Violetta merasa tidurnya terganggu ketika sesuatu mengusik bagian bawah tubuhnya. Rasanya menggelikan dan membuatnya sedikit kesemutan. Ia membuka mata dan mendapati bagian bawah pakaiannya telah terlucuti.
"Xander!" Violetta memekik kaget.
Xander diam tidak menjawab. Ia memainkan jemarinya di liang kenikmatan dunia milik Violetta.
"Baby..honey, what's- ahhh. Ini masih pagi, sayang..." Violetta menepuk lembut pipi Xander sembari menahan diri untuk tidak 'basah' terlalu cepat.
Xander hanya menatap Violetta sedih. Ia tidak mengatakan apapun, sayangnya.
"God, ah!" Xander memasukkan jari tengahnya, memutar dan sedikit menggaruknya. Itu membuat tubuh Violetta melengkung.
Xander membuka lebar kaki Violetta. Ia bisa melihat jelas liang berwarna pink ranum yang menjadi tempat bermainnya.
"Jangan, Xander! Itu kotor!" Pekik Violetta, panik karena Xander mendekatkan mulutnya disana.
Xander tidak peduli. Daging lunak keluar dari mulut Xander, menjulur, menggetarkan pusat syaraf di wilayah kewanitaannya. Ia begitu lihat bermain disana. Tubuh Violetta menegang.
"Xander, kau kenapa?!" Violetta menjambak rambut Xander menahan nikmat dunia yang sedang ia hadapi.
"Ada apa, Xander? Ah, hentikan, Xander. Let's talk," tidak biasanya Xander have sex dengannya sepelan ini. Xander itu kasar dan paling tidak dia akan menjamah habis seluruh tubuhnya. Tidak hanya bagian bawahnya saja.
"Something happen in the office?" Seolah pertanyaan Violetta tepat sasaran, Xander terdiam. Matanya sedikit membulat, menatap dalam kedua bola mata Violetta.
Xander menghentikan aksinya. Tubuh bawahnya telah basah dan berlendir. Ia menjilatnya lalu perlahan membuka kaitan lingerie milik Violetta.
"At least, jawab aku, Xander, ah! Xander! Kau merobeknya!" Xander rupanya membuat tali tipis yg mengaitkan dua kancing di bagian dadanya putus. "Kau tahu ini lingerie kesukaanku!" Sewot Violetta.
"Aku bisa membelikanmu yang baru, Baby," akhirnya Xander bersuara.
Sikap Xander semakin aneh tatkala Xander tiba-tiba bersandar di dadanya, memeluk Violetta, membenamkan wajahnya diantara dua gundukan kenyal duniawi itu. "Don't leave me, Baby, please.." pintanya parau.
Dugaan Violetta benar. Xander yang tiba-tiba semabuk itu semalam, sesuatu pasti terjadi. "Beritahu aku, Xander.."
"Promise me. Apapun yang terjadi, stay with me, Baby.."
"Xander..kau membuatku bingung.."
"Promise, me..Bahkan setelah kita menikah, tetap bersamaku,"
"Xander..aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkanmu, 'kan? Lalu apa yang kau takutkan?"
Xander mengangkat wajahnya. Dengan perlahan ia mendekatkan bibirnya pada Violetta. Ia tampak ragu untuk mengecup tunangannya.
"Xander," Violetta segera mengecup bibir Xander. "Kenapa kau ragu?"
"Aku tidak ingin menyakitimu," jawaban Xander membuat Violetta semakin bingung.
"Lakukan. Do whatever you want. Aku, submisivemu pagi ini," kata Violetta sambil memberinya sebuah senyum.
Xander bangkit, membuka lemarinya, mengambil sebuah dasi. Violetta tahu permainan seperti apa yang ingin Xander lakukan.
Violetta menutup matanya dan Xander mengikat dasi itu menutup kedua mata Violetta. Tidak hanya mata, ia juga mengikat kedua lengan Violetta ke belakang lalu membaringkannya sedikit menyamping. Gesekkan sprei yang mengenai puting payudaranya membuat Violetta terangsang.
"Kau mengguntingnya lagi," ujar Violetta saat mendengar suara gunting yang memangkas lingerienya.
"Aku akan membelikan sebanyak yang kau mau," kata Xander.
Dalam mata tertutup, Violetta tidak tahu apa yang akan Xander lakukan. Ia hanya bisa mengandalkan syarat di sekujur tubuhnya yang akan merespon tiap sentuhan jemari Xander.
"Ah," telapak tangan Xander yang besar cukup untuk menggenggam bulatan payudaranya. Jemarinya lihat menjepit dan menggelitik putih Violetta yang kemudian menegang. "Hah," payudara adalah kelemahan Violetta. Itulah yang menjadi senjata Xander saat foreplay. Ia mencubit, menekan, memutar, dan memilinnya membuat Violetta semakin terangsang. Bagian bawah tubuhnya terasa basah dan berlendir.
"Kau menyukai ini, 'kan?" Bisik Xander.
"Kau..tahu...aah," saat saat Violetta mengeluarkan moan nya adalah saat dimana Xander mulai merasa tegang. Xander memiringkan tubuh Violetta dan menggesek tipis puting Violetta dengan seprai. Ia mempermainkan payudara Violetta.
Bulu kuduk Violetta seketika berdiri. Tubuhnya menegang.
"Aku mencintaimu, baby," Xander berbisik di telinga Violetta.
Violetta mengangguk. "I knew, Baby," jawab Violetta. Ia menggigit bibir bawahnya menahan nikmat. Ia tidak bisa leluasa bergerak karena tangannya yang terikat. Xander tidak akan menyentuh kewanitaannya sebelum ia puas mempermainkan tubuh atas Violetta. Xander, yang bernafsu tinggi, pagi ini rupanya mampu menahan lebih lama dari biasanya.
Xander menyingkirkan helai rambut dari leher Violetta. Ia menciumnya dengan lembut. Tidak ada hisapan, hanya ciuman lembut yang membuat Violetta mengerang.
"Kau, wangi, Baby," bisik Xander.
Violetta tersenyum. "Mungkin karena aku mandi dengan parfum?" Candanya.
Xander merubah posisi Violetta untuk telentang dengan sempurna. "Apa sakit?" Tanya Xander. Tangan Violetta yang tertindih tubuhnya tentu saja terasa sakit. Tapi demi memenuhi permainan yang diinginkan Xander, ia bisa menahannya.
"I'm okay, Xander." Jawab Violetta.
Xander tersenyum. Ia menciun lembut bibir Violetta, tanpa bermain lidah di sana. Ia juga tidak menggigit bibir Violetta seperti yang biasa ia lakukan.
Violetta tidak akan bertanya. Ia sudah berjanji akan menjadi submisive nya pagi ini, mengikuti semua permainan yang Xander inginkan.
Ciuman Xander turun ke lehernya. Disitulah lidahnya bermain. Violetta menahan diri untuk tidak mencapai klimaksnya sebelum Xander selesai. Ciumannya semakin turun diantara kedua bukit kenyalnya lalu bergeser ke kanan. Ia bisa merasakan lidah Xander mengulum puncak gunung tegangnya, sementara jemarinya memainkan puncak tegang di bukit kirinya. Sungguh duo mematikan untuk Violetta.
"Hah..." tubuh Violetta mulai bergetar.
Bagaikan sebuah es krim, Xander menjilatnya berkali kali. Bagai sebuah permen karet, Xander menggigit gigitnya.
"Xanderrr...,"
"Keluarkan, Baby..pagi ini aku tidak akan berkunjung di bawah. Hanya berkunjung disini, memuaskanmu,"
"Hah?" Violetta kaget.
"Tapi kau-"
"Tidak..pagi ini, aku akan memuaskanmu. Kau tidak perlu memuaskanku."
"Astaga!" Pekik Violetta. Xander menyecap payudara Violetta dengan berjeda, seperti berdenyut ia rasa. Ia juga menggesekkan giginya ke puncak sana.
Puncak gunung yang tegang itu masih berdiri kokoh tanda Violetta masih berada di puncaknya.
"Xander..." Violetta mencicit.
"Apa yang kau inginkan? Katakan," Xander berbisik lembut lalu kembali mengecap puncak gunung kirinya. Ia menggigitnya bak tikus yang sedang mengerati kayu.
Xander terus menggesek puting Violetta dengan gigi maupun jemarinya. Tubuh Violetta berkali-kali bergetar. Violetta menahan dirinya.
"Kau menahan diri, Baby," kata Xander.
Violetta menggeleng. "Aku...ahhh!" Violetta melepas lenguhannya saat Xander menghisap kuat puncaknya hingga Violetta sampai di puncak rangsangnya. Violetta mencapai orgasme pertamanya.
Xander belum puas. Ia menciumi Violetta. Seluruh anggota tubuhnya bekerja menjamah tubuh indah Violetta.
Tangan Xander mulai bermain di bawah sana.
"Xan..Xander! Kau bilang kau tidak, aaahhh!" Orgasme kedua Violetta muncul saat Xander menggaruk pinggiran liang kenikmatan Violetta dengan kukunya. Ia juga menekan dan memutar hebat pusat syarat nikmat milik Violetta. Tubuh Violetta menegang kaku dan kemudian lemas.
"Cu..kup.." kata Violetta. Nafasnya terengah.
Xander melepad ikatan tangan dan mata Violetta. Ia kemudian menatap dalam Violetta.
"Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu tetap berada di sisiku," kata Xander sembari mencium kening Violetta.