First Love

Per etherealdusk

375K 11.6K 121

Cowok yang menjadi crush plus first love si cewek, kembali lagi. Tapi, cewek ini gak pernah tau kalau dia lah... Més

First Love
1. Senior Menor
2. Om Dav?
3. Junior Kampret
4. Tupperware?
5. Sahabat Lama
6. Aneh?
7. Makan Malam
8. Tutut?
9. Pembokat Day | Davi's Anger
Bewara!
10. Permintaan Maaf
11. Putus, Aye!! (Re-post)
12. Wut da hell?!
13. Jealous Much?
14. Getting Hotter
15. Puyeng
16. Perang Dingin, Man!
17. Truth
18. Tampol gue! Ini nyata?!
20. The Wedding
21. They don't know the truth
22. Almost
23. It's Time (Ending)
EPILOG
Special Chapter

19. Lamaran(?)

10.7K 360 6
Per etherealdusk

Gue menatap nanar pada pemandangan di depan mata gue. Oh, shit! Not this again. Ya, gue sedang berada di taman masa lalu gue. Gue merekomendasiin taman ini ke Kak Andre untuk menjadi tempat ia melamar Aira.

Taman ini udah banyak berubah. Ukurannya menjadi lebih besar dan aneka jenis permainan anak, sudah dirubah--diletakkan menjadi di ujung taman. Sisanya, hanya dirumbuhi rerumputan, pepohonan dan bangku-bangku taman. Viewnya menjadi lebih bagus.

Sedikit banyak, taman ini mengingatkan gue kembali akan dia--cinta pertama gue. Gue selalu berharap, someday gue bakal ketemu dia lagi. Tapi harapan tinggal harapan. Sampe saat ini pun gue gak pernah ketemu dia. Oke, gue rasa itupun agak tidak mungkin. Karena, gue sama sekali gak tau namanya dan gimana wajahnya sekarang. Lebih ganteng kah?

Gue berpikir, kenapa dulu gue gak ngajak kenalan langsung? Kenapa dulu gue gak langsung nanya rumahnya dimana? Kenapa dulu gue gak langsung nyamperin dia dan ngajak main bareng? Kenapa dulu gue hanya bisa jadi--kayak--orang penguntitnya dia doang? Masih banyak pertanyaan 'kenapa dulu gue' yang muncul diotak gue.

Percuma. Sekarang, gue cuma bisa menyesal.

"Key," panggil seseorang sambil menyenggol lengan gue.

"Hm," jawab gue dengan gumaman. Gue sangat menikmati suasana taman ini. Sambil mengingat bagaimana dulu 'dia'.

"Lo kenapa? Lagi ada masalah?" Tanya kak Andre, yang sekarang udah duduk disamping gue.

"Gak kok."

"Muka lo lesu banget sumpah. Kenapa sih? Cerita dong sama gue."

"Udah kelar nyiapin semuanya?" Tanya gue mengalihkan pembicaraan.

Kak Andre mendecak. "Gak usah ngalihin topik deh. Lo kenapa?" Gue menggeleng lagi. "Oke, terserah, kalo lo emang gak mau cerita sama gue. Tapi gue punya pertanyaan buat lo," lanjutnya.

"Apa?"

"Lo tau tempat ini dari mana?"

Gue menghela nafas panjang dan menatap kak Andre sendu. "Dulu gue tinggal disini, Kak."

Gue bisa liat tubuh kak Andre menegang. Kenapa? Apa ada yang salah sama omongan gue?

"L-lo.. serius?"

Gue mengangguk mantap. "Kenapa sih emangnya?"

"Gak pa-pa kok. Kapan lo pernah tinggal disini?"

"Dulu waktu kecil. Tapi setelah gue lulus SD, gue pindah ke Jakarta."

"Kenapa lo pindah? Bukannya disini enak?"

Gue tersenyum simpul. "Terlalu banyak kenangan," gumam gue pelan.

"Terlalu banyak kenangan? Maksud lo apa?" Tanya kak Andre dengan nada menyelidik.

Gue menghembuskan nafas kasar. "Kalo gue cerita, lo harus janji untuk gak ngetawain gue, gimana?" Kak Andre mengangguk. "Gue pindah karena orang tua gue khawatir sama keadaan gue," jelas gue.

"Emang kenapa keadaan lo dulu?"

Gue mengusap wajah gue perlahan. "Keadaan gue... mengenaskan. Gak deng, bercanda. Wakaka," kekeh gue.

Kesal, gue dihadiahi jitakan dari kak Andre. "Lo tuh, emang gak pernah bisa serius ya, heran gue," dengusnya.

Gue meringis. "Oke, sekarang serius. Jadi dulu, gue tinggal disini bareng Deana. Tapi setelah itu, dia pergi ninggalin gue, like him too."

"Deana? Dia kemana? Dan siapa yang lo maksud dengan 'dia'?"

Gue mendengus. "Lo bisa gak, gak usah nanya sebelum gue persilahkan untuk sesi tanya-jawab?" Sungut gue sebal.

Kak Andre terkekeh. "Iya dah. Lanjut."

"Iya, Deana yang sekarang lo kenal. Dia mutusin untuk pindah dari sini. Sebelum dia pergi, gue sempet ketemu sama seseorang. Dia ganteng banget. Oke, kedengerannya gue udah ganjen banget dari kecil--udah tau cogan. Wakaka.

"Setelah Deana pergi, gue berharap 'dia' bisa nemenin gue--jadi temen gue selagi Deana pergi. Tapi, semua gak sesuai harapan. Gak berapa lama, 'dia' juga pergi--entah kemana. Padahal, gue sama sekali belom tau 'dia'. Gue udah ngerasa hopeless banget. Gue kesepian, Kak."

Gue menghela nafas sebentar. "Sejak saat itu, gue mulai jadi orang yang tertutup. Gue sama sekali gak punya temen. Boro-boro temen, deketin gue aja enggak. Gue jadi invisible di mata mereka. Mereka gak pernah nganggep gue ada. Orang tua gue, mulai khawatir sama gue. Mereka takut kalo gue akan terus menutup diri gue dari lingkungan luar.

"Akhirnya mereka ngajak gue pindah rumah. Saat gue masuk SMP, gue teteplah gue yang pendiem. Sampai gue ketemu sama Panji. Panji adalah temen merangkap sahabat gue. Dia orang yang baik, dia juga orang yang udah ngerubah gue untuk gak jadi pendiem lagi. Lagi-lagi gue merasa kehilangan untuk yang kedua kalinya. Kelas 8, Panji juga ikutan untuk ninggalin gue.

"Tapi, gue gak jadi orang pendiem lagi. Semuanya gak guna--hidup terusan dibawa sedih. Gue juga sempet berpikir, itu udah ketiga kalinya gue ditinggal sama orang yang gue sayang. Gue takut. Gue takut untuk sayang sama orang lain lagi--takut untuk ditinggal mereka lagi. Dan hal serupa kejadian lagi, dimana gue mencoba untuk mencintai seseorang, dan orang itu pergi dari gue.

"Apa gue gak pantes untuk dicintai, Kak? Sehingga orang-orang yang gue sayang--gue cinta--, pergi ninggalin gue?" Tanya gue parau.

"Eh! Apaan sih lo ngomongnya begitu?! Lo pantes, Key. Lo pan-tes! Jangan pernah berpikir kayak gitu, ah." Tegas kak Andre.

"Tapi kenyataannya... gitu, Kak."

"Ssstt. Sekarang, Deana udah balik 'kan? Begitu pula sama Panji. Lo udah gak kesepian lagi, Key," jelas kak Andre.

Gue terkekeh sumbang. "Iya, tapi 'dia' enggak. Tau gak, dulu gue tuh berharap banget kalo 'dia' jodoh gue. Dan kita bisa ketemu lagi--entah itu kapan," kata gue dengan tatapan menerawang.

Kak Andre menaikkan satu alisnya, yang gue balas dengan tatapan "apa?". "Apa lo gak ada clue satu pun, untuk nyari 'dia'?" Tanya kak Andre.

Gue berpikir sejenak. Ada gak ya? Ah! "Ada, Kak! Tapi tetep aja susah. Udahlah, gak mungkin," kata gue.

Kak Andre mendengus. "Nothing's impossible, kay? Apa itu?"

"Sebelum dia pergi, gue liat dia naik kedalem mobil. Dan saat itu pula, gue denger dia dipanggil dengan sebutan 'Yan'. Argh! Panggilan 'Yan' itu 'kan banyak. Bisa Adrian, bisa Rian, bisa Dean, bisa Fian, bisa Yanto--eh, yang terakhir itu kayaknya gak mungkin. Haha," kata gue.

Lagi, kak Andre menjitak kepala gue ganas. "Seriusan, Key," sungutnya. "Ciri-cirinya?"

Gue mengedikkan bahu. "Taunya pas dia kecil doang," jawab gue.

"Iya, gak pa-pa."

"Yang jelas dia itu ganteng banget. Taunya itu doang sih, gue. Oh, iya satu lagi. Dulu, dia suka banget main sendirian. Padahal banyak cowok yang seumuran kayak dia," tutur gue.

Kak Andre menjetikkan jarinya. "Fix! Gue tau orangnya!" Pekik kak Andre girang.

Gue mengerutkan kening. "Really?"

Kak Andre menangguk mantap. "Davian."

***

Ucapan kak Andre sukses bikin gue ternganga lebar. Oke, dramatis. Gue gak percaya kalo kak Andre bisa langsung menyebutkan satu nama itu. Padahal gue baru ngasih tau ciri-ciri--yang sama sekali gak ngebantu banget--doang. Ditambah, itu udah lama banget, man! 11 tahun yang lalu.

Kak Andre nyeritain juga tentang Davi. Katanya, dia juga pernah tinggal disini--yang sukses bikin gue nganga lagi. Tapi, karena om Faisal--ayah Davi--dipindah tugaskan ke Jakarta, alhasil Davi juga ikut pindah. Kak Andre juga cerita kalo waktu kecil, Davi emang anak yang pendiem. Dia gak pernah berinteraksi sama dunia luar. Davi hanya akan ngomong sama orang lain kalau ditanya aja. Selebihnya, dia lebih suka diam.

Satu-satunya orang yang bisa buat Davi banyak ngomong cuma sama orang tuanya, Kintan dan Andre. Gak heran sih, karena mereka sepupuan dan umurnya juga lebih tua kak Andre setahun.

Sekarang, gue lagi duduk di trotoar depan rumah lama gue. Kangen juga sama rumah ini. Sayang, rumah ini udah dijual sama Papa. Katanya, biar gue gak terus-terusan flashback masa lalu. Ck, si Papa ada-ada aja.

"Keyna!" Teria seseorang. Sontak, gue menoleh dan mendapati dua makhluk yang tengah berlari menghampiri gue.

"Shane? Aura? Kok disini?" Tanya gue, setelah mereka udah duduk dihadapan gue.

"Kita nemenin Aira kesini. Lo lupa, kalo kita satu SMA? Dan kebetulan, dia gak tau lokasi ini, jadi gue sama Shane yang nganterin," jelas Aura.

Gue menaikkan sebelah alis gue. "Kalian satu SMA? Gue baru tau."

Shane menepuk jidatnya kencang. "Oh iya, gue lupa. Iya, kita emang satu sekolah waktu SMA. Sama Davi juga, and actually, Aira itu juga mantannya Davi," tukas Shane.

Gue mengernyit. "Terus, kalo Aira itu mantannya Davi, apa hubungannya sama gue?"

"Fyi doang sih," kata Shane datar.

Aura memutar kedua bola matanya jengah. "Kalian berdua kapan sih, bisa jujur sama perasaan kalian masing-masing? Kalian munafik tau gak," jerit Aura frustasi.

Gue tersentak. Aura terlalu blak-blakan. Nyelekit banget kata-katanya.

"Lo nyindir siapa?" Tanya gue dengan wajah innocent.

"Sapi tetangga! Ya elo lah, Keyna! Kalian tuh mau sampe kapan bohongn diri kalian masing-masing?!" Geram Aura.

"Ra, omongan lo!" Tegur Shane.

Aura menjambak rambutnya. Gue heran, harusnya gue dong yang bertingkah gitu kenapa malah Aura? 'Kan gue yang frustasi di sindir-sindir sama dia-_-

"Bodo! Gue kesel sama nih orang dua. Mau sampe kapan, Keyna?! Kenapa sih, gak lo duluan bilang yang sejujurnya ke Davi soal perasaan lo? Ini udah jaman emansipasi. Cewek duluan yang nyatain, gak pa-pa!" Tukas Aura dengan ototnya.

Gue meringis melihat Aura. Nyeremin gile. "Percuma, Ra. Toh dia udah jadi milik orang lain," balas gue sendu.

Ah, gue teringat kembali akan hubungan Davi sama Alessia. Hueee.

Shane mendecak. "Lo tuh, gak nyimak omongan gue tempo hari ya? Denger, Key, Davi gak pernah suka ataupun cinta sama Alessia. Dia cuma jadiin Alessia sebagai pelampiasan rasa cemburunya terhadap lo. Dia cemburu karena lo deket sama Andre. Padahal, kalian gak ada apa-apa," ujar Shane gemas.

Wait. Apa tadi dia bilang? Davi cemburu sama gue? DAVI CEMBURU SAMA GUE? Oh my God! Mimpi apa gue semalem sampe tau kalo sebenernya Dabi itu cemburu sama gue. Tapi, Davi jahat banget dong, cuma jadiin Alessia pelarian. Kasian juga si senior menor.

"Terus, gue harus ngelakuin apa?"

Wajah Shane dan Aura berubah muram. Dengan sigap, Aura langsung mentempeleng kepala gue dengan tangannya--yang membuat gue mengaduh kesakitan. Sumpah, nih orang ngajak ribut banget. Kepala gue udah di fitrahin dari jaman gue masih di awang-awang nih!

"Nyatain perasaan lo yang sebenernya ke Davi. There's no waiting anymore!" Tegas Shane disertai anggukpan mantap dari Aura.

Gue hanya mengangguk pasrah. Mungkin emang harus gue duluan yang bertindak.

"Apa? Saksi lamaran?!" Pekik gue.

Sontak, Keno memukul bahu gue. "Lo tuh, malu-maluin banget sih!" Sungutnya.

"Lo sejak kapan sih, jadi drama king begini? Ngomongnya persis gaya sinteron banget," cibir Ardi.

"Tai lo. Gue seriusan nih!" Sungut gue tak kalah.

Gue, Ardi, Keno dan Rafi sedang berada di salah satu cafe. Ini semua ajakannya Rafi. Katanya, dia bete karena ditinggal Aura. Dan yang lebih membuat jantung gue berdetak gak karuan adalah, --menurut penuturan Keno dan Rafi--Aura dan Shane izin pergi karena mau jadi saksi temennya di lamar.

Otomatis gue langsung spot jantung. Mengingat akhir-akhir ini Shane emang--agak--deket sama Keyna, gue berasumsi bahwa Shane dan Aura diminta Keyna untuk jadi saksi dia dilamar oleh Andre. Oh no! Gak, gak boleh terjadi. Masa gue keduluan sama sepupu gue sendiri? Padahal yang kenal dan deket duluan sama Keyna itu gue. Argh! Gak bisa dibiarin!

"Emangnya kenapa sih, Dav? Lo kayaknya panik gitu?" Tanya Rafi.

"Lo tau gak, siapa temen yang dimaksud Aura sama Shane?" Tanya gue, menyimpang dari pertanyaan mereka.

Rafi dan Keno sempat berpandangan, lalu menoleh ke gue dengan gelengan kepala. Sh*t! Umpat gue dalam hati. Jadi, lamaran itu bener adanya? Terus, 'kan kemaren udah acara ngelamarnya, kenapa sekarang lagi? Biar lebih afdol dan romantis kah?

Gue gak bisa terima kalo akhirnya Keyna bakal jadi adik sepupu ipar gue. No! Bahkan gue gak bisa bayanginnya. Plis, Tuhan, jangan biarkan hambamu ini menyandang gelar 'jones'. Ngaco!

"Sori, gue cabut dulu," kata gue, beranjak dari kursi.

Ardi menahan lengan gue. "Eh, lo mau kemana deh?"

Gue menarik nafas gusar. "Kayaknya itu Keyna," tukas gue.

Mereka bertiga memandang gue dengan tatapan tidak mengertinya. Gue memutar kedua bola mata jengah. "Yang mau dilamar itu Keyna!" Pekik gue.

Mata mereka melebar selebar pantat semut. Eh, enggak, bercanda.

"Serius lo?" Tanya Ardi.

"Dilamar siapa?" Tanya Keno.

"Yah, lo keduluan dong? Kasian, ck," kata Rafi. Untuk Rafi, gue mneghadiahi jitakan ganas dari gue.

"Itu cuma perasaan gue aja. Soalnya, kemarin, gue liat dia habis dilamar sama Andre," tutur gue.

"Andre... sepupu lo itu 'kan?" Tanya Ardi. Gue mengangguk.

"Gils! Davi ditikung sama sepupu sendiri. Wkwk, keduluan pula--Keynanya udah dilamar sama Andre. Wkwk," kata Rafi dengan gembiranya. Ini anak emang minta di damprat!

Keno memandang gue sayu. "Mending, lo cari dia dan nyatain perasaan lo. Sebelum terlambat," usul Keno. Ah, ini baru namanya temen. Memberi solusi. Emang 2 kampret tidak tau malu itu tuh, yang gak ngasih solusi sama sekali. Yang ada, ngatain mulu bisanya.

Gue mengangguk mantap dan peri dari cafe tersebut. Di perjalanan, gue inget sesuatu yang aneh. Gue 'kan gak tau dimana Keyna berada. Tolol! Dengan cepat, gue menelpon Keno--dengan mata yang terus fokus menyetir.

"Ken, lo tau kemana Shane perginya?" Tanya gue to the point.

"Gue gak tau. Shane gak bilang dia mau kemana. Yang jelas, mau jadi saksi temennya dilamar."

Kesal, gue langsung memutuskan sambungan telepon. Temen gue sama aja semuanya! Gak ada yang bener ngasih solusinya. Temen kampret!

***

Haii readers! Gue nongol lagi 'kan? Wkwk.

Sesuai perjanjian gue, bahwa ini adalah chapter terakhir yang gue publish. Karena gue mau fokus di uts dulu. Setelah kelar uts, gue akan langsung apdet cerita ini dan kemungkinan gue juga bakal meluncurkan cerita baru. Wkwk.

Baca yak. Baca! *ngancem pake parang *penulis gesrek

Soal edit mengedit, ntar-ntaran aja yak. Gue lagi mager parah. Ck.

Hehe. Bye all! Sampe ketemu 2 minggu lagi!! Hahaha *evil's laugh *ngilang di telen asep

Continua llegint

You'll Also Like

3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
1.9M 95.4K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
8M 507K 62
❗Wajib follow terlebih dahulu❗️ ²⁰²² Fiksi - Romansa [ 𝚆𝙰𝚁𝙽𝙸𝙽𝙶 +16 ] RANK #1-sabila #1-asher #1-devil #1-teenfiction #1-teenlit #1-polos #1...