SEPTIHAN

By PoppiPertiwi

54.3M 4.2M 4.2M

Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaks... More

SEPTIAN AIDAN NUGROHO
1. RAVISPA!
2. SELAMAT BERJUANG, JIHAN
3. AVEGAR! PENGKHIANAT SMA GANESHA
4. ONE BY ONE
5. SEPTIAN JELEKKKK
6. KEJUTAN PAGI
7. RASA YANG BERBEDA
8. KARENA TERPAKSA
9. DIA PERNAH SINGGAH LALU MENJAUH BEGITU SAJA
10. DIA TIDAK CINTA KAMU
11. TERNYATA TIDAK UNTUKKU
12. DIA YANG SEDERHANA
13. SEBASTIAN: SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN
14. EUFORIA
15. PERASAAN BARU
16. KEPINGAN
17. CEMBURU
18. UNTUK YANG PERTAMA
19. KITA
21. PERGI
22. AWAL BARU
23. KEMAJUAN PESAT
24. ISI KAMERA SEPTIAN? (1)
24. ISI KAMERA SEPTIAN (2)
25. KAMU MAU JADI PACAR SAYA?
26. DAY 1
27. KEJUTAN
28. MEMAAFKAN
29. PESTA
30. PROBLEM
31. TITIK AWAL
32. PERTANDINGAN BASKET GANESHA
33. HIS CHARACTER
INTERMEZZO: WARJOK, QNA & Trailer Story
34. RUANG FOTOGRAFI: Jihan?
35. AWAN
36. 9X - 7i > 3 (3x - 7u)
37. EVERYTHING I DIDN'T SAY
VOTE COVER NOVEL SEPTIHAN + VISUAL
38. FILOSOFI MAWAR, BUNNY & RASA SAKIT (1)
38. SEPTIAN, THALITA & JIHAN + INFO NOVEL SEPTIHAN(2)
38. EXCLUSIVE: BERJUANG (3)
39. EXLUSIVE: 520 & PERAHU KERTAS : NOVEL SEPTIHAN
40. EXLUSIVE: PERINGKAT PERTAMA | JIHAN HALANA (SELESAI)
1. EXTRA PART SEPTIHAN: DISTRO SEPTIAN AIDAN NUGROHO
2. EXTRA PART SEPTIHAN: PERAYAAN UNTUK SEPTIAN AIDAN NUGROHO
3. EXTRA PART SEPTIHAN: LANTAI 80 || A SKY FULL OF STARS
4.1 EXTRA PART SEPTIHAN: PARADE KUMPUL RAVISPA [RULES OPEN RPPI]
4.2 EXTRA PART SEPTIHAN: SUIT & LUXURY
4.3 EXTRA PART SEPTIHAN: PODIUM
4.4 EXTRA PART SEPTIHAN: RESTU
4.5 EXTRA PART SEPTIHAN: MENGERTI?
4.6 MENENANGKANNYA
4.7 EXTRA PART SEPTIHAN: TENTANG WAKTU
4.8 EXTRA PART SEPTIHAN: BETTER BELIEVE ME
4.9 EXTRA PART SEPTIHAN: DITERIMA

20. FEELING + MNG

943K 83.6K 44.7K
By PoppiPertiwi

20. FEELING

"Perempuan itu butuh kata-kata dan tindakan." - Jihan Halana

"Kenapa sih dari sekian banyak cewek lo harus milih sama Jihan, Sep?" tanya Mauren pada Septian. Keduanya masih duduk di bangku dekat kelas Septian. Agak jauh di arah timur.

Mauren Anikle. Perempuan keturunan Indonesia-Belanda. Perempuan ini adalah teman saat Septian TK dulu. Dia adalah saksi bisu kejeniusan Septian di kelas saat tempat itu sedang sepi. Septian yang mendengarnya pun memilih tidak menoleh. Cowok itu sedang memasang sebelah tali sepatunya yang lepas.

"Emangnya kenapa?"

"Kok nanya kenapa? Bukannya lo bilang gak suka sama Jihan?" tanya Mauren.

"Itu dulu," jawab Septian membuat Mauren mendelik.

"MAKSUDNYA? Sekarang lo suka sama Jihan???!" tanya Mauren.

"Deket bukan berarti gue suka sama Jihan," ucap Septian.

"Gue lagi belum kepikiran untuk hubungan serius. Sekarang tugas gue masih harus banyak belajar," ucap Septian.

"Lo itu udah jenius banget. Ngapain belajar?"

"Merasa puas emang salah satu sifat manusia yang paling jelek," ujar Septian membuat Mauren langsung terdiam, merenggut.

"Jangan pernah menyepelekan sesuatu," imbuh Septian dalam.

"Gimana kabarmu?" tanya Mauren pada Septian. Mengubah cara bicaranya. Seperti saat mereka kecil dulu.

"Baik," balas Septian irit.

"Aku harap kamu baik-baik aja Septian. Aku seneng kalau kamu pinter, jadi juara kelas, banyak yang suka. Sekarang malah udah banyak punya temen. Jangan pernah lupain aku ya Septian. Aku pernah jadi temen kamu. Kapan pun itu jangan malu untuk berbagi sama aku," ucap Mauren sedih.

"Septian boleh minta sesuatu gak?" Septian menoleh pada Mauren.

"Boleh peluk gak? Aku lagi banyak masalah gak tau harus cerita ke siapa," ucap Mauren.

Septian termenung. Detik berikutnya cowok itu mengangguk membuat Mauren bergeser ke kanan lalu memeluk Septian. Mauren memeluk Septian tidak sebentar. Cewek itu memeluknya lumayan lama. Ada jeda panjang di antara keduanya. Septian juga mendengar Mauren sedang bergumam sesuatu.

"Salah gak si Sep kalau gue suka sama lo?"

****

Jihan mundur. Perempuan itu tidak jadi mendekat. Hanya bisa mengamati keduanya tanpa kata-kata. Sekali lagi Jihan merasa Septian memberinya harapan yang terlalu tinggi. Bahkan peristiwa di belakang sekolah yang membuat Jihan jadi uring-uringan itu seperti angin lalu untuk Septian. Lihat saja. Sekarang cowok itu bahkan sedang peluk-peluk cewek lain.

Deket bukan berarti gue suka sama Jihan.

Jihan mendengus. Kata-kata itu membuat mood-nya rusak total.

"Kan gue bilang juga apa. Jangan mimpi tinggi-tinggi. Ntar jatuhnya sakit," ucapan Thalita membuat Jihan menoleh.

"Gue yang sekelas aja susah deketin Septian. Apalagi lo," ucap Thalita lagi.

Kompor banget sih nih cewek???! Kesal Jihan dalam hati.

Kaya gak ada kerjaan aja, lanjut Jihan dalam hati.

"Lo ngapain Thal?" tegur Jordan. Cowok itu sebenarnya murni mau melintas.

"Ngapain apanya sih? Orang gue mau ke kelas," ucap Thalita pada Jordan.

"Kalau mau ke kelas ngapain masih di sini sama Jihan? Sana ke kelas," ucap Jordan. Cowok itu tadi sempat melihat bagaimana raut muka Jihan dan Thalita saat bicara. Jihan yang begitu, entahlah. Sedih mungkin? Dan Thalita yang tidak terlalu peduli. Setelah Thalita pergi. Barulah Jordan kembali membuka suara.

"Diapain sama Thalita?" tanya Jordan.

"Gak diapa-apain kok Dan," ucap Jihan.

"Yang bener?"

"Bener," jawab Jihan antusias.

"Tapi kok muka lo kaya sedih gitu?" tanya Jordan. Jihan meringis. Cowok ini benar-benar teliti dengan raut wajahnya.

"Masa iya muka gue kaya sedih?" tanya Jihan. "Perasaan lo aja kali."

"Entar kalau diapa-apain tuh bilang Han. Jangan sampe pas udah kejadian baru bilang," ucap Jordan khawatir pada Jihan membuat Jihan tertawa mendengarnya. Tidak biasanya seorang Jordan-teman Septian yang jarang dekat dengannya jadi berbicara banyak seperti ini padanya. Entah karena kasihan atau memang ingin menawarkan bantuan.

"Tenang aja Dan. Nyawa gue ada sepuluh kok," ucap Jihan bercanda.

****

Sepulang sekolah Jihan menunggu Septian di perpustakaan. Cowok itu berjanji ingin mengajarinya matematika hari ini. Maka di sinilah Jihan. Menunggu kehadiran Septian. Tadi Jihan sempat lewat kelas Septian. Kelas cowok itu sudah bubaran. Maka Jihan pikir sebentar lagi Septian akan tiba.

Tapi sampai detik ini juga Septian belum datang menemuinya di perpustakaan. Sudah terhitung satu jam Jihan menunggu. Septian tidak datang juga. Jihan sudah mengiriminya banyak pesan dan menelpon ponselnya berulang kali namun nihil. Septian tidak bisa dihubungi. Bahkan pesannya pun tidak dibaca.

Dua jam kemudian. Jihan masih menunggu Septian. Cewek itu mulai mengantuk.

Tiga jam kemudian. Jihan masih setia menunggu sambil mencoba beberapa soal sendiri dan menggambar desain gaun. Namun Septian tidak juga datang. Septian tidak pernah ingkar janji. Jihan resah. Cowok itu bahkan pribadi yang sangat tepat waktu. Mulanya Jihan percaya cowok itu akan datang tapi kini rasa yakin itu perlahan-lahan menghilang.

"Siapa tuh?" suara itu membuat Jihan menoleh. Zaki datang. Di jam seperti ini?

"Lo ngapain di sini Han?"

"Nungguin Septian. Lo ngapain Zak?"

"Mau ambil buku gue yang ketinggalan di perpus. PR yang gue kerjain pake laptop di sini," ucap Zaki. Cowok itu lantas mengambil buku yang ada di laci meja.

"Lo ngapain nungguin Septian jam segini?"

"Belajar bareng," jawab Jihan. "Tapi dari tadi dia gak dateng-dateng. Gue nunggu udah hampir 3 jam lebih," kata Jihan.

Zaki melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Cowok itu sedang pakai baju ekskulnya yaitu sepak bola. Zaki ini adalah jenis laki-laki yang sama multitalentanya dengan Septian. Bahkan dia ikut banyak ekskul dan kegiatan dari sekolah yang semakin menambah intensitasnya berada di lingkungan ini.

"Waduh Han. Udah dari tadi di sini? Ini udah mau malem," ucap Zaki.

"Pulang aja yuk Han. Besok lanjut lagi. Tega banget. Lo pasti dikerjain sama Septian nih. Masa cewek disuruh nunggu tiga jam di sini," dumel Zaki.

"Lo liat kan udah gelap? Tadi juga kenapa gak lo idupin lampunya Han?" omel Zaki semakin menjadi-jadi. Sementara Jihan malah melamun di sampingnya.

"Han?" Zaki akhirnya memanggil nama Jihan dengan lembut.

"Iya?"

"Suka boleh. Tapi jangan terlalu. Jangan nyiksa diri lo sendiri. Kalau dia gak kasih balesan. Jangan ditunggu. Terlalu buang-buang waktu. You deserve better," ucap Zaki namun karena itu Jihan jadi kepikiran.

Malam ini Jihan pulang dengan keadaan rumah kosong dan tidak ada satu pun pesan atau barangkali rasa bersalah dari Septian. Cowok itu tetap sibuk. Entah sibuk dengan kegiatan apa atau dengan siapa. Yang jelas untuk malam ini Jihan tidak ingin diganggu. Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Zaki.

Mengingat Septian membuat Jihan jadi sedih.

****

Jihan Halana: Septian kamu kemana?
Jihan Halana: Septian lupa ya?
Jihan Halana: Septian ada urusan yaa?
Jihan Halana: Jangan lama-lama yaaa
Jihan Halana: Septian udah mau malem
Jihan Halana: Septian di sini udah gelap banget
Jihan Halana: Septian takut...

Septian yang baru saja sampai rumah langsung mengambil powerbank dan meng-charger ponselnya. Cowok itu melihat banyak pesan dari Jihan dan juga notifikasi beberapa kali Jihan menelpon ponselnya. Cowok itu langsung keluar kamar lagi dan pergi.

Perasaan bersalah itu berhasil mendobrak Septian sesadar-sadarnya. Cowok itu langsung merasa marah pada dirinya sendiri. Septian tidak lupa. Dia sangat ingat janjinya dengan Jihan. Tadi dia sempat ke sekolah untuk mencari Jihan di jam setengah delapan malam. Namun Jihan sudah tidak ada di perpustakaan sekolah.

Septian tahu Jihan pasti sudah tidak ada di sekolah di jam itu. Seperti tidak mungkin. Tapi ada setitik harapan dalam hatinya bahwa Jihan masih ada di sana. Menunggunya.

"Woi lo mau pergi kemana Sep?" tanya Galaksi yang baru saja tiba di rumah Septian-niat mau menginap gratis. Tapi Septian menghiraukannya.

Perasaan bersalah, tidak tepat waktu dan juga jujur Septian tidak tenang sejak tadi. Septian bahkan mengira Jihan sudah pulang. Tapi perempuan itu malah menunggunya di sana. Selama tiga jam. Perbuatan yang akan membuat Septian semakin marah pada dirinya sendiri karena bisa saja Jihan kenapa-napa karenanya.

"Gue mau nginep di rumah lo ya Sep? Numpang makan sekalian," tanya Galaksi ketika Septian masuk ke dalam mobilnya.

"Habisin sana," ucap Septian membuat Galaksi mengerutkan keningnya. Mungkin kalau Jordan akan sangat senang dan sukarela menghabiskan semuanya tapi untuk Galaksi tidak. Cowok itu melihat kegusaran di mata temannya. Lalu mobil berwarna hitam yang mahal itu melintas pergi ketika seorang satpam membuka kembali gerbangnya.

"Kenapa tuh bocah?" gumam Galaksi lalu disapu angin.

"Woi! Sini lo semua. Kita party makanan di rumah Asep!" ucap Galaksi menelpon salah satu temannya.

****

Jihan membuka pintu kamarnya ketika ada yang mengetok. Begitu melihat wajah Septian. Jihan pun terkejut dan ingin menutupnya kembali tapi terlambat. Salah satu kaki Septian mencegah pintu dari bawah. Membuat Jihan dan Septian saling tatap. Tapi hari ini Jihan melihat wajah Septian yang sedang lelah butuh banyak istirahat. Hal itu membuat Jihan jadi tidak tega untuk marah pada cowok ini.

"Mau apa ke sini?" tanya Jihan.

"Mau minta maaf," ucap Septian pelan terdengar penuh nada penyesalan namun Jihan memalingkan wajahnya. Masih kesal dan merasa dipermainkan oleh Septian.

"Kok bisa masuk?" tanya Jihan.

"Jawab dulu yang tadi. Dimaafin gak?" tanya Septian.

"Enggak," jawab Jihan menatap Septian. Menantang kedua mata laki-laki itu.

"Kenapa?"

"Aku paling enggak suka nunggu. Tau kamu?" ujar Jihan. Suaranya terdengar sangat marah. Perempuan itu lalu mendahului Septian untuk turun ke bawah setelah menutup pintu kamarnya. Jihan melihat sosok Papa dan Mamanya sedang duduk di sofa yang sama dan saling berhadapan sambil membahas sesuatu.

"Jihan, Papa sama Mama mau cerai," ucap Ayahnya sambil memandang anaknya.

****

"Ngapain di sini?" tanya Jihan pada Septian. Cowok itu menoleh dan melihat Jihan datang padanya. Rumah Jihan yang di bagian atas ada sebuah lorong di mana kalian akan diantar ke sebuah tempat sedikit terpojok dan lebih kecil dari kamar-kamar lainnya.

"Ada nama Jihan semua buatan lo?" tanya Septian pada Jihan sambil mengusap kain kanvas di depannya.

Jihan mengangguk pada Septian. "Maaf gak izin dulu buat gambar muka kamu," ucap Jihan.

Hal pertama yang Septian rasakan begitu masuk ke dalam ruangan ini adalah kagum. Cowok itu sempat terpukau beberapa saat bahkan sampai tertegun begitu melihat lukisan wajahnya. Untuk cewek ukuran Jihan. Orang-orang akan menilai mustahil bila Jihan bisa membuat mahakarya seperti yang ada di depannya.

"Mungkin lo emang gak pinter di pelajaran tapi lo punya bakat yang keren banget," puji Septian duduk di ruangan penuh lukisan itu. Dipuji dan ditatap seperti itu membuat Jihan tersipu. Perempuan itu memilih duduk di samping Septian.

"Udah lama suka gambar sama melukis?" tanya Septian.

"Udah lama," jawab Jihan. "Dari umur sepuluh tahun."

"Piala lo banyak juga," puji Septian tulus. Ada garis senyum dari Septian yang membuat Jihan membalasnya. Kedua mata itu masih saling bertatapan.

"Orangtuaku mau cerai Septian," kata Jihan membuat Septian terdiam.

Sebenarnya Septian tadi sempat mendengarnya namun cowok itu lebih memilih diam di atas-tidak mau mendengarkan lebih banyak karena itu bukan haknya.

"Gimana perasaan lo?" tanya Septian. Cowok itu tidak tahu harus bereaksi apa karena sejak dia lahir tidak pernah tahu bagaimana rasanya punya orangtua.

"Sedih tapi mau gak mau harus tetep lanjutin hidup. Aku bukan remaja baperan yang bakal marah-marah sama orangtuaku kalau mereka bilang mau pisah. Broken home? Enggak juga. Selama mereka memenuhi kebutuhan hidupku. Aku pasti bakal baik-baik aja," jawab Jihan. Sekali lagi. Septian tidak tahu harus bagaimana memujinya.

"Kenapa mereka pisah?"

"Enggak cocok, kedua Mama lebih milih sama Ayahnya Markus, ketiga mereka pikir aku udah besar jadi bisa nerima semuanya. Tapi mereka bahkan enggak peduli sama aku. Mereka gak tau gimana sedihnya makan sendiri, nonton sendiri bahkan di rumah sendiri. Mereka gak pernah tau. Buktinya mereka langsung pergi habis ngomongin itu tadi," ucap Jihan.

"Mereka pergi gitu aja. Seolah-olah gak pernah punya anak," ucap Jihan.

Septian bisa melihat bagaimana Jihan bercerita. Ada kesamaan dari pancaran kedua matanya. Septian juga pernah merasa seperti itu. Kesepian.

"Jadi gara-gara itu Markus gak suka sama lo?" tali merah itu akhirnya terhubung. Jihan mengangguk pada Septian.

"Tadi kamu kemana?" tanya Jihan.

"Ada urusan," hanya itu yang dijawab oleh Septian.

"Sama siapa?"

"Sama Thalita," jawab Septian. Cowok itu akan jujur sejujur-jujurnya.

Dugaan Septian benar. Jihan langsung diam. Tidak ada lagi suara yang keluar dari mulutnya. Keduanya memandang gelap malam dari dalam ruangan tersebut.

Sementara Jihan meratapi nasibnya. Jadi tadi Septian bersama Thalita? Pantas saja lupa. Ada yang lebih asik.

"Oh, iya udah dimaafin yang tadi. Besok-besok jangan diulangin. Udah malem. Enggak pulang?" ucap Jihan terdengar mengusir Septian. Perempuan itu menutup jendela dan gorden ruangan tersebut.

"Iya sekarang," jawab Septian, sadar diri.

"Emang gak pernah dapet tempat ya?" ujar Jihan membuat Septian yang baru saja keluar menoleh.

"Di mana?" tanya Septian.

Di hatimu, batin Jihan.

"Enggak bukan apa-apa," jawab Jihan. Tipikal cewek.

****

"Astagfirullah kirain Pak Kumis sekolah lagi!" ujar Guntur histeris.

"Heh, ngapain lo di sekolah pagi-pagi buta gini?" tanya Guntur pada Septian.

"Nyari pesugihan lu ya?!" ucap Guntur lagi.

"Pantesan aja lu kaya raya tujuh turunan Sep!" makin histeris. Guntur berdiri di samping Septian yang masih duduk di bangkunya.

"Heh ngomong!" Guntur menggoyang-goyangkan lengan Septian. "Ngapain lo di sekolah jam segini?"

"Mau cekik lo sampe mati," balas Septian membuat Guntur terperangah sambil memundurkan kepalanya.

"Buju buset. Kesambet lu ya Sep?" tanya Guntur.

"Menurut lo ngapain gue di sekolah?" tanya Septian membuat Guntur duduk di sampingnya.

"Belajar?"3

Septian tidak menjawabnya. Beberapa menit kemudian temannya muncul. Datang ke sekolah. Tidak semua. Hanya sebagian.

"Gue dateng pagi mau piket dulu. Takut dimarahin Fifi sama Bu Dayu. Curiga gue kalau Fifi itu anaknya Bu Dayu," ucap Guntur. "Cerewetnya sama."

"Sep?"

Septian menoleh pada Guntur yang sedang ada dan menyapu di depan kelas.

"Apa?"

"Jihan noh Sep. Sama Zaki. Makanya lo jangan kelamaan. Dicomot kucing garong kan gebetan lo," ucap Guntur.

Perkiraan Guntur salah. Bahwa Septian akan tetap diam saja di tempatnya seperti sebelum-sebelumnya tapi kini Septian menutup bukunya dan keluar. Membuat Guntur melirik horor.

"Seru tuh kayanya bakal baku hantam. Gue videoin ah," ucap Guntur lalu mengambil ponselnya dan mengarahkannya pada Septian, Jihan dan Zaki.

"Eh Sep," sapa Zaki pada Septian ketika cowok itu ada di tengah-tengah.

"Ikut gue sekarang," bisik Septian pada Jihan. Jihan yang mendapat perlakuan seperti itu jadi terkejut.

"Jihan! Kok mau-mau aja? Apa udah di apa-apain sama Septian?" tanya Zaki.

Septian berbalik. Jihan tahu Septian akan melakukan apa. Cewek itu menurunkan tangannya. Menautkan telapak tangan Septian pada tangannya agar Septian tidak bisa maju.

"Jangan dilawan," ucap Jihan pada Septian.

Jihan bisa melihat seberapa marahnya Septian sekarang. Itu membuat Jihan takut. Tapi di sisi yang sama. Jihan tahu bahwa laki-laki ini hanya bisa menunjukannya lewat tindakan. Bukan kata-kata.

Laki-laki pendiam kebanggaan Jihan.

Sementara Septian. Ketika melihat Jihan. Amarahnya langsung redam. Perempuan itu berkata jangan yang membuat Septian yakin keputusannya saat marah adalah hal yang salah.

"Jangan pernah ambil keputusan saat marah," tambah Jihan pada Septian.

****

"Kamu jarang kepancing marah kaya tadi. Apa gara-gara aku atau karena emang Zaki ngomongnya keterlaluan?" tanya Jihan pada Septian.

"Keduanya," jawab Septian.

"Septian," Jihan mendekati Septian. Cowok itu berdiri di depan ruang ganti dan loker para pemain basket sekolah. Sedang pakai baju basket miliknya. Terlihat berkali-kali lipat lebih ganteng.

"Seneng liat kamu marah kaya tadi," kata Jihan. Jihan mengumpulkan keberaniannya untuk membawa kedua telapak tangannya pada wajah Septian. Tepat di pipi laki-laki itu. Hal itu membuat sekujur tubuh Septian jadi panas dingin dan lebih sensitif.

Septian Aidan Nugroho. Mengaku kalah pada Jihan Halana.

"Biarpun kamu pendiem, kaku, susah bergaul, gak pernah bilang suka sama aku. Aku tau. Kalau kamu juga suka sama aku kan?" ujar Jihan.

"Kalau enggak, ngapain kamu cium aku waktu itu. Iyakan?"

Bukannya marah. Septian merasa Jihan memang benar.

Sial, Septian makan omongannya sendiri.

*****

AN: 1-BANYAK KATA BUAT PART INI?

SPAM NEXT UNTUK LANJUT? Biar gak sider aja

SPAM SEPTIHAN BIAR HAFAL TERUS

HAI FANGIRLSNYA SEPTIAN! GIMANA NIH PERASAAN KALIAN? BAIK-BAIK AJA? KUAT?

NEXT LAGI KAPAN??

Kangen Poppi gak?❤❤

TIM SEPTIHAN, MARCUSJIHAN ATAU JIHANZAKI?

TIM SEPTIAN / ZAKI?

1-5 KATA BUAT THALITA!

Add line: @xgv8109t untuk info update. Karena WP lagi perbaikan jadi bakal ada BC dari Line yaa untuk update-update cerita Poppi Pertiwi

FOLLOW IG: 78labu (Tempat untuk kalian ngerepost atau bikin kata-kata)

FOLLOW INSTAGRAM:
POPPIPERTIWI
ITZPOPPIPERTIWI
POPPIPERTIWISTORY
WATTPADPI

GALAKSIMOVIE (Jangan lupa follow akun ini yaa untuk info-info selengkapnya!)

SEPTIANAIDAN
JIHANHALANA
RAVISPA

GALAKSIALDEBARAN
JORDANADITAMA
BAMSADNYANA
GUNTURGUTAMAA
OJIANURAGA
NYONGBRAY
MARCUSAFF

Follow Twitter:
@PoppiPertiwi_
Septianaidan
Jihanhalana

Subs Youtube: Poppipertiwi

Order novel Galaksi di shopee: Melvanamediastore, Order novel Mozachiko di shopee: Tokotmindo / bisa kalian dapatkan di seluruh Gramedia Indonesia<3

#Kami juga lagi cari fanbase baru untuk Septihan. Jadi kalian mengelola akun fans base Septihan lovers gitu boleh perkota/provinsi atau shipper. Jika minat langsung dm ke Wattpadpi yaa<3

Terima kasih banyak udah mendukung cerita Septihan sampai saat ini terus dukung dan support yaa. Kalau ada rekomendasi terus rekomendasiin cerita Poppi yaa. Terus share pengalamanmu tentang gimana sih baca Galaksikejora pake hastag #Septihan? Jangan lupa vote, komen dan share terus cerita Septihan! Share ke sosial media kalian yaa kita bikin Septihan semakin ramai di sosial media doain juga semoga nanti Septihan mega best seller yaa<3 Iyaa gais, nanti juga bakal terbit tapi enggak sekarang dulu. Baca di Wp dulu okeeyy?

Ini Jihan

Ini Thalita

Ini Mauren

Oh Iya buat kalian yang domisili Bali ada? Coba absen🙋

MEET & GREET Mozachiko with @poppipertiwi Mana nih penggemarnya Mozachiko dan tokoh dari cerita Poppi yang lain? Khusus untuk kamu, penulis novel Mozachiko, @poppipertiwi bakalan dateng ke Gramedia Bali Gatsu, 31 Agustus 2019 Pukul 19.00 - 20.30 WITA
.
Daftar/Registrasi ke WA 0811-887-516

Jangan lupa dateng yaa temen-temen. Kenapa di Bali? Karena aku orang Bali. Sebelum itu daftar dulu lewat WA jangan sampe kehabisan yaaa❤❤

Poppi sayang kalian temen-temen.
Salam sayangggg, Pikachu.

Mau update lagi kapan? <3

Habis ini kita update cerita Poppi Pertiwi yang mana?❤

Continue Reading

You'll Also Like

11.8M 738K 55
Sejak orang tuanya meninggal, Asya hanya tinggal berdua bersama Alga, kakak tirinya. Asya selalu di manja sejak kecil, Asya harus mendapat pelukan se...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.7M 88.6K 54
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
740K 35.7K 56
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
409K 63.7K 24
SERI KETIGA KLANDESTIN UNIVERSE (Klandestin edisi Spesial Ramadan) Season 1 : Asrama Lantai 7 Season 2 : Sapta Harsa Puasa bareng lagi nih sama Kla...