DEVANO [TERBIT]

By Flowersbyy

22.5M 223K 8.4K

[JANGAN DIBACA KALAU GA MAU NYESEL. CERITA TIDAK LENGKAP.] Devano adalah cowok playboy kalangan atas yang mam... More

1. DEVANO [REPOST]
3. DEVANO [REPOST]
4. DEVANO [REPOST]
5. DEVANO [REPOST]
6. DEVANO [REPOST]
7. DEVANO [REPOST]
8. DEVANO [REPOST]
9. DEVANO [REPOST]
10. DEVANO [REPOST]
11. DEVANO [REPOST]
12. DEVANO [REPOST]
14. DEVANO [REPOST]
New Story

13. DEVANO [REPOST]

359K 13K 450
By Flowersbyy

Selamat membaca
🌈🌈🌈🌈🌈🌈
🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵
🌀🌀🌀

"Devan!! Turunin gue!" Viona mengehentak-hentakan kakinya di udara agar Devan segera menurunkannya.

"Diem, atau gue lempar lo ke jalan raya. Mau?"

Diam

Viona terdiam dengan ancaman Devan yang tak main-main itu.
Devan menurunkan Viona tepat di depan mobil. Tanganya membuka pintu mobil kemudian mengisyaratkan Viona untuk masuk ke dalam.

••••🌈🌈••••

Devan mengendarai Ferarri sahabat-nya dengan kecepatan normal. Mungkin jika tak ada Viona di sampingnya, Devan akan mengemudikan mobil sahabatnya ini dengan kecepatan gila-gilaan seperti yang selalu ia lakukan.

"Van kita mau kemana? Ini kan bukan jalan ke rumah gue." seru Viona dengan menatap manik Devan yang menatap lurus ke jalanan.

Diam.

Lagi-lagi Devan hanya diam. Dirinya tak berniat menjawab pertanyaan Gadis di sampingnya ini. Ia lebih asik melihat kearah depan dan enggan menoleh ke arah Viona.

"Devan!!"

"Hm."

"Kita mau kemana? Jangan-jangan, lo mau nyulik gue ya? Hayo ngaku!" cerca Viona dengan pikiran yang ngelantur kemana-mana.

Devan hampir saja tersedak dengan salivanya sendiri saat mendengar perkataan gadis di sampingnya ini. Mana mungkin dirinya menculik anak orang, untuk apa?

Terlintas ide jahil di kepala Devan.

"Iya, gue mau nyulik lo, terus gue cacah-cacah, gue makan, gue bagi bagiin daging lo ke anjing di rumah gue."

"Devan!!"

"Apa, sayang?"

Sumpah demi Uzumaki Naruto, pipi Viona benar-benar merona tak dapat di sembunyikan. Devan Benar-benar tahu bagaimana cara membangkitkan kemerahan di pipinya.

"Pipi kamu unyu kalau lagi blushing."
lengkap sudah penderitaan Viona. Pipinya yang sudah memerah menjadi tambah merah bagaikan kepiting rebus yang siap disantap.

"Ish, serius, lo mau bawa gue kemana? Gue takut beneran nih!"

Seketika Devan menghentikan laju ferarinya. Dirinya berhenti tepat di pinggir jalan yang memang nampak sepi itu. Dilepasnya sabuk pengamannya kemudian didekatkan tubuhnya hingga berjarak sekian senti dengan tubuh Viona.

Viona beringsut mundur hingga punggungnya menabrak dahan pintu mobil. Tak ada cela untuk Viona mengelak dari tubuh Devan. Keadaanya terjebak di antara tubuh Devan dan pintu mobil.

Ya tuhan, Devan mau ngapain?

Viona semakin mundur dengan kepala yang di tolehkanya ke samping agar tak berhadapan langsung dengan wajah Devan.

"Semakin lo mundur kayak gini, semakin gue bersemangat buat gue jahil sama lo," bisik Devan dengan suara serak di telinga bagian kiri Viona.

Pipi Viona memerah bukan main, sepertinya dirinya harus pergi ke dokter telinga untuk membersikan telinganya dari ucapan vulgar laki laki di hadapanya ini.

Viona menahan Devan dengan menempelakan tanganya di dada bidang Devan agar Devan tak semakin mendekat.

"Lo cantik kalau lagi blusing."

Sebuah senyum tertahan di wajah menggemaskan Viona. Kata-kata Devan berhasil membuat jantungnya berdetak abnormal sekaligus membuat hatinya menghangat.

"Senyum lo manis, jangan kasih liat cowok lain. Senyum ini cuma milik gue. Paham."

Tidak! Ia tak boleh lengah dengan laki laki mesum ini. Ia harus membuat tameng lebih besar lagi untuk menghalau rasa baper di hatinya saat Devan berkali kali membuatnya terbawa perasan.

Ia sudah mengambil ancang-acang bila mana dirinya akan mendapatkan tamparan dari gadisnya itu.

Dengan sigap tanganya menangkap tangan mungil yang akan menampar pipi tirusnya.

"Mau nampar? Nggak semudah itu, sayang." Devan meletakan tangan mungil itu pangkuannya. Kemudian di tatapnya manik ke coklatan milik gadis di sampingnya ini dengan intens.

"Jangan macem-macem! Diem, nurut apa perintah gue Vi, bisa?"

Viona mengangguk angguk paham mengerti apa yang Devan ucapkan. nyalinya selalu menciut saat Devan menatapnya dengan tajam.

"Tadi lo ngapain?" tanya Viona dengan nada hati-hati.

"Bukan apa-apa."

Jika terus begini, otak polosnya akan benar benar teracuni dengan otak mesum laki-laki menyebalkan di sampingnya ini.

"Lo harus tau Vi, gue cowok normal,"

"Van, jangan deket-deket," cicit Viona dengan menjauhkan wajahnya dari hadapan Devan.

"Kenapa? Hm?"

Sepertinya Viona harus memeriksakan jantungnya kedokter setelah ini. Jantungnya benar-benar bermasalah saat berdekatan dengan Devan.

"Devan!!" Viona berusaha mengahalau kepala Devan yang sangat senang berlama lama di leher jenjangnya.

Dert!! Dert!!

Mendadak Hanphone berlogo Apple milik Devan bergetar. Buru-buru Devan merogoh saku bajunya hingga benda pipih itu keluar.

Viona bernapas lega. Berkat hanphone milik Devan itu, dirinya bisa terlepas cengkraman Devan.

"Halo!"

"Iya, gue kesana sekarang."

Setelah menutup ponselnya, Devan menatap Viona dengan tatapan tajam. Di cengkramannya pergelangan tangan gadis itu hingga ruang merah terlihat jelas.

"Devan, sakit!!" cicit Viona dengan suara tertahan karena menahan sakit di pergelangan tanganya.

"Turun!" titah Devan dengan nada tenang namun terkesan dingin.

Apa? Dia nyuruh gue turun? Dijalanan? Nggak salah?

Viona menatap Devan tak percaya. Bisa bisanya laki laki itu menurunkan seorang cewek di jalan dengan keadaan jalanan yang sepi?

"Lo nyuruh gue turun disini?" kesal Viona dengan memanyunkan bibirnya.

"Hm!"

"Devan, disini sepi. Lagipula ini jalan mana? Gue nggak tau, dan ini juga bukan jalan arah ke rumah gue!"
Viona mulai terisak dengan kedua tanganya yang menutupi seluruh wajahnya.

"Lo takut gue apa-apain kan? Kalau gitu mending turun."

"Tapi,-"

"Disini sepi Devan, gue takut. Lo tega?!"

Devan menghela nafas kasar. Gadis yang di klaimnya sebagai pacar ini ternyata cengeng. Devan tak habis pikir, bisa-bisanya dirinya ingin menurunkan gadis lugu dan polos ini di tengah jalan. Emosinya benar benar tak bisa di kontrol bila sudah dipuncaknya. Panggilan telfon lima menit yang lalu membuat darah Devan mendidih seketika. Hingga gadis polos dan lugu di sampingnya ini hampir menjadi pelampiasannya.

Tidak! Ia tak akan setega itu. Viona pulang atas kehendaknya, tentu saja yang wajib mengantarkanya pulang juga adalah dirinya.

Tak tahan dengan rasa bersalahnya, Devan langsung memeluk erat tubuh Viona dan menyandarkan kepala gadis itu di dada bidangnya.

"Sssst jangan nangis, gue nggak akan ninggalin lo sendirian disini."

Viona mendongak menatap Devan yang berada di dekapannya ini dengan mata berkaca-kaca. Dilihatnya mata Devan dengan seksama.

"Janji?"

"Iya, janji" Devan terkekeh geli. Gadis di dekapannya ini benar-benar menggemaskan. Devan tak tahan. Di cubitnya pipi tembam milik Viona dengan gemas hingga membuat si empunya mengaduh kesakitan.

"Aww, jangan dicubit. Sakit!!" cicit Viona dengan suara khasnya. Viona meiringis di depan wajah Devan hingga gigi putih nan ratanya terlihat.

Devan tak habis pikir, ternyata gadis yang dulunya ia bentak-bentak dan ia perlakukan dengan tidak baik bisa semenggemaskan ini. Sungguh, Devan bertekad tak akan melepaskan gadis di dekapannya ini.

Tangan Devan dengan telaten mengusap air mata yang dengan lancang mengalir di pipi indah milik Viona.

"Jangan gini Vi. Nanti lama-lama gue takut kehilangan lo." Seketika senyum manis Viona terhenti. Ditatapnya manik sebiru samudra milik Devan.

"Ngomong apa sih?" tanya Viona dengan raut wajah bingungnya.

"Nggak papa."

"Ish."

****

"Bray! Apa kabar, lama nggak kesini, kemana aja lo?" Pertanyaan sederhana dari Cowok bertubuh gempal itu membuat Devan terkekeh geli.

"Gue sibuk." Devan menjawab seadanya.

"Eleh, lagak lo kek bocah teladan aja."

"Btw ada apa lo nyuruh gue kesini?"

Yang di tanya hanya diam dengan raut wajah sendunya. Hingga deheman si penanya menyadarkanya.

"Devan!!" teriak gadis dengan penampilan super modis berlari dari arah sebrang jalan menghampiri Devan.

"Gue kangen banget, lo jarang ke sini."
rengek gadis itu dengan manjanya.

Devan menghela napas jengah. Ia sangat malas bila harus di hadapkan dengan gadis centil ini.

Ia memang jarang sekali mengunjugi perkumpulan yang beranggotakan anak-anak bebas dan urakan ini. Bukanya ia tak suka lagi, memang ia sibuk dengan mood nya yang berubah ubah setiap waktu. Seperti seorang perempuan yang tengah mengalami masa bulanan. Well, namun itulah kenyataanya.

"Van ini siapa? Pacar lo ya?" tanya Andi dengan menatap Viona dari atas sampai bawah.

Viona merutuki kebodohanya mengapa ia dengan mudahnya ikut Devan ke tempat tak menyenangkan ini? Lebih baik tadi dirinya pulang dan bersantai dengan cokelat panasnya. Namun kenyataan menamparnya, Viona tak membawa uang dan tasnya pun di Sandra oleh Devan.

"Iya," jawab Devan seadanya.

Viona risih dengan tatapan salah satu teman Devan yang bernama Andi laki-laki itu memerhatikannya seolah olah dirinya adalah emas yang akan mendapatkan banyak uang jika di jual.

Viona kembali melihat sekelilingnya. Rumah ini sangat besar dan luas. sangat cocok jika jadikan markas bila saja Devan mempunyai perkumpulan.

•••••🌈🌈••••••

Diliriknya laki-laki bernama Andi yang membuatnya risih. Gadis yang diketahui bernama Sinta pun ikut menatapnya dengan tatapan sinis.

Ia cukup canggung untuk sekedar mengucapakan salam kenalanya.

Mendadak ia terkejut. Sinta tiba-tiba mengulurkan tanganya isyarat untuk bersalaman dan memperkenalkan diri.

"Gue Sinta. Sahabat Deket Devan." katanya dengan nada sombong. Tiba- tiba gadis bernama Sinta itu mendekatkan bibirnya di telinga Viona.

"Ingat, Devan akan selalu memprioritaskan sahabatnya di atas apapun. So, jangan berharap lebih."
Sinta melanjutkan ucapannya dengan berisik di telinga Viona.

"Devan!! Anterin gue pulang, gue nggak suka di sini." Kesal Viona dengan tiba-tiba melepaskan pelukan Devan yang berada pinggangya kemudian berlari menuju keluar gerbang.

••••••🌵🌵•••••••


Republish sabtu, 07 November 2020

Continue Reading

You'll Also Like

2.2K 197 12
helow sebelum lanjut ke cerita baca deskripsi Sampek selesai dulu ya :| Ini ceritanya kalian RENKARNASI jadi adikya mervel, seorang ytmc yang terken...
535K 26.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
11.6K 412 31
FOLLOW DULU SEBELUM BACA. Ini kisah lanjutkan dari ALDEBARA. Jadi dengan kata lain ini adalah kisah Aldebara season 2. Ini memang kisah kelanjutan...
1.6K 233 29
"Lo itu gak perlu merasa sendirian, lo punya kita" ~Huang Renjun. "Kalau lo gak berhasil dalam hal keluarga ataupun percintaan seenggaknya lo berhas...