


 Langsung pergi dari tempat tersebut sebelum dirinya sendiri tak dapat menahan nafsu yang semakin menggelora kali ini.


"Tunggu, kalian mendengar sesuatu?" tanya Zafran, masih tetap waspada dan terus memasang telinga terhadap sekitar.

"Engga, aku ga denger apa-apa" timpal Stevani meskipun ia sendiri juga tidak melonggarkan kewaspadaan miliknya.

"Kita masih harus tetap berhati-hati." tambah Agus, mulai merubah pola pikirnya.


 Melanjutkan perjalanan mereka menuju mobil yang sempat terhenti sejenak, Stevani masih tak bisa melepaskan pikirannya dari misi yang sedang mereka jalani kali ini.


***


"Kami memiliki sebuah misi." ungkap Ryan pelan.


 Setiap kota memiliki struktur peta jaringan bawah tanah. Tempat dimana sebenarnya terdapat terowongan buatan yang ada di bawah kita.

 Air tak akan mengalir begitu saja menuju keran yang ada di rumah kita tanpa adanya media  untuk menghubungkan. Banyak hal yang terjadi di bawah tanah seringkali membuat kita lupa untuk menyadari apa yang jarang terlihat oleh mata.

 Rumah sakit yang telah mereka tetapkan sebagai bagian dari misi adalah salah satu tempat dimana celah untuk memasuki terowongan buatan yang ada di bawah lebih lebar daripada celah-celah yang ada, sebuah permulaan yang bagus untuk melanjutkan misi yang selanjutnya.

 Sebelum hal tersebut dilakukan maka hal yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan membuat perimeter di sekitar rumah sakit. Dalam jumlah makhluk sebanyak itu dan orang yang diterjunkan dalam misi, bukanlah sebuah hal mustahil jika dilakukan menggunakan akal dan bukan sekedar fisik belaka.


Solusinya?


 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mereka berada di sebuah rumah sakit dan setiap rumah sakit pasti telah memiliki protokol untuk membersihkan limbah rumah sakit yang telah digunakan dan berbahaya bagi lingkungan jika tidak segera dimusnahkan.


Tempat pembakaran limbah.


 Rumah sakit tersebut memiliki hal itu. Merupakan cara yang tepat untuk menghabisi mereka secara massal dan tanpa harus menghabiskan terlalu banyak persediaan peluru yang ada, karena persediaan peluru juga terbatas.

 Telah didesain untuk menampung barang secara banyak dan menggunakan listrik untuk menopang tenaga yang harus dikeluarkan, itulah alasan mengapa generator yang ada di bawah harus dinyalakan terlebih dahulu.


***


 Bahan bakar semacam bensin, solar dan yang lainnya memiliki batas penggunaan. Seperti yang telah diketahui sebelumnya jika seisi pulau telah dikarantina secara paksa yang berarti pulau tersebut benar-benar terisolasi dari dalam maupun luar.

 Pada kehidupan normal, distribusi antar daerah masih berjalan dengan lancar. Melengkapi kebutuhan antar satu daerah dengan daerah yang lain memanfaatkan kemajuan alat transportasi.

 Berbeda dengan sekarang dimana selain keadaan karantina yang semakin mempersulit, permukaan mulai tidak seratus persen aman semenjak kehadiran para makhluk yang berbahaya.

 Tak selalu bisa mengandalkan kendaraan yang ada di permukaan karena terbatasnya bahan bakar yang ada, membuat rute alternatif adalah tujuan dari misi kali ini.


***


"Aku butuh laporan, bagaimana status kalian sekarang?" tukas Ryan melalui sebuah alat media komunikasi yang menempel di masing-masing telinga mereka karena masih dalam keadaan berpencar untuk mengerjakan misi yang ada.

"Sejauh ini generator masih berjalan dengan lancar tanpa kendala." balas Rani, mendapatkan tugas untuk mengawasi sumber energi utama rumah sakit sekaligus sebagai teknisi, berjaga-jaga jika nanti harus ada yang diperbaiki di tempat tersebut.

"Oke, tetap awasi dan laporkan jika ada masalah, Ran."

"Iya, siap"

"Kita masih harus waspada dengan bandit yang ada di sekitar sini, mereka sudah mulai melakukan beberapa pergerakan kecil." komentar Bayu, mendapat tugas untuk memperbaiki beberapa mesin yang ada di rooftop sembari merangkap posisi sebagai intel.

"Ada tanda-tanda mereka akan menuju ke tempat ini?"

"Belum bisa dipastikan, dilihat dari jumlah mereka yang ada di sekitar sini, seharusnya mereka juga bakal mikir-mikir untuk ke tempat ini."

"Kemungkinan tetap ada tapi kita juga masih harus waspada."

"Oke, aku masih akan mengintai mereka dari sini."

"Laporkan, jika ada hal yang mencurigakan."


 Meskipun terdengar remeh, namun Ryan sama sekali tidak mengesampingkan permasalahan ini karena tidak semua orang merupakan orang yang baik. Selain makhluk-makhluk mengerikan itu, manusia juga sama halnya berbahaya bagi manusia lain.

 Keberadaan situasi yang merupakan anomi, yaitu kekacauan tanpa aturan di tengah masyarakat menimbulkan sifat dasar manusia akhirnya dapat terlihat di permukaan. Hasrat untuk melakukan kejahatan yang tak dapat terbendung lagi karena aturan yang sudah tidak berlaku lagi menyebabkan bandit dapat kembali muncul, lagi.

 Mendengar mengenai persediaan merupakan sebuah hal yang sangat sensitif di dunia yang sudah berubah menjadi seperti ini, orang-orang akan mulai melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang ia inginkan karena menipisnya barang yang bisa untuk dijarah.

 Mencuri dari satu tempat menuju tempat lain, membunuh untuk merampas persediaan, mengambil daging yang dibunuh untuk dimakan, semua dilakukan demi untuk bisa bertahan hidup sedikit lebih lama.


Laporan.


 Berdasarkan semua laporan yang telah ia terima, semenjak awal para bandit telah menguasai beberapa titik yang berbeda dalam radius sepuluh kilometer sebagai parameter dasar. Sesuai informasi yang didapat melalui pengamatan, mereka yang hidup hingga hari ini telah hidup dengan berbagai cara termasuk tingkat kewarasan personal yang perlu dipertanyakan sekali lagi.

 Terlihat dilengkapi dengan kendaraan dan persenjataan yang belum terlalu diketahui apakah termasuk senjata kelas berat ataupun ringan, jika Ryan dan timnya sekali saja melakukan sebuah hal yang mencolok di tempat tersebut, hal itu dapat memancing mereka untuk datang karena penasaran dan melakukan tindakan yang tak dapat diduga.


Homo homini lupus" (manusia adalah serigala bagi manusia lain)


***


 Terlihat mengisi peluru miliknya dengan santai, pikiran Ryan mencerminkan hal yang sebaliknya, ia belum bisa benar-benar bersantai kali ini. Melihat hujan masih turun dengan deras dibalik jendela dan langit yang semakin gelap. Kilatan demi kilatan yang dapat terlihat jelas di atas dan petir yang terkadang ikut terdengar meski berasal dari kejauhan.


"Masih sekitar dua setengah jam sebelum menuju titik pertemuan." batin Ryan, mengamati jarum penunjuk angka yang ada pada jam tangan miliknya.


 Sebagai pemimpin dan penanggung jawab misi, keputusannya akan sangat berpengaruh pada keberhasilan misi kali ini. Hal-hal tak terduga memang pasti akan muncul kedepannya, itulah mengapa sering terjadi improvisasi di lapangan.

 Menarik ujung pistolnya untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan, Ryan tak lupa menyelipkan beberapa pisau kecil di pakaiannya sebagai cadangan jika terjadi sesuatu. Tak ingin melewati waktu tanpa melakukan apa-apa dan berdiam diri saja di tempat sudah membuatnya menjadi tidak tahan untuk segera bergerak.


"Lantai delapan memang belum sepenuhnya bersih sih." ucapnya dalam hati karena ia hanya sempat membersihkan beberapa saja di lantai tersebut.


 Ryan melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu kamar yang membatasi antara dirinya dan makhluk berbahaya di luar sana. Menarik gagang pintu dengan pelan sekaligus telah menggenggam sebuah pisau yang berukuran sedang di tangan kirinya sebagai antisipasi.

 Membuka secara perlahan-lahan sembari mengintip apa yang ada dibaliknya, melihat ada sesosok sosok yang berdiri sendirian tepat di depan pintu langsung Ryan hadiahi dengan sebuah hujaman yang mengenai kepala makhluk tersebut.

 Melakukannya dengan cepat dan tak lupa kembali menarik ujung bilah pisaunya, memastikan ia berhasil menusuknya dengan tajam dan dalam karena otak adalah salah satu cara untuk menyingkirkan mereka dengan efektif.


"Akhirnya."


 Kembali menutup pintu ketika melihat semua lampu telah dimatikan secara sengaja dari pusat. Meskipun tidak semua lampu dimatikan sebagai pengecualian seperti yang ada di generator, hal ini memang diperlukan untuk tidak memancing perhatian orang-orang yang melihat rumah sakit dari luar sana.

 Hanya sekedar mematikan lampu dan listrik di tempat tersebut masih menyala seperti biasa, hal ini juga masih merupakan bagian dari rencana. Sementara alasan mengapa lampu baru dimatikan sekarang adalah karena sebelumnya langit masih tidak segelap sekarang dan keberadaan lampu masih belum terlalu mencolok, sementara sekarang situasinya sudah berbeda.

 Mengambil sebuah alat penglihatan malam (night vision) yang bentuknya kira-kira seperti ini di dalam tas miliknya.

 Menyalakan terlebih dahulu sebelum dipakai, Ryan langsung memasang alat tersebut di kepalanya. Dibandingkan dengan alat-alat nightvision yang sering ia jumpai, model yang ia gunakan kali ini cukup simpel dan tidak terlalu mengganggu pergerakan badan.

 Kembali menuju ke arah pintu, pemandangan yang ia lihat di sepanjang lorong menjadi benar-benar berbeda setelah menggunakan alat tersebut. Jika hanya melihat menggunakan mata biasa, berjalan-jalan di tengah lorong gelap tanpa penerangan sangatlah berbahaya, tak peduli selengkap apapun senjata yang sedang kamu bawa.

 Menggunakan alat tersebut, Ryan dapat menyetel mode penglihatan sesuai yang ia inginkan. Mode termal atau suhu badan misalnya, ketika menggunakan mode tersebut, membedakan manusia dan zombi sangatlah mudah, karena manusia masih memiliki suhu yang berwarna merah dan orange di dalam tubuh sementara para zombi tidak karena mereka memang pada dasarnya telah mati.


***


"Aku ga sabar liat orang mati, haha"


 Intan tak kuat untuk menahan senyumnya kali ini, membayangkan apa yang ia inginkan akan segera menjadi kenyataan. Ia tahu jika Zafran telah bangun kali ini, namun Intan berniat untuk bermain dengannya karena ia sudah bosan.

 Berdiri di dekat tempat Bayu sedang berada, Intan telah menyamarkan keberadaannya menjadi tidak terlihat dan tak akan menimbulkan suara dari pergerakan yang akan ia lakukan memanfaatkan kemampuan khusus miliknya.

 Melihat Bayu menggunakan sebuah jas hujan lengkap di seluruh tubuhnya, masih mengamati pergerakan sekitar menggunakan teropong miliknya.


"Mereka mulai bergerak?" ucap Bayu dalam hati, menggunakan scope khusus yang bisa menggunakan night vision sekaligus dalam sekali tekan tombol.


 Terkejut karena apa yang sedang ia lihat kali ini terlihat telah melakukan mobilisasi yang tersusun secara teroganisir dan akan menuju sebuah tempat sepertinya. Sekitar empat puluh kendaraan dengan berbagai jenis bergerak terlihat bergerak dengan cara berbaris ke belakang dan dipimpin oleh sebuah bis pariwisata berukuran besar.

 Mencoba untuk memprediksi kemanakah mereka akan menuju, Bayu langsung mengamati rute perjalanan mereka untuk memperkirakan kemungkinan demi kemungkinan semabri memeriksa apakah ia telah melewati sesuatu yang penting kali ini.


"Bukan cuma mereka aja? ada kelompok lain???" melihat ada rombongan lain yang berjumlah lima puluh kendaraan dengan berbagai jenis juga ikut bergerak pada saat yang sama.


 Mengkhawatirkan akan terjadi sesuatu yang buruk, Bayu mencoba memeriksa tempat-tempat lain, berharap tidak ada kelompok lain yang akan melakukan hal yang sama, karena jika iya, sesuatu pasti telah terjadi.


"S sial, a ada lima kelompok yang bergerak secara bersamaan."

"Dan jika dipikir-pikir, mereka semua mengarah ke tempat yang sama"

"Tempat ini!."


 Merasa hal ini tak seharusnya terjadi karena tim mereka telah melakukan misi dengan baik dan melakukan semuanya sesuai dengan protokol, entah mengapa hal yang sangat mereka hindari malah terjadi secara bersamaan kali ini.

 Mencoba menghubungi Ryan sebagai pemimpin misi kali ini, alat tersebut entah mengapa tidak bisa digunakan secara tiba-tiba, meskipun Bayu tahu alat tersebut memang pada dasarnya telah didesain untuk anti air.


"Ini darurat!"

"Aku harus gimana?" kebingungan karena ia harus segera menghubungi Ryan untuk mengabarkan mengenai hal ini.

"Tidur aja sana." memukul tengkuk Bayu dari belakang sebelum membiarkannya untuk membalikkan badan.


 Hanya sekedar membiarkannya pingsan dan tergeletak di tempat, Intan berniat untuk menikmati pemandangan yang akan terjadi setelah ini. Bagi dirinya, hal terbaik dalam seni membunuh adalah dengan melihat orang membunuh sesamanya sendiri, karena Intan tak perlu mengotori tangannya sendiri untuk melakukannya.

 Membiarkan mereka mengalami trauma, rasa sakit, jeritan, penderitaan, kesedihan, dan mimpi buruk yang akan sulit untuk dihilangkan, ia suka melihat hal itu.

 Melihat bagaimana darah mengalir di permukaan, tatapan terakhir sebelum nyawa menghilang, harapan yang sirna ketika melihat ajal menjadi sebuah akhir, harapan yang tak sempat diwujudkan, ia senang dengan hal itu.


"Hahaha"


(Suara petir menyambar)


Kilat selalu datang sebelum petir. Selalu akan seperti itu jika kalian mengamatinya.


"Pemandangannya indah ya." duduk santai di tepi atap gedung, membiarkan kedua kakinya melayang -layang bebas tanpa ada sesuatu untuk ditumpu.


Jika salah bergerak sedikit, mungkin hanya terjatuh ke bawah, melayang sebentar lalu mendarat di tanah. Kepala yang pecah karena terbentur secara keras dan sekaligus hancur karena permukaan yang terlalu kasar.


#TBC


Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

211K 26.4K 44
Sheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati bersama 'mereka'. Peristiwa mengerikan d...
1.4K 316 21
✎ 🖇 . . ⇢ ˗ˏˋ welcome to ˎˊ˗ ꒰ 🥀 ꒱ ╭────────────────── ✦ ╮ ✎ 𝐪𝐮𝐨𝐭𝐞𝐬 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐮𝐫𝐧𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 ✎ �...
173K 11.2K 48
"Cakrawangsa, artinya keluarga cerdas. Tetapi, apakah menumbalkan putri mereka kepada makhluk halus adalah tindakan cerdas?" tanya Seri. Serinaraya...
698K 43.9K 54
⚠️DILARANG KERAS MENGCOPY CERITA SAYA⚠️ BELUM MEMASUKI TAHAP REVISI‼️ Namaku Ella. Aku mempunyai kakak bernama Jessie. Kerjaan kami di rumah hanya b...