I'm Coming [END]

By Maulana707

1M 39.5K 1.6K

(18+) Belakangan ini semua temanku mati secara satu persatu. Apakah aku yang akan menjadi selanjutnya? More

Prologue (Revisi)
#1 (Revisi)
#2 (Revisi)
#3 (Revisi)
#4 (Revisi)
#5 (Revisi)
#6 (Revisi)
#7 (Revisi)
#8 (Revisi)
#9 (Revisi)
#10 (Revisi)
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
Author lagi kepo
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
Fool
Chaos
Near
Lost
Devil
Pain
Eye
Genuine
Things
Sign
Risk
Awake
Explode
Step
Time
Limit
Hide
Home
Vague
Red
Zafran
Blood
Rough
Adapt
Circumtances
Stand
Humanity
Shape
Breath
Silence
Runaway
Endless
Intan
Tipping point
Gate
Who?
The Red Code
Trust Issues
Chocolate
Unknown
Delivery
Epilogue

Burn

1.8K 86 3
By Maulana707

A/N: Jangan lupa vote dan comment :)



 Hingga pria tersebut meninggal, Pandu hanya dapat menyaksikannya terbakar hingga habis menjadi abu begitu saja di tempat. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa ia sadari.  Tak ada yang tersisa sama sekali.


"Ga mungkin kalo dia itu..." berusaha menentang kemungkinan yang sempat tercetus di pikirannya.


 Untuk memastikan ulang, Pandu mencoba untuk mendekati tempat dimana pria itu berada terakhir kalinya dengan penglihatannya sendiri. Benar-benar sama sekali tak ada yang tersisa disitu.

 Satu keanehan lagi yang ia temui semenjak dunia mulai kacau. Pertama ia melihat zombi, lalu kali ini vampir? rasanya hampir mustahil namun realita langsung mematahkan argumen yang ia miliki.


 "Aku harus tetap fokus," pikirnya, mulai menyisir ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Berharap ia dapat menemukan sesuatu yang dapat berguna untuk dibawa.


***


 Sepuluh menit telah berlalu dan tidak banyak yang Pandu berhasil dapatkan di tempat tersebut. Ia sempat menemukan banyak bekas kantong stok darah yang telah kosong disembunyikan di berbagai sisi dan sudut. Sebuah korek api, beberapa obat  serta peralatan ringan, dan melihat beberapa bekas cakaran aneh yang membekas di dinding.


"Ternyata tempat ini lebih berbahaya daripada yang terlihat, aku harus memikirkan cara yang lebih efektif untuk selamat dari tempat ini."


 Dan satu-satunya tempat yang sempat terpikirkan oleh Pandu adalah ruang kontrol. Di dalam tempat tersebut terdapat beberapa hal yang hanya bisa dilakukan di tempat itu saja dalam situasi seperti ini.

 Pandu yang sudah siap untuk kembali bergerak langsung berjalan kembali menuju ke arah pintu. Ia sudah tak terlalu memikirkan tekanan demi tekanan yang terus menghantuinya dan membuka gagang pintu dengan sangat yakin.


"Sesuai dugaan."


 Tak perlu membutuhkan waktu yang lama baginya untuk berfikir, Pandu langsung menendang pintu yang ada di hadapannya dengan keras. Membuat makhluk yang berada di baliknya langsung terpental mundur beberapa langkah sebelum benar-benar terjatuh.

 Sedari tadi ia sudah sempat mengira, bahwa masih ada beberapa zombi yang menunggu diluar pintu, tapi ini masih dalam bagian rencananya. Tidak berniat untuk meladeni mereka, Pandu langsung berlari dari tempat tersebut sebelum dirinya benar-benar terjebak dari dua arah dan kali ini memang kesempatannya.

 Baginya, menghadapi para zombi memang sudahlah biasa. Tapi kali ini berbeda. Ia masih harus memikirkan strategi dan cara untuk tetap bertahan hidup. Mengantisipasi jika tiba-tiba ada seorang vampir yang menyelinap diantara mereka.


"Bodo amat." menyalakan senter yang sedari tadi ia bawa dan tidak pernah dinyalakan sama sekali untuk waktu yang lama.


 Tentu saja dalam sebuah pelarian, tidak asik jika hanya dilakukan sendirian. Oleh karensa itu para zombi dengan sukarela masih tetap setia menemani dirinya dari arah belakang.

 Pemandangan yang sebelumnya sempat tersembunyi, sekilas dapat terlihat dengan jelas berkat senter yang telah ia nyalakan. Pandu baru menyadari jika sedari tadi ternyata ia sedang berada di antara zombi dalam jumlah banyak.


"Dua yang ada di depan terlalu mengahalangi jalan," batinnya, masih dalam keadaan berlari.


 Dalam keadaan seperti ini, Adrenalinnya kembali terpacu. Pandu langsung melemparkan sebuah pisau operasi kecil disusul dengan pisau yang lainnya dalam interval tiga detik. Mengandalkan pengalaman, situasi, dan jarak, semuanya langsung ia terapkan di saat yang sama.


 Menancap tepat ke bagian vital, yaitu kepala. Dua makhluk yang berada di hadapannya langsung tumbang dalam waktu yang hampir bersamaan.


***


 Tidak memiliki banyak waktu membuatnya harus tetap maju dan merelakan kedua pisau yang sempat ia lontarkan kepada makhluk yang ada di hadapannya.

 Dalam keadaan seperti ini, Pandu memang masih belum mengetahui dimana letak ruang kontrol berada, pada umumnya setiap rumah sakit besar pasti memiliki sebuah denah gedung bangunan.


"Kain, lagi."


 Dalam usaha pelariannya kali ini, Pandu masih sempat melihat beberapa kain yang menutupi cahaya yang berada dari luar. Awalnya, ia memang masih belum menyadari untuk apa sebenarnya fungsi kain tersebut dipasang, namun setelah melihat apa yang terjadi sebelumnya, Pandu mulai berubah pikiran.

 Masih melaju dalam kecepatan, Pandu beberapa kali langsung menarik kain-kain yang telah terpasang dengan tarikan paksa. Membuat kain tersebut ikut tertarik lepas dan robek disaat yang bersamaan, membiarkan cahaya matahari yang berada di luar masuk ke dalam.

 Entah mengapa, namun firasatnya terus mengatakan untuk melakukan hal itu, terlepas dari fakta jika ia sedang berada diantara makhluk penggigit.


"Aku harus menuju ke tangga darurat," pikirnya.


 Karena listrik telah mati dan ia tidak bisa menggunakan lift, menggunakan tangga darurat merupakan satu-satunya cara untuk menuju ke lantai atas dan tentu saja, ia tak tahu tempatnya dimana.

 Pandu hanya berusaha terus bergerak sembari menghindari dirinya tergigit oleh mereka. Meskipun ia bisa melawan mereka, namun jika terus-terusan dipaksa, maka ia akan kehabisan tenaga di tempat, terlebih lagi ia sedang sendirian.


"Dalam keadaan seperti ini, cepat atau lambat aku bakalan terkepung," batinnya, berusaha memikirkan solusi untuk permasalahan yang sedang ia hadapi saat ini.


 Kecepatannya mulai melambat, nafasnya mulai terengah-engah sementara dirinya saat ini masih tidak boleh menyerah begitu saja atau semuanya akan berakhir dengan cepat. Otaknya sedang berpikir keras, situasi terus menuntutnya untuk tetap bergerak, sementara dirinya hampir tak sanggup.

 Pikirannya mulai terbayang dengan apa yang terjadi di masa lalu, sebuah cara yang mungkin dapat ia terapkan untuk situasi yang sedang ia hadapi sekarang.


"Ga ada cara lain lagi."


 Sebelum tenaganya mulai benar-benar habis, Pandu langsung menusukkan sebuah pisau menuju sesosok mayat hidup pria yang ada di hadapannya tepat menuju kepala.

 Tak membiarkan tubuh pria itu terjatuh begitu saja, Pandu langsung menangkapnya dan menyeretnya menuju sebuah kamar pasien yang pintunya sedang terbuka di sisi sebelah kanan dirinya.

 Tubuh pria itu langsung ia lemparkan begitu saja ke dalam sementara ia langsung menutup rapat pintu kamar dengan cepat, sebelum mereka yang ada diluar dapat berhasil masuk ke dalam.


"Hufh.."


 Masih belum selesai, Pandu masih harus mengecek kamar tersebut. Berhasil masuk ke dalam bukan berarti ia dapat menurunkan kewaspadaannya, tidak ada tempat yang benar-benar aman saat ini.

 Setelah memeriksa dengan mendetail, tidak ada siapapun disana kecuali dirinya dan tubuh yang sengaja ikut ia bawa masuk. Pandu sengaja membuka tirai agar pandangannya tidak terlalu gelap. Terlihat beberapa bercak darah tersebar di beberapa titik kamar, namun ia masih santai menghadapinya.

 Diantara beberapa bercak darah tersebut, terdapat sebuah bercak yang mengarah ke kamar mandi yang ada disitu, Pandu tidak perlu membuka pintu tersebut untuk memastikan, sudah jelas ada sesuatu dibaliknya.


"Buang-buang tenaga aja kalo harus aku buka."


 Langsung menyiapkan pisau miliknya, ia langsung membalikkan tubuh makhluk itu dalam keadaan berbaring menghadap ke arah langit. Untuk lebih memastikan sekali lagi, Pandu kembali menusukkan pisaunya beberapa kali ke kepala makhluk itu, berjaga-jaga jika ia akan kembali terbangun.

 Terlalu paranoid memang, namun kalian harus berterima kasih kepada orang-orang seperti mereka karena kebanyakan bungker buatan adalah ciptaan orang yang paranoid.


***


 Dengan sigap, Pandu menusukkan kembali pisaunya ke arah perut pria tersebut. Sebuah tusukan yang dilanjutkan dengan pembedahan isi perut seseorang secara langsung di tempat. Sebagai permulaan, ia membuka pembatas antara perut dan organ tubuh yaitu kulit secara paksa.

 Membiarkan isi perut langsung terbuka dan menampakan berbagai organ tubuh yang telah membusuk, ia langsung memasukkan salah satu tangannya untuk mengorek-ngorek apa yang ada di dalamnya.

 Meskipun ia tahu baunya sangat menyegat dan tidak enak untuk dihirup, Pandu terpaksa melakukannya untuk menaikkan persentase keberhasilan misinya kali ini.


"Semoga aja cara ini berhasil," sembari mengoles-oleskan berbagai macam darah yang ia korek dari isi perut di hadapannya ke seluruh tubuhnya, baik pakaian maupun kulit.


 Pandu masih terus melakukannya hingga tubuhnya benar-benar di penuhi darah yang telah sengaja ia olesi dan tentunya bau badannya juga menjadi ikut menyengat untuk dihirup.


"Oke, segini udah cukup..."

"Saatnya pergi." kembali berdiri dan membenarkan posisi peralatan miliknya yang sempat bergeser sedikit.


 Sementara sedari tadi ia masih sibuk membedah tubuh seseorang, sebenarnya Pandu sudah mengerti jika terdapat sekitar beberapa zombi atau lebih dibalik pintu tempat ia berhasil masuk ke dalam ruangan sebelumnya sedang berusaha untuk masuk.

 Tanpa banyak pikir panjang lagi, ia langsung berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya dengan cepat sementara tubuhnya juga ikut mundur bersembunyi di balik pintu. Membiarkan para zombi masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu, dengan memegang pisau tentunya untuk jaga-jaga.

 Selama beberapa detik, Pandu hanya masih terdiam di tempat sembari mengamati situasi. Pandangannya masih tak lepas menuju beberapa zombi yang telah masuk ke dalam ruangan. Ia masih tak mengeluarkan suara dan menunggu beberapa detik selanjutnya.


"Berhasil."


 Tujuan utama ia berniat mengolesi darah yang sebelumnya adalah untuk menyamarkan keberadaan dirinya dengan bau. Para zombi sangat sensitif terhadap bau dan Pandu memanfaatkan hal itu. Sekarang, ia seolah-olah merupakan salah satu dari mereka, selama tidak melakukan hal-hal yang memancing perhatian yang tidak perlu.

 Para zombi tidak menyadari keberadaannya, bahkan ketika Pandu berada di posisi yang dekat dan beberapa dari mereka juga sempat menatap dirinya sebentar, mereka hanya mendengus dan tidak seagresif ketika bertemu manusia hidup seperti biasanya.


"Aku pasti bisa.." berusaha untuk tidak gugup dengan situasi yang ada.


 Pandu bergerak secara perlahan-lahan dan sebisa mungkin berusaha untuk tidak bersenggolan dengan salah satu mereka, karena ia masih belum tau apa yang akan terjadi berikutnya. Untuk beberapa saat, dirinya sempat bertatapan dengan salah seorang zombi yang ada di dekatnya. Tatapan makhluk itu terlihat sedang mencari sesuatu berdasarkan insting miliknya.

 Hingga ia berhasil keluar dari ruangan tersebut, situasi masih berjalan dengan lancar bagi dirinya. Kali ini ia dapat sedikit bernafas dengan lega karena tidak harus berlari sepanjang waktu. Namun ancaman yang sebenarnya selain para zombi sebenarnya sedang memburu.


"Harus segera menuju tangga darurat..." pikirnya.


 Ia sama sekali tidak mendapatkan masalah ketika berjalan-jalan diantara mereka dan menyalakan senter disaat yang bersamaan. Pandu masih tidak menurunkan kewaspaadannya meskipun situasi menjadi sedikit berubah. Keterlenaan hanya akan membuat kewaspaadaan kita melemah dan hal itu sangatlah berbahaya.


"Apa yang sebenarnya terjadi?"


 Belum ada beberapa menit semenjak ia keluar dari ruangan sebelumnya, entah mengapa listrik yang ada di tempat itu menjadi kembali menyala. Membuat semua ruangan yang sebelumnya gelap menjadi terang dan menampakkan segala sesuatu yang seharusnya tidak terlihat menjadi terlihat. Padahal Pandu belum melakukan apapun, yang berarti...

 Semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Pandu tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi karena situasi langsung berubah dengan drastis.


"Ada orang lain disini." pikirnya, merasa jika hal-hal seperti ini tidak akan bisa dilakukan oleh para zombi, karena kecerdasan mereka tidak sepintar itu dan tentu saja pastinya seseorang telah menyalakan generator rumah sakit dengan sesuatu.


 Secara logika, tempat dimana generator rumah sakit berada merupakan tempat yang sama sekali tak ingin Pandu kunjungi meskipun ia sebenarnya harus. Biasanya generator yang digunakan untuk menyokong listrik rumah sakit berukuran besar dan memakan banyak tempat, oleh karena itu, generator tersebut biasanya diletakkan di bassement yang berarti ada di bawah. Sebuah tempat yang gelap dan terlihat lebih berbahaya daripada berada di lorong.


***


 Kembali lagi menuju Zafran, suara yang sebelumnya sempat ia dengarkan bukanlah suara dari Pandu ataupun Ian. Masih ada orang lain selain mereka bertiga di tempat itu. Satu hal yang ia tau pasti, suara sebelumnya adalah suara seorang wanita.


"Aku harus kuat," berusaha menguatkan dirinya yang baru terbangun belum lama ini.


 Berbicara mengenai senjata yang sebelumnya, Zafran kesulitan untuk menemukannya karena barang-barang yang ada di sekitarnya kebanyakan hanyalah perabotan rumah sakit saja dan tidak terlalu efektif untuk dipegang.


"Mungkin ini bisa dipake.." melihat sebuah cutter yang ada di dalam sebuah loker meja kayu, tempat biasanya para perawat menunggu ketika berjaga sesuai shiftnya masing-masing.


 Memanfaatkan benda yang ia temukan, Zafran memutuskan untuk membuat senjata sesuai gaya bertarungnya sendiri. Ia sengaja mencari sebuah sapu yang terbuat dari kayu untuk sedikit dimodifikasi.

 Karena sapu adalah sebuah benda yang tidak sulit dicari, Zafran langsung menemukannya di ruang kesehatan, namun ia hanya mengambil sebuah sapu saja, tidak lebih. Sapu tersebut langsung ia patahkan menjadi dua dan melepas bagian hitam yang ada di bawah sapu secara manual.

 Dua bagian sapu yang telah ia patahkan, masing-masing langsung ia runcingkan menggunakan cutter yang ia dapat. Sedikit memerlukan waktu memang, namun setidaknya benda tersebut dapat digunakan.


"Aku gatau bakal berhadapan dengan apa, tapi keliatannya ini udah cukup," sambil mengamati dua buah tongkat yang telah diruncingkan.


 Untuk jaga-jaga, Zafran memasukkan cutter miliknya ke dalam sebuah tas ransel yang ia dapat di salah satu kamar pasien yang kosong. Ia sengaja mengeluarkan segala macam isi tas yang sebelumnya kecuali pakaian yang untungnya pas untuk ia pakai berupa celana olahraga dan kaos hitam polos, selain itu semua barang-barangnya sama sekali tidak penting.


"Oke, aku udah siap."


 Gedung tempat Zafran berada saat ini memang masih merupakan gedung yang sama dengan tempat Pandu berada.

 Beberapa pintu yang ada disana memang membutuhkan akses untuk dilewati, tak peduli seberapa banyak pintu yang ada di sepanjang lorong, jika tidak bisa melewati pintu yang membutuhkan akses lewat, Zafran akan kesulitan untuk melewatinya karena terkunci rapat oleh tenaga listrik.


"Kalo gitu, kamu harus pergi ke arah lift."

"Sekarang kamu ada di lantai tujuh. Dari sana aku minta kamu turun ke lantai lima, setelah itu cari cara buat turun kebawah tanpa pake lift lagi."

"Lift?"


 Terlihat egois memang, namun sebenarnya ada alasan lain dibalik hal tersebut. Ada banyak zombi yang telah dipindahkan dari berbagai lantai menuju lantai enam. Orang tersebut melakukannya dari balik layar, tanpa harus turun ke lapangan.

 Memanfaatkan teknologi yang ada, ia memancing perhatian para zombi untuk masuk ke dalam lift menggunakan musik yang cukup keras dan menarik keluar mereka dari dalam lift menggunakan cara yang sama, hanya yang membedakan adalah musik tersebut dinyalakan di sebuah tempat yang ada di lantai enam, membuat fokus mereka menjadi tertuju menuju tempat itu dan ditendang keluar secara halus tanpa disadari.


***


"Iya pake lift, jangan langsung turun pake tangga."

"Oke."


 Telah mengetahui harus menuju kemana, Zafran mulai bergerak kali ini. Meskipun ia telah menciptakan senjata sementara, ia yakin senjata itu tidak akan bertahan terlalu lama. Bahannya memang terlihat sekali mudah patah jika salah menggunakannya, maka dari itu Zafran juga berusaha memikirkan solusi lain sambil berjalannya waktu.

 Karena sebelumnya ia sempat berkeliling sebentar, Zafran akhirnya langsung dapat menuju lift yang dimaksud dengan mudah. Terlihat di layar yang ada di hadapannya, sebuah tombol angka berwarna merah telah menyala, pertanda listrik telah menyala dan lift bisa digunakan.


"Mundur beberapa langkah, tadi masih ada satu yang ketinggalan."

"Urus dia ya." lengkapnya sesaat setelah Zafran menekan tombol lift.


 Merasa akan ada sesuatu yang terjadi, Zafran langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Instingnya merasakan ada sebuah bahaya yang mendekat.


"Sial, apaan tuh?" terkejut ketika melihat apa yang pertama kali muncul setelah pintu lift terbuka, ia langsung menghindar ke arah samping kanan sebelum makhluk yang ada di dalam berhasil menerjang dirinya.


 Terdapat seorang wanita yang memiliki wajah yang setengah hancur dan pakaian yang telah dilumuri penuh dengan darah. Sorot mata dan darah yang mengalir di mulutnya berwarna hitam pekat, membuatnya terlihat semakin menjijikkan dan mengerikan di saat yang sama.

 Wanita itu tidak berhenti sampai disitu, ia masih berniat untuk mendapatkan Zafran karena mangsa telah berada di depan mata. Pergerakannya sangat agresif dan nafasnya begitu memburu.


Aaaakkhhhhhhhhhh


 Suara jeritan yang dikeluarkan wanita itu sangat memekikkan telinga dan mengerikan di saat yang sama. Jantung Zafran juga cukup dag dig dug saat ini. Berusaha mengendalikan ketakutannya, agak ragu jika apa yang ada di hadapannya kali ini merupakan manusia ataupun bukan.


"Aku harus gimana?" batinnya, karena ia baru pertama kali menghadapi yang seperti itu semenjak pertama kali terbangun.


 Agak kebingungan dengan apa yang sedang terjadi, Zafran memutuskan untuk tetap fokus dengan apa yang sedang dihadapannya dan tidak ingin kelengahannya menjadi dimanfaatkan. Kunci untuk menganalisis situasi adalah berusaha mengendalikan diri dan mengamati sekitar.


"Apa kelemahannya?" berusaha memikirkan cara tercepat untuk mengakhiri pertarungan kali ini


 Makhluk itu kembali bergerak menuju bergerak ke arah Zafran. Menyadari jika dirinya telah menjadi target empuk, ia hanya dapat menyiapkan kuda-kuda miliknya sebagai dasar dan berusaha untuk tetap tenang.

 Beberapa detik tepat sebelum makhluk itu hampir menyentuhnya, Zafran langsung menendang perutnya dengan keras mengggunakan kaki kiri miliknya, ,membuat makhluk itu terpental mundur beberapa langkah ke belakang, namun masih tetap berdiri dan tidak terjatuh.

 Sebelum dirinya kehilangan kesempatan untuk menyerang, Zafran langsung melesat maju ke depan dan menghujamkan kayu yang telah ia runcingkan tepat ke bawah dagu dengan paksa. Tusukan yang begitu dalam hingga hampir tak menyisakan apapun untuk digenggam dari ujung kayu tersebut.


"Akhirnya mati juga," memandang tubuhnya dengan tatapan kosong.


 Zafran sama sekali tak merasa jika apa yang ia bunuh barusan merupakan manusia. Maksudnya dia memanglah berwujud manusia, namun apa yang ia lakukan tak mencerminkan tingka manusia normal pada umumnya. Terlebih lagi, yang barusan sedikit mengingatkan dirinya akan sesuatu.

 Tak ingin berlama-lama ada disitu, ia memutuskan untuk segera kembali menuju lift. Meninggalkan salah satu kayunya yang masih dalam keadaan tertancap dan menggantikannya menggunakan cutter yang sebelumnya sempat ia simpan.


"Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tertidur?"


#TBC


Continue Reading

You'll Also Like

32K 787 137
Antologi Cerpen Dan Puisi berisikan kumpulan puisi dan cerpen dan terkadang berisi kumpulan catatan yang murni dibuat sendiri oleh author sebagai pen...
1.4K 316 21
✎ 🖇 . . ⇢ ˗ˏˋ welcome to ˎˊ˗ ꒰ 🥀 ꒱ ╭────────────────── ✦ ╮ ✎ 𝐪𝐮𝐨𝐭𝐞𝐬 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐮𝐫𝐧𝐢 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐩𝐞𝐦𝐢𝐤𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐧𝐝𝐢𝐫𝐢 ✎ �...
28.2K 3.1K 39
[ SEBELUM MEMBACA, DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !!! ] > Mengandung ketegangan yang berkepanjangan > Penakut jangan baca "Bangunan yang orang lai...
698K 43.9K 54
⚠️DILARANG KERAS MENGCOPY CERITA SAYA⚠️ BELUM MEMASUKI TAHAP REVISI‼️ Namaku Ella. Aku mempunyai kakak bernama Jessie. Kerjaan kami di rumah hanya b...