MarvelMeira [END]

By selvimeliana

184K 9.9K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... More

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 03 [Pesona Korea]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 15 [Tempat yang Salah]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 27 [Lay dan Angel]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
BAB 31 [Go Public]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 35 [Peneror Gila]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 20 [Teror]

3.8K 270 42
By selvimeliana

TAU KOK KALO KALI INI AKU LAMA BANGET UP-NYA 😕 AKU BENERAN GAK BISA NGETIK SAMA SEKALI SATU MINGGU INI 😑 RASANYA BADAN INI CAPEK BANGET 😣 JADI, MOHON MAAF YAK 💓

DAN SELAMAT IDUL ADHA BAGI YANG MERAYAKAN 💞 DAN SELAMAT LIBURAN BAGI YANG LIBUR 😃 TAU GAK, SEKEDAR CURHAT SEDIKIT, SIH KALO INI KALI PERTAMA AKU MELEWATKAN HARI RAYA DI NEGRI ORANG, PERTAMA KALI JUGA DI HARI RAYA JAUH DARI KELUARGA DAN ITU RASANYA ADA SEDIH-SEDIHNYA GITU 😢

UDAH LAH, JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT KALO MAU CERITA INI TERUS BERLANJUT 😂

SEMOGA KITA DI PERTEMUKANDI PART SELANJUTNYA ❤

BYE 👋

°°°°°

Hujan menjadi semakin lebat ketika Meira sampai di undakan tangga terakhir yang ada di teras rumahnya. Meira juga sampai memutar tubuhnya untuk melihat derasnya hujan yang turun, membuatnya tanpa sadar menghela napas panjang. Untung saja dia sudah berada di bawah atap rumahnya. Jika tidak, maka sudah pasti tubuhnya basah kuyup yang akan membuat orang-orang di dalam rumah, menceramaihnya.

Tidak ingin berlama-lama di luar rumah, Meira segera memutar tubuhnya dan melangkah pergi meninggalkan teras rumah yang mulai basah karena terciprat air hujan.

Tubuh Meira terlonjak kaget, disaat tangan kanannya yang kosong menyentuh gagang pintu rumah, namun pintu yang berukuran lumayan lebar dan tinggi tersebut sudah bergerak dengan sendirinya padahal Meira belum mendorongnya agar terbuka.

"Ihhh, ngagetin tau gak, sih?" Meira dengan spontan memukul bahu Marvel yang sudah berdiri di hadapannya dengan jaket denim yang sedikit menutupi kaos hitam yang di kenakannya.

Marvel tersenyum kecil melihat raut wajah Meira yang kesal. Sedangkan tangan kanannya menyentuh bahu yang tadi terkena pukulan Meira, karena pada nyatanya pukulan Meira itu lumayan sakit. "Gak sengaja, Mei. Lagian mana aku tau kamu ada disitu."

"Mana aku tau juga kalo kamu disitu." Balas Meira yang diakhiri dengan dengusan.

Marvel terkekeh pelan. Entah bagaimana bisa jika di mata Marvel, semua tingkah Meira itu terlihat begitu lucu yang membuat kedua sudut bibir Marvel selalu tertarik keatas. Bahkan disaat Meira marah pun, Marvel melihatnya sebagai hal yang lucu, membuat Meira kesal sendiri.

"Kamu kehujanan?" Marvel memilih menyudahi pembicara mereka yang tadi disaat dia melihat raut wajah Meira yang semakin kesal. Kedua mata Marvel juga meneliti tubuh Meira dari atas sampai bawah.

"Cuma sedikit doang."

Marvel dapat melihatnya. Baju dan celana Meira yang sedikit basah, dan juga rambut Meira yang terlihat tidak lagi tertata rapi karena terkena air hujan. "Kenapa gak nunggu aku dulu kalo mau pergi beli sate." Marvel bertanya sambil mengacak rambut Meira yang sedikit basah. Dia juga melirik kantung plastik yang ada di tangan kanan Meira.

"Nunggu kamu itu kelamaan. Aku itu udah pengin banget makan sate." Meira menjawab sambil meraih telapak tangan Marvel yang ada diatas kepalanya untuk dia turunkan, namun tidak sampai melepaskan genggaman yang terbentuk itu. "Kamu baru aja dateng, kan?"

Marvel mengangguk pelan dengan ibu jari yang bergerak mengusap punggung tangan Meira yang ada di genggamannnya. "Iya, dan tadi niatnya mau jemput kamu."

"Telat."

Marvel tersenyum kecil. "Seharusnya kalo kamu jalan dari tempatnya bang Asep sampai sini, kamu udah basah kuyup, enggak kaya gini." Marvel sedikit mengerutkan dahinya karena dia tahu jarak dari tempatnya bang Asep sampai sini itu tidak lah dekat, apalagi tadi gerimisnya lumayan deras.

"Kan aku gak jalan kaki."

"Terus?"

"Tadi ketemu kak Agatha." Meira tidak langung mengatakan semuanya. Dia sengaja karena ingin melihat reaksi Marvel, dan ternyata Marvel hanya menaikan sebelah alisnya saja yang membuat Meira mendengus. "Tadi gak sengaja ketemu di jalan, dan kak Agatha nawarin tumpangan yang akhirnya aku terima. Jadi tadi kak Agatha nganterin aku sampai depan."

"Gak kamu tawarin buat mampir?"

"Ih, gila ya?"

Marvel melepaskan jaketnya sambil terkekeh. Dia tahu apa yang ada di pikiran kekasihnya ini. Kemudian Marvel menaruh jaketnya tersebut di punggung Meira untuk menghangatkan tubuh gadis itu. "Masuk dulu! Disini dingin." Mereka berdua akhirnya masuk kedalam rumah Meira.

"Tadi aja aku khawatir banget pas kak Agatha liatin mobil kamu terus kaya lagi nginget-nginget itu mobilnya siapa." Meira mulai bercerita. "Itu yang buat aku cepet-cepet masuk ke rumah."

Marvel tahu betul apa yang tengah di khawatirkan oleh Meira kali ini. Dan untung saja Marvel tidak keluar dari dalam rumah Meira ketika Agatha masih berada didepan, jika itu terjadi sudah pasti apa yang di khawatirkan oleh Meira akan terjadi.

"Non."

Marvel yang sudah ingin berkata lagi, akhirnya mengurungkan niatnya saat seorang pembantu di rumah Erine datang menghampiri mereka yang sudah berada di ruang tengah.

"Ya, bi?"

Bibi tersebut semakin mendekati Meira dengan sekantung plastik besar yang sepertinya berisi belanjaan dan juga sebuah kotak yang dia apit di lengan kanannya. "Tadi bibi liat ini di dekat tembok gerbang, non. Udah sedikit basah, sih, non dan disini tertulis nama non Meira."

Dahi Meira mengerut bingung dengan kedua mata yang menatap kearah kotak hitam yang di sodorkan oleh wanita itu setelah kantung di tangan kirinya, dia taruh diatas lantai. "Dari siapa?" Meora bertanya kepada dirinya sendiri sambil meneliti kotak tersebut yang sudah berpindah tangan kepadanya.

"Bibi juga gak tau, non. Tadi didepan gak ada siapa-siapa, adanya cuma kotak itu doang."

Meira mendongakan kepalanya untuk menatap wanita yang sudah bertahun-tahun membantu segala urusan rumahnya. Di beberapa detik setelahnya, Meira menatap kearah Marvel yang entah sejak kapan menatapnya.

"Ya udah ya, non, bibi permisi dulu."

Meira menganggukan kepalanya pelan, yang akhirnya membuat wanita itu teraenyum lalu melangkah pergi menuju kearah dapur yang berada tidak jauh dari tempat Meira dan Marvel berdiri.

"Ini apaan, sih?" Meira memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Marvel. Gadis itu juga menggoyangkan kotak hitam di tangan kanannya dengan tangan kiri yang setia memegangi jaket Marvel yang melekat di tubuhnya.

"Coba buka!" Marvel berpendapat sambil melangkah mendekati Meira.

Tangan kiri Meira bergerak meraih tutup kotak tersebut. Mulai membukanya pelan dengan perasaan yang sudah sangat penasaran.

"Boneka."

Meira menatap Marvel setelah dia melihat kaki sebuah boneka beruang yang berukuran kecil. Melihatnya saja sudah membuat Meira semakin penasaran, hingga tangannya bergerak cepat untuk membuka tutup kotak tersebut.

"Huwaaaaa."

Marvel sedikit tersentak dengam teriakan Meira. Lelaki itu tidak menyangka jika Meira akan berteriak keras sambil melempar kotak hitam tadi.

"Sayang."

"Itu, Vel, itu."

Mata Marvel menyipit, ketika dia yakin dengan apa yang dia lihat, Marvel berjalan cepat kearah kotak hitam tadi yang sudah tergeletak diatas lantai.

Marvel berjongkok, lalu telunjuk tangannya menyentuh benda yang sudah keluar dari dalam kotak tersebut. Kemudian Marvel mengarahkan telunjuk tersebut ke hidungnya. "Siapa yang ngirim kaya ginian?" Marvel bergumam.

"Itu darah, kan, Vel?" Meira bertanya sambil bergidig ngeri. Perutnya pun tiba-tiba terasa mual setelah melihat isi dari kotak tadi. "Kurang kerjaan banget, sih."

Marvel masih menatap Meira yang lebih terlihat jijik daripada takut setelah melihat boneka beruang berukuran kecil berwarna putih yang sudah tersayat-sayat, terlebih di bagian leher sayatannya terlihat yang paling parah. Dan boneka tersebut di lumuri dengan sebuah cairan merah yang berbau amis, dan Marvel sangat yakin jika itu adalah darah, namun dia tidak tahu itu darah apa.

"Ini emang darah." Raut wajah Marvel berubah menjadi datar, dam bisanya jika Marvel seperti ini, Marvel benar-benar dalam kondisi yang tidak baik, seperti contoh disaat marah. "Ini termasuk teror, Mei."

Meira hanya diam saja. Dia tidak tahu apa-apa masalah itu, namun dia tahu jika Marvel kali ini sedang menahan amarah.

Meira masih diam ketika Marvel berpaling darinya untuk menatap kotak itu lagi. Dan dari jarak ini, Meira bisa melihat kalau Marvel mengambil sesuatu disana. Sebuah kertas putih yang juga terkena darah.

"Hancur."

•••••

"Eh, Marvel!"

Pemilik nama yang baru saja di panggil itu mendongakan kepalanya untuk melihat seseorang yang memanggil namanya dengan lantang. Dia juga menaikan kedua alisnya hingga dahinya sedikit berkerut. Tatapannya pun menjadi tidak lepas dari seorang lelaki yang menghampiri dirinya.

"Ada apa?" Marvel bertanya penuh dengan kebingungan saat melihat Daniel yang keluar dari kelas mereka dengan raut aneh, tidak seperti biasanya.

Disaat Daniel sudah berdiri tepat didepan Marvel, yakni disamping kelas mereka, Daniel terlihat menatap Marvel dengan tatapan yang sulit di gambarkan, membuat Marvel semakin bingung saja.

"Ada apa sebenernya?" Marvel bertanya lagi sambil memasukan ponsel Meira kedalam saku kemeja sekolahnya. Tadi lelaki itu baru saja sampai di sekolah, lalu dia berhenti berjalan di dekat kelasnya hanya sekedar untuk membalas pesan Meira.

Sementara, Daniel yang di beri pertanyaan seperti itu berdecak pelan. "Kelamaan kalo ngasih tau disini. Mending ikut gue!"

Marvel ikut berdecak sambil memukul lengan Daniel. "Gak usah narik!" Katanya karena Daniel menarik lengan Marvel menuju ke kelas mereka.

Sejak semalam, entah kenapa Marvel menjadi tidak seperti biasanya. Lelaki itu menjadi cepat kesal dengan sesuatu. Mungkin ini karena hal yang semalam, dimana disaat dia tahu jika ada seseorang yang kali ini sedang berusaha meneroro Meira.

Pada nyatanya Marvel masih terus memikirkan hal tersebut, entah itu mengenai siapa yang melakukannya dan apa tujuannya. Sekali mengingatnya, Marvel merasa emosinya memuncak seketika karena dia mulai merasa takut jika kejadian yang semalam bukan hanya untuk sesaat saja, namun untuk seterusnya yang hanya membuat Marvel cemas dengan Meira.

"Biasa aja! Sensi banget."

Marvel memilih diam. Dia tidak menjawab atau melakukan apapun, dia hanya berjalan mengikuti langkah kaki Daniel yang berjalan disampingngya.

Setibanya di dalam kelas, ruangan tersebut masih terlihat sedikit sepi karena hanya ada beberapa siswa siswi saja yang sudah berada didalam sana termasuk dengan seorang lelaki yang duduk diatas meja Marvel dengan sebelah kaki yang bergerak-gerak sedangkan kedua matanya menatap Marvel.

Melihat sang pemilik meja tersebut datang, tidak membuat lelaki itu turun dari atas meja, lelaki itu justru terus duduk disana dengan santainya tanpa menampilkan sebuah ekspresi yang berlebihan.

"Liat sana!"

Marvel menengok kearah yang di tunjuk oleh Daniel yang justru membuat Marvel terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya karena tidak habis pikir dengan Daniel. "Apaan coba?" Marvel bertanya. "Lo narik-narik gue kesini cuma mau nunjukin Rizky yang duduk diatas meja gue?" Marvel yang sudah berada di dekat mejanya, memukul lengan Rizky yang duduk diatas mejanya dengan pelan.

Daniel mengerutkan dahinya. "Unfaedah bener." Daniel berdecak setelah beberapa saat.

"Terus?"

"Ini, Vel!"

Rizky turun dari atas meja dengan gerakan cepat, kemudian lelaki itu melirik ke atas meja Marvel yang tadi dia duduki. Sedangkan Marvel yang memang mudah mengerti, segera melihat keatas mejanya sampai kedua matanya mendapati sebuah tulisan dengan spidol berwarna merah dan berukuran sedang disana.

"Marvel, tinggalkan lah!" Marvel berucap pelan saat membaca tulisan tersebut yang membuat wajah Marvel berubah seketika, dari yang nampak ramah dengan senyum kecil yang tadi menghias wajahnya, justru sekarang menjadi terlihat begitu datar tanpa ekspresi.

Lagi-lagi Marvel menemukan tulisan yang mengarah ke sebuah teror. Marvel tahu ini tidak ada apa-apanya dari yang kemarin malam Meira terima, namun tetap saja saat dia melihat tulisan itu mampu membuat emosinya kembali muncul lagi.

Entah bagaimana bisa, tapi Marvel merasa yang melakukan hal ini adalah orang yang sama dengan yang kemarin, tidak berbeda. Dan Marvel rasa yang di maksud oleh seseorang itu sejak kemarin adalah Meira dan juga hubungan antara Marvel dan Meira.

Yang menjadi pertanyaannya, siapa lagi yang sudah mengetahui rahasia mengenai hubungan itu?

"Ini udah kaya teror, Vel." Rizky kembali berucap.

"Gue tau, dan gue bakalan cari tau siapa yang ngelakuin ini semua."

Sedangkan disisi lain, Qia dan Angel yang tadi bertemu di depan gerbang sekolah terlihat kebingungan saat dua gadis itu masuk kedalam kelas mereka yang ternyata didalam sana hanya ada seorang gadis saja. Gadis itu yang membuat Qia dan Angel kebingungan, karena gadis yang tidak lain adalah Meira tersebut terlihat melamun sambil berdiri disamping mejanya sendiri.

"Meira kenapa?" Angel bergumam sambil terus berjalan menghampiri Meira.

"Marahan kali sama pacarnya."

Angel menengok Qia dengan dahi berkerut. Dia merasa jika apa yang di katakan oleh Qia itu tidak lah benar. Meskipun dirinya belum ada satu bulan mengenal Meira, tapi dia tahu jika Meira sedang ada masalah dengan Marvel, Meira tidak akan melamun seperti ini.

"Mei!"

Qia memanggil Meira dari samping saat mereka sudah berada disamping gadis tersebut. Namun yang ada, Meira hanya diam saja tanpa bergerak ataupun menjawab panggilan tersebut.

"Mei, lo kenapa?" Angel sampai menggoyangkan lengan Meira, namun tetap saja Meira masih diam saja. "Qi, Meira gemetaran kaya gini." Angel menatap Qia dengan panik yang membuat Qia yang tadi kebingungan, sekarang menjadi ikutan panik setelah melihat tangan dan kaki Meira yang gemetaran.

"Eh, Mei!" Qia semakin panik saat dilihatnya dari dekat ternyata wajah Meira sudah memucat, dan mata Meira yang masih menatap dengan tatapan kosong.

"I-itu!"

Kepanikan Angel dan Qia sedikit berkurang disaat Meira mau berbicara walaupun sedikit tidak jelas. Mereka berdua pun mengikuti arah telunjuk tangan Meira yang masih bergetar.

"IH, GILA."

Qia dengan refleks berteriak sambil sedikit melangkah mundur dengan kedua bahu yang sempat bergidig. Angel pun ikut bergidig jijik dengan apa yang baru saja Meira tunjukan.

"Siapa yang mgelakuin kaya gini, sih?" Suara Angel terdengar lebih tinggi dari biasanya.

"Gila ya, tuh, orang."

Meira diam saja ketika mendengar mereka berdua berucap. Dirinya masih merasa terguncang dan juga tiba-tiba perutnya terasa begitu mual melihat sesuatu yang ada di bawah mejanya.

"Dia kira disini kuburan apa?"

Meira masih tidak berucap lagi ketika Qia mengatakan hal tersebut. Gadis itu hanya melangkah mundur sampai tiba di kursi yang ada di meja sebelah mejanya, dan kemudiam gadis itu memilih duduk disitu dengan tangan dan kaki yang masih sedikit bergetar.

Meira tidak mengerti apa yang terjadi dan siapa yang telah melakukan ini semua. Melakukan hal yang bahkan tidak pernah Meira pikirkan, yakni menyebarkan tanah di bawah bangku Meira dengan bunga-bunga khas kuburan dan juga kain mori berukuran sedang yang tergeletak di bangku Meira. Selain itu, disana ada juga sebuah burung mati dengan lumuran darah yang membuat siapa pun yang melihatnya mual.

"Ini apa?"

Meira sedikit mendongakan kepalanya untuk melihat Angel yang baru saja bersuara. Dan gadis itu melihat Angel mengambil sebuah kertas diatas meja Meira yang tadi sempat Meira baca.

"Mana?" Qia menghampiri Angel dengan rasa penasaran.

"Tinggalkan atau hancur dan mungkin mati."

"Ihh, dia beneran gila." Qia memekik sambil sedikit menjauhlan kepalanya dari Angel.

Angel sendiri melipat kertas tersebut, lalu menatap Meira yang masih duduk sambil memperhatikan dirinya dan juga Qia. "Mulai sekarang hati-hati, Mei!"

Meira hanya mengangguk saja tanpa ingin bersuara. Dihandingkan dengan teror yang kemarin, sudah tentu ini lebih buruk dan lebih membuat Meira takut.

Disana, di balik tembok kelas dekat pintu kelas Meira, ada seorang gadis yang berdiri sambil bersandar di tembok sana tanpa di ketahui oleh Meira, Qia, dan juga Angel. Gadis itu berdiri dengan tenang, dan juga dengan raut wajah bahagia yang terlihat jelas di wajahnya ketika mendengarkan percakapan mereka bertiga. Senyum manisnya terbit dengan lengkukang yang begitu indah ketika tahu jika Meira takut.

•••••

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 89.3K 43
"Apa lo beneran hamil?" "Dan itu anak gue?" "Dan apa lo pikir, gue bakal minta pertanggungjawaban dari orang yang nggak bersalah, iya?" "Kalau itu be...
818K 31K 55
Azalea dan Galvin adalah sepasang kekasih. Tapi, tidak seperti sepasang kekasih pada umumnya, mereka menjalankan hubungan mereka secara diam-diam. P...
150K 3.2K 26
Warning!! Part acak karena ada masalah saat mengetik jadi berhati hatilah dan teliti dalam membaca :) . . . . Menikah diusia muda tak pernah terpikir...
2.4M 181K 59
SEQUEL 'VELLA' Bagi yang belum membacanya harap membaca dulu lebih awal supaya mudah mengerti alur ceritanya. Terimakasih.