MarvelMeira [END]

By selvimeliana

186K 10K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... More

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 03 [Pesona Korea]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 20 [Teror]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 27 [Lay dan Angel]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
BAB 31 [Go Public]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 35 [Peneror Gila]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 15 [Tempat yang Salah]

5.3K 307 41
By selvimeliana

HOLAAAAA SEMUANYA 👋

GAK AKAN BOSEN AKU INGETIN BUAT VOTE DAN COMMENT 😋

BTW, TERIMA KASIH UNTUK Nelvimars YANG UDAH BIKIN COVER BARU BUAT CERITA INI.

SEMOGA KITA DIPERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA 😂 SELAMAT MEMBACA 😘

BYE 👋 ❤

•••••

Tidak ada yang lebih membahagiakan daripada disaat hari kedua masuk sekolah tapi sudah mendapatkan surganya sebuah sekolah, yaitu jam kosong. Dan inilah kebahagian yang tengah dirasakan oleh pengguni kelas Meira sejak setengah jam yang lalu.

Tidak ingin melewatkan kesempatan ini, banyak teman sekelas Meira yang menjadikannya sebagai waktu untuk berbaur dengan teman baru mereka. Mereka saling berkenalan satu sama lain, sampai ada yang mulai bertukar nomor ponsel. Ini memang lah kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelas Meira sejak kemarin dan berlanjut sampai sekarang.

Sedangkan Meira, sekarang memilih duduk diam di bangkunya bersama dengan Qia yang duduk disebelahnya, sementara Angel yang duduk di depannya, setelah beberapa menit yang lalu mereka sempat berkenalan dengan beberapa teman sekelasnya yang kemarin belum sempat berkenalan.

"Mei, Ngel!"

Meira yang kali ini sibuk dengan ponsel yang dia genggam, berdehem pelan tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel didepannya ketika suara Qia memanggilnya dengan sedikit lirih.

Sementara Angel yang juga tadi sibuk dengan ponselnya, kini mendongakkan kepalanya untuk menatap kearah Qia yang ternyata masih terfokus dengan ponsel milik gadis tersebut. "Ada apaan? Muka lesu gitu?" Angel bertanya dengan kerutan di dahinya karena melihat raut wajah Qia yang terlihat berbeda dari beberapa menit yang lalu.

Qia menghela napasnya pelan, lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap kearah Angel dan setelahnya menatap kearah Meira sambil mendengus, karena Meira terlihat asik dengan ponselnya. "Kak Rizky_"

"Lo ada masalah apa lagi sama kak Rizky?" Meira bertanya dengan cepat sambil menatap Qia, sampai pada akhirnya dirinya memotong ucapan Qia yang sebenarnya belum selesai.

"Lo jangan motong ucapan gue, dong! Gue belum selesai ngomong."

"Ohhh, sorry."

Qia mencibir Meira ketika mendengar ucapan Meira, sedangkan Angel terkekeh pelan melihat mereka berdua yang selalu seperti ini.

"Kak Rizky ngajak pulang bareng, karena dia tahu kalo hari ini gue gak ada yang jemput."

Meira melirik kearah Angel yang ternyata juga menatapnya dengan kedua alis yang terangkat. Selain Meira, Angel pun sudah mengetahui seluk beluk antara Qia dan kak kelas yang bernama Rizky.

"Ya, terus kenapa?"

"Mei!" Qia menatap Meira dengan tatapan yang memperingati setelah Meira bertanya seperti tadi.

"Cuma pulang bareng aja, kan? Bukannya enggak masalah?" Angel ikut mengutarakan apa yang dia pikirkan kepada kedua teman barunya ini.

Qia merenggut kesal sambil melipat kedua tangannya diatas meja. "Iya, cuma." Ketusnya dengan mata yang menatap kesal kearah Meira dan juga Angel. "Cuma buat kalian, kalo buat gue lebih dari cuma." Qia masih saja mempertahankan raut kesalnya.

Meira yang mendengarnya ikut berdecak kesal, lalu menyenggol lengan Qia sampai membuat Qia terdorong kearah samping. Untung saja Qia tidak sampai terjatuh, gadis itu hanya memekik saja yang kemudian segera membenarkan posisinya kembali sambil menatap Meira yang kali ini dengan tatapan tajamnya.

"Lo jadi cewek ribet banget, deh." Meira berkomentar sambil menggeleng tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. "Gue udah bilang, kan, bersikap biasa aja sama kak Rizky! Jangan menghindar dengan alasan gak masuk akal lo itu! Berujung nyesel, mampus lo." Sungut Meira.

"Lo sahabat terngeselin, sumpah, Mei." Dengan perasaan kesal, Qia memukul lengan Meira cukup keras sampai membuat Meira mengaduh. "Omongan itu adalah doa. Ngomongnya yang baik-baik, kenapa!"

"Ya, elo juga ngelakuin hal yang gak baik, gimana gue mau ngomong yang baik-baik tentang lo?" Meira mencibir sambil mengusap lengannya sendiri. "Menghindari orang lain itu termasuk hal yang gak baik, lo perlu tau itu." Katanya yang kali ini bibirnya sudah mengerucut karena lengannya terasa begitu pegal akibat ulah Qia.

Angel yang sejak tadi diam, kini menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Apa yang diomongin Meira ada bebernya, Qi." Angel mulai berpendapat dengan nada santainya. Gadis itu juga mulai bergerak untuk memutar kursinya sehingga menghadap dengan sempurna kearah meja Meira dan Qia. "Menghindar bukan solusi yang bener, itu juga menurut gue. Lo harusnya membiarkan semuanya berjalan apa adanya. Tuhan udah menempatkan segala sesuatunya, kita cuma tinggal menjalankan proses menuju tempat pilihan Tuhan doang." Kata Angel.

"Noh, denger. Gue setuju sama Angel." Meira ikut menimpali. "Masalah lo yang belum bisa nerima dia, itu pilihan lo. Dan masalah dia terus perjuangin apa enggaknya lo, itu juga pilihan dia. Biar dia ngelakuin apa yang dia mau, selagi itu gak ngerugiin lo!"

"Pilihan gue juga menghindari dia, berarti gak papa dong?" Qia menjawab dengan enteng, membuat Meira dan Angel menatap Qia dengan tidak percaya. "Lagi pula apa yang dilakuin dia itu sedikit merugikan gue. Gue selalu ngerasa bersalah, Mei, Ngel."

Meira menghela napasnya pelan. Sepertinya kisah cinta antara sahabatnya ini dengan sahabat Marvel, tidak akan mencapai akhir dalam waktu yang singkat. Awalnya saja sudah dibuat ribet seperti ini oleh yang menjalankannya, yang tidak lain adalah Qia sendiri. "Dengerin gue! Lo bakalan tambah ngerasa bersalah kalo lo hindarin dia. Dengan lo terus-terusan nolak perasaannya aja udah bikin dia jauh dari kata baik, apalagi dengan ditambah lo yang menghindarin dia? Dia bakalan tambah berpikir negatif tentang dirinya sendiri."

•••••

Di sebuah bangunan kokoh yang luas disana, terlihat dengan jelas jika banyak siswa siswi yang mulai keluar dari dalam bangunan tersebut secara bergantian. Salah satu diantara mereka adalah Angel yang terlihat tengah berjalan keluar dari bangunan tersebut dengan seorang siswi yang mempunyai panjang rambut hanya se bahu.

Bangunan kokoh yang berdiri diantara masjid sekolah dan bangunan sekolah Angel itu, tidak lain adalah sebuah aula sekolah. Angel dan yang lainnya pergi kesana untuk melakukan rutinitas yang diadakan oleh sekolah, yaitu ibadah bersama untuk yang beragama Kristen seperti dirinya.

Sebelum ini, seluruh siswa siswi dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas yang beragama Kristen, di kumpulkan menjadi satu di aula sekolah dan setelahnya mereka baru akan melakukan ibadah bersama.

Memang baik siswa siswi maupun guru di sekolah ini mayoritas beragama Islam, namun itu bukan berarti pihak sekolah hanya memperdulikan kalangan mayoritas saja sementara kalangan minoritas tida dipedulikan. Hal ini terlihat dari pihak sekolah yang tidak hanya membuat jadwal waktu tersendiri untuk sholat dhuhur dan ashar bagi yang beragama Islam, namun pihak sekolah juga membuat jadwal tersendiri untuk para siswa siswi dan juga guru yang beragama Kristen, yaitu ibadah bersama.

"Ngel, Minggu besok pergi ke Gereja bareng gue, ya!"

Angel menuruni undakan tangga yang ada didepan aula sambil melirik kearah Maria, teman SMP nya dulu yang sekarang berbeda kelas dengannya. "Lo langsung jemput gue aja!"

"Beres kalo itu, mah." Maria memperlihatkan jempol tangan kanannya kepada Angel sambil tersenyum. "Gue duluan, ya. Bye, Ngel."

Angel tersenyum saja sambil melihat Maria yang melangkah menjauhinya setelah mereka berada di persimpangan koridor. Maria yang kelasnya berada di sebelah kiri persimpangan jalan ini, sementara kelas Angel ada di depan sana.

Sesaat setelah Angel jalan sendirian, gadis itu menyentuh bagian lehernya dengan hembusan napasnya yang berat. Gadis itu teringat dengan kalungnya yang bahkan sampai sekarang belum berada di tangannya, padahal semalam Angel ikut serta Lay seperti apa yang diperintahkan oleh Lay kemarin sore. Tapi lihat, kalung kesayangannya saja belum dikembalikan oleh Lay.

Beruntung sekali, Angel kali ini melihat Lay yang sedang bersandar pada tembok kelas lelaki itu dengan beberapa teman lelakinya. Sepertinya lelaki itu tengah sibuk berbincang dengan tiga lelaki yang Angel tidak tahu siapa itu. Dan kali ini Angel bertekad harus berhasil mengambil kalung kesayangannya dari tangan Lay.

"Lay."Angel berhenti tepat didepan Lay yang berhasil membuat fokus Lay dan teman-temannya tertuju kepadanya. Dan sesaat setelah Lay menundukan tatapannya untuk melihat wajah Angel, disaat itulah Angel menyodorkan tangan kanannya dengan telapak tangan yang terbuka tanpa berucap lagi.

Lay tersenyum kecil, bahkan sangat kecil. Kemudian lelaki berpawakan tinggi itu, mendorong tubuhnya sendiri sampai punggungnya tidak bersandar pada dinding lagi. "Lo minta duwit ke gue? Kaya udah jadi bini gue aja." Lay berkata yang membuat teman-temannya tertawa pelan, sedangkan Angel menatap tajam mata Lay.

"Kalian duluan ke kantin aja!" Lay yang masih menatap mata tajam Angel, kini berujar kembali yang tertuju untuk temannya.

"Ya, udah. Biarin mereka menikmati masa-masa berdua mereka."

Angel menatap salah satu teman Lay dengan kesal dengan apa yang baru di katakan ya tadi. Dan kekesalan Angel semakin bertambah karena lelaki tadi terkekeh yang membuat lelaki yang lainnya juga ikut terkekeh.

Setelah teman-teman Lay pergi dari depan kelas Lay, Angel kembali menatap Lay dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangan kanannya pun masih berada di posisinya tadi. "Mana kalung gue?" Angel bertanya dengan nada sedikit ketus. "Lo semalem udah bohongin gue. Katanya mau balikin pas malemnya, tapi apa?" Cerocos Angel saking kesalnya, mengingat semalam Lay tak kunjung membalikan kalungnya bahkan sampai pulang dari pesta malam itu, padahal Angel berulang kali memintanya.

Melihat Lay yang tersenyum kecil membuat tenggorokan Angel terasa begitu kering, padahal masih banyak lagi keluhan yang ingin dia utarakan kepada Lay. Karena senyum lebar itu juga yang membuat Angel secara perlahan menarik tangannya kembali.

"Ehh." Angel terkaget saat sebuah tangan besar menyentuh tangan mungilnya, dan bahkan tangan besar yang tidak lain milik Lay itu mulai menarik tangannya secara perlahan.

Napas Angel seakan berhenti berhembus yang berhasil membuat paru-parunya terasa begitu sesak. Dan jangan lupakan jika detak jantungnya menjadi menggila.

Dalam keadaan seperti ini, mata Angel masih saja menatap mata Lay yang terlihat menatapnya begitu dalam. Angel tidak tahu harus melakukan apa kali ini disaat tubuhnya terasa kaku karena ulah Lay yang mendekatkan wajahnya ke wajah Angel.

"La-lay!" Dengar, suara Angel pun seperti menghilang entah kemana disaat hembusan napas hangat Lay menerpa wajahnya. Membuat bulu kuduk Angel meremang.

"Gue gak pernah bohong."

Angel memejamkan kedua bola matanya disaat hembusan napas hangat Lay semakin terasa di wajahnya disaat lelaki itu berbicara tepat di depan wajahnya. Itu hanya untuk beberapa saat saja, karena Angel kembali memberanikan diri untuk membuka matanya dan menatap mata Lay. "Lo bohong, lo aja_"

"Semalem aja lo ketiduran, gimana gue mau ngasih itu kalung ke elo?"

Angel ingat, sebelum mereka sampai di rumah Angel, Angel saja sudah terlelap didalam mobil Lay. "Ah, sial. Pipi gue." Angel membatin saat merasakan pipinya yang memanas karena dia kembali ingat perkataan pembantunya pagi tadi disaat dia bertanya bagaimana dia bisa sudah berada didalam kamar. Dan jawaban mencengangkan diberikan oleh pembantunya, yaitu jika Lay lah yang sudah menggendongnya dari halaman rumah sampai ke kamar Angel karena Lay tidak tega membangunkan dirinya. Mengingatnya saja sudah membuat Angel malu setengah mati.

"Udah inget?"

Angel segera menepis ingatannya tadi, lalu menatap Lay yang sudah menjauhkan wajahnya. Membuat Angel tanpa sadar bernapas lega.

"Ya, setidaknya lo ngasih kalung itu ke pembantu gue."

"Gue maunya ngasih langsung ke pemiliknya." Lay menjawab sambil merogoh dalam saku celananya.

Tidak ingin membiarkan Angel bicara kembali, sebelah tangan Lay yang masih memegang tangan Angel, kali ini menariknya lagi sampai membuat Angel terlonjak kaget dengan mata yang membulat apalagi setelah wajahnya menghantam dada bidang Lay.

"Dan gue penginnya kalung ini gue yang pasang di leher lo."

Angel sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi disaat jantungnya kembali berdetak tidak normal, apalagi itu semakin menggila disaat dia juga bisa mendengar dengan jelas detak jantung Lay. Dan disekian detiknya, Angel merasakan ada yang menyentuh rambutnya dan juga lehernya yang membuat bulu kuduk Angel meremang.

Lay menjauhkan tubuhnya setelah sekian detik berlalu. Namun hal itu tidak membuat jantung Angel berdetak dengan semestinya. Kedua pipi Angel bahkan juga ikut memanas ketika melihat Lay tersenyum lebar kepadanya.

Tubuh Angel semakin menegang saat tangan Lay yang sudah melepaskan tangannya, kini menepuk pelan salah satu pipinya.

"Ini pipi tolong di kondisikan!"

Kedua mata Angel mengerjap, lalu didetik selanjutnya Angel memutar tubuhnya untuk melihat punggung Lay yang menjauhinya. Angel malu, itu sudah tentu sampai membuat gadis itu memegang kedua pipinya sendiri tanpa melepaskan pandangannya dari punggung tegap Lay. "Lay bener-bener nyebelin. Aishhh, pipi, lo bener-bener malu-maluin."

Tanpa sepengetahuan Angel, Lay yang masih mendengar gerutuan Angel itu, tersenyum dengan puas.

•••••

"Lo gak mau istirahat, Tha?"

Agatha yang masih sibuk dengan laptop didepannya, menatap kearah Marvel yang kini menatapnya setelah tadi sama sibuknya dengan laptop yang ada di depan lelaki itu. Agatha tida lupa memperlihatkan senyum kecil milik gadis itu. "Bentaran, ini kerjaan nanggung banget." Katanya yang kembali fokus menatap laptopnya. "Kerjaan lo emang udah selesai?" Agatha bertanya tanpa melirik kearah Marvel kembali.

Marvel menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang dia duduki, lalu tersenyum kecil melihat dahi Agatha yang sempat berkerut bingung. "Belum sama sekali. Gue cuma ingetin lo aja, daripada imbasnya ke lambung lo." Marvel sedikit bergerak untuk merenggangkan otot-ototnya setelah beberapa menit yang lalu, sibuk menggarap sesuatu yang berkaitan dengan OSIS, seperti yang dilakukan oleh Agatha juga.

Marvel mendengar Agatha yang terkekeh pelan sambil menatap wajahnya dengan senyum lebar milik gadis itu.

"Perhatian amat, deh. Baper, tanggung jawab, ya!" Agatha terkekeh mendengar perkataannya sendiri. Sedangkan Marvel hanya ikut terkekeh saja tanpa mau menjawabnya.

"Nyamuk-nyamuk disini curi semua nutrisi, tapi tak perlu takutttttttt ada obatnya."

Kekehan Marvel maupun Agatha berhenti seketika disaat telinga mereka mendengar suara seseorang yang seperti tengah menyanyikan sebuah iklan obat cacing. Kedua pasang mata mereka, secara bersamaan saling tatap, kemudian mengalihkannya kearah sofa yang ada di ruang OSIS ini. Dimana di sofa tersebut ada dua orang yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Jangan didengerin, Vel, Tha! Orang gila, dia."

Marvel tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya sesaat setelah mendengar apa yang Rizky katakan. Agatha sendiri tertawa pelan disaat melihat wajah masam Daniel karena ucapan Rizky yang mengatainya gila.

"Biarkan Tuhan yang membalas." Daniel menatap tajam kearah Rizky yang sama sekali tidak menatapnya, karena lelaki itu masih saja sibuk dengan ponselnya.

Rizky masih saja bersikap seperti tidak mendengar gerutuan Daniel yang terus berlanjut. Lelaki itu justru memilih berdiri dari duduknya sambil menatap kearah Marvel dan Angel. "Kalian mau pesen makanan apaan? Sekalian gue mau ke kantin."

"Minuman dingin aja." Marvel menjawab yang kemudian sibuk dengan laptopnya kembali.

"Gue nanti nyusul." Jawab Agatha sebelum sibuk dengan laptopnya juga yang diangguki oleh Rizky.

"Gue duluan." Rizky berjalan menuju pintu yang ada disebelah kirinya setelah berpamitan.

Daniel yang masih duduk, melongo melihat kepergian Rizky yang sama sekali tidak menanyakannya ingin dibelikan apa. Boro-boro di tanya, di pandang pun tidak. Dan ini berhasil membuat Daniel mencak-mencak di tempat duduknya, saking dongkolnya. Dia disini saja karena Rizky yang mengajaknya, dan sekarang lelaki dengan sikap cueknya itu justru meninggalkannya. Ini benar-benar keterlaluan. Batin Daniel.

"Temen bangsat emang gitu." Daniel segera berdiri dari duduknya dan berujung berlari ketika pintu ruang OSIS sudah tertutup kembali oleh Rizky. "Vel, Tha, orang ganteng pergi dulu!" Daniel berteriak tanpa melihat orang yang sedang dia ajak berbicara, karena dia ingin segera menyusul Rizky untuk mengobati perutnya yang berbunyi, dan yang pasti karena dia ingin menampol Rizky dengan kekuatan penuh.

Agatha tertawa pelan sambil menutup laptopnya disaat tugasnya sudah selesai. Lalu gadis itu menatap kearah pintu yang baru saja tertutup dengan sedikit keras. "Gue gak habis pikir sama mereka berdua." Angel berkata sambil mengalihkan tatapannya kepada Marvel.

"Gue apalagi."

"Gue nyusul mereka, ya, Vel? Kerjaan gue udah selesai."

Marvel mengangkat wajahnya untuk menatap Agatha yang sudah bergerak untuk berdiri dari duduknya. "Ya udah sana, sebelum maag lo kambuh disini!" Senyum Marvel terlihat kecil, namun itu sudah mampu membuat Agatha ikut tersenyum lebar.

"Duluan, Vel."

Marvel mengangguk ketika Agatha mulai melangkah pergi dari meja ini. Lelaki itu akhirnya kembali fokus dengan laptopnya yang masih menyala sambil menghela napas berat karena tugasnya belum juga selesai.

Jari-jari tangan Marvel berhenti bergerak diatas laptopnya ketika dirinya mulai mengingat sesuatu hal. Untuk memastikan apa yang dia ingat sekarang, mata Marvel melirik kearah samping laptopnya yang dimana disana ada sebuah map berwarna hijau.

Sebelum Agatha yang baru saja menutup pintu itu berjalan semakin jauh, Marvel bergerak cepat merampas map tersebut dan berlari meninggalkan laptopnya yang masih menyala.

"Agatha!"

Panggilan dari Marvel tersebut membuat langkah kaki Agatha berhenti setelah beberapa langkah meninggalkan pintu ruang OSIS. Gadis dengan seragam putih abu-abu rapi dan lengkap tersebut, akhirnya menatap kearah pintu yang dimana disana Marvel berdiri. "Ada apa, Vel?"

Marvel tidak segera menjawab. Lelaki itu sedikit berlari untuk menuju tempat dimana Agatha berdiri. "Bisa lo kasih ini ke kepala sekolah sekalian?" Marvel menyodorkan map tadi sesampainya dia berdiri berhadapan dengan Agatha.

Agatha tersenyum sambil mengangguk pelan. Tangan mulus gadis itu juga segera menyentuh map tersebut. "Bisa, kok, nanti juga lewatin ruang kepsek." Katanya masih sambil tersenyum.

Marvel ikut tersenyum kecil, namun itu hanya untuk sesaat karena sebelum map itu berpindah tangan, Marvel sedikit dikejutkan dengan seorang siswa yang menabrak tubuh Agatha dengan keras. Hal ini membuat Marvel menarik tangan Agatha disaat Agatha terpejam sampai tubuhnya sendiri limbung kearah Marvel.

Bughhh

Marvel sempat memejamkan kedua kelopak matanya disaat punggungnya berhasil menghantam tembok keras dibelakangnya. Sementara tubuh Agatha sudah menghantam tubuh bagian depannya yang membuat mereka seolah sedang berpelukan.

Agatha yang wajahnya tertutup oleh dada Marvel, perlahan mendongak untuk menatap kearah Marvel dengan jantung yang berdetak tidak seperti biasanya. Menatap mata sipit Marvel yang kali ini juga menatap matanya dari jarak sedekat ini.

"Lo gak papa?" Dengan posisi yang masih sama, mereka berdua bertanya secara bersamaan yang berhasil membuat Agatha salah tingkah sedangkan Marvel terkekeh.

"Ekhmmm."

Suara dehemam tersebut berhasil mengalihkan mata mereka yang sejak tadi masih saling pandangan. Secara bersamaan mereka menatap kearah sumber suara tadi yang berhasil membuat Marvel membenarkan posisinya sampai Agatha tidak lagi dalam posisi yang seperti tengah dia peluk.

"Maaf sebelumnya, kak. Kalian berpelukan ditempat yang salah. Ini sekolahan!" Meira, gadis yang tadi berdehem tersebut kembali berucap dengan kalimat terakhir yang dia tegaskan sambil menatap tajam kearah mereka berdua, terutama kearah Marvel yang terlihat biasa saja. "Permisi."

Setelah mengatakan hal tersebut, Meira melangkah pergi dengan kedua kaki yang menghentak dan jangan lupakan sebelah tangannya yang sudah menarik paksa Qia yang tadi berjalan bersamanya.

Agatha merasa malu karena dia baru saja menyadari jika banyak sekali yang menatap kearah mereka berdua. Sedangkan Marvel sendiri, terus menatap kepergian Meira dengan helaan napas panjangnya.

•••••

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

154K 4.4K 41
"Gue hamil." Hanya dengan satu kata itu sudah berhasil memporak-porandakan kehidupan mereka. Maisha Kejora Prahadi tidak pernah berfikir akan mengand...
557K 15.8K 49
Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu itu menyenangkan. Anak bungsu di manjain, di prioritas kan, dia sayang, bahkan di ratukan oleh...
25.2K 1.1K 42
🕢 COMPLETED🕢 🚨FOLLOW BEFORE READ🚨 Bukan cerita cinta biasa. Bukan cerita keluarga biasa. Bukan cerita yang bisa membuatmu terkejut. Bukan cerita...
510K 10.8K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...