SEPTIHAN

By PoppiPertiwi

54.3M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... More

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
10. DIA TIDAK CINTA KAMU
11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
20. FEELING + MNG
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
33. HIS CHARACTER
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)

925K 85.6K 34K
By PoppiPertiwi

24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)

Most people see what is, and never see what can be.” — Albert Einstein

Bulan berikutnya: Kelas Bahasa: TO (Try Out): Peringkat 4. Jihan Halana

Septian memandang mading sekolah. Cowok itu terpaku. Kedua tangannya mendingin. Lalu cowok itu menoleh dan melihat Jihan. Perempuan itu sedang berjalan. Tapi tidak ke arahnya. Senyum penuh kemenangan milik Jihan membuat Septian terpaku. Senyum itu tertuju untuk Septian seorang.

Apa Septian akan kalah?

Jika kalian pikir Jihan akan luluh begitu saja dengan gombalan Septian kala itu. Maka kalian salah. Jihan tetap dengan tujuan utamanya. Untuk mendapatkan peringkat pertama dan menunjukannya pada Septian. Bahwa Jihan sangat lebih baik darinya.

“Disenyumin lo sama Jihan,” ledek Bams.

“Senyum-senyum menang gitu Sep.” Bams terkekeh tipis.

Septian menoleh tajam pada Bams membuat Bams yang sedang haha hihi pun terdiam. Mendapat ekspresi datar dari Septian membuatnya terdiam, kicep.

“Santai kali Sep. Gue bercanda. Gimana rasanya bakal kalah?”

‹Ada kata-kata terakhir gak Sep?” goda Bams.

Nyong tergelak. “Lo kira Septian mau kemana pake kata-kata terakhir?”

“Gue sih peridiksi Jihan enggak bakal bisa. Di kelasnya banyak bintang kelas,” ucap Oji. “Lo pikir Kejora, Fifi bakal mau ngalah sama Jihan dari segi pelajaran? Enggalah. Apalagi ini cuman TO. Masih banyak ujian kita ke depan. Gue tebak Jihan gak bakal bisa,” ucap Oji.

“Jangan remehin sesuatu yang keliatan kecil,” celetuk Jordan.

“HAIIII NENG JIHANN?!” Sapa Nyong. “WIDIH PERINGKAT 4 NIH. SEMAKIN DEKET KAN JADI PACAR SEPTIAN?” tanya Nyong.

“Kemajuan yang cepet banget sih Han. Lo ngedukun?” tebak Bams.

"Bayar berapa lo ngedukun biar pinter gitu?"

"Bukan ngedukun Bams. Jihan itu sebenernya pinter. Cuman dianya aja yang males belajar. Sekedar SMA gitu aja. Aslinya dia itu pinter buktinya dia bisa kaya gini kan?" ucap Galaksi.

"Pastiin dong Han kalau lo bakal dapetin peringkat satu. Nanti biar kita nyiapin party gede-gedean di rumah Asep! Biar dia semua yang bayar!" ucap Jordan tertawa dengan laknatnya.

"Oh iyalah! Harus. Anak sultan," ucap Guntur melirik Septian.

"Siapa juga yang mau jadi pacar Septian?" ujar Jihan membuat semuanya menoleh kaget.

"Gue pinter untuk diri gue sendiri. Gue dapet peringkat untuk diri gue sendiri. Emangnya untuk Septian?" ucap Jihan.

Kata-kata tersebut membuat teman-teman Septian menoleh pada cowok itu seakan berkata "Mampus" pada Septian. Namun Septian masih diam. Anteng-anteng saja. Tidak terusik dengan kata-kata Jihan meski kedua tangannya yang ada di dalam saku celana sudah dingin. Akhir-akhir ini ketika melihat Jihan respons badannya bisa berubah-ubah. Apalagi setelah kejadian di hotel itu.

"Lo pikir cuman lo aja yang bisa dapetin peringkat satu di sekolah ini Septian?" tanya Jihan. "Gue juga bisa. Tanpa bantuan lo," ucap Jihan membuat Septian menatapnya terus. Seolah Jihan sedang menantangnya.

"Jangan nantangin Septian, Han," ucap Galaksi. "Lo gak tau apa aja yang udah dia lakuin untuk lo." Galaksi memberi pesan.

Jihan mengangkat kedua bahunya cuek. Cewek itu memilih kembali ke kelasnya. Wajahnya sangat puas setelah mengatakan hal tersebut pada Septian. Sementara Septian? Tetap tidak mengatakan apa pun.

"Ngomonglah Sep. Diem aja," ucap Guntur.

"Apa yang harus gue omongin?" tanya Septian dengan datarnya.

"Apa ajalah tentang perasaan lo ke Jihan," ucap Guntur.

"Percuma Tur gak akan mempan. Jangankan lo. Gue aja gak bisa-bisa ngasih tau dia," ucap Galaksi dibarengi anggukan Jordan.

"Gue harus ngomong apa? Baguslah Jihan kaya gitu. Nilainya jadi bagus. Seengaknya dia bisa lulus dengan usaha dia sendiri. Bukan untuk gue tapi untuk dirinya sendiri," ucap Septian tenang.

"Gue tau lo ngasih syarat kaya gitu ke tuh cewek biar Jihan ada motivasi buat belajar kan?" ucap Galaksi.

"Emang itu tujuan gue," jawab Septian tanpa ragu.

"Sekarang gimana saat lo liat Jihan bakal menuhin syarat lo? Apa lo bakal ingkar janji? Atau menuhin janji? Gimana rasanya senjata makan tuan?" tanya Galaksi.

Septian tidak menjawab. Lebih banyak diam lebih baik.

****

Jihan membuka pintu ruang LAB. Namun di saat bersamaan ada Thalita datang menghadangnya. Perempuan itu bersama Mauren. Kejadian yang membuat Jihan segera menduduk untuk pergi namun keduanya mencegah Jihan untuk pergi.

"Masuk ada yang mau gue omongin," perintah Mauren membuat Jihan jadi deg-degan. Jihan mulai was-was karenanya. Dulu sekali Mauren pernah melakukan ini padanya. Saat di halaman tempat di mana anak-anak SMA Kencana—sekolah tetangga sering kumpul.

"Denger gak?!"

"Ren gue mau masuk kelas," ucap Jihan.

"Masuk ke dalem. Gue mau ngomong," ucap Mauren penuh titah.

Akhirnya Jihan mengalah, "Iya."

"Gue denger nilai lo bagus-bagus belakangan ini. Diajarin Septian?" tanya Mauren ketika Thalita menutup pintu LAB.

"Enggak gue belajar sendiri. Gue minta tolong temen gue Kejora juga," ucap Jihan.

"Oh iya? Bukan karena Septian?" tanya Mauren.

"Ren gue mau ke kelas. Maaf ya," ucap Jihan sangat sopan namun Mauren tak membiarkannya pergi. Satu tangan Jihan dicekal Mauren membuat Jihan tak bergerak. Jihan ketakutan. Apalagi ruangan ini sangat dingin karena AC. Juga karena area ini sangat sepi. Jadi minim orang bisa melihatnya di sini bersama Mauren dan Thalita.

"Gue belum selesai. Buru-buru amat," ucap Mauren.

"Gue udah gak deket sama Septian lagi Ren," ucap Jihan.

"Thalita bilang lo bakal dapet peringkat satu. Bener?" tanya Mauren.

"Gue enggak tau," ucap Jihan. Perempuan itu menunduk ketakutan. Seharusnya Jihan berteriak. Namun Jihan tetap diam. Menutup mulutnya saking takutnya. Tapi dari yang Jihan tangkap. Mauren ini termasuk perempuan yang kuat walau mudah dipengaruhi. Pasti itulah yang dilakukan Thalita padanya.

"Lo sadar diri kek Han. Septian enggak suka sama lo," ucap Mauren.

"Iya gue tau," jawab Jihan.

"Kalau lo tau stop cari ulah," ucap Mauren.

"Gue gak cari ulah. Temen lo tuh Thalita yang cari ulah terus sama gue," ucap Jihan.

"Ngarang aja lo. Lo duluan yang kaya gitu," ucap Thalita. Perempuan itu berdiri di belakang pintu sambil menatap Jihan yang sedang ada dalam cengkraman Mauren. Jihan tidak akan bisa lepas sebelum Mauren melepaskannya.

"Gue mau ke kelas Ren," ucap Jihan mencoba berkali-kali pergi namun Mauren menghalanginnya. "Lo gak mau kan gue laporin ini ke guru-guru?"

"Laporin aja lagi. Lo pikir gue takut?" tanya Mauren.

Suara pintu dibuka paksa membuat Thalita terpaksa maju mendadak karena daun pintu menabrak punggungnya. Mauren dan Thalita kaget melihat Septian sementara Jihan hanya menundukan kepalanya. Rasa takutnya mendadak semakin menjadi-jadi. Bukan suatu kebetulan. Tadi Septian memang ingin bertemu Jihan. Namun Jihan tidak mengatakan apapun pada Mauren dan Thalita perihal Septian yang ingin datang ke LAB.

"Sejak kapan lo ngerasa bangga kaya gini? Lo gak takut sama guru?" tanya Septian pada Mauren.

"Gue—aku sama Jihan cuman ngobrol," sangkal Mauren.

"Gue liat dari awal sampe akhir Ren. Jangan coba-coba bohong sama gue," ancam Septian semakin membuat Mauren terdiam kaku.

"Please jangan laporin guru atau orangtuaku Sep," ucap Mauren.

"Oke," balas Septian pendek. "Keluar dari sini. Lo bukan temen gue lagi," ucapan yang membuat Mauren, Jihan dan Thalita tersentak kaget pada Septian. Tenang namun langsung mematikan.

"HAH? Maksud kamu??" tanya Mauren, masih kaget.

"Septian lo enggak boleh mutusin tali silahturahmi kaya gitu," ucap Jihan memperingati.

Tapi Septian tidak membalas Jihan, "Gue udah muak ngadepin lo Ren. Gue gak mau ngurusin lo lagi. Terserah lo mau lakuin apa di luar sana asal enggak ke Jihan."

"KENAPA?? KAMU SUKA DIA SEPTIAN?!" tanya Mauren.

"Bukan urusan lo kan?" ucap Septian.

****

Setelah kejadian itu. Septian menyuruh Jihan duduk di lapangan indoor tempat orang latihan Karate. Lapangan sedang sepi di saat jam-jam seperti ini. Suasana hening meski mereka berdua bisa mendengar orang-orang yang sedang mengobrol di luar lapangan indoor. Keduanya dilanda canggung setelah Mauren dan Thalita tak lagi menganggu.

"Kenapa?" tanya Septian karena napas Jihan tidak beraturan.

"Hei?" tanya Septian lembut pada Jihan. Namun bukannya semakin tenang. Jihan justru semakin pucat. Dadanya naik turun seolah kehabisan pasokan udara.

Jihan menarik napas panjang, "Tolong ke kelasku... ambil tasku."

Tanpa pikir panjang Septian langsung berdiri. Meninggalkan Jihan. Menuju ke kelas perempuan itu dengan tergesa-gesa tanpa memikirkan pandangan heran dari teman-teman sekelas Jihan karena cowok itu langsung nyelonong masuk dan mengambil tas Jihan lalu membawanya pergi ke lapangan indoor.

Jihan langsung mengambil tasnya begitu Septian duduk di sebelahnya lagi dan memberikannya. Mereka duduk di tribune tengah.

"Cari apa?"

Jihan tak menjawab. Perempuan itu menggeledah isi tasnya lalu menemukan Inhaler dan menggunakannya. Septian tertegun melihatnya. Septian memang tahu Jihan punya asma. Dulu memang pernah kambuh saat Septian sedang jalan di pinggir jalan dengan perempuan ini.

"Udah mendingan?" tanya Septian membuat Jihan mengangguk.

"Kecapekan?"

"Mungkin. Sama kaget tadi," ucap Jihan.

"Jadi dari tadi udah nahan?"

Jihan hanya menggeleng menjawabnya.

"Mau makan?"

Jihan lagi-lagi menggeleng.

"Jihan?"

"Hm?"

"Maaf," kata Septian. Tulus tanpa ada maksud apapun.

"Enggak apa-apa," ucap Jihan. Mendadak jadi malu sendiri.

"Mungkin gara-gara begadang. Lagi sering begadang trus kedinginan. Atau mungkin karena tadi kaget dicegat Mauren. Banyak faktor."

"Begadang karena belajar?"

"Iya,"

"Maaf Jihan," ucap Septian sekali lagi dengan rasa bersalah.

"Gak perlu minta maaf. Gue aja yang terlalu maksa sampe kambuh asmanya," ucap Jihan.

Lalu keduanya hening. Jihan sedang memeluk tasnya sambil mengatur napasnya. Sementara Septian sedang duduk kaku di sampingnya. Cowok itu masih tampak rapi. Baju sekolahnya masuk semua ke dalam celana abu-abunya. Tidak seperti teman-temannya tadi yang sudah keluar-keluar sedikit.

"Kenapa masih di sini? Tinggalin aja gapapa," ucap Jihan.

"Nanti aja. Belum bel juga," ucap Septian.

"Gue udah gak pa-pa kok. Gue kan kuat."

Septian tersenyum tipis. "Percaya."

Jihan lemas karena asmanya kambuh. Tapi rasanya ditemanin oleh Septian saat ini membuatnya senang. Ada yang bisa Jihan bagi untuk apa yang sedang dirasanya. Atau lebih tepatnya Jihan merasa aman karena Septian mungkin akan dengan sukarela untuk menjaganya saat ini.

Ah Jihan rasanya GR banget

“Ayo gue anterin ke kelas,” ucap Septian, berdiri.

“EH? Enggak usah,” ucap Jihan ketika berdiri juga.

“Ayo,” Septian mengulurkan tangannya.

Jihan antara takut, lemas dan bingung menyambutnya.

“Jangan takut. Enggak bakal gue biarin kenapa-napa,” janji Septian pada Jihan.

Jihan ragu. Detik berikutnya Jihan lalu menyambut uluran tangan Septian. Percaya dengan laki-laki itu. Jihan lemah kalau sudah bersentuhan. Pegangan tangan seperti ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. Mulutnya jadi tertutup rapat karena Septian. Dengan malu-malu Jihan berjalan di samping Septian.

“Kenapa malu-malu gitu?” tanya Septian.

Jihan menggeleng lugu.

Septian tertawa tidak percaya dengan apa yang dilakukanya sekarang. Seolah Jihan adalah satu-satunya, “Lo bener-bener bikin gue gila Jihan.”

*****

AN: 1-BANYAK KATA BUAT PART INI?

SPAM NEXT UNTUK LANJUT? Biar gak sider aja

SPAM SEPTIHAN BIAR HAFAL TERUS

NEXT LAGI KAPAN??

1 KATA UNTUK MAUREN

1 KATA BUAT SEPTIHANJIHAN?

Mana nih suaranya pacar online Septian Aidan Nugroho? Hadir?

Gimana hati kalian?

Add line: @xgv8109t untuk info update. Jadi bakal ada BC dari Line untuk update-update cerita Poppi Pertiwi

FOLLOW INSTAGRAM:

POPPIPERTIWI
POPPIPERTIWII
POPPIPERTIWISTORY
WATTPADPI

GALAKSIMOVIE (Jangan lupa follow akun ini yaa untuk info-info selengkapnya)

SEPTIANAIDAN
JIHANHALANA
RAVISPA

GALAKSIALDEBARANNN
JORDANADITAMA
BAMSADNYANA
GUNTURGUTAMAA
OJIANURAGARS
NYONGBRAY

FOLLOW IG BARU OJI: OJIANURAGARS & GALAKSIALDEBARANNN

Follow Twitter:

@PoppiPertiwi_
Septianaidan
Jihanhalana

Subscribe Youtube: Poppipertiwi (Ada dua channelnya)

Order novel Galaksi di shopee: Melvanamediastore, Order novel Mozachiko di shopee: Tokotmindo / bisa kalian dapatkan di seluruh Gramedia Indonesia<3

Hai ada yang pinter buat Trailer Wattpad? Kalau ada coba buat trailer Septihan yaa buat siapa pun ini nanti aku seleksi dan kirim lewat E-mail: Poppipertiwi43@gmail.com 💚💚

Salam sayang, Poppi Pertiwi<3

Wish kalian untuk cerita Septihan ke depannya apa?

Habis ini kita update Septihan lagi kapan?💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

641K 54.7K 36
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2.1M 113K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.4M 207K 64
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
3.7M 219K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...