Under Nasa's Spell

Av trooyesivan

14.7K 2K 246

Memiliki banyak tato tidak harus dicap sebagai anak nakal. Januar Wiranda adalah contohnya. Walaupun banyak t... Mer

00. CHARACTERS
1- MISSING
2 - NEED YOUR HELP
3 - AGREEMENT CONTRACT
4 - NO JUDGEMENT
5 - CHEATED
6 - FANBOY-ING MODE:ON
7 - FEAR
8 - TRACKED
9 - AN EARTHQUAKE
10 - JANUAR IS SHAKING
11 - CARE
13. SECOND KISS
14. TRAP
15. LIGHTS OUT
16. LEAKED
17. THE CURE FOR YOUR HEARTBREAK
18. FACING HER PROBLEMS
19. PRESS CONFERENCE
20. PANIC ATTACK
21. CHILDHOOD TRAUMA
22. TELL
23. THE MAN SHOWED UP
24. INCIDENT
25. A TOUGH DAY
26. RUMORS SPREAD LIKE WILDFIRE
27. CONNECT THE DOTS
28. GOT YA
29. THE CRIMINAL LAW
30. GHOSTING
31. DRUNK AT NIGHT
32. GROCERIES
33. IS IT THE ENDING?
34. MIDNIGHT TALK
37. "LET'S DATE"
38. UNLOCK IT
39. PROTECT HER AT ALL COSTS
40. LOVEY DOVEY
41. WENT HOME

12 - DEBATE

389 69 1
Av trooyesivan

Mondar-mandir adalah hal yang dilakukan Nasa.

Kalau dipikir-pikir, ini namanya balas dendam. Januar mendorongnya saat gempa semalam dan membuatnya sakit hati karena itu. Sekarang, Nasa-lah yang mendorong Januar hingga membuat cowok itu dilarikan ke rumah sakit.

Balasannya setimpal.

Sama-sama menyakitkan.

"Lo pasti hendak melakukan itu kan? Ya, gue tahu hormon kalian sedang tinggi. Tapi bisa nggak sih—" ucapan wanita itu terpotong oleh Nasa.

"Nggak! Gue dan Januar nggak melakukan yang aneh-aneh!"

"Lah? Posisi kalian saat itu jelas-jelas sangat mendukung! Kebetulan aja langsung keciduk, kalo nggak pasti kelepasan!"

Perdebatan mereka terhenti saat Juan datang dengan berlari menghampiri mereka. Ia terengah-engah dan menatap wanita cempreng itu. "Januar masih di dalam, Nat?"

Wanita yang bernama Natasha  langsung memukul lengan Juan berkali-kali. "Aku telepon nggak diangkat! Adik kamu lagi sekarat gara-gara dia seharusnya kamu mikir dong!"

"Maaf, hape aku di-silent. Tapi Januar nggak apa-apa kan?"

Nasa menatap Juan sembari melipat lengannya. "Tenang aja. Lukanya nggak gede kok. Paling cuma lima jahitan."

"Lima jahitan dari mana?! Jelas-jelas tadi darahnya mengalir banyak! Meninggal karena kehabisan darah bisa ka—"

Juan mengalungkan lengannya di leher Natasha dan menutup mulutnya cepat. "Hush, jangan ngomong yang aneh-aneh. Tenang."

"Gimana nggak tenang?! Darahnya banyak gitu! Lihat baju aku yang penuh sama darah!" ucap Natasha kesal.

Juan menatap kunci yang ada di tangannya. "Kebetulan aku punya baju bersih di mobil. Mending kamu ganti. Ayo aku anterin," mata Juan beralih ke arah Nasa. "Nas, titip Januar sebentar ya?"

Nasa menganggukkan kepala. Setelah kepergian mereka berdua, cewek itu cemberut sembari ngedumel. Menyumpah serampah kekasih Juan karena sifat bawelnya dan suka berteriak tidak tahu tempat.

Salah satu dokter keluar dari ruang UGD dan tersenyum ke arah Nasa.

"Keadaan pasien bagaimana, Dok? Dia nggak apa-apa kan?"

"Syukurlah tidak ada luka serius pada pasien. Hanya saja dahinya sedikit robek yang mengharuskan kami menjahitnya sebanyak lima jahitan. Saat ini pasien sudah tersadar. Anda bisa menjenguknya."

Tuh kan, perkiraannya ternyata benar. Memang Natasha saja yang berlebihan.

"Ah, baik. Terima kasih banyak, Dok."

"Sama-sama."

Nasa segera menghampiri ranjang milik Januar yang berada di balik sekat gorden. Cowok itu sedang menatap plafon putih sembari termenung, seakan memikirkan suatu hal.

"Januar, gimana keadaan lo?"

"Deg-degan."

"Hah?"

Januar segera menyadari ucapannya dan langsung menatap Nasa. "Nggak apa-apa. Gue deg-degan karena besok ada kompetisi. Selain itu, gue penasaran sama ending film Spiderman."

Sumpah? Jelas-jelas dirinya sedang sakit, bagaimana bisa dia memikirkan hal-hal yang tidak penting?

"Lo nggak usah ikut kompetisi apalah itu. Udah istirahat aja yang cukup."

Januar menggeleng cepat. "Nggak bisa. Gue harus. Mengikuti lomba dan memperbanyak sertifikat adalah misi gue supaya bisa ngambil S2 di luar negeri dengan beasiswa."

Saat Nasa hendak menentang ucapan Januar kembali, suara langkah seseorang yang tengah berlari membuat Nasa menengok. Melihat Natasha yang menghampiri cowok itu dengan khawatir. Bajunya yang saat itu penuh akan darah, sudah diganti oleh baju kaos berwarna hitam. "Kamu nggak apa-apa, Januar? Ada yang sakit?"

Januar memegang tangan Natasha untuk melepaskannya dari dahinya. "Nggak apa-apa, Kak. Ada apa bisa sampai ke rumah sakit?"

Natasha lalu menceritakan kalau sebenarnya ia ingin bertemu Januar karena mendapat info kalau adik kekasihnya itu sakit. Juan yang memberitahunya sendiri karena mendapat info dari Chaka. Sebenarnya pagi itu, Juan ingin mampir ke apartemen. Namun, tidak bisa karena pekerjaan mendadak. Akhirnya Natasha-lah yang berinisiatif untuk menjenguknya. Tidak disangka ia bertemu dengan Nasa yang sedang mendorong Januar hingga terjadilah sebuah insiden berdarah.

"Oh, mungkin itu penyebab Nasa nendang gue. Kaget ya lo?" tanya Januar pada Nasa sembari menahan tawa.

Pipi perempuan itu memerah di balik maskernya. Dia berdeham untuk mencairkan suasana. "Lain kali pencet bel dan ucapin salam kalo mau masuk ke apartemen orang."

"Dan lain kali cari kamar kalo mau berhubungan seks."

"APA?!" seru Januar dan Juan bersamaan.

Natasha melipat tangannya. "Jelas kok. Januar berada di atas dia waktu di sofa saat aku ciduk. Mending kamu pisahin mereka deh Juan. Nggak baik cewek dan cowok dalam satu apartemen."

"Astaga, Kak! Sumpah kita nggak ngelakuin itu! Nasa jatuh nabrak sofa terus dia narik gue dan gue pun ikut jatuh di atas sofa. Posisinya memang rada ambigu, tapi emang itu kenyataannya!" bela Januar menunjukkan kedua jarinya tanda bersumpah.

Juan menggeleng dan berbicara sepelan mungkin. "Masalahnya, nggak semudah itu, Nat. Nasa adalah orang yang dicari-cari netizen saat ini. Bahaya bagi dia untuk nomaden. Toh, kita juga tinggal bersama tapi nggak ada yang aneh-aneh kan? Januar juga nggak mungkin melakukan itu karena dia lebih bucin sama buku daripada manusia."

"Tuh, tau!" ucap Januar setuju.

Natasha tampak berpikir. "Atau begini deh. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Nasa tinggal di apartemen gue dan Juan."

"Nggak boleh!" seru Juan dan Januar serempak.

Bahu Natasha turun seketika dan merasa kesal. "Kenapa lagi?!"

"Ya karena—"

Suara gorden yang bergeser membuat Januar menutup mulutnya. Salah satu suster mengingatkan mereka untuk tidak berisik dikarenakan banyak pasien yang sedang sakit dan merasa terganggu.

Nasa langsung meminta maaf agar masalah tidak semakin panjang. Setelah kepergian suster dengan menutup sekat gorden, Nasa kembali membuka suara. "Ya udah gini aja. Mungkin keberadaan gue di sini membuat kalian terganggu. Mulai besok, gue akan pindah dan cari hotel sendiri. Maaf kalau selama ini gue ngerepotin kalian. Terutama Juan dan lo Januar."

Cewek itu menunduk dan berlalu meninggalkan mereka. Januar mencabut infusan karena sudah terlalu kesal dengan pacar kakaknya. "Lain kali, tolong jangan ikut campur urusan gue sama Nasa. Kak Nat nggak tahu kan rasanya memiliki roomate yang selalu ada disaat kita sedang kesusahan?"

Januar mendengus kemudian mengejar Nasa agar tidak kehilangan jejaknya.

Sementara Natasha menghela napas menatap punggung Januar yang mulai menjauh. "Aku mulai ragu kalau Januar nganggep Nasa sebagai teman."

Juan menahan tawanya. "Biarin aja. Kapan lagi kan ngeliat Januar bucin-nya ke cewek, bukan ke buku?"

• • • • • • 

"Nasa tunggu!" seru Januar di lorong rumah sakit. Cowok itu mengejarnya hingga ia berhasil memegang tangannya. Kepalanya masih terasa sakit. Namun, ia memilih untuk tidak menghiraukannya.

"Mau ke mana?" tanya Januar mengambil napas karena sehabis berlari.

Cewek itu melepas tangan Januar. "Mau cari udara segar."

Nasa melangkah menuju taman rumah sakit. Cuaca saat ini tidak terlalu terik. Angin sepoi-sepoi membelai kulit saat mereka melangkah. Nasa duduk di salah satu bangku dan Januar duduk di hadapannya.

"J-jangan pergi," ucap Januar terbata-bata.

Cewek itu menatapnya kemudian melipat tangan. "Nggak apa-apa. Gue ngerti maksud Natasha. Nanti malam gue akan packing dan cari tempat yang lain."

"Plis jangan dengerin kata Kak Nat."

"Memangnya kenapa?" tanya Nasa serius.

Karena gue khawatir sama lo. Batin Januar berkata sambil menatap Nasa.

"Karena ... ini tentang gue dan lo. Kak Nat nggak ada hubungannya sama sekali dengan ini. Dia nggak berhak  ngusir lo karena gue adalah pemilik apartemen."

"Are you really okay if I stayed in your apartment for one month?" tanya Nasa meyakinkan.

Januar mengangguk. "Ya, you paid me for that. So, it's okay."

"Okay."

Setelah itu tidak ada yang berbicara. Suara burung berkicau mengisi keheningan mereka. Januar menunduk dan memainkan jari-jarinya. Ia menatap Nasa kembali dengan merasa bersalah.

"Ngomong-ngomong, gue minta maaf soal kejadian kemarin. Sewaktu gue ngedorong lo ke lemari."

Nasa memalingkan wajahnya ke arah Januar. "Karena itu kan penyebab pipi lo merah waktu gue ungkit tentang semalam di meja makan? Lo merasa malu?"

"Hah?" tanya Januar tidak mengerti.

"Kejedot kaca bisa bikin amnesia juga ya ... ya udah nggak usah diinget. Gue percaya sama lo dari cara lo ngedorong gue. Bener kata Juan waktu itu, gue aman sama lo, karena lo lebih tertarik sama buku daripada cewek. Gue sangat menghargainya. By the way, udah gue maafin kok. Maaf juga soal yang tadi ya, gue bener-bener nggak sengaja."

Sebentar. Gue bingung. Apa yang dimaksud Nasa di meja makan tadi karena persoalan tadi malam gue ngedorong dia? Memang benar sih, gue malu, tapi ... berarti dia nggak tahu dong, kalau semalam sleep walking?! Batin Januar berkata-kata.

"I-iya," jawab Januar mengusap tengkuk lehernya.

"Hubungan gue dan lo hanya sebatas teman ya sampai satu bulan ke depan. Gue harap dari masing-masing kita nggak akan melanggar peraturan nomor 7."

Januar mengangguk dengan berat hati.

Gue harus menghilangkan perasaan ini. Tenang Januar, lo pasti bisa! Cowok itu menyemangati diri dalam hati.

Nasa beranjak dari tempat duduknya. "Masalah udah selesai kan? Ayo balik. Oh iya, lo masih pusing? Perlu gue pinjem kursi roda buat lo?"

"Nggak, gue bisa jalan sendi—ah!" Januar refleks memegang dahinya karena berdenyut.

Nasa menghela napas dan memutar bola matanya. "Nggak usah sok kuat depan gue. Jujur apa adanya aja. Ya udah, tunggu di sini. Gue pinjam kursi roda dulu."

Januar melihat cewek itu yang melangkah menjauhinya. Menatap punggungnya dan tersenyum tanpa sadar. Nasa tampak berbincang dengan salah satu suster dari balik maskernya. Matanya menyipit karena membentuk sebuah senyuman saat cewek itu mengucapkan terima kasih.

Ia kembali dengan membawa sebuah kursi roda, setelah itu memegang lengan Januar untuk menuntunnya. Ia mendorong kursi roda melewati koridor yang cukup lengang.

"Nas, besok jadi ya," ucap Januar tiba-tiba menatap ke arah kepala wanita itu.

"Apa?"

"Nonton Spiderman."

Nasa menahan tawanya karena Januar tampak kekanak-kanakan dengan permintaannya. "Iya, asal lo istirahat yang cukup saat sampai rumah."

"Siap! Oh iya ini kita mau ke mana? Bukannya balik ke tempat Kak Juan?" tanya Januar kebingungan.

"Kita naik taksi online aja. Gue nggak mau satu mobil sama Natasha."

Januar mengangkat kepalanya. "Nggak pamitan?"

"Biarin aja."

"Oke. Eh tapi besok bener ya, nonton Spiderman?"

Nasa memberhentikan kursi roda dan melihat Januar yang kini menatapnya. "Lo sekali lagi nanya, gue lakban ya mulut lo!"

Januar terkekeh. "Oke."

• • • • •

a u t h o r n o t e :

Happy 2k viewers untuk Under Nasa's Spell! Ih sumpah seneng banget gue. Terima kasih sudah membaca dan selamat menunaikan ibadah puasa ya! <3

-marcel

30 April 2020

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

RAYDEN Av onel

Tonårsromaner

3.6M 222K 67
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
MARSELANA Av kiaa

Tonårsromaner

570K 26.6K 49
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
870K 74.9K 46
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
My Sexy Neighbor Av F.R

Tonårsromaner

340K 4K 19
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+