DEVANO [TERBIT]

Galing kay Flowersbyy

22.5M 223K 8.4K

[JANGAN DIBACA KALAU GA MAU NYESEL. CERITA TIDAK LENGKAP.] Devano adalah cowok playboy kalangan atas yang mam... Higit pa

1. DEVANO [REPOST]
3. DEVANO [REPOST]
4. DEVANO [REPOST]
5. DEVANO [REPOST]
6. DEVANO [REPOST]
7. DEVANO [REPOST]
8. DEVANO [REPOST]
9. DEVANO [REPOST]
10. DEVANO [REPOST]
12. DEVANO [REPOST]
13. DEVANO [REPOST]
14. DEVANO [REPOST]
New Story

11. DEVANO [REPOST]

391K 14.8K 647
Galing kay Flowersbyy

Selamat membaca
🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵🌵
🌈🌈🌈🌈🌈🌈

•••••🌀🌀••••••

Penerimaan tamu ambalan SMA Meteor akan di lakukan besok pada hari Sabtu. Hari ini adalah sesi acara mendirikan tenda untuk para peserta PTA. Murid-murid kelas sepuluh kesan kemari membawa perlengkapan indinvidu dan sangga mereka masing-masing.

Tak terkecuali Gadis dengan perawakan mungil yang tengah membawa tenda untuk keperluan kelompoknya.

"Vio," panggil gadis yang memakai seragam serupa denganya. Siapa lagi jika bukan Qila.

"Iya, gimana?"

"Lo udah bawa apa yang disuruh kak Angel kan?"

"Udah kok, oke gue kesana dulu ya," Qila mengangguk kemudian meninggalkan Viona disitu.

Terpasang sudah tenda kelompoknya. Viona menghela napas lega. Meskipun ia terlihat lelah, namun hatinya senang bisa membantu teman temanya. Sisi manjanya ia kesampingkan dahulu. Disini bukan saatnya bermanja-manja. Disini adalah untuk mencari kemandirian.

"Adek-adek, dalam hitungan ke sepuluh nggak baris kakak kasih hukuman ya?"

Siswa dan Siswi berbondong-bondong untuk mencari barisan, semuanya terlihat panik karena jika dalam hitungan ketiga tidak baris, akan terkena hukuman.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Para siswa dan siswi berlarian menuju tengah lapangan kemudian membariskan dirinya masing masing.
Bahkan ada yang menggunakan sepatu sembari berlari ke tengah lapangan. Lantaran tak ingin mendapat apa yang tak diinginkanya.

Hukuman untuk para murid yang tak disiplin di Meteor memang tak biasa. Para murid di tuntut untuk mandiri, kuat dan disiplin. Bagi murid yang tak menaati peraturan, akan menadapatkan konsekuensi.

"SIAP, GRAK!!" teriak pemimpin upacara di tengah tengah lapangan itu. Suaranya keras hingga terdengar oleh semua murid. Laki-laki dengan tubuh tinggi semampai itu tengah berdiri tegak di hadapan para tamu ambalan dengan gagahnya.

Pakaian serba cokelat yang sudah mendapatkan banyak atribut itu memandang lurus ke depan. Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru lapangan.

"Busyeet, panas bener."

"Kagak ada payungnya apa ni lapangan? Panas banget. Gosong nih lama-lama kulit gue."

Begitulah ujar para murid-murid yang tak terima jika terik matahari berada di atas kepala mereka.

"ISTIRAHAT DI TEMPAT, GRAK!!"

"Assalamualakum wr.wb."
Pembina upacara membuka percakapannya dengan salam terlebih dahulu. Diikuti semua murid yang menjawab salam tersebut dengan tak kalah kerasnya.

"Anak-anak yang saya cintai sekalian. Dan Kakak-Kakak dewan ambalan yang saya cinta, marilah kita pertama tama memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas Rahmat dan hidayahnya kita bisa berkumpul di tempat yang berbahagia ini."

"Pak panas, cepetan Pak," teriak seorang siwsi yang sibuk mengibas- ngibaskan tanganya ke arah wajahnya. Wajahnya sudah memerah sempurna karena tak tahan dengan panas matahari.

"Tenang semua, saya tau kalian kepanasan. Saya tau kalian haus. Tapi anggaplah ini sebagai latihan mental disiplin Kalian. Oh iya pasti yang kepanasan banyak dosanya. Jadi kalian kepanasan."

Semua anak tertawa dan menganga lebar. Banyak dosa? Terik matahari yang panas ini menjadi acuan kata banyak dosa?

"Bahwa hari ini. Penerimaan tamu ambalan, resmi di buka!!" Semua anak-anak bertepuk tangan riuh membuat suasana lapangan menjadi ramai.

Upacara pembukaan telah usai dilakukan. Saatnya para peserta bersiap untuk membersihkan diri masing-masing.

Tubuh Viona lemas akibat di panaskan dibawah terik matahari yang menyengat. Wajahnya yang seputih porselen memerah karena tak tahan dengan panasnya matahari.

Pusing mulai mendera kepala Viona. Panggilan sahabat-sahabatnya tak dihiraukannya. Mungkin minum obat pusing kepala akan sembuh. Begitulah pikir Viona

Langkah Viona sebentar lagi akan mencapai kamar mandi. Namun tubuhnya limbung sebelum tanganya memegang hendel pintu kamar mandi.

Beruntung, sebuah tangan yang lebih besar darinya menyangga tubuhnya.
Viona tersadar dari pusingnya. Kesadaran masih dimilikinya walaupun samar-samar. Mata Viona melihat ada seorang laki-laki berperawakan tinggi berdiri di hadapanya.

"Dasar cewek lemah," ujar laki-laki dihadapannya ini.

Viona tahu suara ini, ini adalah kata yang selalu diucapkan laki-laki gila itu. Seketika Viona berdiri tegak dan segar kembali. Emosinya yang muncul membuat dirinya lebih bertenaga. Matanya yang semula buram kini jernih kembali. Dilihatnya wajah laki laki di hadapanya ini.

Viona memandang Cowok di hadapanya dengan raut wajah bingung. Sepertinya indra pendengaranya mendengar suara cowok itu, kenapa bukan cowok itu yang dihadapanya?

"Gue Ricky. Dewan ambalan, anak sebelas IPA 2." Cowok itu mengulurkan tanganya di hadapan Viona.

"Viona Kak, kelas sepuluh dari ambalan empat belas," Viona menjabat tangan laki-laki yang berada di hadapanya dengan senyum manis yang tersungging.

••••••••••

Viona menggerutu dalam hati. Kakinya dihentak-hentakan ke tanah dengan kesal. Raut wajahnya tak bersahabat. Lebih terkesan ingin memakan orang-orang di sekitarnya.

Dirinya sudah bersusah payah mengantri hanya untuk mandi. Mendadak telinganya mendengar instruksi dari dewan pendamping menyuruh untuk bersiap siap melakukan permainan.

Viona tak mempermasalahkan permainan. Namun yang membuat dirinya kesal adalah permainan itu mengharuskan mengotori tubuh.

Panitia permainan itu menyuruh para anggota peserta permainan untuk merayap di tanah yang sudah basah dan berlumpur. Dan merelakan pakaianya berlumuran tanah.


"Ah elah kak, ogah gue," ketus Boni dengan menatap mata kakak kelasnya sengit. Tidak ada raut ketakutan sama sekali.

"Ayo dek, seru loh, nanti mandi lagi nggak papa," balas Kakak kelas itu masih sabar menghadapi tingkah Bonita yang menyebalkan.

•••••🌀🌀•••••

Viona duduk bersila dengan gitar dipangkuanya, ia sendirian. Qila dan Bonita entah ada dimana Viona pun tak begitu peduli. Justru ia asik menari-narikan tanganya diatas senar putih tanpa berniat untuk bernyanyi.
Viona tak pandai bermain gitar, ia hanya menarik turunkan senar itu tanpa tau nada yang benar.

"Woi, lo temenya Boni kan?" Viona mendongak menatap laki-laki di hadapanya dengan raut wajah bingung. Siapa Cowok ini?

"Gue Fikri, Cowoknya Boni, dan gue tanya, dimana Cewek gue sekarang," kata Cowok itu dengan nada yang memerintah.

"Ha?"

"Dimana Bonita."

"Ha? Bukan-bukan, yang barusan, sebelum lo nanya keberadaan Boni."

"Gua Cowoknya, budek, lo?"

Viona menganga lebar hampir tak percaya dengan sahabat satunya itu. Viona tau betul siapa Bonita, Cewek itu sangat anti terhadap yang namanya cowok, dan apa ini? Ada seorang cowok yang mengaku-ngaku sebagai Cowoknya Boni? Yang benar saja.

"Mana gue tau Boni kemana, lo kan Cowoknya, masak nggak tau."

Setelah mendengar jawaban Viona, laki-laki itu berlalu dari hadapan Viona. Setelahnya Viona kembali memetik gitarnya dengan pelan.

Maniknya tak sengaja melihat ke arah tenda sekretariat milik kakak-kakak ambalan. Seketika ingatan itu melintas di otak Viona. Kejadian paling memalukan dalam enam belas tahun Viona hidup. Matanya memicing melihat kemesraan seseorang di sebrang sana.

"Dasar buaya," maki Viona.

Para dewan ambalan tengah berkumpul dan bercanda di atas panggung. Entah apa yang dibicarakan. Dari sini Viona bisa melihat Devan duduk bersama dengan seorang Siswi diatas tingkatnya dan tengah memeluk lengan Devan mesra. Cowok itu justru terlihat biasa saja. Seolah-olah hal itu sudah biasa terjadi.

••••••🌀🌀•••••

"Bro, cewek lo tuh, dari tadi ngelihatin, sono, buru samperin," ujar Ricky dengan nada jahilnya.

"Ngapain gue samperin. Nggak ada gunanya juga," jawab Devan dengan suara acuhnya.

"Ya elah, lagu lama," sambung reza yang tiba tiba datang dari arah belakang.

"Angel, lo kesana dulu, periksa anak anak Cowok, gue nyamperin Cewek gua dulu, dia cemburu kayaknya," Angel mengangguk dan melepaskan kedua tanganya yang merangkul bahu Devan kemudian berjalan menjauhi tenda sekretariat. Disusul dengan Devan yang berjalan kearah tenda Viona.

"Gilak! Angel pergi eh ada si Sella nongol," ujar Reza karena melihat Sella datang celingak-celinguk mencari seseorang. Dan Reza tentu tahu siapa orang itu.

"Devan, kamu kemana sih? Aku cariin dari tadi juga," rengek gadis itu dengan suara manjanya. Devan memutar bola matanya jengah. Gadis itu selalu bersikap manja padanya. Padalah deklarasi putus telah ia kumandangkan sejak seminggu yang lalu. Namun gadis itu masih saja tak tau diri.

"Lepasin tangan gue!!" Sella dengan cepat melepaskan rangkulan tanganya dibahu Devan.

"Sella, Ikut gue yuk nongki-nongki di warung sebelah," ajak Ricky dengan mengedipkan sebelah matanya.

Sella memutar bola matanya jengah. Ia menghampiri tenda sekretariat untuk Devan bukan laki-laki tengil macam Ricky.

"Ogah!!" jawab Sella dengan bentakan kemudian berlalu dari hadapan Devan.

"Yeee, seleranya sama yang buaya-buaya, padahal mendingan gue kemana-mana, setianya tidak perlu diragukan," kata Ricky bangga.

Devan berdiri kemudian melangkahkan kakinya ke arah tenda Viona, tadi sempat tertunda karena kehadiran Sella.

"Halo cantik," sapa Devan dengan cengiran khasnya. Namun gadis di hadapannya itu tak kunjung bersuara. Sikap acuh tak acuhnya lah yang di tunjukan.

Devan merebut gitar yang ada di tangan Viona kemudian menaruhnya di sampingnya. Tanganya menarik dagu gadis itu hingga tatapan mereka bertemu.

"Tatap mata gue kalau gue ngomong sama lo," kata Devan dengan nada yang berubah dingin dari biasanya.

Viona menelan ludahnya susah payah. Ia lemah jika di hadapkan berandal sekolah satu ini. Devan cukup menyeramkan jika bersikap seperti ini.

"Apaan sih?" tanya Viona dengan wajah polosnya.

Melihat wajah dan sikap Viona membuat hati Devan melunak. Hatinya menghangat melihat tatapan teduh gadis di hadapannya ini.
Devan tahu, Viona tengah menahan kegugupannya. Namun dengan jahilanya Devan enggan melepaskan tangannya yang memegang dagu gadis itu. Justru Devan menaikan tangannya hingga kedua tanganya merangkum wajah menggemaskan Viona.

"Miliknya Devan harus nurut, paham?" bisik Devan di telinga Viona. Suaranya terkesan berat dan serak.

"Gu-gue bukan milik lo, dan gue udah punya pacar sendiri, dan itu bukan lo." Ada rasa bangga dalam hati Viona. Walaupun dengan sedikit terbata, Viona bisa menyelesaikan kaliamatnya.

Sorot mata Devan berubah dingin. Viona merutuki kebodohanya dengan mengucapkan kalimat itu. Seharusnya dirinya tak berkata apa apa. Maniknya sejak tadi risih terus saja diperhatikan anak-anak di sekelilingnya.

"Ekhem," Viona mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Sahabatnya Qila datang Dengan membawa makanan ringan di tanganya.

"Ya elah, dua-duan mulu, bisa jadi nyamuk gue kalau lama lama disini,"
Qila menangkap sinyal dengan manik Viona yang memelas ke arahnya. Qila tahu Viona mengisyaratkan jangan pergi please temenin gue namun Qila dengan jahilnya justru tersenyum dan meninggalkan Viona.

"Siapa?" tanya Devan dengan tatapan tajam dan menusuk tepat didalam bola mata Viona.

"Maksudnya siapa pacar lo? sekolah dimana? Sekolah pulang lewat mana?"

Harus menjawab apa Viona? ucapannya tadi hanyalah alibi untuk mengusir Devan agar pergi dari hadapannya. Namun dugaanya salah. Devan justru menanyakan pacar yang sebenarya hanya alibi bodohnya.

"Udah Van, jangan di Pepet mulu, kasian tuh, mukanya udah pucat gitu, anak orang loh itu," sahut Ricky yang sejak kapan sudah ada di sekitarnya. Viona menatap laki laki yang bernama Ricky itu. Viona ingat Ricky lah yang menolongnya ketika hampir jatuh di depan pintu kamar mandi.

"Ya elah, Viona, jangan di dengerin. Buaya emang gitu," sambung Reza dengan melempar tatapan jahil ke arah Devan.

"Nggak cuma buaya Vi, Devan itu bunglon. Bisa berubah-ubah di manapun tempatnya," celetuk Gilang ikut nimbrung.

Devan memutar bola matanya jengah, sahabat sahabatnya ini selalu saja menjahilinya dengan kalimat-kalimat ejekan receh yang membuat telinganya bergemuruh.

"Ya kali gue berubah. Lo pikir gue Power Ranger?" Devan berdecak kesal.

Viona hampir tertawa mendengar ucapan ucapan teman teman Devan. Viona memerhatikan wajah kesal Devan dengan menahan senyumnya.

•••••🌵🌵••••••

T

erimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini

Repost : Jumat, 30 Oktober 2020

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

246K 19.5K 48
[END] Cover by : @chittava "Gua engga bakalan berhenti buat suka sama lo! sampai lo juga suka sama gua! gua engga peduli lo cewe sekalipun yang penti...
2.2M 21.9K 16
PART LENGKAP ADA DI DREAME! MALVIN SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE, SHOPEE, TOKPED! FOLLOW SEBELUM MEMBACA, KARENA PART MENUJU ENDING A...
15.9K 2.3K 41
Manila Putri Joshua, gadis yang ditakuti di SMA Gradisa, gadis bermulut pedas dan tidak pernah bersikap manis, memiliki teman kebanyakan laki-laki un...
5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...