Glory of Love ✔

De JujungAulia

286K 20.8K 1K

[Definisi dari he fell first and she fell harder] Sabila belum mau menikah saat sang ayah memaksanya menikah... Mais

GOL 2
GOL 3
GOL 4
GOL 5
GOL 6
GOL 7
GOL 8
GOL 9
GOL 10
GOL 11
GOL 12
GOL 13
GOL 14
GOL 15
GOL 16
GOL 17
GOL 18
GOL 19
GOL 20
GOL 21
GOL 22
GOL 23
GOL 24
GOL 25
GOL 26
GOL 27
GOL 28
GOL 29
GOL 30
GOL 31
GOL 32
GOL 33
GOL 34
Gol 35
GOL 36
GOL 37
GOL 38
Epilogue

GOL 1

28.4K 977 21
De JujungAulia

"Pagi!" suara datar milik lelaki bertatapan tajam yang biasa disapa Irsyad itu terdengar saat lelaki yang menjabat sebagai Executive Chef itu masuk ke area dapur panas. Pemilik tubuh tinggi ramping itu adalah chef Abdaya Hotel yang terkenal dengan kelihaian tangannya dalam membuat berbagai menu makanan.

"Pagi, Chef!" jawab karyawannya serentak dan semangat.

Ia datang dengan tampilan kasual yang tampak santai namun pembawaanya dingin dan cuek memberi kesan intimidasi yang kental pada bawahannya. Kaki jenjang Irsyad bergerak menuju loker yang berada di ruang khusus di area samping bagian dapur yang dikhususkan untuk awak dapur yang bertugas. Tak lama, Ia kembali muncul setelah pakaian santainya telah diganti dengan pakaian khas seorang juru masak berupa double breasted jacket dengan bordiran nama di dada sebelah kiri, Irsyad Setiawan, lengkap dengan Hat Cook putih tinggi di kepalanya.

Jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, namun dapur Abdaya Hotel itu sudah ramai dengan karyawan yang siap tempur memasak berbagai menu untuk dihidangkan hari ini. Para karyawan dapur benar-benar dibuat buru-buru saat mereka dapat shift pagi. Tidak ada yang berani datang terlambat, takut diamuk oleh Irsyad sang titisan dewa kutub Utara. Lelaki itu hampir tidak pernah telat datang bekerja. seakan kepalanya sudah diset oleh alarm otomatis yang membuat Ia dengan tepat sempurna muncul di hotel.

Sebenarnya bawahan Irsyad juga tidak tahu bagaimana cara sang atasan saat marah. Selama ini pembawaan Irsyad yang cukup pendiam dan temperamen yang bagus membuat lelaki itu tak pernah menunjukkan emosi lebih di wajahnya. Bahkan tidak dengan marah sekalipun saat mereka berbuat salah. Hanya saja, mereka akan dibantai habis-habisan oleh sous chef, tangan kanan chef yang punya kemampuan di atas rata-rata, yang akan memaki-maki mereka. Sous chef sebagai titisan tangan kanan sang Executive Chef yang sangat mahir dalam bidang masakan dan juga menghajar bawahannya dengan lidah tajamnya.

Bagi karyawannya sosok Irsyad, sang atasan, itu menakutkan dan juga misterius. Kadang mereka menyebut Irsyad dengan sebutan Iblis Kutub Es. Julukan berbagai macam iblis bukan karena sering emosi, marah-marah dan meneriaki mereka, tapi hanya karena tatapan setajam elang dan mulutnya yang mengeluarkan suara tanpa intonasi yang sangat datar itu dilengkapi dengan wajah tidak pernah menunjukkan satu emosi apapun. Hingga mereka sendiri kesulitan menebak apa yang sedang bos mereka itu rasakan. Marah, senang atau malah sedih mereka sama sekali tidak tahu. jujur, sebagai bawahan mereka merasa sangat tertekan di bawah asuhan Irsyad yang sulit ditebak. Ia benar-benar hampir tidak pernah berbicara sekedar basa-basi dengan mereka. Sapaan selamat pagi, siang dan malam itu hanya sebagai formalitas.

Ada aura panas api neraka dan menegangkan yang berbeda saat ada Irsyad di dapur Abdaya Hotel kapanpun itu, hanya butuh mata elang sang atasan melirik mereka maka rasanya seperti akan dicabik-cabik dan salah tingkah. Entah itu mereka sedang berbuat salah atau tidak, mereka akan berada dibawah tekanan tinggi seakan melayang ke langit tinggi dengan pasokan oksigen yang menipis.

"Buffet hari ini Continental breakfast. Siapkan brioche, baguette dan juga croissant. Indonesian menunya rendang, nasi putih, soto betawi, telur mata sapi dan capcay aja," ujar Irsyad sebagai Kepala Juru Masak di dapur Hotel Abdaya tersebut. "Appetizer dan dessert sesuaikan saja dengan yang sudah disiapkan tadi malam." Gema suaranya memenuhi seantero dapur yang di dengar hikmat oleh karyawannya, tanpa ada bantahan sama sekali. Brioche, baguette dan croissant adalah kue pastry asal Perancis yang bisa disantap sebagai menu sarapan. Biasanya disajikan dengan dengan berbagai macam selai dan juga krim. Jenis roti-roti ini dihidangkan dengan kopi dan teh di pagi hari, selain pilihan menu sarapan pancake untuk orang yang berbudaya Eropa.

Sous Chef mulai membagi tugas setiap awak dapur untuk menghandle satu jenis menu atau kerja sama antara dua orang. Sebagai orang yang bekerja di bagian dapur yang bertanggung jawab langsung terhadap berbagai macam menu, mereka harus benar-benar telaten dan juga pintar meracik bumbu. Kualitas rasa adalah nomor satu. Memasak tidak semudah yang dilihat, juru masak butuh bertahun-tahun belajar dan beribu kali melakukan eksperimen rasa makanan untuk mendapatkan satu cita rasa yang benar-benar lezat dan mampu dinikmati oleh banyak orang. Lelah, gagal dan juga tekanan tinggi adalah makanan sehari-hari mereka.

"Hari ini apakah akan ramai, Chef?" tanya Gina sebagai salah satu penanggung jawab di Hot Kitchen, salah satu bagian yang selalu dapat tanggung jawab untuk makanan di buffet atau prasmanan. Chef muda berbakat yang mau direkrut oleh Irsyad bekerja di hotelnya. Hanya segelintir orang saja yang berani bertanya ini itu pada Irsyad, nah Gina ini termasuk ke dalam daftarnya. Ia dipilih sebagai penanggung jawab Hot Kitchen karena bakat dan keberaniannya. Namanya tak kalah populer di antara rekan kerjanya.

"Tidak, sekitar lima puluhan untuk breakfast," Jawab Irsyad santai kemudian mulai memeriksa semua bahan yang akan digunakan saat mengolah menu sarapan pagi ini. Ia memilih bahan yang hasil sisa dari olahan kemarin, yang baru datang beberapa jam yang lalu dan juga tak lupa mencatat bahan makanan yang akan datang saat matahari mulai terang benderang.

Sudah biasa jika menu sarapan hotel menggunakan dua gaya makanan, seperti hari ini English Breakfast dan juga makanan khas Indonesia. Mengingat tamu hotel yang beragam, mau tidak mau hotel juga menyediakan apapun yang mungkin cocok dengan lidah tamu tersebut.

"Chef, besok saya izin boleh nggak?" tanya Doni pada Irsyad. Keadaan dapur saat ini sudah sedikit lenggang karena sudah memasuki jam pergantian shift. Dari yang pagi ke siang.

Dapur panas mereka terselamatkan dan berjalan lancar pagi tadi. Tidak ada tamu yang mengkritik makanan mereka dan itu berarti semuanya aman terkendali.

Irsyad sedang beristirahat sambil memainkan ponselnya dan duduk di kursi bar kecil dapur, sengaja disediakan agar bisa digunakan saat jam senggang. Alisnya naik sebelah menatap Doni seakan bertanya 'apa yang terjadi?'. Rahang tegasnya serta mata terang yang tajam menambah kesan intimidasi sang titisan dewa itu.

Keringat dingin mulai mengalir di balik baju Doni kenakan. Aura intimidasi yang atasannya miliki itu membuatnya segan. Padahal jauh dari lubuk hatinya Ia tahu bahwa Irsyad tak akan memarahinya atau ada hal yang buruk akan terjadi, namun tanggapan kurang ramah dari Irsyad tetap tidak enak disambut.

"Saya mau temani Ibu ke klinik cek kesehatan," lapornya, berkata sambil mengamati wajah tanpa ekspresi milik Irsyad.

Lelaki berkulit terang itu berdehem pelan membersihkan tenggorokannya dan mengangguk kecil memberi jawaban, "Silahkan. Setelah selesai segera kembali ke hotel!" sahut Irsyad tenang. Wajahnya senantiasa datar dan tidak berekspresi saat menjawab pertanyaan Doni. Tidak tersenyum sama sekali, lekat setia dengan mata tajam mengulik-ngulik perasaan itu.

Tanpa mereka sadari dari beberapa menit yang lalu, CEO hotel itu juga berada di dapur. Itu Zachary. Sepupu Irsyad yang menduduki posisi tertinggi dari hotel tempat lelaki itu bekerja. Pria berkulit sawo matang itu ingin mengajak sang sepupunya untuk minum kopi dan beristirahat sejenak di luar sambil melepas penat dan juga menghilangkan energy negatif yang menyulut kepala mereka. Tekanan kerja yang tinggi membuat mereka cepat stress, oleh karena itu dalam waktu yang tidak banyak itu harus meluangkan waktu untuk istirahat agar menjaga diri tetap waras.

"Astaga Cad, jangan bikin anak buah lo takut deh!" sambar Jack, CEO Abdaya Hotel, diiringi dengan suara kekehan kecil. Posisinya berdiri di pintu masuk dapur sambil mengamati adik sepupunya itu berinteraksi dengan anak buahnya, "Ekspresinya manaaaa?" tanya Jack games berlagak seperti sutradara yang sedang memberi instruksi pada pemeran sebuah drama.

"Ck," suara decakan sebal keluar dari mulut Irsyad tanda Ia kurang sreg saat sang sepupu menegurnya. Lelaki berkepala tiga itu selalu saja menegur Irsyad yang menurutnya tidak memiliki gairah hidup, hanya karena wajahnya tidak sering memunculkan ekspresi. Irsyad selalu merasa harga dirinya merosot ke lantai kalau Jack datang mengacau di kawasannya. Gerak gerik keduanya pasti dilihat oleh karyawannya dan Irsyad tidak suka itu.

"Ngopi yuk, gue traktir deh." Ajak Jack pada Irsyad dengan senyum lima jari andalannya. Membujuk Irsyad pergi memang tidak sulit, hanya saja kadang Irsyad suka mager kalau sudah PW di tempatnya duduk.

Irsyad beranjak dari tempat duduknya dan berlalu menuju ruang loker untuk bersalin pakaian, Jack tersenyum menang saat adik sepupunya itu mau menemaninya ngopi. Tidak ada jawaban untuk mengkonfirmasi ajakan Jack, hanya pergerakan dari Irsyad sebagai jawaban. It's totally fine untuk Jack yang sudah amat sangat terbiasa dengan sikap Irsyad. Apa yang bisa diharapkan pada lelaki kanebo kering irit bicara itu.

"Bos, kapan-kapan ngajak kami ngopi dung," cicit Bara dengan nada genit, lelaki setengah matang yang merupakan karyawan Irsyad di bidang Pastry.

"Bisa diatur itu Bar, asal lo berhasil ngebujuk Gina dinner sama gue besok malam," balas Jack menanggapi. Jack selalu ingin dinner bersama Gina, Chef cantik dan cerdas lulusan salah satu sekolah masak Shatec Singapore itu. Namun Irsyad selalu menghalangi keinginannya. Irsyad melarang Jack mendekati semua anak buahnya yang perempuan dengan alasan kelakuan buayanya bisa mengancam kinerja karyawannya di dapur. Ia tidak mau menghadapi drama romansa apapun nantinya. Apalagi jika hubungan mereka menghadapi konflik dan menyebabkan kinerja karyawannya menurun, itu hal yang buruk.

Bara menghela nafas berat, "Nyerah bos. Udah nggak papa. Kita ngopi sachet aja," balasnya disambut tawa oleh yang lain.

Tidak berani mereka melawan Irsyad dan melanggar ultimatum lelaki itu. Jack selaku atasannya Irsyad saja sampai hari tidak berani membantah Irsyad, sekonyong-konyong Ia hanya ingin menggoda dan bercanda saja, tidak berani melakukan hal lebih.

[***]

"Kok ramai?" tanya Irsyad saat sampai di Starbuck yang berlokasi dekat dengan hotel. Mereka memilih spot outdoor supaya bisa sekalian ngerokok. Irsyad menangkap sosok kakak sulungnya disana, Irham dan juga Ares, sepupu tertua sekaligus kakak kandung Jack.

"Sengaja, biar nggak kayak homo. Berdua mulu gue sama lo ngopi disini," sahut Jack asal lalu menyapa kedua saudaranya yang telah lebih dulu datang tersebut.

Semua orang tahu kalau Irsyad ini tidak pernah dekat sama wanita mana pun, makanya Jack selalu menggoda Irsyad dengan sebutan homo. Tiap kali Irsyad ngopi, pasti teman ngopinya tidak lain tidak bukan adalah Jack. Gimana nggak kayak homo lama-lama. Jauh berbeda dengan Jack yang kaki perempuan. Ia terlalu sering bergonta-ganti perempuan hingga cap playboy tersemat indah pada jati dirinya. Kepribadian Jack yang unik dan sangat ramah itu selalu menarik hati perempuan yang berkenalan dengannya.

"Si Icad suka banget ngehomo sama gue Mas, males dia kalau lo pada juga ikutan ngopi." seloroh Jack mengejek Irsyad yang disambut tawa lebar 2 lelaki dewasa tersebut. Irsyad memasang wajah kecut penuh drama pada atasan sekaligus sepupunya. Bukan itu maksudnya.

"Sialan!" makinya lalu mengambil rokok milik Irham dan menyulutnya.

Tawa Jack semakin menggebu mendengar makian Irsyad, "Makanya gue suruh cari cewek elo malah nggak mau."

"Diam lo." ketus Irsyad melirik Jack sinis.

Kembali, suara tawa para pria dewasa itu terdengar bahkan semakin geli. Irsyad sangat mudah diganggu kalau sudah menyangkut tentang perempuan. Irsyad benar-benar tertutup tentang kehidupan asmaranya. Ditanya tak akan menjawab, menunggu lelaki itu bercerita pun mustahil terjadi. Tidak ada yang tahu apakah Irsyad pernah punya kekasih sebelumnya atau malah jomblo dari lahir. Mereka bisa saja mengambil inisiatif menggali informasi dari orang-orang terdekat Irsyad untuk menuntaskan rasa penasaran itu, namun semua percuma. Sepengetahuan mereka, Irsyad tak punya teman, orang terdekat atau apapun itu namanya.

"Gue baru balik dari London minggu lalu dan ketemu sama Om David." Ujar Ares setelah tawa mereka mereda mulai bercerita.

"Om David yang mana, Kang?" tanya Irham pada kakak sepupunya itu.

"Ck, susah gue ngomong sama elo pada," sesal Ares dengan wajah murung.

Ares sebal saat mereka sedang terlibat pembicaraan banyak hal yang tidak nyambung satu sama lain hanya karena mereka punya latar belakang pekerjaan yang berbeda. Ares sendiri meneruskan perusahaan arsitek milik kakeknya, Irham meneruskan bisnis bengkel milik orang tuanya sendiri, lalu Jack yang mendirikan hotel bersama Irsyad.

Namun begitu, Ia tak mengurungkan niatnya bercerita lebih lanjut, "Beliau arsitek di Foster and Partners London, gue ada project sama perusahan itu dan beliau yang mengepalai produknya. Cerita punya cerita, beliau kenal sama Grandpa juga Abi," Jelas Ares panjang lebar. Grandpa mereka dulu juga seorang arsitek dan yang merintis perusahaan tempat dimana Ares bekerja saat ini. Abi sendiri orang tua Irham dan Irsyad, yang berarti adalah paman untuk Ares dan Jack.

"Terus, kenapa tuh?" tanya Jack penasaran.

"Beliau cerita, anak perempuannya ada di Jakarta kerja sebagai model di HG Agency. Beliau khawatir gitu sama anak perempuannya karena seorang diri disini. Terus nanya sama gue kalau gue punya rekomendasi kandidat buat jadi calon mantu beliau kagak. Gue bilang ada," Ares menjeda sejenak menggantung kalimatnya, matanya sengaja menyapu semua ekspresi dari adik-adiknya.

"Siapa? Elo sendiri Kang?" tanya Jack lagi dengan wajah penasaran. Irham dan Jack menyimak cerita dari Ares penuh minat, beda dengan Irsyad yang asik menyesap rokok di mulutnya. Sesekali meneguk minumannya. Tak tak peduli bahwa seakan dia punya cerita sendiri di dalam kepalanya, wajah datar dan mata kosong tak berminat.

"Bukan lah, masa gue!" Sanggah Jack sewot. Ia sendiri belum niat menikah, itu masih jalan yang panjang untuknya. "Gue rekomendasinya si Irsyad." Tambahnya membuat pendengar sedikit terheyak sendiri terutama Irsyad.

'Uhuk...uhuk' .

Irsyad tersedak asap rokoknya sendiri saking terkejut mendengar jawaban dari Ares. "KOK GUE?" tanyanya dengan suara naik beberapa oktaf. Ia syok setengah mati. Mata merah dan air mata sedikit keluar dari sudut matanya akibat tersedak hebat beberapa detik yang lalu.

Tanpa rasa bersalah, Ares menjawab pertanyaan Irsyad yang mencak-mencak dengan santai, "Ya gue pikir lo yang paling cocok sama anaknya Om David, lagian lo juga belum punya cewek kan?

Kepala Irsyad mengangguk membenarkan menjawab pertanyaan Ares, "Kalau cowok punya kagak lo?" tanya Ares jahil diikuti dengan suara kikikan nya.

"Anjir!" umpat Irsyad gemas. Pertanyaan sialan yang selalu dilayangkan untuknya entah apa penyebab keluarganya selalu mencurigai dia punya pacar lelaki. Irsyad lelaki tulen pencinta wanita, ya! Tolong garis bawahi.

Ares, Irham dan Jack terkikik puas mendengar umpatan Irsyad. "Yasudah, apa lagi masalahnya? Tipe lo banget anaknya ini,"

"Bule, sexy dan putih bersih?" tanya Jack memastikan serta menyebut kriteria cewek yang disukai Irsyad. Kapan hari Irsyad pernah menyebutkan tipe-tipe perempuan idamannya saat mereka main truth or dare. Dengan pipi kemerahan karena malu, akhirnya Irsyad menjawab tentang kejujuran dari lawan mainnya.

"Precisely!!" ujar Ares membenarkan. Irham dan Jack bertepuk tangan heboh setelahnya. "Gue udah bilang sama Abi Ikram sama Bunda Cindy juga, mereka setuju buat ngenalin lo sama anaknya Om David," lapor Ares serta menyebut nama kedua orang tua Irsyad.

"Terus yang mana anaknya Kang? Gue mau lihat," tanya Irsyad dengan ekspresi wajah yang tidak bisa digambarkan. Bingung. Ini menyangkut masa depannya, punya kakak sepupu seperti Ares bikin dirinya ketar-ketir. Main asal-asalan aja sebut nama.

"Cieee... yang nggak sabaran," goda Jack sambil mencolek dagu Irsyad dengan wajah menyebalkan. Irham dan Ares tertawa lebar menyaksikannya.

"Ck, apa sih!" balas Irsyad jengkel. Ia mengusap dagunya kesal, dalam hati mengutuk kenapa Tuhan tega menitipkan sepupu yang menyebalkan seperti itu dalam hidupnya.

"Entaran jumpa langsung aja, lupa gue namanya siapa. Om David lusa sampai di Indonesia."

"Tapi kenapa gue sih? Kan banyak yang belum nikah. Gue, Kang Jack, Mas Lendra juga, elo juga tuh." tanya Irsyad pada Ares sambil menyebut nama sepupunya yang lain.

"Biar lo nggak homo beneran aja Cad, betah amat jomblo mulu." Jawab Ares sembarangan sambil tersenyum jahil.

"Sialan."

Irham merangkul bahu adiknya yang pendiam itu dan bertanya, "Lo mau kan, Ngah?" tanya Irham selaku kakak dari Irsyad. Kepala adiknya itu mengangguk mantap disertai senyum tipis. Ia tak punya alasan pasti juga untuk menolak. Tidak untuk membenarkan kecurigaan keluarganya yang menganggapnya homo, namun Ia hanya melakukan apa yang Ia pikir benar. Ini hanya perkenalan pikirnya. Tidak hanya berhasil, intinya ini adalah bagian dari usahanya sebagai lelaki bujang dewasa yang sudah cukup umur untuk memiliki pasangan.

"Bagus!" seru Ares semangat. "Nggak salah gue sebut nama lo."

[***]

Continue lendo

Você também vai gostar

439K 21.7K 35
Ketika Mama marah secara tiba-tiba. Membuat seorang Brian Azka bingung. Tanpa tahu penyebab dan kesalahan dari dirinya. Mama hanya marah pada pemuda...
809K 49.5K 16
SEBAGIAN PART PINDAH KE KARYAKARSA Tera dan Lanang menikah atas dasar kenyamanan tanpa melibatkan perasaan. Namun, rencana hanyalah rencana, seiring...
6.4M 326K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1M 47.8K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...