Perumahan Bahagia ✓

By erinsarchive

127K 19.9K 5K

"Apaan perumahan bahagia? Aku bentar lagi sedih." - Adelia 20th More

Untitled Part 1
Untitled Part 2
Untitled Part 3
Untitled Part 4
Untitled Part 5
Untitled Part 6
Untitled Part 7
Untitled Part 8
Untitled Part 9
Untitled Part 10
Untitled Part 11
Untitled Part 12
Untitled Part 13.
Untitled Part 14
Untitled Part 15
Untitled Part 16
Untitled Part 17
untitled part 18
Untitled Part 19
Untitled Part 20
Untitled Part 21
Untitled Part 22
Untitled Part 23
Untitled Part 24
Untitled Part 25
Untitled Part 26
Untitled Part 27
Untitled Part 28
Untitled Part 29
Untitled part 30
Untitled Part 31
Untitled Part 32
Untitled Part 33
Untitled Part 34
Untitled part 35
Untitled Part 36
Untitled part 37
Untitled Part 39
Untitled Part 40
Untitled Part 41
Untitled Part 42
Untitled Part 43
Untitled Part 44
Untitled Part 45
Untitled Part 46
Untitled Part 47
EPILOG

Untitled part 38

1.9K 365 92
By erinsarchive

Sepulang dari menjemput Safira, Azio tentu marah-marah pada Randi karena membohonginya. Milena, yang memang menunggu oleh-oleh baru dari safira, hanya bisa shock ketika mendengar Lulu akhirnya sama Tira. Bagaimana bisa mereka semua punya pasangan dan Milena tidak punya. Hanya Milena yang sendirian.

"Berarti tinggal Dipta dan Milena saja yang belum punya pasangan ya?" Tanya Aileen. Sepertinya memancing.

"Terus aja bahas kalau aku single." Kata Milena dengan nada yang tersakiti.

"Mas Dipta mungkin mau daftar?" Tanya Adelia, lalu mengerling ke arah Dipta.

"Aku nggak mau LDR. Maaf ya Milena, jadi aku nggak bisa daftar."

Satu rumah bisa mendengar sesuatu yang patah.

Kalau ini diibaratkan benar-benar kapal, maka awak kapal akan lari keliling sana sini untuk memperbaiki kapal yang baru saja menabrak tebing es.

"Kan mbak Milena nggak kayak mantannya mas Dipta." Ujar Sherina. Awak kapal 1 sudah siap memperbaiki kerusakan.

"Aku tahu, tapi aku tetap berpikiran buruk. Bukan karena Milenanya. Traumaku lebih besar."

Kapal kembali retak. Awak kapal kembali berlarian. Mencari selotip. Mencari paku dan kayu untuk menutupi kebocoran akibat retak, yang akan membuat kapal tenggelam.

"Tapi kalau nggak LDR, berarti ada kemungkinan?" Tanya Randi.

"Bisa." Ujar Dipta sambil tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat.

Kapal mungkin sedikit tertutup, tapi tetap akan tenggelam, karena retaknya sudah terlalu besar.

"Coba aja dulu." Kata Oriel sambil tersenyum. "Jalani saja kalau kata mba Indrani."

"Aku belum siap patah hati lagi." Kata Dipta.

"Tapi aku nggak akan bikin mas Patah hati." Thats it. Milena akhirnya membuka mulut.

Para awak kapal, hanya bisa berharap kapal ini bisa baik secara sendirinya.

"I know, tapi aku insecure. Kamu hanya belum tahu aku kalau aku sudah sibuk dan tenggelam dengan thes--well sekarang disertasi, yang akan aku kerjakan. Lalu nanti kamu menyesal, lalu kamu--"

"Nggak akan menyesal." Potong Milena. "I know what i want."

"Ini nih mantep." Bisik Dimas ke telinga Azio.

"Emang Adek susah banget kemarin?"

"Parah. Untung kadar bucinnya udah 100%." Bisik Dimas lagi.

"Tapi Mil--" kata Dipta.

"Yak, ntar ngomong pribadi aja ya. Yuk makan oleh-olehnya." Potong Safira.

Nggak mungkin juga Safira membiarkan masalah milena dan dipta jadi tontonan publik. Biarkan mereka punya urusan masing-masing. Seperti dia dan Azio tadi, yang tidak tahu juntrungannya kemana.

***

"Ran.."

"Apa?"

"Kok setiap abis makan oleh-oleh dari Safira, aku selalu pusing ya." Keluh Aileen seraya memijat pelipisnya.

Randi kemudian berdiri dari duduknya, untuk memijat kepala Aileen. "Sudah sebulan loh gini terus. Kita ke dokter aja ya."

"Tapi cuman habis makan oleh-oleh Safira aja, habis itu nggak sakit lagi."

Randi menghela napasnya. "Nggak sakit lagi, atau nggak terasa karena kamu lagi bekerja? Maaf ya Len, ini kayaknya kita benar-benar harus ke dokter. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Aku tidak menerima kata-kata tidak."

Kini giliran Aileen yang menghela napas. "Iya deh. Aku ganti baju dulu kalau gitu.

***

Pintu rumah Safira sedang terbuka lebar, saat mobil Randi dan Aileen pergi dari parkiran. Ada Indrani dan Oriel dan di rumah Safira sekarang. Sekedar membantu membereskan rumah Safira yang minggu depan akan pindah ke jakarta. Well, sebenarnya ada alasan lain, yaitu Safira yang menceritakan kejadian siang tadi ke Indrani dan Oriel.

"Aku kaget," ujar Safira. "Kayak ini tuh sebenarnya dia bilang dia mau nikah sama aku? atau dia cuman asbun doang?" Lanjut Safira sambil melipat seprai sebelum di masukkan ke dalam kardus.

"Mas Azio itu serius orangnya." Kata Indrani, yang disetujui Oriel secara langsung dengan anggukan kepala.

"Buktinya dia pernah ngelamar mbak Indrani kan?" Goda Oriel.

Indrani segera mengeluarkan tatapan sinis. Indrani tidak suka masa - masa itu diingatkan. "Bukan itu maksud aku."

Oriel hanya tertawa, kemudian melihat Safira yang tersenyum. "Mau ku kasih tahu rahasia nggak?"

Dan semua mata menuju kearah Oriel.

"Mas Azio itu, dari awaaaal banget pas ngobrol sama aku, kayaknya naksir mbak Safira tahu."

Indrani hanya bisa membelalakkan mata, tidak percaya. Sementara Safira hanya membeku, berhenti dari kegiatannya.

"Kayak, 'tetangga kamu itu udah punya pacar belum sih?' atau 'cantik banget ya, rajin lagi.' cuman pas kita lagi ngumpul-ngumpul aku nggak tahu kenapa, yang dibahas malah Milena."

Indrani lalu menepuk tangannya. "Ah! yang seminggu setelah dia pindah ke sini itu kan? yang 'mas naksir siapa nih?' tapi nggak ada Milena saat itu."

Oriel mengangguk. "Waktu itu ada mas Afnan juga, ada mbak Safira juga kan? Aku tuh merhatiin banget Mas Azio itu merhatiin mbak Safira, terus pas kita tanya dia jawabnya langsung Milena."

"Mungkin, karena emang naksir Milena, bukan naksir aku." Ujar Safira, seraya kembali melipat hal-hal lain yang ada di depannya.

Oriel menggelengkan kepalanya. "Tahu nggak dia bilang apa, pas aku tanya minggu setelahnya?"

"Apa?"

"Milena nggak punya orang yang dia suka"

"Apa hubungannya?" Tanya Indrani.

"Iya, terus ku tanya gitu juga. Ku bilang, kupikir mas suka mbak Safira. Terus dia bilang, mbak Safira ada yang di suka. Kan berarti dia itu mengalah gitu."

"Terus sama Indrani gimana?" Kini giliran Safira bertanya. "Kalau dia emang suka aku, begitu tahu Milena suka Dipta, kenapa nggak lari ke aku lagi? Malah ke Indrani?"

Indrani mengerjabkan matanya saat mendengar perkataan Safira. Apakah ini seperti yang dia bayangkan? Ia melirik Oriel pelan, tapi yang dilirik sudah mulai bersiap mengeluarkan pendapat lain.

"Aku rasa sih, karena pekerjaan." Ujar Oriel. "Mas Azio pernah cerita alasan kenapa dia cuman bisa milih mbak Indrani sama Milena, dan menjadikan mbak Safira menjadi contoh."

"Aku?" Beo Safira.

Oriel mengangguk. "Dia bilang, bayangkan kalau dia menikah sama mbak Safira yang pekerjaannya tetap, terus gara-gara mas Azio akhirnya harus pindah-pindah tugas terus, terus akhirnya mbak Safira akhirnya dipecat dari pekerjaannya. Jadi dia lebih memilih yang tidak bekerja, atau yang pekerjaannya belum tetap." Jelas Oriel panjang lebar.

"Cuman dia ngelamar Indrani, aku rasa teori kalian itu semua salah."

"Soalnya aku desperate, dia juga sama." Ujar Indrani. "Tapi akhirnya kita nggak ada apa-apa kan?"

"Kalau kamu terima, ya kalian pasti nikah juga. Kan kalian bilang dia orangnya serius."

"Kan aku udah bilang Saf, bagi dia pernikahan itu ada dua." Kini Indrani membantah dengan full mode. "Bagi dia pernikahan dengan aku itu terpaksa, karena kita butuh. Bukan berlandaskan cinta. So, kalau dia emang bilang seperti itu tadi di mobil, aku harap kalian beneran nikah. Ngaku deh, kamu suka mas Azio juga kan? Ini kamu membantah terus dari tadi soalnya kamu ngerasa kamu itu cuman cadangannya dia."

"Siapa yang nggak ngerasa sebagai cadangan, kalau ada dua orang lain di perumahan ini yang punya masa lalu sama dia?

Oriel tersenyum, "Tapi nggak memungkiri kalau suka sama mas Azio ya?" Goda Oriel.

"Dia baik sama aku, El. Perhatiannya full mode. Gimana aku nggak jadi suka?"

"Ya Tuhaaaaan~" Seru Indrani, lalu menutup mulutnya karena merasa suara dia menggema ke seluruh perumahan, terutama karena pintu rumah Safira tidak tertutup. "Mas Randi bakalan salto kalau tahu ini."

"wah, finally. Kapal berlayar kapten"

"Diam Ran. Kamu juga El."

"nggak, aku bakalan bilang mas Randi kalau mbak suka sama--"

"Suka sama siapa?"

Hening, semua mata lalu menuju ke pintu depan. Ada Azio dengan celana training dan baju kebesaran berwarna krem.

"Suka sama mas--" dan mulut Indrani di tutup oleh Safira.

"Mas?" Beo Azio.

"Ngapain ke sini mas?" Tanya Safira masih membekap mulut Indrani.

"Teriakannya Indrani bikin kaget. Ku pikir ada kecoa, atau tikus gitu di rumah kamu."

"Cepet ya larinya." Kata Oriel, sambil tersenyum.

"Ya, aku nggak tahu kalau ada kamu di sini El, tahu gitu aku balik. Ya udah, aku balik kalau gitu." Kata Azio seraya membalikkan badan.

"Bantuin lah kita mas, jangan diem di situ aja." Oriel menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Nggak papa aku bantuin?" Tanya Azio.

"Nggak papaiuuh! Ih, ngapain kamu jilat?" Seru Safira sambil melepas tangannya dari mulut Indrani.

"Lah kamu pakai dekap-dekap mulut aku." Balas Indrani, sebelum mendekatkan diri ke Oriel. Meminta perlindungan.

Selama proses mengepak barang, Azio berulang kali memperhatikan bagaimana Oriel dan Indrani bercengkrama. Terlihat cocok sekali, membuat Azio tergelitik untuk menggoda. "Perasaan ya El, dulu kamu bilang ke aku kalau Indrani suka sama seseorang di sebelah rumahnya apa gimana gitu, makanya kamu nggak bisa naksir Indrani, eh ternyata."

Indrani memiringkan kepalanya, "Gimana mas?"

"Iya, dulu pas pertama kali kenal, dia bilang ke aku kalau ada beberapa orang yang harus aku hindari untuk di sukai."

Menarik, pikir Safira. "Siapa aja mas?" Tanya Safira

"Indrani yang pertama, karena suka sama mas-mas dari jakarta di sebelah rumah katanya. Lalu Lulu yang naksir Tira, lalu Sherina yang naksir Tama, sama Adelia yang naksir Adimas. Kalau Aileen dan Randi udah jadi rahasia umum."

"Sisa Milena sama Safira ya." Kata Indrani sambil tersenyum.

Azio mengangguk.

"Kok jadinya milih Milena mas?" Tanya Indrani lagi, "Terus kok ngelamar aku juga?"

Azio menggumam, "Aku tahu kalau Safira suka Afnan, jadi aku pilih Milena, and try to do so, terus naksir beneran. Kalau ngelamar kamu, karena kita sama-sama butuh ku rasa. Kamu desperate, dan aku yang sudah diminta punya anak."

Oriel segera melirik Safira, 'apa aku bilang tadi' begitu juga dengan Indrani yang 'tuh, teori kita bener'

"Kenapa mas nggak nyoba buat ngerebut? Maksud aku, janur belum melengkung, jadi suka siapa aja sebenarnya nggak masalah."

Azio menganggukkan kepalanya mendengar protes Safira. "Aku tahu kalau suka orang itu nggak masalah, cuma aku nggak suka kalau harus merebutkan sesuatu yang bukan jadi punya aku."

"Tapi mas Azio tahu kalau Indrani suka Oriel kan?" Protes Safira lagi. "Tapi masih aja ngelamar Indrani."

"Aku nggak tahu kalau Indrani suka Oriel. Lagian dari yang aku perhatikan selama beberapa hari terakhir, Indrani sepertinya sudah move on dari tetangga yang di rumah kosong itu."

Safira kemudian mendengus "Mas Azio juga pernah tuh bilang ke aku siapa yang lebih baik? Kamu? Terus kenapa sekarang bilang kalau aku nikah sama mas, aku nggak jadi benalu? Kenapa jadiin aku cadangan?"

"aku jadiin kamu cadangan?"

"Orang gila mana yang nggak sadar itu? Sama Milena di tolak, sama Indrani di tolak, terus larinya ke aku. Emang aku murahan apa?"

Azio yang awalnya mukanya lempeng, tiba-tiba berubah jadi seram. (Itu menurut testimoni Oriel dan Indrani yang ada di tempat. Mereka lebih memilih untuk pergi dari rumah ini sebenarnya). "Aku minta maaf kalau sepertinya aku menjadikanmu cadangan, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa kamu murahan, Safira. Tidak pernah. Aku harap kamu catat itu baik-baik di kepala kamu." Lalu Azio berdiri dari tempatnya.

Belum sempat Azio melangkah, Oriel segera memegang tangan Azio, mencegah Azio keluar. "Selesaikan mas. Baik-baik." Kata Oriel

"Kurang baik-baik gimana El?" Tanya Azio seraya melepas tangan Oriel. "Mungkin memang terlihatnya seperti itu kan? Aku beralih dengan sangat cepat, dari milena, lalu indrani, lalu dirinya. Pantas kalau dia berpikir seperti itu. Aku hanya bisa minta maaf. Lupakan saja yang tadi di mobil."

Safira hanya menggigit bibir bawahnya. "Kenapa sih mas Azio selalu, selalu dengan cepat mundur?" Ucap Safira.

"Terus kamu maunya apa Safira?" Tanya Azio. "Coba jelasin ke aku?"

Hening

"Nggak tahu kan? Sama, aku juga. Kenyataannya memang kamu kelihatannya seperti cadangan aku, terus aku harus gimana? Aku jelasin panjang lebar juga kamu nggak akan denger kan? Aku nggak tahu harus gimana? Aku cuman bisa minta maaf karena kamu ngerasa seperti cadangan." Ujar Azio. "Udahlah pembicaraan kita nggak akan selesai selesai kalau kayak gini."

Azio kemudian keluar dari rumah Safira, dan beberapa menit kemudian dia mendengar pintu terbanting.

"Udah Saf, itu emosi aja orangnya. Mungkin baru sadar kalau dia salah." Kata Indrani.

"Ntar aku marahin." Kata Oriel seraya bergerak keluar.

"Nggak usah, udah bantuin aku beres-beres ini aja."

"Kok kuat saf? Abis di marahin mas Zio loh." Tanya Indrani

Safira hanya tersenyum. "Aku berpikir" lalu dia memulai kegiatannya lagi.

***

Continue Reading

You'll Also Like

769 78 10
[short story] [10/10 parts] Balikan sama mantan? "Gue sih no!" - Irene "Gue mah yes!" - Suho Selamat membaca❤️ #red velvet's short story series ___...
110K 12.5K 47
Menggapaimu... Mungkin suatu hal yang mustahil. Namun, bisakah aku tetap berharap? Bahwa suatu hari nanti kau bisa mencintaiku, meski tak sebanyak ak...
55.5K 6.6K 51
Auristela Lalisa menganggap pertemuannya dengan Alaska Sehun itu ialah sebuah kesialan. Namun waktu mempertemukan mereka secara terus-menerus hingga...
183K 8.9K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...