Vella & Kenzo

By ayrullazolla

13M 405K 41.7K

Dewasa Terbelenggu oleh kekeliruan membuat Alanna Vellary Aldric (17) kebingungan. Ditambah rasa resah mulai... More

1- Muncul Kembali
2- Pengusik
3- Bikini Hitam
4- Adik?
5- Sakit Jiwa
6- Ada Apa Dengan Vella?
7- Kabur
8- Kabur II
9- Om Baik
10- Hampir
11- Kenzo Membentak, Vella Menangis
12- Kenzo Masuk Perangkap Vella
13- Vella Masuk Perangkap Kenzo
14- Bye Bas
15- Kasmaran
16- Secercah Curiga
18- Malam Kelam
19- Keceplosan
20- Bukanlah
21- Ayah
22- Penopang Dikala Tumbang
23- Positif
24- Vella Butuh Kenzo
25- Lagi-lagi Lano
26- Nikahi Vella Secepatnya
27- Titik Terendah
28- Jalan Terakhir
29- Selesai
30- Memilih Ikhlas
31- Rumah Singgah
32- Sepasang Yang Sulit Beriring
33- Dibodohi
34- Detik Akhir
35- Pada Akhirnya (END)

17- Menghamili?

492K 10.8K 578
By ayrullazolla


Hari kelulusan tinggal menghitung mundur, kini Vella lebih santai jika di sekolah. Bahkan untuk hari ini siswa-siswi dibubarkan lebih cepat karena guru-guru akan mengadakan rapat untuk membahas tuntas kelulusan siswa angkatan Vella.

Vella menyedot kembali susu kotak berperisa coklat miliknya.

"Vella, lo mau balik atau diem dulu di sekolah sampe jam pulang kaya biasa?" Tanya Lisa yang memang sedari tadi menemaninya di kantin.

"Pulanglah Lisa, rajin banget Vella diem di sekolah."

"Kirain, kan calon suami ketiga gue jam segini belum jemput lo."

Vella mendelik, ia tahu siapa yang di maksud Lisa.

"Vella bisa pulang tanpa Rey!" Tegas Vella, ia paling sebal jika Lisa sudah mengejeknya seperti itu.

"Percaya..." Jawab Lisa meledek, ia sangat tahu jika Vella ini anak super duper di manja, selama mereka bersekolah Lisa pastikan Vella berangkat selalu di antar dan pulang selalu di jemput.

"Tumben nggak ajak Vella main? Biasanya kalo pulang cepet ajak Vella kelayapan dulu."

"Hari ini gue nggak akan ajak lo kemana-mana soalnya gue mau temenin nyokap, udah janjian dari malem."

"Oh gitu Lis..." Ujar Vella.
"Yaudah kita kelas ambil tas yuk Lis..." Ajak Vella yang dibalas pelototan tajam Lisa.

"Lis-Lis emang nama gue Lilis!"

Vella hanya terkekeh manis melihat sahabatnya merajuk.

Keduanya pun meninggalkan kantin bersama untuk kembali ke kelas mereka. Ketika tengah menyusuri koridor sekolah Vella melihat Bastian yang berjalan berlawanan arah dengannya sambil memejamkan mata. Melihat hal itu membuat Lisa mencolek Vella.

Lisa menghentikan langkah kakinya.
"Kayaknya jadi deh itu bocah gila beneran!" Bisik Lisa pada Vella.

"Hush... kalo ngomong!"

Ketika jarak Bastian sudah semakin dekat dan hampir melewati posisi Vella dan Lisa yang tengah berdiri, Lisa pun menarik kerah seragam Bastian agar berhenti.

"Heh! Sok-sokan simulasi jadi buta!Udah bosen lo punya mata?" Lisa langsung nyolot pada Bastian.

Bastian tak menjawab membuat Lisa keheranan, biasanya temannya yang satu ini mulutnya tidak akan anteng bila ada Vella. Lisa pun menoleh ke arah Vella yang juga membuang pandangannya ke arah lain seakan tak ingin melihat keberadaan Bastian.

"Minggir! Tom Holland lagi nggak mood bercanda!" Ujar Bastian terdengar lesu.

"Dih apaan, Tom-Tom... Tomket!" Lisa menoyor kepala Bastian tapi pria itu tak membalas, Bastian memilih melenggang pergi.

Lisa keheranan dengan perubahan sikap Bastian, ia pun menoleh ke arah Vella.

"Kenapa ya?"

Vella hanya menggelengkan kepala.
"Lagi capek mungkin."

"Iya Capek. Capek tebar pesona ke cewek-cewek."

"Lisa sensi terus ke Bastian, nanti jadi cinta loh!"

"Enak aja! Mending gue jadi Kakak ipar lo dari pada harus sama Bastian.'

"Huu... maunya itu sih!"

***

Vella berjalan beberapa meter menuju jalan raya agar lebih mudah mencari kendaraan untuk pulang, hampir lima belas menit ia memesan ojek online tapi tidak ada satupun yang menerima.

Lelehan keringat mulai membasahi pelipisnya karena matahari yang kian menyengat. Vella menghembuskan nafas, ia sedang menimang-nimang apakah kakinya akan kuat jika pulang berjalan kaki. Vella pun memutuskan untuk mencari tempat yang lebih sejuk, saat akan berjalan kembali tiba-tiba—

Tin..........

Vella terlonjak. Hampir saja keserempet!

Sementara di dalam mobil seorang pemuda yang tadi hampir menabrak seseorang yang ia yakini pelajar terdiam akibat terkejut juga. Ia pun turun dari mobil untuk memastikan orang tersebut baik-baik saja, walaupun ia tahu orang itu hanya akan hampir tertabrak saja tapi ia merasa bersalah. Dan ternyata siswi itu ialah—

"Vella..."

"Yaampun Lano! Hobi banget sih tabrak Vella?"

"Maaf Aku nggak sengaja, lagi pula kendaraan dijalanan ini pada ngebut, kamu jalannya sambil melamun."

"Kok Vella yang salah? Kan Lano yang hampir nyerempet Vella."

Astaga, hati Lano berdebar melihat wajah Vella yang sedang merajuk kepadanya. Gadis dihadapannya ini benar-benar menggemaskan.

"Iya... iya... Vella mau kemana? Harusnya jam segini masih di sekolah dong belajar? Bolos ya?"

"Ih nggak kok, Vella anti bolos-bolos club! Vella mau pulang soalnya di sekolah dipulangkan lebih cepat karena guru-gurunya mau rapat kelulusan."

Lano mengangguk.
"Kalo gitu sebagai permintaan maaf, aku anterin kamu pulang dan nggak boleh nolak!" Ujar Lano seraya menarik tangan Vella untuknya tuntun memasuki mobil. Setelah itu ia pun menyusul masuk ke dalam mobil juga.

Di dalam mobil Vella merasa canggung, ia merasa Lano mencuri-curi pandang padanya sedari tadi.

"Lano nyetirnya yang bener, jangan liatin Vella terus nanti nabrak orang lagi!"

"Emangnya aku liatin kamu ya?"

"Iya..." Jawab Vella cepat.

"Kalo kamu tahu aku liatin kamu— berarti kamu juga liatin aku dong?"

"Enggak ya!" Wajah Vella bersemu merah.

Lano pun tertawa karena berhasil menggoda gadis cantik sang penakluk hatinya ini.

Setelah bersenda gurau bersama Lano, Vella ingat akan suatu hal.

"Um— Lano..."

"Iya?"

"Vella mau minta maaf soalnya waktu itu baru baca chat Lano pas pulang dari mall, Vella nggak tahu seseorang yang Lano ajak itu Vella sendiri."

"Oh tentang itu, nggak apa-apa lupain aja."

"Lano marah nggak?"

"Enggak, asal—"

"Asal apa?"

"Lunch bareng, ya?"

Vella nampak berpikir, jika menolak sepertinya akan sangat tidak enak sekali. Mengiyakan pun bukanlah pilihan yang aman untuknya.

"Gimana?" Tanya Lano seraya menoleh sejenak pada Vella yang berada disampingnya.

"Iya, mau..." Jawab Vella membuat hati Lano berbunga-bunga, jika seperti ini terus yang remaja bukan Vella melainkan Lano.

***

Setelah makan siang yang panjang bersama Lano, Vella masih hanyut dalam obrolan bersama kawan kakaknya ini. Vella seakan lupa dengan segala peraturan yang Kenzo buat.

"Enak ya disini, tenang." Vella menikmati senjanya bersama Lano di sebuah taman.

"Vella..."

"Hmm?"

"Sebelumnya aku minta maaf dulu jika nantinya apa yang akan aku bahas ini menyinggung."

Vella menoleh pada Lano yang tepat berada disampingnya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Hubungan kamu dengan Kenzo sepertinya tidak sehat, maksudnya kalian menjalin hubungan di luar kata kakak beradik seperti pada umumnya?"

Vella menelan salivanya sendiri, lidahnya terasa kelu untuk menjawab Lano.

"E—enggak kok, kita normal-normal aja." Sanggah Vella yang kini mulai mengalihkan pandangannya kearah lain.

Melihat tingkah Vella yang menjadi kaku Lano pun menarik Vella agar kembali menatapnya. Ia memegang kedua pipi Vella yang terasa lembut untuk menatap matanya.

"Tatap aku, walaupun kita kenal belum genap satu bulan tapi aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan. Memang terdengar begitu menggelikan tapi aku tahu jika kamu sedang berbohong dan menutup-nutupi sesuatu yang besar. Vella... umur kamu masih sangat muda, tolong jangan simpan beban besar sendirian karena akan mengganggu mental kamu."

Jarak wajah Lano dan Vella begitu dekat hingga seperti orang yang sedang melakukan kissing. Bahkan Vella bisa menghirup dengan jelas aroma tubuh Lano yang begitu maskulin, begitu pun Lano, ia bisa mencium aroma tubuh Vella yang manis.

"Kalau pun hubungan Vella sama Kak Kenzo nggak sehat, Lano nggak ada urusan untuk mencampuri." Jawab Vella dengan tatapan kosong. Ia tak ingin bercerita pada Lano, karena menurut Vella ini adalah sebuah permasalahan yang tak boleh di campuri banyak pihak, biarkan Vella yang mengatasinya sendiri walaupun ia tidak yakin bisa teratasi.

Vella melepas telapak tangan Lano yang masih menempel di kedua pipinya, kemudian berdiri dan memakai tasnya.

"Vella mau pulang dan nggak perlu di antar, Terimakasih untuk hari ini." Ujar Vella yang kemudian langsung pergi meninggalkan Lano.

Tingkah Vella tadi seakan menjawab teka-teki Lano beberapa hari ini jika memang benar gadis pujaan hatinya itu memiliki affair bersama Kakaknya sendiri. Lano mengusap wajahnya kasar, ia memutar otaknya untuk merakit rencana agar mengetahui lebih jauh tentang Vella dan Kenzo.

***

Vella pulang dengan keadaan lesu dan masalah baru, apa yang Lano bicarakan tadi sukses membuatnya mati kutu dan ia memilih berlalu. Lano orang baru dan tak mungkin Vella beri tahu tentangnya dengan Kenzo.

Bicara soal Kenzo, Vella baru sadar jika seharian ini ia terbebas dari intaian Kenzo maupun Rey. Ia membuka ponsel pun tidak ada notifikasi pesan maupun panggilan dari Kenzo, aneh dan terasa sedikit menakutkan bagi Vella. Tak ingin tenggelam lebih dalam memikirkan Kenzo, Vella pun segera berlari menuju ke dalam rumah. Ia ingin segera membersihkan tubuhnya yang terasa penat. Saat sudah sampai di dalam rumah, Vella memutuskan ke dapur terlebih dahulu untuk meminum sesuatu agar dahaganya hilang. Saat sudah di dapur, ia melihat sang Bunda sedang menyiapkan makan malam untuk keluarganya santap nanti malam.

"Kamu sore sekali pulangnya, sayang?"

Vella mengambil minuman kaleng yang berada di dalam kulkas, dan kembali menutupnya.

"Iya Bun, maaf..." Jawab Vella singkat dan langsung membuka minuman tersebut untuknya teguk.

"Pasti main di kantor ya? Kamu ini jangan sering-sering gangguin Kak Kenzo, kasian."

Vella tidak menjawab Bundanya, ia memilih sibuk dengan minumannya.

"Kamu mandi dulu, udah mandi kita makan."

"Nggak nunggu Papa sama Kak Kenzo dulu Bun?"

"Papa berangkat ke Surabaya, kalo Kak Kenzo tadi ngabarin Bunda mau lembur."

Vella mengangguk, berarti hilangnya Kenzo hari ini karena sibuk dengan pekerjaannya. Ah sudahlah! Kenapa dari tadi otaknya memikirkan Kenzo? Seharusnya Vella senang Kenzo tidak mengganggunya walaupun dalam kurun waktu kurang dari satu hari.

***

-19.00, Apartemen-

Vella, gadis itu mulai bermain-main lagi dengan ucapannya. Kenzo tahu apa yang Vella lakukan seharian ini, gadisnya itu bertemu dengan keparat Lano. Yang lebih membuat Kenzo geram ketika Lano mulai berani ikut campur hubungannya dengan Vella, bahkan pria itu seperti ingin menjadi pahlawan kesiangan bagi Vella.

Kenzo meneguk kembali wine yang sedari tadi menemaninya seraya mengecek laporan-laporan dari Rey yang seharian ini Kenzo perintahkan untuk mengawasi Vella yang tersabotase oleh Lano. Kenzo muak melihat foto yang memperlihatkan miliknya di sentuh orang lain, sial! Lano benar-benar hama.

Sepertinya Kenzo sudah tidak punya waktu untuk berleha-leha lagi, plan A yang kemarin dijalankan sudah tidak efektif lagi. Kini giliran plan B yang bertindak, toh Vella pun sudah akan lulus. Lagi pula menghamili Vella akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.

Shit! Kenzo tidak sabar.

Continue Reading

You'll Also Like

265K 22.5K 77
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
2.4M 74.8K 44
JUST FICTION! 17+ "DILARANG PLAGIAT! NYARI IDE ITU SUSAH" "ANTI PELAKOR-PELAKOR CLUB" __________ Violyn Georgia Clarence gadis yang duduk di bangku...
1.8M 66.7K 73
Bukannya menjadi anak tiri, aku justru menjadi istri bagi calon ayah tiriku.
1.1M 59.2K 76
Perjodohan antar dua keluarga rasanya bukan hal yang tabu. Karena nyatanya berbagai kisah klasik sebuah perjodohan itu sudah ada banyak kisahnya. Lan...