Bukan Gadis Lagi (Completed)...

Від Hisnanad28

130K 11K 499

Apa yang bisa dibanggakan untuk calon imammu jika mahkota yang harusnya terjaga telah tercuri? Hal itulah yan... Більше

Prolog
Part 1
Part 2
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Info
Open PO
Halooo Kalian

Part 3

7K 705 33
Від Hisnanad28

Malam mulai mengungkung hari. Namun, tetap mata Aji belum bisa terpejam. Lelaki itu masih sibuk dengan pikiran yang berkecamuk.

Sekelebat bayangan tentang calon istrinya yang bernama Rea sedang berboncengan dengan lelaki lain masih melayang-layang. Aji tahu, mereka sepakat menerima perjodohan ini karena bentuk sikap patuh terhadap kedua orang tuanya. Namun, sekali lagi perlu ditegaskan, lelaki itu tidak suka dengan penghianatan sekecil apa pun.

Dalam hati ada praduga. Antara praduga positif dan negatif, semua beradu menjadi satu. Membuat kantuk enggan untuk datang mengganggu.

Sekali lagi bayangan itu mampir, Aji hanya bisa mendesah lelah. Hatinya gundah tentang sebuah teka-teki yang belum mempunyai simpul.

***

"Nas, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

Sebelum mata wanita itu berhasil terpejam, suara dari ambang pintu menarik perhatian. Tanpa jawaban Naswa mmembuka pintu. Menampakkan wanita paruh baya yang kini tengah menatap wajahnya intens.

"Ada seseorang yang ingin bertemu. Ibu ingin kamu mempertimbangkan baik-baik semua keputusan yang ada. Jangan gegabah."

Seperti titah sang Ibu, Naswa telah merasa ada yang tidak beres. Baru beberapa langkah ke ruang tamu, sebuah lelaki dengan postur tubuh yang tidak kenal telah menunduk. Sedetik kemudian, ia mendongak.

Sempat terbaca ekspresi kagum dengan kecantikan yang Naswa punya. Lagi dan lagi wanita itu memilih mendiamkan sikap tadi. Ia lebih memilih beranjak duduk dan menatap pria paruh baya yang tampak tenang tidak terusik.

"Ini anakku, Mar." Bapak Naswa tersenyum semringah.

"Wah, ternyata cantik juga, ya! Tidak kalah dengan almarhum kakaknya."

Naswa tersenyum getir mengingat tentang Ratna. Mungkin jika waktu bisa diputar, ia tidak akan mengizinkan kakaknya menikah dengan Rehan. Lelaki yang memiliki sejuta cara untuk menggampai impiannya itu terlalu kotor.

"Jadi cepat ungkapkan, Dit!" Lelaki paruh baya di samping lelaki muda itu berkata.

Naswa menatap netra yang telah dilapisi oleh kaca mata itu dengan tenang. Bersiap untuk menghadapi semua keadaan yang bisa terjadi. Instingnya terlalu kuat dan telah menangkap signal bahwa akan ada lamaran lagi.

"Saya ke sini karena ingin mengajak anak bapak yang bernama Naswa Farida untuk taaruf."

Kalimat itu terucap dengan nada tegas dan kesungguhan yang luar biasa. Naswa sedikit goyah dengan lelaki yang ada di hadapannya. Apalagi melihat kesungguhan yang tercermin. Wanita mana yang sanggup menolak pahatan Tuhan yang sempurna seperti lelaki itu?

"Jawaban hanya ada di tangan Naswa. Jika Naswa menghendaki, maka Nak Adit bisa melanjutkannya."

Sorot mata semua orang tertuju pada Naswa. Wanita itu tidak menunduk. Ia tetap tegak dan berusaha tetap tegar dengan pendiriannya.

"Sebelum aku menjawab semua pertanyaanmu. Bisakah aku mengajukan sebuah pertanyaan?"

Adit mengerutkan kening, tetapi detik berikutnya anggukan kepala membuat Naswa lega. "Apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Jika seumpama aku adalah wanita yang telah hilang mahkotanya, apa kamu masih bisa menerima?"

Pertanyaan itu seperti sebuah teka-teki yang membuat Adit termenung sejenak. Pikiran lelaki itu belum bisa menerka apa arti mahkota yang Naswa ucapkan. Pikirannya terlalu sibuk dengan wajah cantik yang kini justru menari-nari dan mengganggu konsentrasi.

"Maksudmu?" Adit bertanya seraya menatap netra Naswa.

"Apa kamu bisa menerima jika aku bukan perawan?"

Tampak raut terkejut dari tiga orang yang kini duduk di kursi kayu tersebut. Bapak Naswa hanya mampu menatap anaknya dengan pandangan tidak percaya. Adit pun sama, lelaki itu bingung dengan pertanyaan yang Naswa ajukan.

"Aku kira semua lelaki tidak ingin menikahi sisa."

Naswa tertohok seribu belati karena ucapan Adit. Terutama kata "sisa" yang kini justru membuat embun di netranya mulai muncul. Setelah terdiam cukup lama, ia kembali membuka suara.

"Aku tidak bisa menerima ajakanmu untuk taaruf. Mungkin kamu terlalu baik."

Setelah kalimat itu, Naswa undur diri. Ia butuh keheningan dan sendiri. Wanita itu masih kalut dengan sebutan "sisa". Apa wanita tidak ubahnya barang di mata lelaki? Seketika pertanyaan itu muncul di pikiran.

***

"Jangan berangkat dulu, Nas! Ada yang ingin bapak tanyakan."

Perintah itu mengalun dengan tegas tidak terbantah. Tanpa basa basi, wanita itu duduk di depan bapaknya. Ada degupan di dalam hati, tetapi berbeda dengan keadaan yang ada. Di ruangan keluarga hanya keheningan yang masih tersisa.

"Apa yang ingin Bapak tanyakan?"

Keheningan yang menyeruak terpecahkan oleh suara Naswa. Lelaki paruh baya yang tadinya membaca koran, kini beralih menatap sang putri dengan ekspresi tidak biasa. Semalaman suntuk tanpa diketahui siapa pun, ia tidak bisa tidur memaknai pertanyaan yang selalu terngiang sedari kejadian malam tadi.

"Jadi ... apa ada yang Naswa sembunyikan dari bapak?"

Seperti biasa pertanyaan yang terlontar membuat Naswa tidak bisa menahan embun yang mulai keluar. Wanita itu terdiam dengan wajah menunduk. Memilih memperhatikan lantai yang putih tidak ternoda.

"Naswa jangan menunduk jika bapak ajak bicara. Semua orang memiliki masalah. Bapak ingin kamu berbagi."

"Naswa harus berbagi apa, Pak?" Naswa mendongak dengan air mata yang mulai hilang lagi.

"Bapak ingin Naswa berbagi semua masalah yang disembunyikan selama ini."

Naswa terpekur sejenak. Mengambil napas lalu membuangnya. Berulang kali wanita itu melakukan hal sama agar rasa sesak tidak lagi menyeruak dan pergi beranjak.

"Naswa,"–lelaki itu menggenggam jari putrinya–"ceritakan, Nak!"

Tidak mengindahkan perintah bapaknya, Naswa tergugi di dekapan lelaki paruh baya itu. Sesak menekan dadanya. Membuat tangis hening bertambah isakan.

"Jangan merasa sendiri. Kamu masih punya bapak. Apa pernah bapak menyakiti kamu?"

Naswa menggeleng dengan hidung memerah. Ingatan masa lalu kembali berputar. Lelaki paruh baya yang ia sebut sebagai bapak tidak pernah sekali pun menyakiti.

"Jadi kenapa kamu masih diam? Bapak ingin tahu bebanmu, Nak!"

"Nas—Naswa su—sudah tidak suci lagi, Pak."

Bersama isak tangis Naswa, kedua netra lelaki paruh baya itu ikut mengembun. Menatap putrinya yang kini menangis tergugu. Rengkuhan itu mampu menyampaikan luka yang tengah dirasa.

"Siapa lelaki itu?"

Meskipun masih ada rasa tidak percaya yang menggelayut, Bapak Naswa bertanya. Lelaki paruh baya itu tidak marah, tetapi kecewa. Kecewa pada putrinya. Namun, sebelum semua kejelasan terkuak, ia lebih memilih diam.

"Di—dia Rehan Aditama. Tujuh tahun yang lalu dia mencuri semuanya, Pak. Di malam ketika ia tengah bertengkar dengan Kak Ratna. Di malam Bapak dan Ibu tidak ada di rumah. Ya, di malam itu aku telah ternoda—"

Prang!!!

Di ambang pintu wanita paruh baya itu menjatuhkan segelas kopi. Menatap tidak percaya ke arah Naswa dan bapaknya. Satu embun berhasil mengalir membasahi pipi yang terlihat keriput tersebut.

"Selama itu kamu menyimpan rahasia ini?"

Ada nada tidak percaya yang keluar dari mulut Ibu Naswa. Rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Rasa itu bukan untuk Naswa, tetapi untuk Rehan yang selama ini sangat terlihat baik.

"Kenapa kamu tidak jujur, Nas?"–Ibu Naswa mengguncang bahu putrinya–"katakan! Kenapa kamu tidak jujur?"

"Karena ak—aku tidak ingin mengecewakan kalian. Bukankah Kak Ratna dulu sering memuji Kak Rehan dan kalian juga membenarkan semua? Aku tidak ingin dikira mengada. Jadi lebih baik diam—"

"Aku ibumu, Nas! Aku berhak tahu lukamu, Nak!"

Ibu Naswa tidak lagi mengguncang lengan putrinya. Ia memeluk erat putri bungsunya. Kemudian sebuah kata maaf meluncur begitu saja.

Tbc.

Продовжити читання

Вам також сподобається

RAY TRANSMIGRASI [END] Від Cally

Філософія та духовні розповіді

210K 15.1K 47
ini cerita pertama maaf kalo jelek atau ngga nyambung SELAMAT MEMBACA SAYANG(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
I Love Gus Cuek! [End] Від 私は月です

Філософія та духовні розповіді

6.7M 574K 72
|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena k...
HATI YANG TERLUKA Від Rdnz

Філософія та духовні розповіді

218K 11.2K 39
"Jangan menikah dengan Perempuan itu! Menikahlah dengan perempuan pilihan Umi, Gus!" Syakila Alquds, sosok gadis yang kehilangan kesucian dan berasa...
ATHARRAZKA 3: Zyana Від Erlis Kurniyanti

Філософія та духовні розповіді

17.4K 3.4K 3
[A DAN Z UNIVERSE] Dibaca berurutan: A dan Z, ATHARRAZKA, ATHARRAZKA 2: Aryan, ATHARRAZKA 3: Zyana. Zyana Falisha Atharrazka, anak perempuan semata w...