Maria (21+)

By ErayDewiPringgo

2.3M 51.8K 4.1K

Warning: Adult Romance (21+), Mainstream, Komedi Maria McCartney adalah seorang gadis cantik yang baru berusi... More

Blurb : Maria
1. Permulaan
2. Lucas Furro Mulberry
3. Maria McCartney
4. Lari dan Lari ...
5. Menjadi Bodyguard ?
6. What The Fuck!
7. Lucas Tergoda
8. Virg ...
9. Rahasia Mulberry

10. Pelukan Lucas

77.6K 5K 441
By ErayDewiPringgo

Happy reading...

***

Tom mencoba merobek baju Maria yang baru saja dibelikan oleh Lucas untuknya. Maria menjerit mencakar, menggigit, menendang, namun perlawanannya seakan sia-sia.

"Lucas!" Teriakan dan isakannya memenuhi ruangan. Maria berteriak memanggil nama pria itu berkali-kali, berharap Lucas akan datang menolongnya.

"Teriak saja, pria itu tidak akan menemukanmu disini." Tom terkekeh pelan melihat Maria menangis histeris.

Tom begitu mudah melakukan aksinya, karena tidak membutuhkan waktu lama sampai pakaian Maria berserakan di atas lantai. Berbekal pakaian dalam yang dikenakannya, Maria menangis saat pria itu mengamatinya dari atas sampai bawah. Mencoba menutupi tubuh bagian atas dengan tangannya yang gemetar.

"Sepertinya gadis ini masih perawan, Jo." kata Tom senang dengan mata kian menggelap.

"Sepertinya begitu, nona memberikan barang bagus untuk kita." pria yang bernama Jo bersiul pelan. Kakinya melangkah maju ke arah Maria yang kini menekuk lututnya di lantai yang dingin.

"Aku akan melakukannya duluan, kalian berdua tunggu di belakang," perintah Jo pada Tom dan Dio.

"Itu tidak adil, aku mau duluan!" Tom mengangkat alis pada mata dengan tatapan tidak setuju.

Buk!

"Akulah yang membawa gadis itu kesini, jadi kau turuti saja perkataanku." Jo memukul rahang Tom hingga pria itu terjatuh ke lantai.

Tom yang kalap, masih bersikukuh dengan pendiriannya, kemudian menyerbu Jo dan balik meninjunya. Dio yang masih berdiri di belakang pun ikut serta dalam pertikaian itu. Mencari kemenangan untuk mendapatkan keperawanan Maria. Gila!

Maria yang melihat hal itu seketika mual. Melihat Jo dan dua pria lainnya sedang bertengkar untuk mendapatkannya. Saat itulah terbersit dalam otaknya untuk kabur.

Kesempatan emas ...

Maria perlahan bangkit berdiri. Jarak antara dirinya dengan pintu tidak cukup jauh. Merasa lebih tenang dengan pemikirannya barusan, Maria mengambil ancang-ancang untuk berlari. Pada hitungan ketiga, bertepatan dengan perkelahian yang menguras emosi, Maria berjalan mengendap penuh waspada. Ketika mencapai bibir pintu, Maria mempercepat langkahnya, nyaris berlari.

Tidak sedikitpun menoleh ke belakang, Maria melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.

Tuhan, tolong aku!

Sambil menahan nyeri di kakinya, Maria berusaha berlari lebih cepat, secepat kakinya yang terluka mampu lakukan. Bertepatan dengan itu, suara teriakan dari dalam ruangan menggema hingga ke telinga Maria.

"Gadis itu kabur!" Teriakan pria yang bernama Jo memenuhi kesunyian malam di rumah entah berantah ini.

Maria semakin takut untuk menoleh ke belakang. Ia berlari lebih cepat menuju lorong gelap yang bersekat. Begitupun dengan langkah kaki mereka yang juga turut menyamai kecepatan Maria.

Maria panik, ketika dilihatnya jalan buntu di depannya.

Apa yang harus kulakukan?

Sampai kemudian matanya menangkap sebuah pintu kecil di bawah lantai. Tak ingin berlama-lama berpikir, Maria membuka pintu itu.

Sebuah tangga rahasia?

Maria tersenyum kecut karena kegelapan berada tepat di balik tangga itu. Maria mencoba melihat ke belakang, suara derap langkah kaki mereka kian mendekat ke arahnya. Dengan langkah berani Maria menginjakkan kakinya ke tangga kayu di bawahnya.

Maria menuruni tangga seraya meraba dinding. Hanya sedikit cahaya yang nampak.

"Jangan takut, Maria." Berkali-kali Maria mencoba memberanikan dirinya. Bisikan lirih untuk menyemangati hatinya yang mulai goyah karena kegelapan dan cahaya remang-remang, menyusahkan penglihatan Maria untuk menyusuri tangga.

Sampai pada beberapa anak tangga terakhir, semilir angin berhembus kencang menerpa tubuhnya yang setengah telanjang. Maria menyipitkan matanya, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Aku ada dimana?" Maria berbisik lirih. Ternyata tangga ini telah menuntunnya menuju pintu keluar... keluar dari rumah bersekat seperti maze.

"Sepertinya gadis itu lewat tangga ini!"

Samar-samar teriakan dari atas dan dalam ruangan menyadarkan kembali lamunan Maria.

Maria kembali panik. Ia kembali berlari dan terus berlari hingga melewati jalan setapak.

Kenapa semuanya harus terjadi padanya?

Berjalan di jalan gelap, di tanah asing dan jauh dari peradaban, tanpa alas kaki, tubuh yang berbalut pakaian dalam, hampir diperkosa oleh para bajingan itu ... Sempurna sudah penderitaan Maria.

"Tidak, ini bukan waktunya untuk menangis!" Maria mengusap air matanya yang tanpa sadar mulai jatuh tak berdaya.

Maria kembali berjalan, menghiraukan suara aneh di samping kanan kirinya. Sampai sebuah cahaya dari depan semakin nampak jelas terlihat.

"Apakah itu jalan raya?" Maria tersenyum lega. Ia melangkahkan kakinya semakin cepat.

"Aku menemukan gadis itu!" Suara menggelegar yang ia sedikit kenali terdengar begitu dekat. Tom.

"Tidak ..." Maria menoleh sekilas dan melihat bayangan tiga pria di belakangnya.

Maria kembali berlari. Ketakutan seakan menghapus rasa sakit di kakinya. Ia terus berlari dan berlari hingga kakinya mencapai jalan beraspal.

Saat itulah cahaya yang begitu silau menerpa kornea mata Maria, membuat pandangannya sedikit mengabur. Sebuah mobil hampir saja menabrak tubuhnya.

Ckit!

Maria mengerjapkan matanya. Mengusap matanya berkali-kali dengan punggung tangannya. Kakinya beringsut mundur ketika si pemilik mobil itu membuka pintu.

Maria semakin nelangsa, apa tidak cukup tiga pria itu mengejarnya? Lalu kini pemilik mobil itu sepertinya akan turut serta di dalamnya.

Maria segera memutar tubuhnya dan siap-siap untuk kembali berlari.

"Tunggu! Jangan lari!"

Suara itu... tidak! Itu pasti bukan suara Lucas.

Maria terus berlari, namun langkah kaki di belakangnya lebih cepat darinya. Sampai sepasang tangan kokoh memeluk tubuhnya dari belakang.

"Tidak! Lepaskan aku!" Maria memberontak dan menggigit lengannya dengan liar, namun pria itu malah semakin erat memeluknya.

"Maria, tenanglah! ini aku!"

Dalam sekejap Maria terdiam, "Lu.. Lucas?"

"Iya." Lucas melonggarkan pelukannya ketika dirasa Maria telah kembali tenang.

Maria memberanikan diri dan memutar tubuhnya. Tubuh jangkung dengan mata birunya kini tengah menatapnya dengan cemas.

"Kau tidak apa-apa?" Lucas mengusap keringat di dahi Maria dan merapikan rambutnya yang kini acak-acakan.

"A.. aku pikir kamu ma.. marah..." Maria sesenggukan dan mengusap air matanya yang sejak tadi jatuh. Lega karena pria itu menemukannya. Lega... lega karena Lucas kini berada di hadapannya.

Lucas menatap kondisi Maria yang begitu tragis. Hanya memakai pakaian dalam dan terlihat bercak darah di bagian kakinya. Begitu berantakan... Lucas sekali lagi mencoba menahan emosi di dadanya.

"Aku memang marah, tapi aku lebih marah pada diriku sendiri." Lucas memeluk tubuh Maria yang gemetar dan kedinginan. Dikecupnya puncak kepala Maria untuk menenangkan gadis kecil itu.

Maria menghirup lekat-lekat aroma pinus di tubuh Lucas. Matanya yang seketika terpejam kini kembali terbuka. Saat itulah, tiga pria yang hampir saja mengambil kesucian Maria telah berdiri di belakang Lucas.

Lucas kembali merasakan ketakutan dalam diri Maria. Tubuh gadis itu kembali gemetar. Maria semakin merapatkan diri. Begitupun dengan tangannya yang terlihat semakin erat mencengkram jaketnya.

"Ada apa, Maria?" Lucas melepaskan pelukan gadis itu, namun arah mata Maria mengarah tepat di belakang tubuhnya.

"Me.. mereka.."

Lucas menoleh ke belakang. Lucas melihat tiga pria berbadan kekar tengah bediri dengan seringai iblis di wajah mereka.

"Lama tidak berjumpa denganmu, Lucas." Sapa pria bernama Jo, namun Lucas hanya menatapnya datar.

Lucas kembali memutar tubuhnya dan menanggalkan jaketnya. Lalu di selimutinya tubuh Maria dengan jaket itu. Cukup besar hingga menutupi tubuh indah Maria.

Setelah itu Lucas mengandeng Maria menuju ke dalam mobil. Melewati Jo dan kedua temannya, yang masih mendaratkan matanya ke arah Maria.

"Tunggu di dalam." Lucas mendorong tubuh Maria masuk ke dalam mobil. Maria pun hanya pasrah.

Setelah Maria benar-benar tak mampu mendengar pembicaraan mereka, Lucas mengalihkan perhatiannya kembali pada Jo.

"Bagaimana kalau kita bertaruh, Lucas? Jika aku menang, gadis itu menjadi milikku. Tapi jika aku kalah..."

"Nyawamu menjadi taruhannya." Lucas memotong kalimat Jo. Matanya berkilat dengan senyum keji.

Akhirnya aku bisa mencium bau darah lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

16.9M 747K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
36.3M 3.4M 71
Kecelakaan fatal yang dialami Giovani Anendra, perisai geng REVOLVER membuatnya amnesia dan melupakan istrinya, Cheryl Raquella. Namun dengan segala...
2.2M 33.3K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
3.2M 24.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...