Love Scenario [END-COMPLETE]

By Velova95

561K 33.9K 2.1K

DEWASA MUDA 21++ SEBAGIAN CERITA DIPRIVASI FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA! Sinopsis: Keynal psikopat yang bucin ba... More

PROLOG
Intro: the beginning
SATU: VERANDA
DUA: KEYNAL
TIGA: B o y f r i e n d
EMPAT: T a k e n
LIMA: A l l N i g h t
ENAM: B y M y S i d e
TUJUH: C o m p l i c a t e d
DELAPAN: D r e a m c a t c h e r
SEMBILAN: E u p h o r i a (21+)
SEPULUH: Drama Kotor
SEBELAS: F a l l i n g i n L o v e
DUA BELAS: G a m e O v e r
TIGA BELAS: H o r m o n e s (20+)
EMPAT BELAS: i l l u s i o n
LIMA BELAS: J a m a i s V u
ENAM BELAS: L o v e M a z e
TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu
DELAPAN BELAS: Berkemah 2
SEMBILAN BELAS: Killing Me
DUA PULUH: Nevermind
DUA SATU: 3 Hati 1 Cinta
DUA DUA: Garis Kematian
DUA TIGA: Other People
DUA EMPAT: Please give me one more Chance
DUA LIMA: Pertenakan Cinta
DUA ENAM: Love and secrets
DUA TUJUH: Dia atau Aku
DUA DELAPAN: Reverse
DUA SEMBILAN: Nikmat Dosa Terindah
TIGA SATU: Stay With You
TIGA DUA: Mba Leo dan Bang Capricorn
TIGA TIGA: Depression ! ! !
TIGA EMPAT: Pembunuhan, Misteri Kematian!
TIGA LIMA: Veranda Hamil?
TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai
TIGA TUJUH: Rahasia Jessica Veranda
TIGA DELAPAN: 'Cause I'm Yours
TIGA SEMBILAN: Terdampar di Pulau Misterius
40. Darah, Keringat dan Air mata
EMPAT PULUH: Rumah Angker di Hutan Belantara
EMPAT SATU: Lukisan Tua Yang Hidup
EMPAT DUA
EMPAT TIGA: Threesome
EMPAT EMPAT : Can I get to your soul?
EMPAT LIMA: Love and Relationship
EMPAT ENAM: Menuju Akhir
EMPAT TUJUH:
EMPAT DELAPAN: Dia pergi
Epilog: LOVE IS NOT OVER

TIGA PULUH: BACKSTREET(?)

7K 514 62
By Velova95

[Keynal]

“Aku ingin mencintaimu lebih dari sekedar debaran, lebih besar dari kesabaran dan lebih lama dari selamanya.”

••••

Vote dan lihat apa yang akan terjadi!

- Typos
- Mengandung konten anu

💞💞💞💞

Ve POV

Setelah menyerahkan kunci mobil dan surat kendaraan, Alif langsung berpamit pulang katanya ada urusan penting yang harus ia kerjakan. Entah aku tidak kenapa, semenjak jadian dia memang selalu sibuk.

Aku kembali ke kamar untuk menyimpan surat-surat kendaraanku dan mendapati ranjang dalam keadaan kosong kemana perginya dia? Aku berjalan menuju kamar mandi tapi tidak mendapati sosok Keynal di sana.

Apa dia marah? karena aku meninggalkan seorang diri tanpa pamit sebelumnya, sambil melamun aku duduk ditepi ranjang. Selang beberapa menit kemudian seseorang datang dan membuka pintu kamar.

Kulihat Keynal melangkah masuk sambil memamerkan senyum manis dan gigi kelincinya.

“Kamu habis dari mana Key?”

“Cie ada bidadari yang nyariin aku? Kenapa kangen ya?” ucapnya penuh percaya diri sekali. Aku hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala.

“Aku habis mandi tadi di bawah.”

“Oh, seperti itu baiklah.”

“Ve, apa kamu lapar?” Aku menganggukkan pelan.

“Tapi hari ini malas masak, gimana kalo kita sarapan di bawah aja kebetulan ada pedangan bubur ayam favoritku, enak banget. Aku jamin kamu pasti suka.”

“Emang pedagannya belum lewat?”

“Belum, ini jam berapa ya?” Keynal melirik jam di tangan kirinya. "06:55, lima menit lagi juga lewat yuk kita turun.”

“Eh.” Dia tiba-tiba menarik jemariku, membawaku melangkah keluar kamar.

💞💞💞💞

Dan benar saja sampai dibawah keduanya melihat pedagang bubur ayam yang tengah sibuk melayani pelanggan. Orang-orang pada sudah antri mengelilingi gerobaknya mereka terlihat duduk diatas panjang di pinggir jalan tempat penjual kaki lima biasa mangkal.

Meski berjualan di gerobak, bubur ayam yang berlokasi di depan pabrik kayu dekat villa ini selalu ludes terjual kurang dari jam 9 pagi. Sudah ada sejak tahun 1948, bubur kaki lima ini tergolong legendaris.

Keistimewaan bubur ayam khas Cirebon di sini terletak pada porsi topping bubur yang melimpah. Sang penjual bubur ayam, Karso mengaku jika porsi bubur miliknya justru sedikit, namun memiliki topping melimpah.

Sebaiknya, datang dan beli bubur ayam di pagi hari karena bubur ini sudah dibuka sejak pukul 7 pagi. Seporsi bubur ayam di sini hanya dibanderol sebesar Rp 13.000 saja.

“Mang pesan Ayam bubur 2 ya, sama teh anget 1 dan es tehnya 1.”

“Oke ditunggu ya dek.”

Keynal mengangguk, ia mengajak Veranda untuk duduk di bangku paling ujung sebab Veranda tak suka keramaian. Tak lama sang penjual datang membawakan pesanan keduanya.

“Ini pesanannya,” ucap Mang Karso (penjual bubur ayam) sambil menyerahkan nampan berisi 2 mangkuk bubur ayam dan 2 es teh.

Ditaruhlah nampan itu diatas bangku panjang, ditengah-tengah tempat duduk mereka karena areanya yang memang terbatas jadi pedagang tidak menyediakan meja untuk pelanggan.

“Alhamdulillah.”

Saat Veranda ingin meraih teh yang akan jadi miliknya, tanpa di sadari Keynal pun juga ingin mengambil gelas yang sama. Otomatis, tangan Veranda ikut digenggam Keynal.

“Ehem, cieee!” seru Mang Karso menjahili keduanya.

Veranda dan Keynal pun hanya sebatas melempar pandang, sesekali Veranda mengisyaratkan Keynal untuk melepaskan tangannya.

“Kamu mau teh yang hangat atau dingin”

Keynal menatap Veranda.

“Aku yang hangat aja.”

“Yaudah ini buat kamu aja, lagian aku juga lebih suka yang dingin.” Tak lama Keynal lepaskan juga, lalu menyodorkan gelas itu pada Veranda.

“Pacaran ya?”

Mang Karso bertanya pada Keynal sambil menaikkan alisnya, Veranda dan Keynal hanya terkekeh kecil karena tebakan mang Karso.

“Ya Rab, anak jaman sekarang pagi-pagi udah pacaran aja kerjaannya, Ck! Ck! Ck! Untung kasep sama si enengnya geulis euy,” tambahnya lalu kembali ke depan gerobaknya setelah memberikan pesanan Ve dan Keynal.

“Kamu sih Nal! Pake drama! Di ejek tukang bubur kan!” oceh Veranda lirih pada Keynal.

Sambil memasukkan suapan pertamanya. Mulut mereka mulai mengecap rasa bubur masing-masing. Kuah kaldu yang gurih dan beraroma rempah itu memperkuat citra rasa dan gurihnya bubur ayam.

“Yee, biarin aja sih! Kita kan emang lagi pacaran, ya kan Ve?”

Keynal menaikkan alisnya, menggoda Veranda. Perempuan cantik itupun segera memalingkan pandangnya dari Keynal lalu menyeruput teh hangatnya.

💞💞💞💞

Setelah selesai menghabiskan sarapan mereka. Kini mereka berdua menuju ke sebuah toko buku, yang berada tak jauh dari tempat mereka sarapan.

Kling!

Lonceng tua di atas pintu toko berbunyi, pertanda ada pelanggan yang masuk. Keynal mendorong pintunya mempersilakan Veranda untuk masuk lebih dulu. Sementara ia hanya mengekor di belakangnya.

“Ve, kamu mau beli buku apa?”

“Nggak tau Nal, liat aja dul,” jawab Veranda, seraya mengalihkan perhatian ke arah sekitarnya.

Keynal hanya manggut-manggut. Mereka pun berjalan ke arah yang berbeda, Veranda mengarah ke rak buku Novel. Sedangkan Keynal ke arah komik-komik edisi terbaru.

Setelah mendapatkan komik yang ia inginkan, Keynal kemudian duduk di bangku yang disediakan dan mulai larut dalam dunianya. Melupakan Veranda yang masih menentukan buku mana yang akan dia beli.

Menit berganti jam, Veranda merasa kesal memperhatikan Keynal yang sangat menikmati kegiatan membaca komik di tangannya, sambil sekali tersenyum dan terbawa sendiri. Gila!

Veranda sungguh tak paham dengan jalan pikiran Keynal. Kadang hatinya lembut, kadang juga tak berperasaan, bersikap dewasa kemudian bertingkah selayak bocah.

Apakah kelak orang seperti itu, yang akan imam dan pendamping hidupnya? Tak lama setelahnya, anak dari pemilik tokoh buku menarik Keynal keluar dan mengusirnya secara paksa.

“Duh Mba, bisa gak sih gak usah gini juga keles, emang saya layangan apa pake ditarik-tarik!”

“Berisik, tau gak suara kamu itu paling ngebass sendiri.”

“Bodo!” balas Keynal dongkol.

“Kamu hanya datang dan mengganggu pengunjung lain, tapi tidak ada satu pun buku yang kamu beli. Cowok brandal seperti kamu ini, yang cuma modus lama-lama di sini. Supaya bisa baca buku gratis. Pergi kamu dan jangan pernah kembali lagi!” Sang penjaga pun pergi meninggalkan Keynal dan menutup pintu.

Veranda yang cemas langsung bergegas mengejar Keynal. “Mba saya mau buku ini satu.” Veranda menyerahkan buku yang dibelinya ke petugas kasir.
“Sekalian ini juga, totalnya berapa?” tutur Veranda sembari memberikan komik yang tadi dibaca Keynal. Setelah menyelesaikan pembayaran dan menerima buku yang dibeli, Veranda segera keluar dari toko itu.

Setibanya di luar Veranda mendapati Keynal yang sedang berjongkok di depan toko. Mengorek-ngorek tanah, mencoel cacing yang lewat. seperti hewan yang sedang cari harta karun saja -_-.

Hingga akhirnya tubuh Keynal kehilangan keseimbangan, lalu tersungkur ke tanah dengan tidak elitnya. Sampai orang-orang disekitar semua pada memperhatikannya.

“Benar-benar idiot,” umpat Veranda dalam hati.

“Ayo berdiri!”

Keynal memperhatikan tangan di depannya, Veranda menjuluki kemudian membantu Keynal untuk berdiri dengan tegak.

“Oh iya ini, ini komik yang kamu baca tadi aku sudah membayarnya untukmu.”

“Makasih Ve. Kamu emang malaikatku.”

“Hmm, yang tadi kamu itu malu-maluin banget Nal, kamu bisa sampai dipermalukan dan diusir di depan orang banyak lagi.”

“Ya gitu deh Ve, masih orang fakir seperti aku selalu dinilai sebelah mata dan ditindas, padahal penampilan udah trendy, rapi dan wangi mungkin karena aku gak datang pake mobil kali ya jadi aku dianggap gak mampu bayar tuh komik dasar akunya aja tadi yang terlalu hanyut sampe lupa waktu.”

“Kamu juga salah Nal, aku aja sampe nungguin kamu sampe bete, berisik, mana ketawanya keras sendiri lagi. Tapi aku gak suka perempuan itu ngusir kamu seperti tadi.”

“Udahlah lah santai aja, aku gak papa kok.”

“Lagian ya Key, kalo kamu mau aku bisa aja dengan mudah memborong semua buku yang ada di dalam toko, gedung sekaligus sama penjaganya.”

“Dih ogah, aku gak tertarik sama cewek judes itu, kalo pun mau dibandingin kamu sama perempuan tadi seperti putri dan upil badak.”

“Yaudah yuk kita pulang.”

Mereka berjalan beriringan sembari berpegangan tangan, dan saling tersenyum menuju jalan pulang.

Lima belas menit kemudian, mereka menginjakkan kaki di villa. Mereka berdua segera masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Saat ini kedua tengah belajar untuk persiapan ujian kenaikan besok.

Mereka berdua, ah tidak lebih Keynal tengah fokus dengan buku paket di tangganya. Sementara dari tadi Ve hanya mengganggu Keynal. Veranda menggunakan setelah kebanggaannya. Celana setengah pahanya beserta kaus longgar. Sementara Keynal masih mengenakan pakaian santainya pagi tadi.

Veranda mengusuli Keynal dengan gelembung sabun di tangannya. Ia meniup gelembung ke wajah Keynal. Veranda rasa Keynal sepuluh kali lebih cakep, saat tengah serius seperti sekarang. Wajahnya masih setia menyunggingkan senyuman, kala wajah Keynal yang tampak begitu fokus.

Gelembung-gelembung sabun yang tadi ditiup Veranda, berterbangan memenuhi kamar. Ve membuat gelembung sabun, mencoba menyampaikan impian-impian dan harapannya. Melalui hembusan nafas yang mengiringinya.

💞💞💞💞

Veranda memberikan sebuah kecupan kilat pada pipi kiri Keynal. Keynal yang menerima serangan mendadak itu ikut, tersentak menolehkan kepalanya. Dia bisa melihat Veranda tengah menundukkan kepalanya,  dengan semburat merah yang sedikit terlihat. Begitu menggemaskan.

“Kenapa kamu menggemaskan sekali hari ini Ve?”

Keynal mengacak rambut Veranda,  kemudian terkekeh pelan. Kali ini Veranda yang kaget! Dia langsung mendongakkan kepalanya dan matanya langsung terkunci, pada mata Keynal.

Sedetik sebelum Keynal mengalihkan pandangannya Veranda terlebih dulu membuka mulutnya. “Jangan alihkan pandanganmu Key, biasakan,” ucap Veranda dengan tenang.

Perlahan Keynal mendekatkan wajahnya, pada wajah Veranda. Memposisikan bibirnya di atas bibir Veranda dan saat menempel, keduanya merasakan jutaan kupu-kupu berterbangan di dalam perut mereka.

Rasanya menyenangkan, apalagi saat Keynal bergerak untuk menghisap bibir bawah Veranda. Sedangkan Ve, tetap menutup matanya. Lalu tangannya naik untuk berpegangan pada bahu Keynal, karena cowok itu menciumnya dengan penuh semangat. Hingga kepalanya sedikit terdorong ke belakang.

Baik Keynal maupun Veranda,  tidak mau kalah. Mereka ingin merasakan semua sudut bibir lawannya. Keynal mulai memejamkan matanya, menikmati bibir menggoda yang ternyata terasa manis untuknya. Hingga tanpa sadar mendorong tubuh Veranda dan membuat kepala Veranda,  terbaring dengan nyaman pada lengannya.

Veranda sendiri antara sadar atau tidak sadar. Saat tubuhnya menyentuh ranjang. Dia terlalu hanyut, dalam ciuman yang diberikan oleh Keynal. Lenguhan dan geraman tertahan, dari keduanya. Terdengar dan hal itu membuat mereka makin bernafsu, untuk berciuman.

“Nghh...”

Tangan Veranda kini tidak tinggal diam. Tangan kirinya memeluk erat leher Keynal, sedangkan tangan kanannya meremas surai hitam milik Keynal. Matanya terpejam dengan sendirinya. Membiarkan bibir Keynal menyesapnya lembut, membuat tubuhnya bergetar.

Keynal mengecup bibir itu, dalam. Lalu melepaskannya dengan perlahan. Tiba-tiba merasa senang, saat melihat wajah Veranda yang kini terpampang di depan matanya. Pipi gadis itu merah padam, dan bibirnya terlihat menggoda. Dengan rona merahnya karena perlakuannya tadi.

Ditambah lagi dengan gigi Veranda yang kini juga sedang menggigitnya kecil. Keynal tidak yakin seberapa lama, durasi saat mereka berciuman tadi. Keynal cukup yakin bahwa itu, hanya sebentar. Hanya perasaannya saja yang merasa bahwa ciuman tadi berlangsung selama yang ia inginkan.

💞💞💞💞

“Asshh ... Hmmm... Keyyhh~”

Keynal perlahan membuka matanya, dia melihat Veranda yang masih memejamkan matanya. Namun suara lenguhan cantik itu, membuat dirinya tersadar. Keynal tidak kabur dari sentuhan Veranda. Rasa gemetarnya tidak seperti dulu, saat pertama kali bertemu dengan Veranda. Terlebih lagi, dia ada di atas tubuh Veranda.

Keynal tersenyum dalam ciumannya dan perlahan menjauhkan bibirnya dari bibir Veranda. Ve yang tidak merasakan sentuhan pada bibirnya, lantas membuka matanya perlahan. Dan dia bisa melihat mata Keynal menatapnya dengan lembut.

Keynal masih tersenyum, sembari menatap Veranda. Hidung mereka yang saling bergesekkan,  tidak membuat mereka risih. Malah membuat keduanya merasa semakin nyaman. Keynal mengecup bibir Veranda sekilas. Dan entah kenapa hal it, membuat mereka berdua terkekeh dan tertawa bersama.

Entah apa yang mereka tertawakan, tapi mereka terlihat sangat gembira. Sampai akhirnya Keynal menjatuhkan kepalanya pada perpotongan leher Veranda. Menghisap harum tubuh Veranda, dan bergumam pelan, “terima kasih.”

Tak tahu bagaimana mulanya. Di atas tempat tidur yang terletak di lantai dua villa itu, terlihat dua orang yang tengah cuddling. Hmmm... Keynal duduk bersandar pada kepala ranjang, dengan punggung Veranda bersandar nyaman pada dadanya.

Keynal meletakkan dagunya dengan nyaman, di atas kepala Veranda. Tangan mereka saling bertautan, pada perut Veranda. Sesekali Veranda memainkan jari lentik milik Keynal dan menggenggamnya.

Veranda menyukai sentuhan Keynal kali ini,  membiarkan hawa hangat dari kedua tubuh menyatu. Membuat friksi rasa nyaman bagi keduanya. Sudah lima belas menit mereka seperti ini, tapi tidak ada tanda-tanda untuk beranjak atau menyudahi acara cuddling itu.

“Rasanya nyaman,” lirih Veranda dan dia mulai memejamkan matanya, merasa makin nyaman saat Keynal mengusap lengannya

“Aku juga merasa nyaman.” Keynal membelai surai Veranda.

💞💞💞💞

“Key, boleh aku pergi keluar?”

Veranda bangkit posisi lalu turun dari ranjangnya.

“Mau kemana?”

“A-aku tidak bisa mengatakannya yang jelas aku ingin menemui seseorang.”

“Benarkah? Sayangnya kau tidak akan bisa pergi kemana pun tanpa izinku.”

Keynal ikut berdiri dan menahan pergelangan tangan Veranda.

“Kenapa aku harus mendapatkan izinmu?”

Veranda menghempas tangan Keynal.

“Karena kau milikku.”

Veranda memutar bola matanya. Selalu saja Keynal bersikap seenaknya sendiri. Dasar egois!

“Aku tidak pernah menyetujui klaim kepemilikanmu atas diriku, jadi jangan terlalu percaya diri.”

“Benarkah?”

Jari Keynal memainkan bibir Veranda dengan sensual. “Bagaimana kalau aku membuatmu menyetujuinya sekarang?”

“Menyetujui apa?”

“Klaim kepemilikan atas dirimu.”

Belum sempat Veranda menjawab, Keynal sudah lebih dulu membungkam bibir merah muda Veranda dengan bibirnya lagi. Menyesap manisnya bibir dari selalu dirindukannya. Lidahnya menerobos masuk, mencari lidah Veranda, mengaitkan keduanya dan menghisapnya dengan sangat lembut.

Veranda berjinjit, meremas rambut di tengkuk Keynal. Ketika ciuman cowok itu semakin dalam,  dan memabukkan. Ve bahkan tidak tahu, kapan tangannya melingkar di leher Keynal.

Ciuman Keynal, membuatnya melupakan segalanya. Membuat tubuhnya bergerak sendiri tanpa di sadarinya. Larut dalam ciuman Keynal yang begitu nikmat lagi memabukkan. Membuat Veranda ikut membalas ciuman Keynal.

Memejamkan mata dan menikmati kebersamaan mereka yang sarat kerinduan. Ciuman mereka semakin mendesak. Tidak ada lagi kelembutan seperti yang terjadi di awal-awal. Gairah menguasai keduanya.

Mereka bahkan tidak menyadari, kapan pakaian yang kenakan terlepas dari tubuh masing-masing. Hanya menyisakan pakaian dalam yang mereka kenakan. Napas Veranda memburu. Rasanya begitu sesak, tapi anehnya ia tidak ingin ciuman mereka berakhir. Ve ingin Keynal seperti menyadarkannya bahwa semua ini bukanlah mimpi.

Keynal yang kini tengah berdiri di depannya, mencium dan mendekap tubuhnya. Keynal adalah pria yang sangat mencintainya. Ini adalah mimpi indah yang akhirnya menjadi kenyataan. Demi Tuhan, sentuhan Keynal adalah kelemahannya. Dan kelembutan Keynal adalah musuh besarnya.

Veranda merasakan tangan besar dan kekar Keynal menelusuri punggungnya. Bergerak ke arah pinggangnya dan berakhir di kedua pahanya, lalu tanpa Ve duga. Cowok itu mengangkat tubuhnya.

Keynal membawa gadis itu, ke ranjang. Masih tanpa melepaskan ciumannya, membaringkan Veranda sedangkan dirinya berada tepat di atas. Enggan melepaskan ciumannya, tapi Keynal tidak memiliki pilihan.

la ingin melihat Veranda yang kini tengah berbaring secara suka rela, di bawah tubuhnya. la ingin mengamati gadis yang kini telah menjadi miliknya.

Keynal ingin merekam detik demi detik, wajah Veranda yang terlihat begitu bergairah dihadapannya. Sadar dirinya diperhatikan dengan begitu intens membuat tubuh Veranda meremang.

Veranda berusaha menarik selimut yang ditidurinya, untuk menutupi tubuhnya yang hampir telanjangnya. Tapi tangan Keynal dengan cepat menahan, kedua tangannya di sisi tubuhnya.

“Key.”

“Kau dan aku,”

Keynal mengunci tatapan Veranda, lalu seulas senyum yang menjanjikan sejuta kepuasan terkembang di wajah tampannya. “Kita berdua tidak membutuhkan selimut saat ini.”

Selepas menyelesaikan kalimatnya. Keynal kembali membungkam mulut Veranda dengan ciuman panas seperti sebelumnya. Tapi kali ini jauh lebih panas, akibat gairah yang sudah sangat mendesak untuk terpuaskan.

Tubuh telanjang mereka yang saling bergeseka. Memberikan sensasi yang sangat luar biasa, membuat keduanya semakin larut dalam pusara gairah yang membakar. Veranda melenguh ketika tangan Keynal membelai tubuh telanjangnya.

Keynam melepaskan kain penutup terakhir yang menutupi tubuh indahnya. Setelahnya, Keynal melepaskan ciumannya dari bibir Veranda.

Kemudian beralih ke leher jenjang gadis itu, mendaratkan kecupan demi kecupan serta jilatan di sana. Sebelum bergerak turun menelusuri kedua gundukan, dengan puncak kemerahan yang sejak tadi sudah sangat siap untuknya.

Dengan cepat Keynal memasukkan, puncak kemerahan itu ke dalam mulutnya. Membelai dengan lidah hangatnya. Tubuh Veranda menggelinjang, merasakan lihainya mulut Keynal yang tengah memainkan gundukan di atas dadanya.

Kulumannya pada puncak kemerahan miliknya, membuatnya semakin terengah, karena gairah yang semakin besar menghantamnya. Tangan Veranda meremas rambut Keynal. Menekan kepala cowok itu, agar tidaknya segera melepaskan kulumannya.

Sadar kalau mereka masih jauh dari kata selesai, Veranda akhirnya melepaskan remasannya di rambut Keynal. Memilih menerima dan menikmati apapun yang hendak dilakukan pemuda itu padanya.

Jadi ketika bibir Keynal mulai menuruni tubuhnya, menyapukan lidah panasnya di antara kedua pahanya, Veranda hanya bisa meremas seprai putih yang kini sudah semakin kusut, sebagai bentuk penyaluran dari rasa nikmat yang dirasakannya.

Erangan demi erangan Veranda, semakin membangkitkan semangat Keynal. Untuk memuaskan gadis itu terlebih dulu. Lidahnya yang bermain di antara kedua paha Veranda, semakin gencar memberikan serangan. Tidak hanya lidah, jarinya pun bergerak aktif membantunya membuat Veranda terpuaskan.

Barulah setelah lenguhan panjang, yang dibarengi dengan tubuh Veranda yang berubah kaku selama sesaat. Keynal menghentikan invasi dan eksplorasinya di bagian tubuh Veranda yang menjadi favoritnya? Tubuh Veranda adalah dua hal yang menjadi kelemahannya. Kelemahan yang sangat di syukurinya.

Tersenyum puas melihat hasil kerjanya, Keynal mengangkat tubuhnya, menatap Veranda yang terlihat begitu lelah dan terpuaskan. Sebuah ciuman diberikan Keynal di kening Veranda.

Sebelum memposisikan diri diantara kedua paha Veranda, yang telah di bukanya semakin lebar. Anggukan Veranda menjadi kunci utama, bagi Keynal. Untuk melakukan apa yang sejak tadi, begitu ingin dilakukannya.

Menyatukan tubuh mereka, mencari dan menapaki kenikmatan yang telah menunggu mereka sejak tadi. Keduanya melenguh panjang ketika akhirnya tubuh mereka menyatu.

Perlahan, Keynal mulai bergerak, mencari kepuasan dalam hangat tubuh Veranda. Tentu saja memberikan kepuasan yang sama kepada gadis itu. Cukup lama mereka bergumul di atas ranjang besar itu, bermandikan keringat yang perlahan membanjiri tubuh keduanya.

Hingga akhirnya apa yang sejak tadi mereka cari. Puncak kenikmatan yang memabukkan menghantam keduanya, dengan begitu dahsyat. Membuat lenguhan panjang mengakhiri pergumulan mereka.

Baik Keynal maupun Veranda, keduanya merasakan kenikmatan yang terasa sangat luar biasa. Lebih dahsyat, lebih memabukkan dan lebih membakar keduanya. Dalam pusara kenikmatan yang sangat luar biasa.

Tubuh Keynal ambruk, tenaganya terkuras tapi kepuasan tercetak jelas di wajahnya. Kepuasan yang juga dirasakan Veranda melepaskan dirinya, Keynal berbaring di samping Veranda, membawa tubuh perempuan muda itu untuk berbaring di atas lengannya.

“Aku mencintaimu,”

Sebuah kecupan diberikan Keynal di kening Veranda Sebelah tangannya mengusap punggung telanjang Veranda dengan gerakan vertikal.

💞💞💞💞

Veranda POV

“Ve, Apa kau mencintaiku?” lanjutnya.

Aku hanya diam, bimbang harus menjawab apa?

Sebenarnya aku masih bingung dengan perasaan ini.

“Nal, untuk saat ini kita Backstreet gapapa kan?" Dia hanya tersenyum, sembari menganggukkan kepala tanpa protes. Atau pun bertanya alasannya padaku.

Keynal memegang tanganku dengan erat, rasa yang aku rasain ini, bener-bener dalam. Entah kenapa aku takut banget kehilangan Keynal. Aku tidak tau mengapa, tapi bersamanya aku merasakan kebahagiaan yang tidak pernah aku dapatkan dari orang lain, termasuk dengan semua mantan pacarku dulu.

Keynal menatapku tajam. Dia mengatakan kalau dia sangat mencintaiku dan tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi. “Ve, aku cinta banget sama kamu dan aku janji gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi.”

Ya Tuhan, jangan katakan kalau sekarang aku malah terjatuh dalam rencanaku sendiri(?)

To Be Continue...

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 122K 57
Flyer cheerleader sekolah jatuh cinta pada kapten tim basket sekolah yang dikenal dengan ke-playboy-annya. [20-12-15 : #5 in Fanfiction] [03-01-16 :...
278K 9.3K 53
hati - hati Dia dingin trus galak lagi πŸ…#1 - manusiaes πŸ…#1 - Tiway mengandung unsur dewasaπŸ”ž
68.4K 4.6K 81
Kebencian mendalam yang membuahkan cinta sejati
68.3K 1.2K 18
[Complete] Kumpulan lirik lagu dan terjemahan Ost. Dari K-Drama Moon Lovers : Scarlet Heart Ryeo