EVALARA [✔]

By iyanapelangi

134K 8.9K 183

"Susah ya, buat bikin si kutu buku jatuh cinta sama gue..." Evan Ramdani, laki-laki berperawakan tinggi denga... More

[PROLOG]
[EVALARA • 1]
[EVALARA • 2]
[EVALARA • 3]
[EVALARA • 4]
[EVALARA • 5]
[EVALARA • 6]
[EVALARA • 7]
[EVALARA • 8]
[EVALARA • 9]
[EVALARA • 10]
[EVALARA • 11]
[EVALARA • 12]
[EVALARA • 13]
[EVALARA • 14]
INFO
[EVALARA • 15]
[EVALARA • 16]
[EVALARA • 17]
[EVALARA • 18]
[EVALARA • 19]
[EVALARA • 20]
[EVALARA • 21]
[EVALARA • 23]
[EVALARA • 24]
[EVALARA • 25]
[EVALARA • 26]
[EVALARA • 27]
[EVALARA • 28]
[EVALARA • 29]
[EVALARA • 30]
[EVALARA • 31]
[EVALARA • 32]
[EVALARA • 33]
[EVALARA • 34]
[EVALARA • 35]
[EVALARA • 36]
[EVALARA • 37]
[EVALARA • 38]
[EVALARA • 39]
[EVALARA • 40]
[EPILOG]
EKSTRA PART [1]
EKSTRA PART [2]
SEQUEL
PERHATIAN!

[EVALARA • 22]

1.9K 159 5
By iyanapelangi

Hari ini, hari pertama Laras menjalani diskors akibat kejadian kemarin di sekolah. Laras merasa bosan. Elsa belum mengetahui hal ini karena Laras memang sengaja tak memberi tahu mamanya karena takut mamanya marah.

Laras sekarang duduk di balkon kamarnya, menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajahnya lembut. Rambut nya yang terurai panjang pun tertiup angin pelan hingga sebagian rambut menutupi wajah putihnya.

Ia bilang ke Elsa, kalau ia sedang tidak enak badan. Untung saja Elsa percaya, dan akhirnya ia disuruh istirahat saja. Bahkan tadi pagi, Elsa mengajak Laras untuk berobat ke dokter. Laras langsung menolak dan memilih untuk beristirahat saja, dan meminum obat yang masih ada.

"Kenapa di luar gini? Ayo masuk, mama gak mau ya kamu kenapa-napa. Masuk angin nanti," ujar Elsa yang tiba-tiba berdiri di pintu balkon. Laras menoleh dan menyelipkan rambut nya di belakang telinga,

"Loh? Sejak kapan mama disini? Bukannya mama di bawah ya?"

"Ayo masuk," Elsa tidak menghiraukan pertanyaan Laras. Ia masih tetap menyuruh Laras agar masuk dan tiduran saja di atas kasur. Padahal itu sangat membuat Laras bosan.

Laras akhirnya mengalah dan memilih untuk bangkit saja. Ia ingin menelepon Evan, tapi ia tahu kalau Evan pasti sedang sekolah sekarang. Ia tak mungkin menganggu cowok itu.

"Aku harus apa?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia mengetuk-ngetukan bibir nya seperti orang berpikir. Sampai akhirnya suatu ide terlintas di benaknya,

"Ya! Nonton drakor!"

Sore pukul empat, Laras keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Ya, ia habis mandi. Ia pun duduk di kursi meja rias dan mulai memakai hair dryer di rambutnya. Tiba-tiba Elsa membuka pintu kamarnya,

"Ada Evan di bawah. Temuin gih,"

"Bilangin, suruh tunggu sebentar, ma!"

"Nih orangnya," kata Elsa yang mempersilahkan Evan untuk mendekat ke Laras. Laras terkejut dan jantungnya terasa berdegup kencang saat Evan berdiri di sebelahnya. Elsa tersenyum dan turun ke bawah. Suasana sekarang terasa canggung, akhirnya Laras kembali melanjutkan aktivitasnya agar menghilangkan rasa canggung dengan Evan.

"Mau aku bantu?"

Suara berat itu membuat aktivitas Laras terhenti. Tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu, Evan segera mengambil alih benda pengering rambut itu. Lalu mulai mengeringkan rambut gadisnya yang sudah mulai mengering,

"Wangi, pake sampo apasih?" Tanya Evan yang mendekatkan wajahnya di samping Laras. Laras merasakan deru nafas Evan dari samping. Ia tak dapat menahan diri untuk tersenyum sekarang,

"Aku bawa sesuatu loh buat kamu. Tapi sebelum itu, aku sisirin dulu ya rambut kamu,"

Evan mengambil sisir yang ada di atas meja rias. Menyisirkan rambut panjang itu dengan hati-hati.

Tak lama, akhirnya Evan menarik tangan Laras agar berdiri menghadapnya,

"Ayo ke bawah. Aku bawa sesuatu," ajak Evan yang terus mengenggam tangan pacarnya.

"Nih, makan gih,"

Sebungkus plastik berisi martabak manis rasa coklat keju. Laras tersenyum, dan mengangguk.

"Ayo, makan bareng," ajak Laras sambil bersemangat membuka bungkusan itu.

"Yaudah,"

Tiba-tiba suara bel rumah berbunyi. Evan bangkit dan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Ternyata tidak ada siapa-siapa. Lalu saat ia ingin menutup pintu kembali, ia melihat ada kotak berwarna merah tergeletak di lantai depan rumah Laras. Ia segera mengambil kotak itu, lalu membawanya masuk.

"Ras, ini ada kotak depan rumah. Gatau siapa yang ngasih, tiba-tiba ada didepan pintu," ujar Evan. Laras juga kaget, ia menghentikan kunyahan martabak di mulutnya.

"Masa iya kado ulang tahun? Ulang tahun aku masih lama," jawab Laras. Ia penasaran dengan isi kotak misterius itu. Tak ada nama dan alamat pengirim disana. Laras akhirnya mengambil alih kotak yang ada di tangan Evan. Ia membuka kotak itu dengan hati-hati.

Alangkah terkejutnya saat melihat katak yang tubuhnya terpotong-potong tak beraturan di dalam sana. Banyak darah yang ada di sekitar tubuh katak itu.

Ia menutup kotak itu dan melempar kotak tersebut dengan perasaan takut. Ia menekuk lututnya, dan menangis saat itu juga. Evan terkejut karena tiba-tiba Laras melempar kotak itu dan menangis ketakutan.

Evan merengkuh tubuh Laras untuk menenangkan gadis itu. Ia melirik tajam kepada kotak yang tadi dilempar oleh Laras. Elsa turun dari lantai atas, terkejut dengan putrinya yang menangis di pelukan Evan,

"Van? Laras kenapa?" Tanya Elsa khawatir. Ia duduk di sebelah Laras dan mengelus puncak kepala Laras lembut.

"Gatau, tiba-tiba nangis setelah ngeliat isi kotak merah itu," jawab Evan sambil melirik kotak itu sekilas. Lalu kembali memeluk tubuh Laras,

"Nanti aku buang kok. Kamu jangan takut lagi,"

Laras masih menangis. Ia tidak tahu siapa yang berani mengirim kotak dengan isi menyeramkan seperti itu.

Elsa beranjak dari posisi duduk menjadi berdiri. Lalu pergi ke dapur untuk membuatkan Laras minuman agar sedikit tenang. Evan mengambil kotak itu dan melihat isinya. Ia mengumpat kasar, dan mengepalkan sebelah tangannya. Lalu mengambil lipatan kertas yang ada di dalam sana. Kertas itu pun juga terdapat bercak-bercak darah akibat katak yang ada didalamnya. Ia membaca isi kertas itu dengan seksama,

Gimana? Takut kan? Haha, itu belum seberapa gaes. Selamat datang di permainan gue.

Selamat menangis-nangis ria, cantik:)

I hate you!.

Evan mengepalkan kedua tangannya. Ia merobek kertas tersebut dan membuang semuanya ditempat sampah. Ia kembali mendekat ke arah Laras yang sedang minum teh hangat buatan Elsa.

"Tante, saya izin pulang ya. Ada hal yang harus saya selesaikan," pamit Evan dengan nada datar. Elsa mengangguk dan akhirnya memandangi pemuda tersebut keluar dari rumah. Ia melirik Laras,

"Udah mendingan?" Tanya Elsa, Laras mengangguk lemah,

"Laras takut, ma," lirihnya.

"Ada mama, ada Evan. Ga ada yang perlu kamu takutin. Kalau ada yang berani macem-macem sama kamu, bilang aja,"

Di lain tempat, Mila dan kedua sahabatnya bertos ria saat setelah menyelesaikan misi pertama mereka menghancurkan Laras. Ya, mereka lah yang mengirimkan kotak tersebut didepan rumah Laras.

"Tenang, itu masih pertama. Besok akan ada yang lebih seru lagi!" Ujar Mila sambil tersenyum licik. Senyumnya pudar saat mendengar dering telepon berbunyi dari tas nya,

"Iya Yah?"

"....."

"Iya, ini Mila pulang. Tunggu sebentar,"

"...."

Tut tut tut

Mila mendengus sebal sambil menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Cinta dan Askia menatap bingung Mila,

"Kenapa lo?"

"Bokap nyuruh gue balik. Gatau ada apa. Kayaknya penting,"

"Yaudah, tapi anterin kita balik dulu lah," kata Cinta bersemangat, begitupun dengan Askia. Mila memutar bola matanya malas. Dan akhirnya mengangguk,

Mereka bertiga pun masuk ke dalam mobil milik Mila.

"Lagi diskors, tapi malah keluyuran. Sini, kasih kunci mobil kamu ke Ayah!" Telapak tangan Ayah terbuka, menagih sesuatu. Mila menggeleng cepat,

"Gak!" Bantah Mila yang langsung saja berlari ke kamar. Membanting pintu secara keras, dan menguncinya agar Ferdi tidak masuk.

Ferdi mengepalkan kedua tangannya, anak tirinya itu sangat susah di atur. Kalau boleh ia memilih, ia lebih baik mengatur Laras dibanding Mila.

Di lain tempat, Evan memilih untuk ke rumah Sadam. Sadam yang merasa kedatangan tamu pun segera membuka pintu rumahnya,

Terkejut ketika melihat Evan datang dengan wajah datar nan dinginnya.

"Ngapa lo, bro? Ada masalah?" Tanya Sadam bingung. Evan tak menjawab, dan malah nyelonong masuk begitu saja, lalu duduk di sofa ruang tamu,

"Bantuin gue, Dam,"

"Bantu apa?"

"Laras lagi dalam masalah. Ada orang yang neror dia,"

"Neror? Maksud lo?" Tanya Sadam tak mengerti.

"Tadi ada yang ngirim kotak gitu. Gatau siapa yang ngirim, tiba-tiba ada didepan rumah. Pas Laras buka, ternyata isinya bikin Laras takut setengah mati,"

"Apaan emang isinya?"

"Tubuh katak yang di mutilasi," jawab Evan datar, tatapannya serius menghadap ke arah Sadam. Sadam mengepalkan kedua tangannya setelah mendengar jawaban sahabatnya itu,

"Sialan! Selain katak ada apa lagi?"

"Ada kertas, tulisannya ya gitu. Katanya kalau itu belum seberapa. Gue yakin, Dam, pasti tuh orang bakal nyelakain pacar gue lagi. Gue gak bisa diginiin, gue gak mau pacar gue terluka sedikitpun,"

Sadam menghela nafas gusar, "gue juga ikutan khawatir nih, Van. Kalau ngga, tuh si peneror bakalan ngelukain Laras,"

Evan mengangguk dan melepas dasi abu-abu yang terasa tercekik di lehernya. Ia merasa tidak tenang sekarang, ia takut Laras kenapa-napa. Kalau sampai gadis itu kenapa-napa, bisa dipastikan kalau Evan tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

EVAN LAGI NYARI SIAPA YANG NEROR TUH. KALAU KALIAN PASTI SUDAH TAHU KAN SIAPA YANG NEROR? WKWK.

YUK, IKUTI TERUS KISAH CINTA EVAN DAN LARAS.

THANK YOU!



Continue Reading

You'll Also Like

596K 22.1K 68
Arka Revano Abraham, cowok tampan yang tak mempunyai sifat prikemanusiaan. Cowok dengan sifat sedingin es, dan sekeras batu. Kecelakaan yang terjadi...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
16.4K 1.4K 46
Al Azan Nugroho, murid baru yang sudah menggegerkan seantero SMA Wismagama. Cowok bak es itu bukan hanya saja wajahnya tampan, namun juga seorang ket...
190K 9.4K 40
#16 in teenfiction (8 April 2018) Kehidupan Kayla yang tadinya baik-baik saja, sekarang berubah drastis karena adanya sosok Alka. Hari-harinya menjad...