Love Scenario [END-COMPLETE]

By Velova95

564K 33.9K 2.1K

DEWASA MUDA 21++ SEBAGIAN CERITA DIPRIVASI FOLLOW UNTUK BISA MEMBACA! Sinopsis: Keynal psikopat yang bucin ba... More

PROLOG
Intro: the beginning
SATU: VERANDA
DUA: KEYNAL
TIGA: B o y f r i e n d
EMPAT: T a k e n
LIMA: A l l N i g h t
ENAM: B y M y S i d e
TUJUH: C o m p l i c a t e d
DELAPAN: D r e a m c a t c h e r
SEMBILAN: E u p h o r i a (21+)
SEPULUH: Drama Kotor
SEBELAS: F a l l i n g i n L o v e
DUA BELAS: G a m e O v e r
TIGA BELAS: H o r m o n e s (20+)
EMPAT BELAS: i l l u s i o n
LIMA BELAS: J a m a i s V u
ENAM BELAS: L o v e M a z e
TUJUH BELAS: Kemah Rasa Bulan Madu
DELAPAN BELAS: Berkemah 2
SEMBILAN BELAS: Killing Me
DUA PULUH: Nevermind
DUA SATU: 3 Hati 1 Cinta
DUA DUA: Garis Kematian
DUA TIGA: Other People
DUA EMPAT: Please give me one more Chance
DUA LIMA: Pertenakan Cinta
DUA ENAM: Love and secrets
DUA TUJUH: Dia atau Aku
DUA DELAPAN: Reverse
DUA SEMBILAN: Nikmat Dosa Terindah
TIGA PULUH: BACKSTREET(?)
TIGA SATU: Stay With You
TIGA DUA: Mba Leo dan Bang Capricorn
TIGA TIGA: Depression ! ! !
TIGA LIMA: Veranda Hamil?
TIGA ENAM: Psikopat dan Pembunuh Berantai
TIGA TUJUH: Rahasia Jessica Veranda
TIGA DELAPAN: 'Cause I'm Yours
TIGA SEMBILAN: Terdampar di Pulau Misterius
40. Darah, Keringat dan Air mata
EMPAT PULUH: Rumah Angker di Hutan Belantara
EMPAT SATU: Lukisan Tua Yang Hidup
EMPAT DUA
EMPAT TIGA: Threesome
EMPAT EMPAT : Can I get to your soul?
EMPAT LIMA: Love and Relationship
EMPAT ENAM: Menuju Akhir
EMPAT TUJUH:
EMPAT DELAPAN: Dia pergi
Epilog: LOVE IS NOT OVER

TIGA EMPAT: Pembunuhan, Misteri Kematian!

4.7K 491 54
By Velova95

Warning bukan adegan dewasa hanya saja...
baca sampai akhir.

“Aku lelah dengan segala yang palsu. Orang-orang palsu, senyum palsu, harapan palsu dan cinta palsumu.”

🍇🍇🍇

K E Y N A L   PoV

Apakah kau pernah, merasa dunia begitu tidak adil, sampai rasanya kau ingin mati?

Pernah.

Kapan itu?

Ketika aku masih murid SMP dan yang ku pedulikan adalah diriku sendiri.

Saat itu adalah masa-masa tergelap dalam hidupku. Dimana tak satupun di dunia ini yang tak ku benci, termasuk diriku ini. Sebab, aku merasa tak ada yang berjalan baik dalam kisahku, perasaan resah gelisah jalani kenyataan hidup tanpa gairah.

Kenapa seisi dunia seolah bersengkokol untuk menambah deritaku?

Orang lain bahagia pun, layaknya sebuah kejahatan dari sudut pandangku. “Kenapa?”, kata tanya ini seakan telah diatur untuk selalu terngiang dalam benakku tapi, tak kunjung ku mengerti.

Aku ingin mati, tapi takut bunuh diri. Hidupku menggantung jiwa dan ragaku mungkin masih menapak di bumi, tapi batinku bak mati. Tidak ada barang sepercik semangat di sana.

Kalian pikir, ini tidak menyakitkan?

Salah, kalian salah.

Tak ada yang lebih menyakitkan, dibanding kau terpaksa tetap hidup di dunia fana ini. Sedangkan keinginan untuk mati begitu kuat.

Kenapa aku ingin mati katamu?

Tanpa “Ingin” pun, semua manusia pasti akan mati, bukan?

Bagiku ‘mati’ bukan lagi jalan untuk menyelesaikan masalah. Tinggal berharap Tuhan sudi mencabut nyawaku begitu saja, tanpa rasa sakit lain yang perlu ku terima.

Di bawah matahari yang meledak-ledak. Keringat begitu keras melumuri tangan malaikat dan aku yang terpingsan-pingsan di dekat pintu. Memandang wajah Naomi dengan gaib asmaradana.

“Beri aku ciuman sebelum nyawa erenggang. Meninggalkan tanah surga yang jalang rupawan.”

Dan matahari mulai lingsir kesebelah wuwung
malaikat merayap-rayap mencari letak nyawa. Tangis begitu mengharap, hingga ini kamar bagai debur gelombang. Tangan menggapai meraih-raih alam lain yang penuh camar.

“Beri aku ciuman biar segera melesatkan sukmaku dan terlemparlah bangkai badan dari birunya semesta.”

Tidak perlu memendam atau melakukan semuanya sendirian, carilah seseorang untuk mencurahkan isi hati dan sekiranya bisa memberikan nasehat, solusi dan semangat jika tidak ada. Kalian masih memiliki Tuhan yang selalu ada untuk kalian, ceritakan semua pada-Nya, Tuhan adalah solusi terbaik.

Jangan anggap remeh orang yang ingin bicara denganmu, mungkin dia punya sesuatu beban yang ingin disampaikan. Tiap orang punya kekuatan berbeda, dalam menghadapi masalahnya.

Tersenyum di luar ... Belum tentu di dalam dia juga seperti itu kan. Mulailah dari orang terdekatmu, istrimu... suamimu, anak-anakmu, orangtuamu atau bahkan sahabatmu.

“Satu pelukan hangat bisa sembuh. Lakukan itu, jika kamu menyukainya.”

Tanyakan ke mereka, “apa kamu baik-baik saja?”

Aku harap, kalian tidak seperti diriku yang malang ini, kau harus bahagia.
Jangan pikirkan apapun!

Aku tak pantas untuk kalian kasihani.

🍇🍇🍇🍇

Ketakutan yang tidak diketahui tengah berdiri di depanku. Aku mencari tanganmu dalam kegelapan. Ketika aku merasakanmu, aku akan terbang ke langit. Melukis mimpimu di dalam hatiku, ketika terasa sulit, maka terimalah.

Pundak dan hatiku akan mendekapmu yang lelah, jadi kau tidak perlu takut. Kau tidak punya alasan untuk menangis. Aku dan kamu terus menepis segala keinginan yang ada, meski kita selalu mencoba untuk melupakan perasaan ini. Pernah ada hasrat untuk saling memiliki, namun apalah daya semua itu mustahil bagi kita.

Aku percaya, tidak ada lagi air mata. Kau tau, esok matahari akan terbit. Kamu tak akan pernah menangis. Biarkanlah begini saja kupendam di dalam dada karena cinta tak harus memiliki. Berharap malam ini kau ada di mimpiku menggenggam erat hatiku. Kau takut kehilanganku, aku pun sama halnya denganmu.

Aku adalah bintangmu yang bersinar terang di langit malam. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh, ku yakin kau akan memiliki kekuatan. Segalanya akan baik-baik saja, sebab aku di sini, bersamamu. Aku akan melepas seluruh tubuhku untukmu.

Tangis di matamu, aku akan menghapusnya. Saat hujan, aku akan menjadi payungmu. Bentangkan sayapmu kita harus terbang tinggi. Setelah waktu berlalu, sesudah kesedihan berakhir, luka akan menghilang. Lalu setelahnya kita akan menyelam ke laut besar tanpa rasa takut.

Hanya satu hal, ingat itu. Tiada lagi kesedihan bahkan jika dunia menyakitimu dan menipumu lagi, maka disaat yang sama aku akan selalu memelukmu. [SHINTA NAOMI]

🍇🍇🍇🍇

Di sisi lain...

Disaat Keynal tengah terpuruk berjuang melawan penyakitnya. Veranda justru sedang berbahagia menikmati makan malam romantis bersama Alif. Benar, sebelumnya mereka memang sempat bertengkar, karena masalah kemarin. Namun hari ini keduanya kembali bersama.

Alif menjelaskan, apa yang Veranda lihat kemarin hanyalah salah paham semata. Pemuda itu juga mengaku wanita yang bersamaan di kafe ini adalah saudarinya, terlepas dari benar atau tidaknya penjelasan tersebut, apapun dikatakan kekasihnya. Veranda selalu mempercayai. Kau tentu paham, cinta memang membukakan bukan begitu?

Ve menyayat beef steak-nya. Daging tersebut mengeluarkan cairan beraroma anggur fermentasi. Terdapat gradasi warna merah dan pink saat potongan daging itu diangkat ke udara, pertanda dimasak setengah matang sesuai pesanan.

Alif meraih tangan Veranda lalu menggenggamnya. “Ve, setelah ini aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang indah, malam ini akan menjadi malam yang tak akan pernah kita lupakan.”

“Kemana?”

“Rahasia.”

🍇🍇🍇🍇

Sekitar pukul setengah dua belas, Veranda terbangun dari tidurnya. Di sekelilingnya tampak gelap. Semua yang ada dalam kamar terasa asing. Ini bukan kamarnya, pikir Veranda. Veranda tahu dirinya berada di mana, kamar Alif.

Setelah sadar bahwa tubuhnya hanya terbalut selimut berwarna hitam yang membingkai ranjang besar itu. Perlahan Veranda mencoba menyingkirkan tangan yang tengah memeluk tubuhnya.

Kulit putih Alif terlihat kontras dengan kulit Veranda, ketika mereka saling bersentuhan. Pemuda disampinya ini tertidur dengan nafas teratur dan tanpa busana. Mata Veranda menelisik setiap sudut kamar yang dipenuhi dengan nuansa berwarna putih.

Meski lampu dimatikan ia masih bisa melihat dengan jelas karena di luar rembulan bersinar terang. Dilihatnya, pakaiannya tergelak berserakan tanpa aturan memenuhi ruangan kamar. Veranda berjingkat penuh hati-hati menuruni tempat tidur. Dengan langkah yang sengaja dibuat sangat pelan, agar Alif tidak mendengarnya.

Dia tidak ingin kekasihnya terbangun, Veranda buru-buru memunguti pakaiannya di lantai begitu ujung kakinya menyentuh karpet. Veranda berlari kecil tanpa suara menuju kamar mandi untuk mengenakan semua pakaiannya. Dengan tangan dingin, Veranda menutup pintu kamar mandi rapat-rapat. Dia berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh dan berpikir apa telah mereka lakukan semalam.

Mengapa? ia begitu mengikuti hawa nafsunya.

Apa karena Alif adalah pemuda yang ia cintai, sehingga dengan mudah Veranda memberikan semuanya untuk Alif, termasuk membiarkan Alif mencicipi kemolekan tubuhnya. Veranda bersandar sejenak di balik pintu, menghirup udara dalam-dalam, senyum mengembang di wajahnya. Seakan tak rasa penyesalan sedikit pun di dalam hatinya.

Veranda tidak pernah merasa khawatir sebab dia memiliki Alif pacar yang begitu sempurna, baik dari segi fisik maupun materi. Juga Keynal, laki-laki mencintainya setengah mati dan rela melakukan apapun untuk dirinya.

Jika Veranda hamil, dia hanya perlu menunjuk salah dari dua laki-laki itu untuk bertanggung jawab menikahinya cukup sederhana bukan?

🍇🍇🍇🍇

Seorang gadis cantik memasuki villa besarnya dengan cara mengendap-ngendap takut ketahuan. Veranda pulang tepat jam 1 dini hari. Terakhir kali dia pulang larut malam begini, dia dihukum tak boleh keluar rumah selama seminggu. Entah, apa lagi hukuman yang diberikan oleh kedua orang tuanya bila mereka memergokinya.

“Non, Veranda baru pulang?” ucap pria paruh baya saat Veranda baru saja melangkahkan satu kaki masuk kedalam pintu. Gadis itu menengok ke ruang tamu, dia kesulitan menelan air ludahnya sendiri. Veranda menghela napas lega, ternyata orang itu Ayah Keynal ia pikir Papanya.

“Em paman, saya minta paman jangan bilang siapa-siapa ya, kalo saya pulang telat,” seru Veranda penuh kehati-hatian dalam hati terus berdoa kepada Tuhan.

“Oh, masalah itu Non Veranda tak perlu resah gak berani saya mah.” Veranda tersenyum.

“Paman dari mana? tumben masih ada di sini biasanya langsung pulang.”

“Ini Non, saya teh habis nganter obatnya Keynal.”

“Hah obat? Keynal sakit apa?”

“Non Veranda mau kemana?” Tanpa menjawab panggilan Pak Dewan, Ve segara menuju ke kamar Keynal.

Krik... ! ! !

Veranda memutar handle pintu, ruangan pun terbuka lebar menampakkan sosok Keynal yang tengah berbaring di atas kasur. Tubuhnya membelakangi Veranda.

“Nal....” Suara Veranda terdengar begitu lembut, menyapu gendang telinga Keynal.

“Hemmm..” Keynal berdehem dan masih mempertahankan posisi semula.

“Kamu habis dari mana Ve? Kenapa jam segini baru pulang?” Keynal bersuara dengan nada pelan, tapi tajam.

“Aku, habis main bareng Shania dan Yona.”

Veranda berjalan ke arah ranjang lalu duduk penyamping dengan menyilangkan kaki kiri di atas kaki kanan.

“Oh gitu. Tapi harus ya, pulang sampe pagi?” Keynal menutup mata meredam rasa tertusuk di dada.

“I-itu, karena tadi aku sempat ketiduran di rumah Shania dan mereka tidak membangunkanku.”

“Bagian mana yang sakit? biar aku pijitin.”

“Gak usah, mending istirahat aja, kan besok sekolah.” Keynal menarik tangannya yang dipegang Veranda.

“Oh yaudah, aku ke kamar ya.” Keynal mengangguk lemah.

Veranda beranjak dari duduknya. Ia berdiri lalu sedikit membungkuk, sebelum pergi Veranda lebih dulu mendaratkan bibirnya di kening Keynal dan tersenyum penuh arti.

Veranda keluar dan menutup pintu kamar Keynal bertolak menuju kamarnya untuk beristirahat. Setelah gadisnya pergi, barulah Keynal mengubah posisinya menjadi terlentang dan mulai berpikir. Jangan sampai Veranda melihat keadaannya yang sangat kacau.

Keynal tak mau membuat Veranda khawatir, tentu saja ia ingin selalu terlihat kuat dan tegar di hadapan gadis itu. Keynal belum siap menceritakan segalanya,  apalagi tentang penyakitnya. Keynal takut Veranda akan meninggalkannya jika Ve tahu yang sebenarnya.

Keynal menghabiskan waktu dengan memandangi langit-langit kamar. Tapi hal itu belum cukup, untuk membuatnya rileks dan merasa tenang. Kini ia mulai memejamkan mata, namun insomnia selalu datang menyiksa. Keynal tidak bisa tidur lebih dari 2 jam sehari, atau bahkan ia bisa berubah menjadi seperti zombie karena tidak tidur sepanjang malam.

Kebanyakan orang tidak ingin mendengar ini, tetapi hubungan yang nyata akan berakhir melibatkan banyak pengampunan. Kamu harus menerima kenyataan, bahwa pasanganmu tidak sempurna. Akan menyakitimu, mengecewakanmu & membuat kamu marah. Kamu harus mencari tahu, apakah kamu bersedia naik turun dengannya?

🍇🍇🍇🍇

Seminggu sudah berlalu, sisw-siswi SMAN48 sudah melaksanakan ujian kenaikan kelas dan kelulusan sekolah. Tapi mereka masih belum boleh santai-santai sebab pengumuman remedial masih menanti, semua anak masih ada yang belajar untuk berjaga-jaga kalau ada mata pelajaran yang belum tuntas.

Tapi tidak berlaku untuk Veranda. Semua mata pelajaran tuntas dengan hasil yang baik, bahkan ada beberapa diantaranya yang bisa dibilang sempurna. Semua anak yang sedang berkemurun di depan mading itu, langsung melihat ke arah Veranda.

Bagaimana tidak? untuk ketiga mata pelajaran saja Veranda mendapatkan hasil yang sangat bagus. Di sana jelas tertulis pengumuman remidi dan peringkat nilai dari masing-masing kelas.

“Matematika 98, sejarah 95, bahasa Inggris 100, Ve lo hebat!! Selamat! Gue bangga sekali,” kata Shania sambil memeluk Veranda sangat erat.

“Aduuhh.. Shanju lepas.. Gue gak bisa bernafas tau.”

“Hehe … Maaf, gue gak bisa menyembunyikan rasa kagumku padamu. Lo keren banget Ve!”

“Iya, makasih.”

“Huftt.. Gue matematika hanya dapat nilai 78, sejarah 85, bahasa inggris 80.”

“Jangan berkecil hati, itu kan nilai yang bagus,” kata Veranda sambil menghibur Shania.

“Eh iya, tidak semua mata pelajaran hasilnya diumumkan di papan pengumuman seperti ini. Ah kalo gini kita yang kerepotan, jika tiba-tiba kita kena remedial dan terpaksa harus ikut perbaikan nilai mendadak,” kata Yona mengeluh.

“Iya, lo benar juga.”

“Tapi gak buat lo Ve? Gue tau lo berada di zona yang sangat aman, lo hanya tinggal diam, menunggu, dan duduk manis saja. Tidak perlu memikirkan bagaimana nasib nilai UAS mu. Hehehe…”

Mendengar perkataan Yona, Veranda hanya membalasnya dengan senyum kecil.

“Ayo kita ke…” Veranda berbicara pada Shania dan Yona tapi mereka sudah tidak ada di sampingnya.

“Yona, Shania? Kalian mau kemana?”

“Hei, Ve sini deh!”

“Ada apa?”

“Kita liat hasil punya kelas 11 yuk!” Usul Shania yang langsung dianggguki Yona.

“Hm? Untuk apa kalian melihat hasil UAS kelas 11?” tanya Veranda. “Jangan-jangan mau kepoin nilai Boby ya.” Veranda menatap Shania penuh curiga.

“Gak, gue hanya pengen tau aja, tahun ini siapa peraih nilai UAS tertinggi.”

“Whoa!! Kelas 11 rangking 1 Devin Keynal Putra, Bahasa Inggrisnya dapat nilai sempurna! Matematika 98, Fisika 96, Biologi 95, Kimia 97. Ya ampun, dia benar-benar lelaki sempurna ya~. Udah tampan, baik, jenius pula. Satu kata untuknya cowok idaman.” Tutur Yona sambil memuji kelebihan Keynal kuping Veranda panas dibuatnya.

“Yaudah yuk, kita pergi dari sini!” Veranda menarik tangan Shania dan Yona meninggalkan tempat itu.

Dari arah berlawanan Keynal dan Naomi berjalan beriringan menuju papan pengumuman di mading depan kantin. 2 hari ini suasana sekolah sedang bebas. Bebas dalam artian bahwa sekolah ini meniadakan pelajaran karena ujian semester kedua baru saja selesai.

“Permisi, awas minggir-minggir!” Keynal membelah keramaian seraya menarik pergelangan Naomi.

“Gue berani bertaruh, gue pasti kena remidi.” ujar Naomi menyakinkan Keynal.

“Jangan sok tau! Lagipula suruh siapa pas ujian berlangsung lu malah membayangkan Pak Azka guru Bahasa Inggris itu,” seru Keynal sambil mencubit hidung Naomi. Mereka berdua pun melihat selembaran kertas yang ditempal di mading kaca itu.

“Yes, gue gak remedi!” teriakan bahagia Keynal sambil mengepalkan tangannya ke atas. Hingga dirinya melahirkan pusat perhatian semua murid.

“Sumpah demi kerang-kerang di lautan, gue remidi,” lirih Naomi mendadak lemas ketika mengetahui bahwa dirinya benar-benar remidi.

“Apa gue bilang ucapan adalah doa, tapi ga usah khawatir. Gue bakal nemenin lu.” Keynal berbisik lembut sambil menepuk pundak Naomi.

“Gue bisa gila Nal!” Gumam Naomi lalu mengacak-ngacak rambut blondenya.

“Oh iya remidinya kapan?”

“Hari ini jam pertama....” Naomi membaca jadwal di kertas itu.

“Kalo gitu ayo kita ke ruang ujian sekarang, karena sebentar lagi akan dimulai.” Naomi hanya pasrah saat Keynal kembali menarik tangannya.

“Mi, lo di ruang berapa?”

“Ruang 6,” jawab Naomi. Beberapa menit kemudia mereka tiba pun di ruangan yang dimaksud.

“Yaudin lu masuk gih! Biar gue tunggu di sini aja!” Keynal mendorong tubuh Naomi masuk ke dalam kelas.

“Tapi beneran ya, lo jangan kemana-mana, tunggu sampe gue kelar remidi,” ucap Naomi memelas.

Keynal tersenyum dan menuntun Naomi sampai ke bangkunya. “Iya Nyai, ini bangku lu, ayo duduk!” Setelah itu, Keynal segera meninggalkan ruangan dan menunggu di luar.

🍇🍇🍇🍇

Satu jam berlalu, Keynal masih setia menunggu di depan ruang kelas. Dari arah koridor sebelah timur Boby dan Dyo berjalan menghampiri Keynal.

“Hey, Bray apa kabar?”

Pertanyaan itu dilontarkan oleh keduanya untuk Keynal yang kini sedang berdiri tegak menghadap ke tepian balkon sekolah. Sorot obsidian kembarnya memandang lurus ke bawah, lebih tepatnya ia tengah memperhatikan teman-temannya bermain basket atau pun lari-larian tidak jelas.

“Woi bro, alhamdulillah baik.”

Keynal berbalik dan langsung berjabat tangan saling membenturkan bahu dengan Boby, dan melakukan tos tinju pada Dyo diiringi binar mata legamnya serta senyumnya yang khas. Seperti itulah Keynal, ia akan selalu bersikap tegar di depan semua orang meski sebenarnya ia jauh dari kata sehat.

“Gimana Boy, lu gak remidi kan?” Boby menggeleng cepat.

“Ya enggaklah Key, Boby si imut ini mana pernah remidi.” Dyo seketika mual mendengarnya.

“Dan lu gimana?” Boby balik bertanya.

“Kita sama,” jawab Keynal singkat dan jelas.

“Kalo lu Dyo?” Keynal menatap ke arah Dyo saat cowok itu akan menjawab Boby justru mendahuluinya.

“Wah dia terlalu Nal, remidi tiga mata pelajar sekaligus.” pernyataan Boby membuat Dyo sukses membulatkan matanya yang sipit.

Sungguh pengkhianatan yang menyakitkan, padahal sebelumnya Boby sudah sepakat untuk merahasiakan ini dari Keynal. Lalu kenapa sekarang dia malah membeberkan semuanya.

“Wah lu parah sob, kebanyakan nonton anu sih lo!” Keynal menoyor kepala Dyo sembari tertawa mengejek.

“Sakit bego, kek lo suci aja Nal!” ucap Dyo sambil menahan napas dalam hati. Ia mulai mengutuki Keynal dengan berbagai nama hewan yang ada di kebun binatang.

“Betewe otot lo makin seksi aja Key, gue jadi pengen ngajakin lo main jungkat-jungkit tengah malem.” Perlahan seringai nakal tercetak di bibir tipis Boby alhasil bulu roma Keynal seketika meremang.

“Sial, lu pikir gue cowok apaan? Lagian ya Boy, kalo pun lu cewek gue masih mikir seratus kali buat nidurin lu.”

“Iya tau selera lo kan bidadari.” Mereka pun tertawa dengan lelucon barusan.

“Key!”

“Apa Boy.”

“Diantara Veranda, Naomi dan Yona siapa yang akan lo pilih?”

“Ya pilih yang paling tinggilah,” jjar Dyo seolah mewakili Keynal.

“Gue gak nanya loe anjay. Rempong bener mentang-mentang lo fanboynya Veranda.”

“Dyo benar Boy, gue pasti milih paling tinggi dan paling besar,” kata-kata Keynal seolah terdengar ambigu.

Paling tinggi? Paling besar? Boby si pemuda polos itu jadi berpikir keras.

“Ah ngaco lo, gue sama Dyo mau ke kantin dulu ya, bye.”

Keynal hanya memperhatikan kepergian kedua temannya itu, lalu kembali memandang lurus ke depan. Tak lama setelahnya, Naomi keluar dari ruang ujian dan mendekatinya.

“Key!”

“Eh Bun, gimana remidinya?”

“Lumayan bikin pening. Laper nih, isi perut yuk.”

“Makan pecel aja gimana?”

“Boleh deh.”

“Sini biar gue bawain tasnya, ayo!”

Keynal memindahkan ransel Naomi ke tangan kirinya sementara tangan kanannya merangkul pundak gadis itu. Mereka berdua pergi keluar menuju warung nasi pecel belakang sekolah. Lima menit kemudian keduanya suasana yang begitu ramai tak mengurung niat mereka untuk maka di Warung bu Nanik.

“Lu tunggu di sini ya biar gue yang pesen.”

“Gue tunggu di depan aja Nal, pengap gue di dalam.”

Naomi pergi keluar dan duduk di meja depan. Sementara Keynal sibuk dengan pesanannya sambil sesekali membalas cendaan teman seangkatannya.

Keberadaan warung itu memang indah, bila di lihat oleh seorang yang mengerti tentang tata letak bangunan, dan bangunan sederhana itu di design sebagai tempat yang nyaman. Di depan terdapat pohon buah kersen atau talok yang lumayan sebagai tempat berteduh dari teriknya matahari.

Warung yang di dominasi bahan bangunan dari bambu hitam dengan atapnya yang hanya terbuat dari ijuk itu indah sekali, bila di teliti lebih cermat lagi oleh kita. Bangku tempat duduk dari bambu hitam, itupun nampak asri di tempatkan di pinggiran warung yang terdesign indah.

Warungan pecel dengan tatanan dagangan seadanya. Dari mulai aneka gorengan, ikan asin, sayuran, tempe, tahu tertata apik di warung itu, disimpan di dalam kaca yang di sett khusus agar lalat-lalat nakal tak mengerubungi dagangannya, sehingga terjaga kebersihannya.

Memang sekilas bila di cermati tukang warungnya adalah seorang yang apik dan mengerti tentang tata-cara dagang yang baik, walau terletak belakang sekolah. Namun tatanan warungannya itu sangat tertata dengan baik, sehingga dipastikan banyak murid yang bentah bilang berada di tempat itu.

“Oh iya Key, lu kapan nikah?”

“Ah bang Bagas gimana sih? Boro-boro nikah, pacar aja gak punya.”

Keynal menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh kakak kelasnya yang berpenampilan uraka duduk sambil memakan nasi pecel bersama beberapa orang temannya.

“Ngapain sibuk nyari cewek lain coba? Orang di dekat lo udah ada cantik. Kalo gue jagi lo Key, gue gak akan mikir dua kali deh buat lamar Naomi. Dia itu udah cantik, sexy dan gak neko-neko lagi, kurang apa sih?”

“Bagas benar Nal, kalo ada yang dekat, buat apa cari yang jauh? Apalagi ngarepin yang belum pasti kayak Veranda, dia kan udah punya Alif.” Ucap kawannya yang lain turut menimpali.

“Naomi gak kalah hot kok dari Veranda, malahan lebih sexy. Kita jamin lo bakal betah di ranjang.”

Entah kenapa ujaran teman-teman membuat Keynal cukup meradang. Untuk apa membanding Veranda dan Naomi? Toh mereka punya keistimewaan masing-masing, sama spesialnya di hati Keynal.

Naomi, gadis itu sudah lama tinggal di hati Keynal, tapi tiba-tiba Veranda datang dan mengambil alih segalanya. Memegang kendali akal dan jiwa Keynal sepenuhnya.

“Permisi ya bang, saya mau ke depan dulu.”

Keynal segera mengambil pesanan dan pergi menghampiri Naomi. Keynal membawa dua piring nasi pecel lengkap dengan kerupuk rempeyek.

Sesampai di depan pintu Keynal kaget kenapa ada Yona duduk di sebelah Naomi, tapi setelah itu Keynal menguasai dirinya berjalan cuek melewati Yona. la meletakkan satu piring disisi Naomi dan satu piring disisinya.

“Lah, punya aku mana?” 

Keynal melirik sekilas ke arah Yona kemudian mulai memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya selepas berdoa.

“Lo punya dua tangan dan dua kaki, bukan putri duyung kan? Jadi gerak sendiri.”

“Kok kamu pilih kasih sih Nal?”

“Sori, gue cuma ngelakuin ini buat cewek yang gue sayang. Dan gue gak demen baperin anak orang soalnya. Paham kan.”

Dan perdebatan itu pun berlanjut tanpa Naomi pedulikan. la hanya memakan nasi pecelnya tanpa berbicara sepatah katapun. Pikiran Naomi melanglang buana. Bagaimana jika nilai nya menjadi lebih rendah dari semester kemaren.

Bagaimana kecewanya ibunda Naomi kepadanya. Dan masih banyak pikiran-pikiran negatif berada dikepalanya saat ini. Mau bagaimana lagi, Naomi tak terbiasa mencampuri urusan orang lain, apalagi dengan adik kelas yang tidak begitu dikenalnya.

Naomi cuma tahu Yona naksir Keynal hanya itu tidak lebih. Yona mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh menatap kesal ke arah Keynal dan Naomi, kemudian pergi memesan makananya sendiri.

“Tuh orang, ngapain sih dimari?” tanya Keynal menoleh ke arah Naomi duduk di sampingnya.

Naomi mengambil aqua gelas dan melubangi tutup gelas plastik yang berisi air mineral dengan sedotan. “Nyariin lo katanya, kangen mungkin.”

“Kita cepat habisin makananya, terus pergi. Eneg gue di sini.”

“Udahlah Key, nikmati aja masih beruntung lo punya penggemar terbaik. Ya walaupun cuma dia sendiri yang buta dan nganggep lo kayak pangeran Hans di film frozen.”

“Gue lebih baik gapunya penggemar daripada cuma jadi beban buat gue.” Keynal memasang mimik sebal, sembari menusuk tutup plastik aquanya persis seperti yang dilakukan Naomi.

🍇🍇🍇🍇

Kring … Kring ... Kring ...

Bel surga yang dinanti-nanti oleh para murid akhirnya berbunyi tiga kali, pertanda bahwa jam pelajaran hari ini telah usai. Semua siswa-siswi dengan bahagianya merapihkan buku-buku dan memasukkannya tas. Tentu saja kelas Veranda yang paling cepat kosong setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Ve tidak langsung pulang karena hari ini adalah jadwalnya untuk menempel puisinya dimading. Iya, setiap hari semua murid diharuskan menyetorkan puisi. Hari ini adalah hari terakhir dan kebetulan adalah jadwal Jessica Veranda. Karena Ve adalah siswi yang introvert jadi ia menempelnya pulang sekolah saat koridor benar-benar sepi.

Tentu saja hal ini dimaksudkan agar tidak ada orang yang tahu jika Ve yang menulis puisi itu. Veranda menempelkan puisinya dimading dengan senyum yang tidak bisa ia sembunyikan. Puisi itu berisikan tentang seseorang, tentang senyum laki-laki yang berhasil membuatnya merangkai kata-kata itu menjadi sebuah kalimat yang indah.

“Puisinya bagus.”

Veranda menoleh kebelakang dan melihat senyum seseorang yang ada di dalam puisi tersebut. Tanpa pikir panjang Veranda segera memeluk sosok laki-laki yang ada di hadapannya kini.

Keynal meneguk salivanya berat. Pelukan yang Veranda berikan, menambah keinginannya untuk memiliki sosok ini. Katakanlah, ia tak rela memberikan Veranda pada Alif.

Katakanlah ia tak suka melihat Veranda bahagia bersama Alif. Benar Keynal mulai gila dengan pikiran–pikiran liar yang merasuki otaknya. Cap lah ia sebagai orang tak waras, atau apapun itu.

“Kenapa?” tanya Veranda setelah melepaskan pelukannya.

“Kau cantik sebagaimana kau apa adanya. Masa depan yang mempesona dan cerah di depan matamu. Setiap langkah yang kau ambil, energi positif melingkupi sekelilingmu. Bak sebuah bunga baru saja jatuh tertiup angin,” ucap Keynal menatap Veranda begitu dalam.

“Ya ampun sejak kapan kamu jadi sok puitis gini. Ya udah kita pulang.” Veranda menarik Keynal keluar dari gedung sekolah.

🍇🍇🍇🍇

V E R A N D A   PoV

Siang ini selepas pulang sekolah, Keynal mengajakku untuk bersepeda. Dia bilang, kami menyusuri dan menuruni lembah pedesaan. Keynal mengunakan helm dan kacamata pelindung dari sinar ultraungu. Dia memakai celana dan kaos olahraga tanpa lengan, dengan bantalan yang cukup tebal untuk menghindari cidera sekitar paha dan pantat.

Sementara aku mengenakan setelan jersey sepeda lengan panjang, helm, sarung tangan dan kacamata sepeda gunung serta pelapis busa atau padding pada celana seperti yang dikenakan Keynal.

Tak lupa kami juga membawa air putih dan bukan air manis/sirup, sebab sulit diserap oleh pencernaan. Menyelang sore kita berdua siap gowes bareng dari Villa ke hutan besar dekat kebun tebu yang pernah kita datangi tempo hari.

Jarak yang harus kita tempuh menuju hutan sudah kebayang di depan mata. Diperjalanan Keynal mengaku senang blusukan di jalan raya pinggir hutan. Dengan mountain bike, sepeda kita melaju pelan dan santai di atas jalan setapak yang kami lalui

Ehm... lumayan jauh gowesnya kali ini hati aku bergumam begitu dan terus menggowes di samping Keynal. Tapi hutan yang menantang sudah kebayang untuk dijelajahi. Ini menjadi cita-citaku untuk mejajal medan yang katanya cukup menantang itu.

Apalagi semalam hujan dan pasti track di sana basah dan licin untuk dijelajahi. Dengan penuh semangat kita berdua melalui jalan tanjakan dan turunan. Namun itu tidak menghalangi semangat kami untuk sampai ke tempat kami tuju.

Keynal dan aku menggowes sepeda beriringan diiringi cuaca yang lumayan cerah siang ini. Mungkin karena semalam sudah diguyur hujan, jadi siangnya cuaca mendukung untuk kita berpetualang.

Tapi jangan kira perjalanan kami lancar-lancar aja. Begitu masuk di kawasan hutan kami sulit nemuin jalan yang baik untuk nge-gowes (karena ini jalan cenderung sepi dan masuk-masuk perubahan warga, alias harus bilang permisi he..he..)

Kita terus menuju batas desa, diujung pinggir hutan banyak kerumunan manusia. Jumlahnya ratusan. “Gila ada apa? Apa ada pembunuhan?” gumamku lagi. Aku menepikan sepeda dan mendekatinya.

“Ve, mau kemana?”

Aku tidak mengindahkan teriakan Keynal yang memintaku untuk kembali rasa penasaran menyelimutiku. Aku berjalan cepat mendekati kerumunan itu dan bertanya pada salah satu bapak yang berkacamata hitam.

“Pak ada apa ya? Kok banyak orang?” tanyaku dengan sopan.

“Ini neng, ada kejadian pembunuhan semalam,” jawabnya seraya mengusap-mengusap tangannya yang gemetaran karena takut.

“A-apa pembunuhan?” ucapku memastikan.

“lya neng. Neng orang baru kan di desa ini jadi pasti belum tahu tentang hutan terlarang. disini, yang masuk ke hutan itu pasti gak bakal bisa keluar dengan selamat. Semalam ada seorang gadis yang dibunuh tapi mayatnya baru ditemukan sekarang.” Bapak itu menjelaskan padaku. Aku kaget.

Baru saja mau mendekati TKP seorang ibu berbaju daster motif bunga-bunga memenangiku dan tanganku sembari berteriak histeris, ibu ini sepertinya kesurupan. Aku tambah dibuat bingung. Ibu ini mengamuk dan mengumpat kepada semua warga yang berkerumun.

Anehnya lagi ibu ini terus memegangi tanganku kuat-kuat sampai aku merasa kesakitan, seakan dia ingin mengatakan sesuatu padaku. Tapi tiba-tiba Keynal datang dan langsung mendorong ibu yang bernampilan seperti orang gila itu hingga terjatuh. Setelah melihat Keynal ibu itu justru langsung lari seperti orang kesetanan.

“Ve, kamu kamu gak papa kan?” tanyanya dengan nada khawatir sambil menyentuh tanganku yang dicengkram ibu-ibu tadi.

Aku pun menggeleng pelan, menarik tanganku lalu berjalan perlahan mendekati semak-semak menerobos kerumunan untuk melihat TKP yang dibatasi dengan garis polisi.

“Mayat perempuan ini diperkosa lalu tubuhnya dimutilasi. Tapi pelaku sangat cerdik, dia tidak meninggalkan barang bukti apa pun, bahkan sidik jari pelaku tidak kami temukan.”

“Organ dalam seperti paru-paru, jantung hati serta alat vital juga diremukan menggunakan beda tumpul. Ini bukan pembunuhan biasa.”

“Kita membutuhkan lebih banyak saksi.”

Aku mendengarkan percakapan beberapa orang polisi dan dokter ahli forensik yang bertugas mengidentifikasi jenazah korban. Dengan hati penuh was-was aku memberanikan diri untuk melihat wajah korban lebih dekat.

Ternyata benar, korbannya seorang perempuan muda berusia sekitar dua puluh tahun-an atau lebih. Kutelisik ada bercak-bercak darah yang sudah mengering, mayat yang berada didekatku, hancur tidak berbentuk dibagian perutnya. Bekas sayatan dan cabikan kasar menghiasi sekitar leher dan perut.

Aku menoleh ke belakang ku lihat Keynal dengan cepat mengalihkan pandangannya. Kembali aku memperhatikan mayat perempuan itu dengan saksama, tunggu dulu... aku seperti tidak asing dengan wajahnya. Tapi dimana?

Oh astaga, aku baru ingat sekarang, bukannya dia perempuan penjaga toko buku yang pernah mengusir Keynal waktu itu.

Jangan, jangan....

Ah tidak, tidak. Ini gak mungkin. Mustahil jika Keynal yang melakukan ini semua.

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 163K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
3.2M 262K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
Myesha By Putri Ayu

Teen Fiction

445 63 35
Semua manusia memiliki masalalu mereka masing-masing. Namun, ada banyak macam manusia yang menghadapi masalalunya, ada yang berani menghadapinya, ada...
1K 174 27
"Goblok goblok!" Seseorang perempuan mengetuk dahinya pelan ketika orang yang kemarin salah dia vc. Ada didepan kelas. Tengah menulis stukur teks new...