ALIANDO

By olivialaaa

78.6K 6K 2.1K

Bagi Anna dunia sangatlah kejam. Rasanya dia ingin berhenti di satu tempat agar kesedihan berhenti dia dapatk... More

PROLOG
01🦊 SALAH PAHAM
02🦊 ATAP SEKOLAH
03🦊 TERLUKA
04🦊 REKAMAN VIDEO
05🦊 AKU MAU KITA PUTUS!
06🦊 MULAI JUJUR
07🦊 TENTANG HATI
08🦊 CAPEK
09🦊 SAKIT (LAGI)
11🦊 BERUBAH?
12🦊 POSITIF
13🦊 BAHAGIA?
14🦊 PERHATIANNYA
15🦊 MAAF
16🦊 HANCUR
17🦊 PILIHAN
18🦊 KECUPAN SAYANG
19🦊 NGIDAM??
20🦊 JEBAKAN
21🦊 CURIGA
22🦊 KECEWA!!
23🦊 DIUSIR

10🦊 MARAH

3K 269 94
By olivialaaa

"LO?"

Pekik Jane terkejut, tangannya memegangi pipinya yang baru saja di tampar. Sial! Seharusnya ia sudah terbiasa merasakan nyeri di pipi ketika di tampar tapi mengapa tamparan Anna kali ini sangat sakit? "Sialan!" Umpat Jane dalam hati.

"Lo apa-apaan sih? Maksud lo apa nampar Jane?"

Bodoh, itulah kalimat yang tepat untuk cowok yang baru saja memberikan pertanyaan pada Anna barusan.

Anna menggelengkan kepalanya tak percaya, tangannya menghapus pipinya yang lagi-lagi basah. "Apa perlu aku tampar kak Ali biar kak Ali juga ngasih pertanyaan kayak tadi?" Tanya Anna sambil menatap Ali yang terlihat marah.

"Maksud lo apa?"

"Dasar cowok berengsek! Salah aku sama kak Ali apa hah?! Ngapain kak Ali jalan sama dia kalo cewek kak Ali itu aku hikss..." Anna benci jika dirinya harus kembali lemah. Kenapa sangat sulit menahan diri untuk tak menangis di depannya?

Di ujung sana tangan Alex terkepal kuat. Bukankah beberapa detik lalu Anna baru saja melawan rasa takutnya? Mengapa dia kembali lemah lagi.

"Ini, Mas." Alex meninggalkan tempatnya tadi usai selesai membayar.

"Eh mas Alex, kembalianya?!"

"Nggak usah, buat mas aja." Seru Alex lalu mendekati ke-tiga orang yang kini menjadi tontonan banyak orang tersebut. Alex berjalan dengan cepat, tangannya terkepal kuat, sangat kuat.

Bukk!!

"Bangsat!" Teriak Alex usai memberikan satu bogeman pada Ali yang kini tersungkur di trotoar. "Lo emang nggak punya hati!"

Bugh!!

"Lo nggak usah ikut campur. Gue nggak ada urusan sama lo!" Teriak Ali emosi. Sangat kesal dan marah sekarang.

"WOYYY! BERHENTI LO BERDUA!"

Kedua cowok itu terpisah dengan kasar, Alex dan Ali saling melemparkan tatapan yang tajam dengan napas memburu.

"Lo berdua apaan sih hah? Nggak malu apa di lihat banyak orang?" Tanya J yang kini menatap Alex dan Ali bergantian. Syukurlah tadi kekasihnya meminta untuk mereka menepi guna membeli nasi goreng favorit mereka dan saat mereka berdua berjalan mendekati mas Ledi, mereka langsung bergegas mendekati keributan.

Ahli-ahli ingin mengabaikan mereka malah mendengar suara yang mereka amat sangat kenali. Siapa lagi kalau bukan cowok berengsek itu dan teman baru mereka, Alex.

"Lo berdua kayak anak kecil tau nggak?" Omel J pada kedua cowok itu. "Lo juga, bisa nggak ngertiin perasaan Anna? Dia cewek bro, lo pikir selama ini dia diam berarti dia baik-baik aja? Mikir pake otak, jangan cuma sela****ngan doang yang lo mikirin."

"Maksud lo apa?!" Tanya Ali tersinggung. Sangat tak terima dengan perkataan adik kelasnya barusan.

J memundurkan tubuhnya ke belakang ketika melihat Ali mendekatinya. Ia tau maksud cowok itu ingin apa, "Oke gue minta maaf dan nggak bakal campurin urusan lo lagi tapi bisa nggak lo putusin Anna biar dia tenang? Ingat bro, karma selalu datangin orang yang udah berani ngelawan takdir."

Bugh!!

"Nggak usah bacot! Tau apa lo tentang karma hah?!"

J mengusap sudut bibirnya yang tiba-tiba berdarah. Untung ia masih punya otak jadi tak ingin bermain fisik. "Gue cuma ngomong baik-baik tapi lo dari tadi pake kekerasan, salah gue minta lo putusin Anna?"

"Menurut lo?!"

J terkekeh kecil, Ali ini benar-benar manusia berengsek yang pernah ia temui di dunia ini. Benar-benar cowok gila yang tak punya perasaan sama sekali.

"Serah lo deh, percuma gue ngomong panjang lebar juga lo nggak bakal paham. Otak lo emang udah ketutup sama cewek murahan kayak dia mana mau lo pahami omongan gue." Sentak J dengan mendorong jauh tubuh Ali darinya lalu menarik lengan kekasihnya menuju penjual nasi goreng.

Jane menatap sinis pada punggung J dan Rihanna, ia mendekati Ali lalu sedikit meringis ketika melihat sudut bibir cowok itu berdarah.

"Honey bibir kamu ber——"

"Nggak usah sok peduli lo." sela Ali kasar lalu berjalan menuju tempat dimana ia memarkirkan mobilnya. Sial! Ia baru sadar bahwa tadi Anna bersama anak baru itu! Sialan! Sialan!

Jane mendengus, ia berjalan mengikuti Ali dari belakang dengan berlari kecil, baru saja ingin membuka pintu penumpang mobil Ali sudah melaju dengan kencang.

"Shit! Semua ini gara-gara lo Anna! Awas aja lo besok!" teriak Jane dengan tangan terkepal kuat menatap mobil Ali yang semakin menjauh.

🦋🦋🦋

Cittt!!

Kedua lengan Anna sontak melingkar kuat di pinggang Alex ketika motor cowok itu mengerem dengan mendadak.

"Lex, apaan sih?" Anna memprotes.

"Siapa sih tuh orang?" Tanya Alex emosi, "Nggak ada kerjaan apa."

Anna menggeser kepalanya ke samping, ikut melihat sebuah mobil yang menghalangi jalan mereka.

"Kak Ali, Lex."

"Shit! Mau apa lagi sih tuh cowok?!" tanya Alex dengan kepalan tangan ketika tau pemilik mobil tersebut adalah cowok itu.

Pintu kemudi terbuka dan terlihatlah wajah emosi Ali yang tertuju kepada kedua orang itu dari tempatnya.

Bisa Alex dan Anna lihat, cowok itu tengah berjalan mendekati tempat mereka. Belum sempat Alex meninggalkan tempat, tangan Ali sudah menahan kuat kekasihnya.

"Turun."

"Aku nggak mau. Lepasin aku." tolak Anna mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Ali.

"Ikut!" sekali lagi Ali membentak.

"Aku nggak mau kak, lepasin!"

"Maksud lo apa woy?!" protes Alex kesal. Turun dari motor lalu segera mendekati Ali serta ikut menarik lengan Anna agar tak mengikuti cowok itu.

Buk!!

"Nggak usah ikut campur bangsat!"

"Alex!"

"Masuk!"

"Nggak."

"Gue bilang masuk, Anna!"

"Aku nggak mau, lepasin aku—"

Tangan Ali mendorong masuk tubuh Anna kedalam mobilnya dan menutup pintu tersebut dengan kasar. Selanjutnya ia berjalan ke sebelah lalu berikutnya mobil itu melaju meninggalkan Alex sendirian yang tengah mengumpatinya dengan kata-kata kasar.

Ia tak peduli adik kelas sialan mereka itu.

🦋🦋🦋

"Gue nggak hubungi lo satu minggu bukan berarti lo gue kasi waktu buat deket sama cowok itu, Anna!" Tangan Ali menarik lengan Anna kasar sembari mengikuti langkahnya menuju kamar.

"Aku mau pulang! Lepas hiks!"

"Diam!"

"Aku nggak mau. Aku mau pulang."

"Ikut!"

Bruk

Anna meringis ketika tubuhnya di hempas ke ranjang dengan tak berperasaan.

"Lo suka sama cowok itu hah?!" tanya Ali emosi.

Anna menangis, tak ingin menjawab karena menurutnya sama saja menyiksa diri kalau ia memberikan jawaban.

"Jawab!" Teriak Ali makin emosi, kini tangannya mencengkram dagu Anna kuat.

Lagi, pipi Anna basah dan itu tetap di abaikan oleh Ali yang melihat. Tak pernah Ali menghapus pipinya yang basah, ia tau itu tak akan pernah terjadi untuk itu ia tak mau sekalipun berharap.

Plak!

"Jawab kalo gue nanya Anna."

Wajah Anna terhempas ke samping dengan ekspresi terkejut. Bibirnya bergetar, dadanya kembali terasa sakit.

Plak!!

"Lo emang suka gue kasarin hah?!"

Kembali Ali menamparnya namun kali ini pipi sebelah kanan Anna menjadi sasaran membuat wajahnya kembali terhempas dengan rasa panas. Tubuhnya kembali di hempas ke ranjang dengan Ali yang beranjak turun dari ranjang.

Melihat Anna yang hanya menangis dan mengabaikan pertanyaannya membuat kepalan tangan Ali semakin terkepal kuat.

"Jawab Anna, nggak usah nangis bisa?!" geram Ali.

"Hikss...kak Ali salah paham."

"Damn! Lo kenapa terus nangis sih? Gue tanya Anna! Apa perlu lo gue kasi hukuman lagi biar lo jawab?!"

Mendengar itu Anna refleks mendongak, ia meneguk saliva gugup. Dengan sekuat tenaga ia mencoba mendudukkan bokongnya di kasur.

"Nggak...a-aku...k—kak Ali mau apa?!" Tanya Anna dengan mata melotot terkejut. Meringkuk mundur.

Ali menyeringai, tangannya dengan cekatan melepaskan kain yang melekat di tubuhnya. Setelah satu kain tersisa yang melekat di tubuhnya di tanggalkan, ia menghampiri Anna yang sudah berdiri di seberang dengan ranjang yang menjadi pembatas. Ali meraung kesal melihat itu.

"Kesini lo."

Anna menggeleng kuat. Matanya benar-benar panas karena benar-benar takut dan cemas sekarang. Saat ini Ali benar-benar tak tertutup apapun dan ia yakin emosi Ali sekarang benar-benar diluar batas sekarang. Ia takut terjadi sesuatu nantinya dan akan merusak semuanya.

"Gue bilang ke sini Anna!" teriak Ali kesal. Menaiki kasur dan berniat menghampiri Anna namun dengan cepat Anna malah berlari menghindar. Ali menendang guling kasur dengan rahang mengeras. "Lo makin berani sekarang." sinis Ali. Ikut menuruni kasur kembali.

Anna berlari kembali ke arah ranjang lagi namun gerakannya kalah cepat dengan gerakan Ali yang tiba-tiba sudah menarik kuat lengannya.

"Nggak kak, aku nggak mau!"

"Gue nggak butuh jawaban dari lo." sentak Ali dengan mendorong tubuh Anna ke kasur. Tangan Ali menahan pergelangan tangan Anna diatas kepala dengan bibir yang mulai kasar mencium paksa bibir Anna.

"DAMN! STOP NANGIS BISA KAN?"

"Ini salah! Tolong dengerin aku hikss..." teriak Anna dengan masih berusaha mendorong tubuh Ali.

"Berani lo bantah gue?" Teriak Ali murka dengan tangan mencengkram dagu Anna kembali.

"Bukan gitu, aku lagi..."

"Diam!"

Anna menggeleng ketika tangan Ali menyusup masuk ke dalam kaos dan masuk ke dalam branya. "Ja—akh!"

Ali menyeringai saat Anna malah mendesah. Menunduk, wajah Ali di tenggelamkan di ceruk leher Anna.

"Mmhh."

"Ya?" balas Ali dengan suara parau. Jarinya mulai memainkan puncak kekasihnya.

Anna menggeliat geli, sesuatu di bawah sana benar-benar merusak segalanya. Ia harus menghentikan ini.

"Ali..."

"Hm?" gumam Ali dengan suara tertahan, diam-diam merasa senang dan suka saat mendengar Anna memanggilnya tanpa embel-embel kak.

"Aku mohon hen—akhh!" ringis Anna saat tangan Ali meremas kuat dadanya.

Cup.

"Lo milik gue." bisik Ali sebelum menarik wajahnya. Menatap wajah Anna sebentar, tangannya menghapus air mata kekasihnya dengan lembut. "Gue nggak suka lo dekat sama cowok siapapun, lo milik gue seorang."

Mata Anna kembali memanas, sangat muak dengan perkataan Ali di saat seperti sekarang ini. Cowok ini benar-benar cowok bermuka dua, benar-benar tak pernah bisa di percaya.

"Gue mau lo malam ini." bisik Ali serak.

"Jangan, aku lagi dapet. Sadar aku mohon hiks..."

"Gue sadar, nggak usah bohong." sentak Ali kesal. Tangannya menyusup ke dalam celana Anna lalu masuk ke dalam kain terakhir. "Shit! Lo?!" umpat Ali sangat-sangat kesal karena ternyata yang dikatakan Anna memang benar. Sial, tapi ia tak ingin berakhir dengan air dingin lagi, cukup sudah seminggu ia tak menyentuh Anna. "Gue bakal pelan-pelan."

"Nggak!"

"Gue janji bakal lembut." bisik Ali menyatukan milik mereka dengan paksa.

Beberapa jam kemudian...

"Maaf." bisik Ali dengan tangan mendekap tubuh Anna dari belakang.

Tangan Anna menyentak kasar tangan Ali dari pinggangnya, punggung tangannya menghapus air matanya dengan kasar, napasnya memburu pertanda benar-benar lelah menangis.

"Kalo aku hamil gimana? Aku nggak mau ngerusak masa depan aku, cukup dengan kenal kamu semuanya hancur." bentak Anna parau.

Mata Ali memicing emosi. Rahangnya mengeras. Sangat tak suka dengan perkataan Anna barusan. "Gue lagi baik sekarang, nggak usah buat gue kasarin lo lagi. Mending kita tidur, besok gue beliin lo pil biar nggak terjadi apa-apa."

"Bajingan!" sela Anna cepat. Sangat-sangat terluka dengan ucapan Ali yang benar-benar tak merasa bersalah sama sekali.

"Oke." putus Ali menahan emosi. Ia lelah dan ingin tidur, mengapa Anna tak mengerti juga. Apa dengan minta maaf belum cukup? Sial! "Jadi lo mau apa? Tanggung jawab kalo lo hamil? Oke, gue bakal tanggung jawab atas semuanya."

"Kamu nggak bohong kan?" tanya Anna pelan menatap Ali harap dan serius.

Ali mengangguk, tangannya terulur lalu menghapus air mata Anna lembut. "Sekarang kita tidur, lo harus percaya sama gue. Lo tau gue cinta sama lo kan?" tanya Ali dengan tangan menangkup kedua pipi Anna mengangkat guna menatapnya.

"Kamu nggak bohong kan? Terlalu sulit buat aku percaya sama kamu lagi, aku udah sering di sakitin."

Cupp.

"Percaya sama aku kali ini, maaf udah buat kamu nangis lagi." akui Ali masih dengan punggung tangan menghapus air mata Anna di pipi.

Anna mengangguk pelan dengan perasaan lega.

Katakan ia bodoh karena lagi-lagi ia luluh dengan segala kalimat manis dari Ali. Namun satu hal yang ia harapkan, semoga Ali benar-benar berubah menjadi Ali nya yang dulu.


***
TBC
01 Januari 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 68.4K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
2.2M 107K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
93.3K 3.7K 43
[> V BTS ~ Irene RV<] Pertemuan tak terduga hingga perasaan yang muncul tanpa kita harapkan, akankah semua berakhir manis atau berakhir tragis? Gue y...
3.2K 120 12
Pengalaman-pengalaman konyol dalam hidup gue, yang bisa gue gambarkan lewat kata-kata. Berawal dari Cinta Monyet Segitiga, sampai kisah lainnya yang...