SHIT HAPPENS [RE-PUBLISH]

Por DesyMiladiana

775K 12.1K 189

~ Keira Tan ~ Benjamin Orlando, begitu katanya setahun yang lalu. Ben adalah sahabat terbaik dari Calista, s... Más

BAB 1 - When it Start
BAB 2 -- Unexpected Night
BAB 3
BAB 4
BAB 5 - Kenzo
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
EPILOG

BAB 10

5.2K 530 4
Por DesyMiladiana

KEIRA

"Jadi, hari ini kau akan bekerja sambil membawa Kenzo, Kei?"

Aku menoleh, mendapati Ben tengah menatapku sembari menyesap kopinya. "Iya. Sebenarnya aku ingin menitipkannya kepadamu, tapi berhubung hari ini adalah hari pertamamu residen, pasti kau akan sibuk sekali. Lagipula, Josh juga sedang ada urusan di Roma selama beberapa hari ini."

Tanganku dengan sigap meletakkan sepiring roti bakar dengan daging asap, sosis berserta telur setengah matang untuk sarapan Ben. Seminggu terakhir Ben sudah menetap di sini, aku jadi terbiasa menyiapkan sarapan dan juga makan malam untuknya. Hal ini membuat kami jadi sering bersama diberbagai kesempatan, walaupun pada saat jam makan siang aku terpaksa absen, karena pekerjaan membuatku harus bertemu klien.

"Sepertinya kebiasaan untuk menitipkan Kenzo pada Josh harus segera dihentikan," gumamnya yang berhasil membuatku mengernyitkan alis.

"Memangnya ada yang salah menitipkan Kenzo kepada Josh?" tanyaku sembari meletakkan sarapannya.

Untung saja di sini hanya ada kami berdua. Kenzo sepertinya masih mandi di dalam kamarnya. Bagus, artinya anakku tidak akan mendengar perdebatan kecil kedua orang tuanya ini. Ben berdiri seraya berjalan mendekatiku. Dia memelankan suaranya. "Aku hanya tidak ingin Josh terlalu dekat dengan anakku, Kei."

"Oh, ayolah. Mereka sudah dekat, bahkan sebelum kita bertemu."

"Aku tahu. Aku hanya tidak ingin anakku lebih menganggap Josh sebagai ayahnya dari pada diriku sendiri."

"Oh, Ben," tanganku tanpa sadar meraih wajah Ben untuk mengelusnya pelan. "Kenzo lebih menyayangimu daripada siapapun. Selama ini Ken hanya menganggap Josh sebagai pamannya, tidak lebih."

Pria itu tersenyum hangat, kemudian meraih tanganku untuk digenggamnya. "Kalau boleh jujur, aku tidak terlalu menyukai pria itu. Dia menyukaimu, Kei."

Seketika kedua mataku terbelalak mendengar ucapan Ben padaku. Josh menyukaiku? Ben terlalu banyak berimajinasi yang tidak-tidak. Menurutku, apa yang Josh lakukan padaku dan juga Kenzo adalah sebuah rasa simpati seorang pria kepada wanita single parent dan karena persahabatan kami juga membuat kami dekat. Sesederhana itu. Tapi, tidak dengan pikiran Ben.

"Tenanglah, Ben. Josh tidak seperti yang kau pikirkan."

"Kei," panggilnya. Aku menatap lekat kedua mata abu-abunya dan dia membalas tatapan mataku. "Jangan membahas Josh di hadapanku, oke. Aku tidak menyukainya."

Aku mengangguk patuh untuk menyutujui argumen lemah yang Ben ucapkan. Sebenarnya kalau ini diteruskan malah akan membuat perdebatan panjang yang akan merusak pagi indah ini.

"Bonjour! Morning!" Sebuah suara membuat kontak mata kami terputus. Sebenarnya aku duluan yang mengalihkan kedua mataku dari mata abu-abu indahnya itu.

Tubuh mungil Kenzo keluar dari balik pintu kaca. Dia berlari kencang penuh semangat menuju ke arah kami berdiri saat ini. Menubruk kakiku yang kemudian dipeluknya erat. Segera saja aku meraih tubuh mungilnya ke dalam pelukanku, lalu mencium kening dan juga kedua pipinya.

"Morning, sweetheart. Breakfast?"

"Yes, Mommy."

Ben segera mengambil alih Kenzo ke dalam gendongannya saat aku mengulurkan badan kecil Kenzo. Aku kembali dengan kesibukanku menyiapkan sarapan untuk pria kecilku. Tanpa sadar aku memperhatikan Kenzo dan juga Ben yang sedang bercanda satu sama lain. Mereka nampak akrab, tanpa ada kecanggungan walaupun baru beberapa bulan yang lalu mereka mengetahui tentang keberadaan masing-masing.

"Ini sarapanmu, sayang." Aku meletakkan sebuah piring di meja makan setelah sebuah roti bakar dan juga daging asap kesukaannya siap.

Kami bertiga duduk di meja makan dengan aku dan Ben duduk saling berhadapan. Diam-diam Aku memperhatikan calon keluarga kecilku ini. Senyum hangatku merekah lebar, Andai aku bisa menekan perasaan egoisku dan menerima tawaran pernikahan dari Ben. Aku menghela nafas panjang, lalu buru-buru menggeleng. Tidak, aku harus bertahan pada pendirianku. Demi kebaikan semuanya. Demi anakku dan juga demi hatiku.

"Daddy, mau ke mana?" tanya Kenzo di tengah kunyahannya.

Ben terkekeh sembari mengacak-acak pelan rambut anak kami. "Daddy sudah mulai kerja hari ini. Jadi, kau nanti main siang main bersama Mommy dan jangan nakal, oke."

"Siap, sir!"

"Makan perlahan Ken. Mommy ambil minuman untukmu sebentar."

Aku bangkit berdiri dan kembali melangkahkan kakiku ke dapur. Tanpa aku sadari Ben sudah mengekor di belakangku. Aku baru menyadari keberadaannya saat merasakan sebuah tangan mendahuluiku meraih sebuah gelas yang kuletakkan di rak teratas yang sejak tadi membuatku kesusahan mengambilnya.

"Kau, nanti jadi menjemputku?" tanyanya sembari mengulurkan gelasnya padaku.

"I-iya." Aku sedikit tergagap. Ini terlalu dekat, Ben. Astaga.

"Jam empat. Don't be late. See you around, baby." Ben mengecup bibirku sekilas, lalu kembali ke tempatnya. Dia segera meraih tas kerjanya. Mengacak-acak rambut Kenzo sekilas. "Daddy berangkat, Ken," ucapnya sembari mencium kening Kenzo. Kemudian, berlalu begitu saja di balik pintu.

Mungkin, dia tidak tahu efek apa yang baru saja dia berikan padaku. Sebuah ciuman, walaupun sekilas, berhasil membuat kedua pipiku bersemu merah. Debaran jantungku yang selalu berdebar kencang ketika bersama Ben, bertambah menggila. Astaga, kenapa perasaan lima tahun ini tidak juga menghilang, malah semakin bertambah setiap harinya. Ini benar-benar gila. He drives me crazy.

*****

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul setengah lima sore dan itu tandanya aku sudah terlambat menjemput Ben di rumah sakit. Aku jadi tidak enak padanya, seharusnya setelah makan siang, aku bisa kembali ke apartemen untuk memulai merancang desain baru salah satu klien. Tapi, klienku yang lain mendadak memintaku untuk mengubah rancanganku sesuka hatinya. Akhirnya aku harus mendekam bersamanya selama berjam-jam. Untung saja, setelah hampir tiga jam berlalu dengan bencana, dia menyetujui juga desain yang telah aku revisi berkali-kali itu.

Sejak tadi aku tidak mendengar suara Kenzo sama sekali. Mataku meliriknya dan mendapatinya tengah membaca ebook melalui iPad. "What are you doing, sweetheart?" tanyaku sembari memperhatikan jalanan dan juga Kenzo bergantian.

"Membaca Mom."

"Apa yang kau baca, sayang?"

"Sayap-sayap patah Khalil Gibran."

Apa yang tadi anakku ucapkan? Sayap-sayap patah Khalil Gibran? Dari mana anak yang belum genap empat tahun sudah mengenal pria yang bahkan sudah meninggal berpuluh-puluh tahun yang lalu?

"Kau tahu Khalil Gibran dari mana?" Aku mengernyitkan alis saking bingungnya.

Kepala Kenzo otomatis berputar menatapku dengan pandangan aneh seolah aku ini adalah seorang alien. "Dia terkenal Mom."

"Mom tahu. Astaga, maksudnya, bagaimana kau bisa mengetahui pria itu?"

"Aku iseng mencari sastra-sastra lama di google, lalu menemukan beberapa puisi Khalil Gibran. Satu kata ketika aku membacanya, keren! Bahkan, puisi-puisinya benar-benar penuh makna."

Kepalaku mengangguk tidak jelas menyetujuinya. Walaupun aku tidak pernah membaca langsung karya Khalil Gibran yang tersohor itu, tapi setidaknya dulu ada pria yang mengirimkanku salah satu penggalan puisinya. Untuk kesukaan dalam hal membaca, sepertinya anakku akan cocok sekali dengan Daddynya. Aku suka membaca karya Conan Doyle ataupun Dan Brown. Sedangkan Ben, jangan ditanya, aku rasa dia menyukai semua buku. Bahkan aku pernah melihat kumpulan sastra-sastra di salah satu rak khusus di dalam apartemennya. Like father, like son.

From : Ben

Aku ada di cafeteria rumah sakit.

Sebuah pesan masuk dari Ben tepat saat aku dan Kenzo baru saja turun dari mobil. Aku bergegas meraih Kenzo ke dalam gendonganku dan berjalan cepat menuju cafeteria. Berhubungan ini adalah kali pertama aku ke rumah sakit ini, jadinya aku harus mengandalkan papan penunjuk arah yang berada di rumah sakit. Tidak sampai lima menit berjalan, aku berhasil menemukan cafeteria yang terletak di dekat taman rumah sakit serta danau buatan yang sangat indah membentang di sana. Cafetaria didesain sederhana dengan dominan putih di mana-mana, terkesan bersih. Ruangannya luas dan sangat nyaman untuk para pengunjung ataupun keluarga pasien melepas lelah.

Perhatianku jatuh pada seseorang yang aku kenal. Dari belakang, aku mengetahui bahwa itu adalah Ben. Terlihat jelas sekali dari postur badannya yang tegap dan potongan rambut cokelat gelapnya. Punggung pria itu nampak bergguncang, sepertinya tengah tertawa terhadap sesuatu. Aku mengalihkan pandanganku dan menemukan seorang wanita duduk di hadapannya. Wanita itu sangat cantik menurutku, rambut pirang panjangnya dia kuncir kuda. Tubuh mungilnya dibalut sebuah gaun berwarna mint green dan nampak sangat sempurna di tubuhnya.

"Daddy!" teriak Kenzo.

Panggilan itu berhasil mengusik kegiatan Ben. Dia segera menoleh dan beranjak menuju kami tanpa berbasa-basi lebih lama dengan wanita tadi. Ternyata, wanita tadi ikut beranjak dan mengekor di belakang Ben. Seketika aku terpaku saat menyadari sesuatu yang sejak tadi mengganjal pikiranku ketika melihat wanita itu.

Wanita itu benar-benar mirip dengan Calista, sahabatku dan juga sahabat Ben. Calista juga lah yang membuat Ben jatuh cinta, hingga dibutakan oleh perasaannya. Semua yang ada pada wanita itu mengingatkanku pada Calista, kecuali rambut pirangnya. Siapa, wanita itu?

*****

Seguir leyendo

También te gustarán

477K 33.2K 43
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
994K 48K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
65.1K 10.5K 38
(Romantic Comedy) Judul lama: Main Squeeze #3 Badass Series Setelah putus cinta, Milky Atmaja merasa ada yang hampa dalam hidupnya. Namun, kehampaa...
17.5K 1.5K 67
Please jangan salah lapak #bxb "Mau semaksa apapun aku ngakuin kalo kamu itu pacar aku, mereka lebih percaya kalo yang jadi pacar kamu itu si Haidar...